Hak dalam Islam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k memperjelas konteks kalimat
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(11 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Hak dalam Islam''' berkaitan dengan [[hak asasi manusia]] yang memiliki hubungan antara [[Allah]] sebagai pencipta dengan [[manusia]] sebagai [[makhluk]] ciptaan. Dalam [[Islam]], manusia mempunyai [[hak asasi manusia]] yang meliputi [[hak untuk hidup]], hak memperoleh [[kemerdekaan]], hak menyatakan pendapat, hak ber[[organisasi]], serta hak menjalankan [[keyakinan dan kepercayaan]] terhadap agamanya[[agama]]<nowiki/>nya.{{Sfn|Une, D., dkk.|2015|p=34}} Hak asasi manusia di dalam Islam telah diatur secara menyeluruh dan mendalam. Hak-hak tersebut dijaga dan dihormati dengan memberikan jaminan yang mempertahankan penerimaan hak asasi manusia.{{Sfn|Rohidin|2016|p=32}}
 
== Pemaknaan ==
Baris 5:
 
== Jenis ==
Dalam ajaran Islam, tujuan penciptaan manusia adalah untuk mengabdi kepada Allah. Perintah pengabdian ini disampaikan oleh Allah dalam [[Surah Az-Zariyat]] ayat 56. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa manusia dan [[jin]] dicciptakandiciptakan hanya untuk menyembah Allah.{{Sfn|Une, D., dkk.|2015|p=74}} Kewajiban manusia di dalam hidupnya adalah melaksanakan segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah. Manusia memiliki dua kewajiban yang berbentuk hak. Pertama, hak-hak Allah yang meliputi kewajiban manusia dalam ber[[Ibadat|ibadah]] kepada Allah. Sedangkan yang kedua, hak-hak manusia yang merupakan kewajiban manusia terhadap sesama manusia dan terhadap [[makhluk]]-makhluk Allah yang lainnya. Hak-hak Allah tidak memberikan manfaat sama sekali kepada Allah. Tujuan pemenuhan hak-hak Allah adalah untuk memenuhi hak-hak [[makhluk]]-Nya.{{Sfn|Une, D., dkk.|2015|p=74}}
 
== Hak Allah atas hambaNya ==
Hak Allah atas hambaNya terbagi menjadi dua, yaitu menyembah dan mengesakan Allah. Kedua hak ini merupakan hak yang paling besar dan paling agung yang diberikan Allah kepada manusia.{{Sfn|Aziz|2021|p=12}} Hak Allah untuk disembah terpenuhi oleh manusia dengan mengadakan [[Ibadat|ibadah]]. Dalam Islam, semua perkataan dan perbuatan manusia yang disukai oleh Allah termasuk sebagai bentuk ibadah. Hak Allah untuk disembah ini terdapat dalam Surah Az-Zariyat ayat 56. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa tujuan penciptaan manusia dan [[jin]] hanya untuk beribadah kepada Allah. Hak Allah atas hambaNya terpenuhi melalui pemenuhan rukun Islam oleh manusia yang meliputi [[syahadat]], [[salat]], [[zakat]], [[puasa]] dan [[haji]]. Pemenuhan hak Allah juga tercapai melalui pemenuhan [[Rukun Iman|rukun iman]] yang meliputi kepercayaan terhadap adanya Allah dan segala ketetapannya serta mencintai Allah dan [[rasul]]Nya.{{Sfn|Aziz|2021|p=69}}
 
=== Melaksanakan salat ===
Baris 17:
 
=== Berpuasa ===
[[Puasa]] merupakan salah satu ibadah yang wajib dilaksanakan pada bulan [[Ramadan]] setiap tahun dalam [[Kalender Hijriyah|kalender hijriyahHijriyah]]. Allah memerintahkan berpuasa sebagai bentuk ketakwaan dari orang-orang beriman. Ini disampaikan dalam Surah Al-Baqarah ayat 183. Kewajiban berpuasa hanya berlaku bagi muslim yang telah [[baligh]] dan berakal. Dalam Islam, puasa merupakan salah satu bagian dari rukun Islam.{{Sfn|Aziz|2021|p=78}}
 
=== Melaksanakan haji ===
Baris 26:
 
=== Memanjatkan doa ===
Doa merupakan salah satu bentuk mengesakan Allah sehingga menjadi bagian dari tauhid. Allah memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk selalu memanjatkan doa kepadaNya. Segala urusan dalam agama Islam dapat terangkum dan terselesaikan dengan doa. Doa mengandung kenikmatan dan mencegah bencana. Allah menjanjikan pengabulan dan [[pahala]] kepada setiap hambaNya yang berdoa.{{Sfn|Aziz|2021|p=89}}   
 
== Hak hamba atas Allah ==
Baris 36:
[[Anak]] telah memiliki hak atas [[ayah]]<nowiki/>nya sebelum ia [[Kelahiran (disambiguasi)|lahir]] ke dunia. Hak pertama yang wajib dipenuhi oleh ayahnya adalah mempunyai [[ibu]] yang salihah. Ini sesuai dengan [[hadis]] sahih dari Nabi Muhammad mengenai empat ciri perempuan salihah yang utama untuk dinikahi. Masing-masing adalah dari segi harta, keturunan, kecantikan dan agama. Hadis ini mengisyaratkan kepada laki-laki untuk menikahi wanita dengan mengutamakan ketaatannya terhadap agamanya agar ia memperoleh keberuntungan.{{Sfn|Azizah, dkk.|2018|p=49}} Istri yang salihah ini kemudian akan melahirkan anak-anak yang saleh dan salihah.{{Sfn|Azizah, dkk.|2018|p=50}}
 
Setelah anak lahir ke dunia, seorang ayah wajib memberikan [[nama]] yang baik kepada anaknya. Penamaan anak harus sesuai dengan ketentuan penamaan dalam syariat Islam. Nama yang diberikan harus mempunyai pengucapan dan makna yang baik secara [[adab]] dan pendengaran.{{Sfn|Azizah, dkk.|2018|p=50}} Anjuran penamaan dalam syariat Islam yang utama adalah menamai anak dengan dua [[suku kata]] yang menunjukkan penghambaan kepada Allah. Penamaan yang baik umumnya mengikuti sifat penghambaan kepada sifat-sifat Allah dalam [[Asmaulhusna|asmaul husna]]. Selain itu, terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh [[imam Muslim]] memberitahukan bahwa memberikan nama kepada anak dari nama-nama para nabi dan orang saleh juga diterima dalam syariat Islam.{{Sfn|Azizah, dkk.|2018|p=50-51}}  
 
Seorang ayah juga wajib memberikan nafkah kepada anak dan istrinya. Setiap ibu harus memperoleh [[upah]] atas pemberian [[air susu ibu]] kepada anak-anaknya. Upah ini wajib dibayarkan oleh ayah dari anak-anak tersebut. Kewajiban ayah untuk menafkahi anak dan istrinya ditetapkan oleh Allah dalam [[Surah At-Talaq]] ayat 6. Surah Al-Baqarah ayat 33 juga menegaskan hal yang sama. Sementara itu, pada Surah At-Talaq ayat 7 disampaikan pada pemenuhan nafkah anak dilakukan sesuai dengan kesanggupannya saja. Pemenuhan nafkah dari ayah kepada anak-anaknya harus sesuai dengan ketentuan Al-Qur'an, sunah maupun [[ijmak]] para ulama.{{Sfn|Azizah, dkk.|2018|p=63}}
 
=== Hak anak dari ibunya ===
Hak anak dari ibunya yang paling awal adalah hak untuk memperoleh air susu ibu. Nutrisi awal yang paling penting yang diperoleh oleh anak adalah air susu ibunya. [[Kepribadian]] dan [[kesehatan]] seorang anak ketika dewasa salah satunya dapat dipengaruhi oleh pemberian air susu ibu. Seorang ini dapat menimbulkan permasalahan kepada anaknya di dunia dan di [[akhirat]] ketika hak ini tidak dipenuhi.{{Sfn|Azizah, dkk.|2018|p=54-55}} Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 233. Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada setiap ibu untuk menyempurnakan penyusuan selama dua [[tahun]]. Dalam ayat ini, Allah memberikan kemudahan baik kepada ibu dan ayah dari anak yang disusui dengan izin untuk [[Penyapihan|menyapih]] sebelum anak mencapai usia dua tahun. Selain itu, ibu yang tidak memiliki kemampuan untuk menyusui anaknya juga diberikan izin untuk menyewa perempuan lain untuk menyusui anaknya dengan memberikan pembayaran yang layak. Di sisi lain, ayah diberikan tanggung jawab untuk memberikan [[makanan]] dan [[pakaian]] yang baik pada ibu yang menyusui.{{Sfn|Azizah, dkk.|2018|p=55}}  
 
=== Hak ibu atas anaknya ===
Baris 61:
Islam mengatur segala jenis hubungan antara makhluk dengan penciptanya, makhluk dengan makhluk serta makhluk dengan [[lingkungan hidup]]<nowiki/>nya. Hubungan antara akhluk dengan makhluk salah satunya adalah hubungan antara manusia dengan manusia lainnya yang berkaitan dengan hak asasi manusia. Hak asasi manusia di dalam Islam berkaitan dengan syariat Islam. Dalam Al-Qur'an dan hadis terdapat ayat-ayat yang mewajibkan manusia memenuhi hak asasi manusia dan melarang tindakan pelanggaran hak asasi manusia. Selain itu ditegaskan pula bahwa setiap orang memiliki kewajiban untuk menaati syariat Islam.{{Sfn|Une, D., dkk.|2015|p=68}}
 
Hak asasi manusia di dalam Islam berbeda dengan hak asasi manusia dalam pandangan [[dunia Barat]]. Sifat hak asasi manusia di dalam Islam adalah [[teosentrisme]], sementara pada dunia Barat bersifat [[antroposentrisme]]. Dunia Barat menetapkan hak asasi manusia hanya dalam pandangan [[Humanisme|kemanusiaan]]. Sementara Islam menetapkan hak asasi manusia berdasarkan ketentuan Allah. Islam melandasaimelandasi hak asasi manusia dengan pernyataan [[syahadat]] bahwa tiada [[tuhan]] selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Hak asasi manusia dipandang sebagai perbuatan baik yang dikehendaki oleh Allah dan ditujukan bagi sesama manusia.{{Sfn|Une, D., dkk.|2015|p=73}}
 
Perbedaan pandangan antara Islam dan dunia Barat turut pula menghasilkan tindakan yang berbeda dalam pengambilan keputusan bersama antara [[negara]]-negara di dunia. Negara-negara Islam dan negara-negara Barat masing-masing menetapkan suatu [[deklarasi]] yang mewakili pandangan masing-masing terhadap hak asasi manusia. Negara-negara Islam yang tergabung ke dalam [[Organisasi Kerja Sama Islam]] telah menetapkan [[Deklarasi Kairo tentang Hak Asasi Manusia dalam Islam]] pada tahun 1990. Sementara negara-negara Barat menetapkan [[Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia|Pernyataan Umum tentang Hak-hak Asasi Manusia]]. Kerangka acuan dalam Deklarasi Kairo didasarkan pada syariat Islam. Tolok ukur mengenai hak dan [[kebebasan]] manusia yang terangkum dalam hak-hak asasi manusia hanya datusatu, yaitu syariat Islam.{{Sfn|Une, D., dkk.|2015|p=73-74}}
 
Ajaran Islam menegaskan bahwa pelanggaran hak asasi manusia tidak dapat dimanfaatkan oleh siapapun bahkan oleh negara sekalipun. Hak seseorang juga tidak dapat digunakan oleh orang lain. Negara wajib memberikan hukuman kepada pelanggar hak asasi manusia dan memberi bantuan kepada pihak yang hak asasi manusianya dilanggar. Pembebasan [[hukuman]] hanya dapat terjadi ketika pihak yang dilanggar memaafkan perbuatan pihak yang melanggar.{{Sfn|Une, D., dkk.|2015|p=74}}
Baris 70:
[[Hak untuk hidup]] merupakan hak pertama dan paling utama yang diperhatikan dalam ajaran Islam. Hak ini dianggap sebagai hak yang suci dan kemuliannya tidak dapat dihilangkan. Manusia dilarang oleh Allah untuk merusak [[akal]] yang diberikan oleh Allah kepada manusia sebagai ciptaanNya. Dalam Surah Al-Ma'idah ayat 90, Allah menetapkan bahwa manusia yang memperoleh keberuntungan adalah manusia yang meinggalkan perbuatan-perbuatan keji yang merupakan perbuatan [[setan]]. Perbuatan buruk ini yaitu meminum [[khamar]], melakukan [[perjudian]], [[penyembahan berhala]], dan mengundi nasib dengan panah.{{Sfn|Rohidin|2016|p=32-33}}
 
Pemeliharaan hak untuk hidup dan mempertahankan hidup merupakan bagian dari syariat Islam. Ketentuan ini dijelaskan dalam [[Surah An-Nisa]] ayat 92 dan ayat 93 yang menegaskan bahwa setiap [[jiwa]] manusia harus dilindungi. Kedua ayat ini berisi larangan untuk mengadakan [[pembunuhan]] dengan tujuan hanya untuk menghilangkan jiwa manusia. Dalam ajaran islam, manusia juga berhak melindungi sarana kehidupannya guna mempertahankan kemaslahatan hidupnya.{{Sfn|Une, D., dkk.|2015|p=63-64}}   Pada surah An-Nisa ayat 29 juga disebtukan bahwa [[bunuh diri]] merupakan perbuatan terlarang. Manusia yang mengadakan pembunuhan terhadap seorang manusia dianggap sama dengan membunuh seluruh manusia. Sebaliknya, manusia yang menjaga kehidupan seorang manusia dianggap sama dengan memelihara manusia seluruhnya. Pengibaratan ini tercantum dalam Surah Al- Ma'idah ayat 32.{{Sfn|Rohidin|2016|p=31-32}}
 
=== Hak atas kebebasan ===
Baris 82:
Persamaan di dalam Islam juga meliputi persamaan dalam memperoleh hak dan apresiasi terhadap hasil pemikiran. Persamaan di dalam Islam berlaku untuk semua [[Kelompok etnik|suku bangsa]] di dunia. Tujuan diberikannya persamaan di dalam Islam adalah mempermudah penyebaran kebaikan ajaran Islam. Filsafat Islam yang melandasi adanya persamaan di antara manusia adalah adanya kesamaan dalam proses penciptaan manusia. Hak-hak manusia diperoleh secara sama tanpa memperhitungkan kekuatan atau kelemahan dari individu. Seluruh hak manusia harus diberikan sesuai dengan syariat Islam.{{Sfn|Fauzi|2017|p=45}}
 
Dalam syariat Islam, [[pemerintah]] suatu negara juga wajib memberikan seluruh hak warga negaranya secara merata di seluruh [[wilayah]]<nowiki/>nya. Perlakuan yang sama atas tiap hak warga negara diberlakukan tanpa memandang status dan kedudukan penerima hak. Dua hak yang wajib dipenuhi oleh pemerintah kepada warga negaranya adalah [[pendidikan]] dan [[pekerjaan]].{{Sfn|Rasyid|2015|p=56}}  
 
=== Hak atas harta benda ===
Dalam syariat Islam, Allah memberikan harta kepada manusia sebagai sarana dalam mengurus kehidupannya. Manusia juga telah ditetapkan sebagai pemimpin di [[Bumi]] oleh Allah dan diberikan hak untuk mengelola alam sesuai kemampuannya. Hak manusia untuk memperoleh harta benda dilindungi selama harta tersebut diperoleh dengan cara yang halal menurut syariat Islam dan benar menurut standar [[moral]] yang berlaku. Hak atas harta benda disampaikan oleh Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 188. Dalam ayat ini, Allah melarang manusia untuk mengambil harta orang lain dengan cara yang [[haram]]. Bagi yang melakukannya akan memperoleh dosa bila mengetahui bahwa perbuatannya salah, tetapi tetap melakukannya.{{Sfn|Une, D., dkk.|2015|p=66}}   
 
Hak-hak atas benda ini juga diatur dalam hukum yang disebut [[muamalah]]. Dalam muamalah, diatur pula tata cara manusia dalam mengadakan hubungan jual beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, dan membentuk [[serikat dagang]].{{Sfn|Rohidin|2016|p=14}} Dalam muamalah ini terdapat berbagai macam ketentuan yang berkaitan dengan perjanjian dagang, [[perdagangan]], [[barter]], dan [[bagi hasil]]. Ketentuan ini dimaksudkan agar manusia dapat hidup dengan sejahtera. Larangan dalam syariat Islam terkait muamalah adalah tindakan [[pencurian]], [[korupsi]], memakan harta secara batil, [[penipuan]], dan [[perampokan]].{{Sfn|Rohidin|2016|p=35}}
Baris 93:
 
=== Hak atas hukum ===
Hak atas hukum di dalam Islam terpenuhi dengan pembagian kecakapan hukum yang disebut ''ahliyyah''. Kecakapan hukum ini menetapkan kondisi seseorang dalam berperan sebagai subjek hukum yang sempurna. Kecapakan hukum ini terbagi menjadi dua yakni ''ahliyyah al-adâ’'' dan ''ahliyyah al-wujûb''.  ''Ahliyyah al-adâ’''  membahas mengenai kecakapan hukum seseorang untuk menunaikan tindakan hukum. Sedangkan ''ahliyyah al-wujûb'' berkaitan dengan kecapakan hukum seseorang untuk menerima hak walaupun belum menunaikan kewajibannya. Salah satu contoh  ''ahliyyah al-wujûb'' adalah hak waris bagi [[bayi]].{{Sfn|Rohidin|2016|p=17}}
 
== Hak tetangga ==
[[Tetangga]] memiliki hak yang harus dilindungi oleh tetangga lainnya. Ini sesuai dengan perintah Allah dalam Surah Al-Nisa ayat 36 untuk berbuat baik kepada tetangga dekat maupun tetangga jauh.{{Sfn|Aziz|2017|p=158}}  
 
== Hak terhadap non-muslim ==
Baris 117:
 
=== Catatan kaki ===
{{Reflist|3}}
<references />
 
=== Daftar pustaka ===
 
* {{Cite book|last=Aziz|first=Sa'ad Yusuf Mahmud|date=2017|url=https://www.google.co.id/books/edition/Ensiklopedi_Hak_dan_Kewajiban_Dalam_Isla/19vdDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=hak+dalam+Islam&printsec=frontcover|title=Masu'ah Al-Huquq Al-Islamiyah|location=Jakarta|publisher=Pustaka Al-Kautsar|isbn=978-979-592-791-4|editor-last=Yasir|editor-first=Muhammad|translator-last=Nurdin|translator-first=Ali|trans-title=Ensiklopedi Hak dan Kewajiban dalam Islam|ref={{sfnref|Aziz|2017}}|url-status=live|access-date=2021-11-01|archive-date=2023-08-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20230813050816/https://www.google.co.id/books/edition/Ensiklopedi_Hak_dan_Kewajiban_Dalam_Isla/19vdDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=hak+dalam+Islam&printsec=frontcover|dead-url=no}}
 
* {{Cite book|last=Aziz|first=Sa'ad Yusuf Mahmud|date=2021|title=Masu'ah Al-Huquq Al-Islamiyah|location=Jakarta Timur|publisher=Pustaka Al-Kautsar|isbn=978-979-592-919-2|editor-last=Yasir|editor-first=Muhammad|translator-last=Nurdin|translator-first=Ali|trans-title=Semua Ada Haknya|ref={{sfnref|Aziz|2021}}|url-status=live}}
 
* {{Cite book|last=Azizah, dkk.|date=2018|url=https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45670/1/AMANY%20LUBIS-FSH.pdf|title=Ketahanan Keluarga dalam Perspektif Islam|location=Tangerang Selatan|publisher=Pustaka Cendekiawan Muda|isbn=978-602-743-212-3|editor-last=Lubis, A., dkk.|edition=2|ref={{sfnref|Azizah, dkk.|2018}}|url-status=live|access-date=2021-11-01|archive-date=2020-07-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20200709094759/http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45670/1/AMANY%20LUBIS-FSH.pdf|dead-url=no}}
 
* {{Cite book|last=Devy|first=Soraya|date=2018|url=https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/15346/1/Sahifah_Soraya%20Devy_Buku_Sistem%20Perwalian%20di%20Aceh_2018.pdf|title=Sistem Perwalian di Aceh: Pergumulan antara Hukum Islam, Hukum Positif, dan Praktek Masyarakat|location=Aceh Besar|publisher=Sahifah|isbn=978-602-50648-8-3|editor-last=Khairuddin|ref={{sfnref|Devy|2018}}|url-status=live|access-date=2021-11-01|archive-date=2021-11-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20211101083422/https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/15346/1/Sahifah_Soraya%20Devy_Buku_Sistem%20Perwalian%20di%20Aceh_2018.pdf|dead-url=no}}
 
* {{Cite book|last=Fauzi|date=2017|url=https://www.google.co.id/books/edition/Hak_Asasi_Manusia_Dalam_Fikih_Kontempore/I8NoDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=hak+dalam+Islam&printsec=frontcover|title=Hak Asasi Manusia dalam Fikih Kontemporer|location=Jakarta|publisher=Prenadamedia Group|isbn=978-602-422-141-6|ref={{sfnref|Fauzi|2017}}|url-status=live|access-date=2021-11-01|archive-date=2023-08-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20230813050816/https://www.google.co.id/books/edition/Hak_Asasi_Manusia_Dalam_Fikih_Kontempore/I8NoDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=hak+dalam+Islam&printsec=frontcover|dead-url=no}}
 
* {{Cite book|last=Rasyid|first=Daud|date=2015|url=https://repository.uia.ac.id/wp-content/uploads/2020/12/Daud-Rasyid-Indahnya-Syariat-Islam.pdf|title=Indahnya Syariat Islam|location=Jakarta|publisher=Usamah Press|isbn=979-96371-7-1|ref={{sfnref|Rasyid|2015}}|url-status=live|access-date=2021-11-01|archive-date=2021-11-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20211101083422/https://repository.uia.ac.id/wp-content/uploads/2020/12/Daud-Rasyid-Indahnya-Syariat-Islam.pdf|dead-url=no}}
 
* {{Cite book|last=Rohidin|date=2016|url=https://law.uii.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/Pengantar-Hukum-Islam-buku-ajar-rohidin-fh-uii.pdf.pdf|title=Pengantar Hukum Islam: Dari Semenanjung Arabia hingga Indonesia|location=Bantul|publisher=Lintang Rasi Aksara Books|isbn=978-602-7802-30-8|ref={{sfnref|Rohidin|2016}}|url-status=live|access-date=2021-11-01|archive-date=2023-05-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20230524222501/https://law.uii.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/Pengantar-Hukum-Islam-buku-ajar-rohidin-fh-uii.pdf.pdf|dead-url=no}}
 
* {{Cite book|last=Une, D., dkk.|date=2015|url=https://www.researchgate.net/profile/Ahmad-Rajafi/publication/342447922_Nalar_Hukum_Keluarga_Islam_di_Indonesia/links/5ef4afc045851550506f4986/Nalar-Hukum-Keluarga-Islam-di-Indonesia.pdf|title=Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi|location=Gorontalo|publisher=Ideas Publishing|isbn=978-602-9262-56-8|ref={{sfnref|Une, D., dkk.|2015}}|url-status=live|access-date=2021-11-01|archive-date=2021-11-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20211101083420/https://www.researchgate.net/profile/Ahmad-Rajafi/publication/342447922_Nalar_Hukum_Keluarga_Islam_di_Indonesia/links/5ef4afc045851550506f4986/Nalar-Hukum-Keluarga-Islam-di-Indonesia.pdf|dead-url=no}}
 
[[Kategori:Islamisme]]