Astadasaparwa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib) |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(6 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Hindu sastra}}
'''Astadasaparwa''' {{Sanskerta|अष्टदशपर्व|Aṣṭadaśaparva}} adalah nama bagi delapan belas [[wikt:parwa|parwa]] ''[[Mahabharata]]'', sebuah naskah [[wiracarita]] [[Hinduisme|Hindu]] dari [[India]]. Hampir setiap kitab memiliki subparwa atau pembagian suatu parwa {{Sanskerta|पर्व|parva|paruh, bagian}}; beberapa kitab yang pendek, seperti ''[[Prasthanikaparwa]]'' dan ''[[Swargarohanaparwa]]'' tidak memiliki subparwa. Setiap buku memiliki jumlah subparwa yang berbeda-beda. Jika dirunut dari ''[[Adiparwa]]'' hingga ''[[Hariwangsa]]'', maka ada sekitar 100 subparwa dalam ''[[Mahabharata]]''.
Kitab ''Mahābhārata'' merupakan wiracarita atau puisi kepahlawanan terpanjang di dunia dan dinyatakan sebagai "puisi terpanjang yang pernah ada".<ref name="Lochtefeld2002">{{cite book|author=James G. Lochtefeld|title=The Illustrated Encyclopedia of Hinduism: A-M|url=https://books.google.com/books?id=5kl0DYIjUPgC&pg=PA399|year=2002|publisher=The Rosen Publishing Group|isbn=978-0-8239-3179-8|page=399}}</ref><ref name="SharmaGaur2000">{{cite book|author1=T. R. S. Sharma|author2=June Gaur|author3=Sahitya Akademi (New Delhi, Inde).|title=Ancient Indian Literature: An Anthology|url=https://books.google.com/books?id=IRp1PKX0BXoC&pg=PA137|year=2000|publisher=Sahitya Akademi|isbn=978-81-260-0794-3|page=137}}</ref> Prasasti tembaga yang ditulis pada masa pemerintahan [[Maharaja]] Sharvanatha (533–534 [[Masehi|M]]) dari Khoh (distrik [[Satna]], [[Madhya Pradesh]], [[India]]) menyatakan Mahābhārata sebagai "himpunan 100.000 [[
== Daftar buku ==
{{clear}}
{| class="wikitable"
|-
Baris 112 ⟶ 113:
=== [[Adiparwa]] ===
Kitab [[Adiparwa]] merupakan kitab pertama dari seri Astadasaparwa yang menceritakan berbagai kisah yang bernafaskan ajaran [[Hindu]]. Kisah kepahlawanannya dibumbui oleh ilmu sakti dan [[mitologi]]. Pada bagian awal yang diceritakan adalah kisah Maharaja [[Janamejaya]] yang menyelenggarakan upacara pengorbanan [[ular]] demi membalas kematian ayahnya parikesit (cucu arjuna dari abimanyu) yang dibunuh oleh ular taksaka. Upacara yang diselenggarakannya kemudian gagal. Untuk menghibur Sang Raja, Bagawan [[Wesampayana]] menuturkan sebuah kisah tentang para leluhur Sang Raja, kemudian beralih kepada cerita pemutaran Mandaragiri, kisah Sang [[Garuda]] dan para Naga, kisah Bagawan Dhomya, kisah para Raja besar: [[Yayati]], [[Bharata]], [[Santanu]]. Selain itu kitab Adiparwa juga menceritakan kisah kelahiran Rsi [[Byasa]] (penyusun kitab [[Mahabharata]]), kisah masa kecil [[Pandawa]] dan [[Korawa]], kisah para Pandawa mendapatkan [[Dropadi]] sebagai istri mereka atas kemenangan Sang [[Arjuna]], kisah Arjuna yang mengasingkan diri ke hutan kemudian menikah dengan [[
=== [[Sabhaparwa]] ===
Kitab [[Sabhaparwa]] merupakan kitab kedua dari seri Astadasaparwa. Kitab Sabhaparwa menceritakan kisah para [[Korawa]] yang mencari akal untuk melenyapkan para [[Pandawa]]. Atas siasat licik [[Sangkuni]], [[Duryodana]] mengajak para Pandawa main dadu. Taruhannya adalah harta, istana, kerajaan, prajurit, sampai diri mereka sendiri. Dalam permainan yang telah disetel dengan sedemikian rupa tersebut, para Pandawa kalah. Dalam kisah tersebut juga diceritakan bahwa [[Dropadi]] ingin dilucuti oleh [[Dursasana]] karena kekalahan pandawa. Atas bantuan Sri [[Kresna]], Dropadi berhasil diselamatkan. Pandawa yang sudah kalah wajib untuk menyerahkan segala hartanya, tetapi berkat pengampunan dari [[Dretarastra]], para Pandawa mendapatkan kebebasannya kembali. Tetapi karena siasat Duryodana yang licik, perjudian dilakukan sekali lagi. Kali ini taruhannya adalah siapa yang kalah harus keluar dari kerajaannya dan mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun. Pada tahun yang ke-13, yang kalah harus hidup dalam penyamaran selama 1 tahun. Pada tahun yang ke-14, yang kalah berhak kembali ke kerajaannya. Dalam
=== [[Wanaparwa]] ===
Baris 131 ⟶ 132:
=== [[Dronaparwa]] ===
Kitab [[Dronaparwa]] merupakan kitab ketujuh dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah diangkatnya Bagawan [[Drona]] sebagai panglima perang pasukan [[Korawa]] setelah Rsi [[Bhisma]] gugur di tangan [[Arjuna]]. Dalam kitab ini diceritakan bahwa Drona ingin menangkap [[Yudistira]] hidup-hidup untuk membuat [[Duryodana]] senang. Usaha tersebut tidak berhasil karena Arjuna selalu melindungi Yudistira. Pasukan yang dikirim oleh Duryodana untuk membinasakan Arjuna selalu berhasil ditumpas oleh para ksatria [[Pandawa]] seperti [[Bima]] dan [[Satyaki]]. Dalam kitab Dronaparwa juga diceritakan tentang siasat Sri [[Kresna]] yang menyuruh agar Bima membunuh gajah bernama Aswatama. Setelah gajah tersebut dibunuh, Bima berteriak sekeras-kerasnya bahwa Aswatama mati. Drona menanyakan kebenaran ucapan tersebut kepada Yudistira, dan Yudistira berkata bahwa Aswatama mati. Mendengar hal tersebut, Drona kehilangan semangat berperang sehingga meletakkan senjatanya. Melihat hal itu, ia dipenggal oleh [[Drestadyumna]]. Setelah kematian Drona, [[Aswatama]],
=== [[Karnaparwa]] ===
Baris 140 ⟶ 141:
=== [[Sauptikaparwa]] ===
Kitab [[Sauptikaparwa]] merupakan kitab kesepuluh dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah tiga
=== [[Striparwa]] ===
Kitab [[Striparwa]] merupakan kitab kesebelas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah ratap tangis para janda yang ditinggal suaminya di medan perang. Dikisahkan pula [[Dretarastra]] yang sedih karena kehilangan
=== [[Santiparwa]] ===
Kitab [[Santiparwa]] merupakan kitab kedua belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah berkumpulnya [[Dretarastra]], [[Gandari]], [[Pandawa]], dan [[Kresna]] di [[Kurukshetra]]. Mereka sangat menyesali segala perbuatan yang telah terjadi dan hari itu adalah hari tangisan. [[Yudistira]] menghadapi masalah batin karena ia merasa berdosa telah membunuh guru dan saudara sendiri. Kemudian [[Bhisma]] yang masih terbujur di atas panah memberikan wejangan kepada Yudistira. Ia membeberkan ajaran-ajaran [[Agama Hindu]] secara panjang lebar kepadanya.
=== [[Anusasanaparwa]] ===
Kitab [[Anusasanaparwa]] merupakan kitab ketiga belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah [[Yudistira]] yang menyerahkan diri bulat-bulat kepada [[
=== [[Aswamedhikaparwa]] ===
Kitab [[Aswamedhikaparwa]] merupakan kitab keempat belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah kelahiran [[Parikesit]] yang sebelumnya tewas dalam kandungan karena senjata sakti milik [[Aswatama]]. Dengan pertolongan dari [[Kresna]], Parikesit dapat dihidupkan kembali. Kemudian [[Yudistira]] melakukan upacara [[Aswamedha]]. Untuk menyelenggarakan upacara tersebut, ia melepas seekor kuda. Kuda tersebut mengembara selama setahun dan di belakangnya terdapat pasukan [[Pandawa]] yang dipimpin oleh [[Arjuna]]. Mereka mengikuti kuda tersebut kemanapun pergi. Kerajaan-kerajaan yang dilalui oleh kuda tersebut harus mau tunduk di bawah kuasa Yudistira jika tidak mau berperang. Sebagian mau tunduk sedangkan yang membangkang harus maju bertarung dengan Arjuna karena menentang Yudistira. Pada akhirnya, para
=== [[Asramawasikaparwa]] ===
Kitab [[Asramawasikaparwa]] merupakan kitab kelima belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah [[Dretarasta]], [[Gandari]], [[Kunti]], [[Widura]] dan [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]] yang menyerahkan kerajaan sepenuhnya kepada Raja [[Yudistira]] sedangkan mereka pergi bertapa ke tengah hutan. [[Pandawa]] sempat mengunjungi pertapaan
=== [[Mosalaparwa]] ===
Baris 165 ⟶ 166:
=== [[Swargarohanaparwa]] ===
Kitab [[Swargarohanaparwa]] merupakan kitab kedelapan belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan akhir kisah perjalanan suci yang dilakukan oleh [[Pandawa]]. Kisahnya diawali dengan penolakan [[Yudistira]] yang tidak mau berangkat ke [[surga]] jika harus meninggalkan anjing yang setia menemani dalam perjalanannya. Atas ketulusan hati Yudistira, si anjing pun menampakkan wujud aslinya sebagai Dewa [[Dharma]], ayah Yudistira. Dewa Dharma mengatakan bahwa Yudistira telah berhasil melewati ujian yang diberikan kepadanya dengan tenang. Setelah mengetahui yang sebenarnya, Yudistira bersedia berangkat ke surga. Sesampainya di surga, Yudistira terkejut karena tidak menemukan saudara-saudaranya yang saleh, melainkan mendapati bahwa [[Duryodana]] beserta sekutunya yang jahat ada di sana. Sang Dewa mengatakan bahwa mereka bisa berada di surga karena gugur di tanah suci [[Kurukshetra]]. Yudistira kemudian berangkat ke neraka. Di sana ia mendengar suara saudara-saudaranya yang menyayat agar mau menemani penderitaan mereka. Yudistira yang memilih untuk tinggal di neraka bersama saudara yang saleh daripada tinggal di surga bersama saudara yang jahat membuat para Dewa tersentuh. Tabir ilusi pun dibuka. Dewa [[Indra]] menjelaskan bahwa sebenarnya saudara-saudara Yudistira telah berada di surga bersama dengan saudaranya yang jahat. Yudistira pun menyadarinya kemudian hidup berbahagia di surga setelah membuang jasadnya.
Sekian Isi dari 18 Rangkaian Parwa dalam Mahabarata.
== Lihat pula ==
|