Candi Srigading: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
k Kembangraps memindahkan halaman Situs Srigading ke Candi Srigading
Xchia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(8 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{One source|date=Maret 2022}}
[[Berkas:Suryadi-di-lokasi-situs-candi-di-dusun-manggis-desa-srigadin-5st6.jpg|al=Suryadi di lokasi situs candi di Dusun Manggis|jmpl|Suryadi di lokasi situs candi di Dusun Manggis, Desa Srigading, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Foto: Ridho Abdullah Akbar/JPNN.com]]
'''Candi Srigading''' adalah [[candi]] yang berlokasi di Dusun Manggis, Desa [[Srigading, Lawang, Malang|Srigading]], Kecamatan [[Lawang, Malang|Lawang]], [[Kabupaten Malang]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]. Candi yang berbahan dasar [[batu bata]] ini berada di tengah-tengah lahan pertanian dan berjarak sekitar 45 menit berkendaraan dari [[Kota Malang]], ke arah timur laut, berada di kaki [[Pegunungan Tengger]] sebelah barat.
[[Situs srigading]] adalah situs bersejarang bernama Srigading di [[Kabupaten Malang]], [[Jawa Timur]]. Ada kisah mistis di balik penemuan situs yang awalnya cuma dianggap gundukan tanah itu. Semula gundukan di [[Dusun Manggis]], Desa Srigading, [[Kecamatan Lawang]], [[Kabupaten Malang]], itu dianggap tanah biasa. Lokasinya pun di tengah-tengah lahan tebu. Untuk menjangkau lokasi itu dari [[Kota Malang]] membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Masih ada aktivitas warga dan tim arkeolog di situs tersebut.
 
Keberadaan objek diduga cagar budaya (ODCB) di Srigading ini telah lama diketahui masyarakat setempat sebagai suatu gundukan tanah (disebut ''cegumuk'' oleh mereka) yang di bawahnya terdapat tumpukan batu bata dan terdapat yoni di atasnya. Beberapa kelompok masyarakat juga menganggap tempat ini sebagai tempat suci.
== Kisah ==
 
Penemu situs itu ialah Suryadi. Warga [[Kelurahan Kalirejo]], [[Kecamatan Lawang]], [[Kabupaten Malang]], itu menemukan gundukan tanah yang ternyata situs bersejarah tersebut pada [[1986]]."Dahulu melihat candi ini (gundukan, red) pada [[1986]], saya masih bujang umur 28 tahun," ucapnya saat ditemui [[JPNN.com]] belum lama ini.Suryadi menuturkan dirinya sempat memperoleh tanda-tanda mistis sebelum menemukan gundukan itu. "Ketika itu saya berada di bukit samping masjid dan melihat dari ketinggian ada cahaya di daerah sini, padahal belum ada lampu," ujar Suryadi.Ketika mendatangi gundukan tanah tersebut pada [[1986]], Suryadi tak sendirian. Ada temannya yang bernama Mustakin menyertainya. Pak Sur -panggilan akrabnya- meyakini gundukan tanah tersebut merupakan situs candi. Sebab, bata yang ada pada gundukan itu terlihat besar, tebal, dan sangat jarang ditemui di tempat lain. Suryadi mengaku sering berjalan kaki mengelilingi daerah itu. Lokasi rumahnya dari situs bersejarah tersebut tidak terlalu jauh, sekitar 45 menit dengan berjalan kaki atau 10 menit bersepeda. Kini, Suryadi mengharapkan situs Srigading bisa dikembangkan dan menjadi rujukan [[sejarah]]. Dengan demikian, situs itu terus dikenang dari generasi ke generasi. "Saya dahulu biasa menepi dan bakar dupa untuk menghormati Yang Mahakuasa dan menghormati leluhur. Gundukan tanah ini menjadi terang ketika malam-malam tertentu, seperti Jumat Kliwon dan yang lain," ucapnya. Ketua Tim Ekskavasi Srigading Wisaksono Dwi Nugroho memastikan situs yang sebelumnya gundukan tanah itu benar-benar candi. Dwi dan timnya memastikan itu setelah melakukan pembersihan dan analisis selama hampir sepekan. "Kami berhasil menampakkan profil kaki candi sisi barat yang memiliki ukuran delapan meter kali delapan meter," ucapnya. Arkeolog dari [[Balai Pelestarian Cagar Budaya|Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB)]] [[Jawa Timur]] itu menuturkan timnya juga menemukan ampang bilik candi. Dahulu, kata Dwi, bagian tubuh dan atap candi itu runtuh sehingga menutupi profil dasarnya. Dwi menjelaskan candi tersebut bercirikan Siwaistis. Pada [[1986]] ada sebuah arca di atas gumuk tanah tersebut yang ternyata berupa Yoni, Nandhi, Durga, Duarcapala. Dia menduga candi tersebut memiliki kaitan dengan Prasasti Linggasutan yang bertarikh 929 Masehi. Prasasti tersebut berisi catatan tentang Mpu Sendok mengabulkan permintaan Rakaihujung soal pembebasan pajak bagi Desa Linggasutan untuk pembangunan suci Batara Walandit. "Apakah ini bangunan suci di Batara Walandit itu? Kami telusuri lagi," tuturnya.<ref>{{Cite news|last=JPNN|first=IT|date=25 February 2022|title=Situs Srigading, Kisah Mistis dan Isyarat dari Bukit Samping Masjid|url=https://m.jpnn.com/news/situs-srigading-kisah-mistis-dan-isyarat-dari-bukit-samping-masjid|work=JPNN.com|access-date=25 February 2022}}</ref>
Kepastian bahwa ODCB ini adalah candi diketahui setelah dilakukan penggalian arkeologi (ekskavasi) pada tahun 2022 sebanyak tiga tahap yang dikerjakan oleh BPCB Jawa Timur, Disparbud Kabupaten Malang, dan suatu lembaga swadaya masyarakat bernama Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kaloka.
 
== Penemuan dan deskripsi bangunan ==
Keberadaan ODCB berupa gundukan tanah dengan yoni di atasnya pertama kali dilaporkan oleh Suryadi, warga Kelurahan [[Kalirejo, Lawang, Malang|Kalirejo]], Kecamatan [[Lawang, Malang|Lawang]], [[Kabupaten Malang]], pada tahun1986. Ia mengaku melihat cahaya yang berasal dari gundukan tersebut pada malam hari. Selain itu, di sekitar gundukan (''cegumuk'' menurut istilah setempat) ditemukan potongan bata yang berukuran besar dan tebal, tidak seperti bata masa modern. Pada saat dilaporkan, di lokasi tersebut terdapat beberapa arca (Nandi, Durga, dan dwarapala) dan [[yoni]]. Arca-arca ini telah hilang dan tersisa yoni berukuran 90 × 90 × 90&nbsp;cm<ref>{{Cite news|last=Nugroho|first=W.D. (BPCB Jatim)|date=28 Februari 2020|title=Peninjauan Runtuhan Bangunan Candi Bata di Desa Srigading, Malang|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/peninjauan-runtuhan-bangunan-candi-bata-di-desa-srigading-malan/|work=Indonesiana|access-date=22 Oktober 2022}}</ref>.
 
Ekskavasi sebanyak tiga tahap pada awal tahun 2022 menyingkap adanya profil kaki candi berukuran 8 × 8 meter dengan tinggi sekitar 3 m yang berdiri di atas fondasi berukuran 10 × 10 m. Pada sisi timur terdapat bentukan tangga masuk. Bangunan ini runtuh pada bagian tubuh dan kemuncak dan menutupi dasarnya<ref>{{Cite news|last=Febrianto|first=Vicki|date=10 Februari 2022 17:05 WIB|title=BPCB Jatim petakan situs bangunan candi di Desa Srigading Malang|url=https://www.antaranews.com/berita/2696349/bpcb-jatim-petakan-situs-bangunan-candi-di-desa-srigading-malang|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]]|access-date=22 Oktober 2022|editor-last=Sukarelawati|editor-first=Endang}}</ref>. Ciri bangunan ini adalah sakral (tempat berpuja bakti) dan bercorak Hindu Siwaistik, ditunjukkan dengan ditemukannya objek dari batu andesit berupa yoni, arca Agastya, serta sepasang arca tokoh penjaga tepi pintu masuk candi, Nandiswara dan Mahakala. Ekskavasi juga menyingkap adanya objek-objek di perigi candi berukuran 3 x 3 m dengan kedalaman 3 m, yaitu lingga yang merupakan pasangan yoni yang di permukaan, benda-benda [[peripih]] beserta wadahnya (berupa alat pertanian, bokor perunggu, tutup bokor emas, serta lingga dan yoni yang lebih kecil). Ditemukan pula beberapa fragmen relief yang terbuat dari bahan bata/terakota, serta beberapa fragmen tembikar<ref>{{Cite news|last=Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur|date=9 Maret 2022|title=Ekskavasi Penyelamatan Situs Srigading, Lawang, Malang|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/ekskavasi-penyelamatan-situs-srigading-lawang-malang/|work=Indonesiana|access-date=22 Oktober 2022}}</ref>. Dari hasil final ekskavasi tahap ketiga diketahui bahwa candi ini tidak berdiri sendiri sehingga diduga terdapat sisa-sisa bangunan lain di sekitarnya.<ref>{{Cite news|last=Erwin|first=Mohammad|date=Senin, 7 Maret 2022 18:18|title=Ekskavasi Candi Srigading di Lawang Malang Segera Berakhir|url=https://suryamalang.tribunnews.com/2022/03/07/ekskavasi-candi-srigading-di-lawang-malang-segera-berakhir|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|access-date=22 Oktober 2022|language=id}}</ref>
 
Candi ini tampaknya memiliki kaitan dengan [[prasasti Linggasuntan]] (dirilis 929 Masehi). Prasasti tersebut berisi catatan tentang Maharaja [[Mpu Sindok]] mengabulkan permintaan Raka i Hujung soal pembebasan pajak bagi Desa Linggasuntan untuk pemeliharaan bangunan suci bagi Batara Walandit.<ref>{{Cite news|last=Antoni|date=25 February 2022|title=Situs Srigading, Kisah Mistis dan Isyarat dari Bukit Samping Masjid|url=https://m.jpnn.com/news/situs-srigading-kisah-mistis-dan-isyarat-dari-bukit-samping-masjid|work=[[Jawa Pos|JPNN.com]]|access-date=25 February 2022}}</ref> Tempat penemuan prasasati tersebut tidak terlalu jauh dari lokasi candi ini, sehingga muncul dugaan bahwa "bangunan suci" yang disebut adalah candi Srigading ini.
 
== Referensi ==
 
[[Kategori:Candi di Jawa Timur]]
[[Kategori:Kabupaten Malang]]