Joseph Kam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Hindia-Belanda +Hindia Belanda); perubahan kosmetika
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(7 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Interior gereja joseph kam.jpg|300px|rightka|thumbjmpl|Interior Gereja Joseph Kam di Ambon. Gedung gereja ini mengabadikan nama Joseph Kam dan didirikan di lokasi makam Joseph Kam.]]
'''Joseph Kam''' ([[1769]]-[[1833]]) adalah seorang [[misionaris]] [[Kristen]] [[Protestan]] yang bekerja di wilayah [[Maluku]] dan sekitarnya lalu mati.<ref name="Enklaar">{{id}}I.H. Enklaar. 1980. ''Joseph Kam: Rasul Maluku''. Jakarta: BPK Gunung Mulia.</ref> Joseph Kam berasal dari [[Belanda]] dan bekerja sebagai [[pendeta]] sekaligus misionaris di Maluku.<ref name="Enklaar"/> Ia mendapat gelar '''Rasul Maluku''' oleh masyarakat [[Kristen]] di Maluku karena jasanya dalam perkembangan [[kekristenan]] di sana.<ref name="Enklaar"/>
 
== Riwayat Hidup ==
=== Awal Kehidupan ===
Joseph Kam lahir pada bulan [[September]] 1769.<ref name="Enklaar"/><ref name="Wellem">F.D. Wellem. cet. ke-2 2000. ''Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 155-7.</ref> Ayahnya bernama [[Joost Kam]], seorang pemangkas rambut dan pedagang kulit di [[Den Bosch|´s-Hertogenbosch]], [[Belanda]].<ref name="Enklaar"/> Keluarga Kam sebenarnya berasal dari [[Swiss]], namun kakek Joseph Kam, [[Peter Kam]] pindah ke Belanda dan menikahi seorang gadis Belanda.<ref name="Enklaar"/> Keluarga Kam adalah anggota [[Gereja Hervormd]] yang dipengaruhi semangat [[pietisme]] [[Herrnhut]], dan mempunyai hubungan dengan kelompok Herrnhut di [[Zeist]].<ref name="Enklaar">{{id}}</ref><ref name="Wellem"/> Kelompok pietisme Herrnhut ini memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan Joseph Kam.<ref name="Enklaar"/>
 
Setelah Kam menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah, ia membantu ayahnya dalam usaha perdagangan kulit.<ref name="Enklaar"/><ref name="Wellem"/> Kam sering mengunjungi Zeist dan menghadiri pertemuan-pertemuan yang diadakan komunitas Herrnhut.<ref name="Enklaar"/> Akibatnya timbul keinginan dalam diri Kam untuk memberitakan [[Injil]] kepada bangsa-bangsa yang belum mengenal kekristenan.<ref name="Enklaar"/><ref name="Wellem"/> Akan tetapi, ia harus menahan keinginannya itu selama bertahun-tahun karena orangtuanya tidak rela ia menjadi penginjil.<ref name="Enklaar"/> Orangtuanya menginginkan Kam tetap membantu usaha perdagangan kulit.<ref name="Enklaar"/><ref name="Wellem"/>
Baris 10:
Pada tahun [[1802]], ayah dan ibu Kam meninggal.<ref name="Enklaar"/><ref name="Wellem"/> Usaha perdagangan kulit semakin merosot, dan pada akhirnya kegiatannya dihentikan.<ref name="Enklaar"/><ref name="Wellem"/> Kam kemudian bekerja sebagai pesuruh di [[Mahkamah Nasional]].<ref name="Enklaar"/><ref name="Wellem"/> Kam menikah pada tahun [[1804]].<ref name="Enklaar"/> Dua bulan setelah melahirkan anaknya yang pertama, istri Kam meninggal.<ref name="Enklaar"/> Beberapa bulan kemudian anak pertamanya meninggal dunia karena penyakit kejang-kejang.<ref name="Enklaar"/> Pengalaman ini membuat Kam memutuskan untuk menjadi seorang misionaris.<ref name="Enklaar"/>
 
[[Berkas:Erasmusbrug mai 2005.jpg|220px|leftkiri|thumbjmpl|Rotterdam, kota tempat Joseph Kam pernah mengikuti pendidikan persiapan calon zendeling.]]
 
=== Pendidikan Persiapan ===
Baris 17:
Di [[Rotterdam]] ia melanjutkan pendidikan calon zendeling, bersama dengan [[Gottlob Brückner]] dan [[John Supper|Johann Ch. Supper]] yang berasal dari [[Jerman]].<ref name="Enklaar"/> Dalam pendidikan calon zendeling, Kam dan rekan-rekannya menerima pendidikan teologi, ilmu pasti, sejarah umum, dan musik.<ref name="Enklaar"/> Pada tahun [[1811]], pendidikan persiapan bagi Kam dianggap selesai oleh pihak NZG.<ref name="Wellem"/> Akan tetapi, ia belum dapat diberangkatkan ke daerah tujuan misi karena perang antara [[Inggris]] dan [[Prancis]].<ref name="Wellem"/> Belanda pada waktu itu menjadi negara bawahan [[Prancis]], sehingga terlibat juga dalam perang tersebut.<ref name="Wellem"/> Akhirnya, Kam dikirim NZG ke komunitas ''Herrnhut'' di Zeist sebagai tenaga pembantu sementara.<ref name="Wellem"/>
 
NZG kemudian berusaha untuk dapat mengirimkan Kam ke ladang misi dengan cara menyelundupkannya ke Inggris.<ref name="Wellem"/> NZG bekerja sama dengan ''[[London Missionary Society]]'' (LMS) untuk mengirimkan Kam ke [[Hindia Belanda]].<ref name="Wellem"/> Pada [[Oktober]] [[1812]], Kam dan rekan-rekannya tiba di [[London]], setelah sebelumnya berkeliling ke [[Moskow]], [[Hamburg]], [[Kopenhagen]], dan [[Göteborg]]. <ref name="Enklaar"/> Di London, Kam dan kedua rekannya menghadap pengurus LMS. Mereka kemudian dikirim ke [[Gosport]], dekat [[Portsmouth]] untuk menerima pendidikan persiapan lagi sambil melayani jemaat-jemaat di sana. <ref name="Enklaar"/> Kam, Brückner, dan Supper dinyatakan lulus dalam ujian calon penginjil yang diadakan di London.<ref name="WellemEnklaar"/><ref name="EnklaarWellem"/> Tahun 1813, Kam ditahbiskan menjadi pendeta di London.<ref name="Wellem"/> Dengan demikian, Kam dapat melayanimelayankan [[sakramen]] di ladang misi dan siap untuk diberangkatkan ke Hindia Belanda.<ref name="Wellem"/>
 
=== Ke Batavia, Surabaya, dan Ambon ===
Pada tahun [[1814]], Kam dalam usia 44 tahun tiba di [[Batavia]] bersama kedua rekannya, Brückner dan Supper.<ref name="Wellem"/><ref name="van den End">Th. van den End. cet. ke-4 1988. ''Ragi Carita 1: Sejarah Gereja di Indonesia 1500-1860''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 162-4.</ref><ref name="Wellem"/> Pada waktu itu, gereja negara ''[[Gereja Protestan di Indonesia|Indische Kerk]]'' bekerja sama dengan NZG untuk mendatangkan tenaga pembantu.<ref name="van den End"/> Kam dan kedua rekannya menjadi utusan NZG sekaligus menjadi pegawai ''Indische Kerk''.<ref name="van den End"/> Sebenarnya mereka berniat untuk bekerja di tengah-tengah masyarakat yang belum Kristen.<ref name="van den End"/> Namun, ''Indische Kerk'' lebih memprioritaskan pemeliharaan jemaat-jemaat yang sudah ada.<ref name="van den End"/> Mereka harus mengisi kekosongan di jemaat-jemaat ''Indische Kerk'' yang sudah ada.<ref name="van den End"/> Supper tetap tinggal di Batavia untuk melayani jemaat di sana, Brückner ditempatkan di [[Semarang]], dan Kam sendiri ditempatkan di [[Ambon]].<ref name="van den EndEnklaar"/><ref name="Enklaarvan den End">{{id}}</ref>
 
Pertengahan tahun 1814, perjalanan Kam ke Ambon harus dihentikan di [[Surabaya]] karena tidak ada kapal yang berlayar ke Ambon.<ref name="Enklaar"/> Selama di Surabaya, Kam bekerja sementera di jemaat ''Indische Kerk'' di sana.<ref name="Wellem"/> Di Surabaya, ia bertemu dengan seorang pedagang arloji asal Jerman, [[Johannes Emde]], yang sangat peduli dengan penginjilan di kalangan orang [[Jawa]].<ref name="van den End"/> Kam turut berjasa menanamkan kesadaran akan panginjilan di dalam diri Emde.<ref name="van den End"/> Selain itu, Kam juga membentuk komunitas kecil ''Orang-orang Saleh Surabaya'', yang giat dalam penginjilan. <ref name="Wellem"/>
 
Pada [[Maret]] [[1815]] Kam tiba di [[Ambon]].<ref name="Wellem"/><ref name="Aritonang">{{en}}Jan S. Aritonang & Karel Steenbrink (eds.). 2008. ''A History of Christianity in Indonesia''. Leiden: Koninklijke Brill NV. hlm. 386-9.</ref><ref name="Wellem"/> Sebelum Kam, sudah ada [[Jabez Carey]], seorang misionaris [[Baptis]] - anak dari [[William Carey]], misionaris di [[India]] yang terkenal - yang melayani di Maluku.<ref name="Aritonang"/> Namun, karena perbedaan pemahaman mengenai [[baptisan]] (Kam menerima pembaptisan terhadap anak-anak, sedangkan Carey menolaknya), Carey akhirnya meninggalkan Maluku pada tahun [[1818]].<ref name="van den End"/><ref name="Aritonang"/> Setibanya di Ambon, Kam langsung memulai pekerjaannya untuk menghidupkan kembali kekristenan di Ambon yang sudah lama diterlantarkan.<ref name="Wellem"/> Dalam pelayanannya di Maluku, Kam melakukan semua tugas seorang pendeta, seperti ber[[khotbah]], mengunjungi jemaat-jemaat di pedalaman, memperdamaikan perselisihan dan pertengkaran, dan melayankan sakramen-sakramen.<ref name="van den EndWellem"/><ref name="Wellemvan den End"/> Selain itu, ia juga meninjau pekerjaan para [[guru jemaat]] dan membantu mereka dalam mengajar.<ref name="van den End"/>. Ia juga aktif dalam mengembangkan bacaan-bacaan Kristen, seperti [[Alkitab]], [[Mazmur]], [[Katekismus]], dan khotbah-khotbah untuk jemaat-jemaat yang tidak memiliki pendeta atau guru jemaat.<ref name="Aritonang"/> Ia juga memperjuangkan agar Kota Ambon menjadi pusat penginjilan di Hindia Belanda bagian Timur.<ref name="Wellem"/> Tak lama setelah Kam tiba di Ambon, ia menikahi seorang perempuan [[Indo-Eropa|Indo-Belanda]], [[Sara Maria Timmerman]], yang setia mendampinginya sampai akhir hidupnya.<ref name="Wellem"/><ref name="Aritonang"/> Istri Kam sangat membantunya dalam pelayanan.<ref name="Wellem"/> Ia mengajarkan Bahasa Melayu kepada para misionaris yang baru datang dari Eropa.<ref name="Wellem"/> Mereka berdua menjadi pembimbing bagi para tenaga baru ini.<ref name="Wellem"/>
[[Berkas:Makam Joseph Kam.jpg|thumbjmpl|275px|leftkiri|Makam Joseph Kam yang terletak di halaman Gereja Joseph Kam, Ambon.]]
 
=== Akhir Hidup ===
Baris 36:
Dua hari setelah tiba di Kota Ambon, Kam langsung melayankan pemberitaan [[Firman]].<ref name="van den End"/> Tiga minggu kemudian ia memimpin perayaan [[perjamuan kudus]].<ref name="van den End"/> Setelah itu, ia membaptis ribuan anak di Kota Ambon yang belum sempat dibaptis, dengan menetapkan jatah 120 orang setiap minggu.<ref name="van den End"/> Sekitar tahun 1815-[[1816]], Kam masih merupakan satu-satunya pendeta di wilayah Maluku, bahkan di seluruh Indonesia Timur.<ref name="van den End"/> Karena itu, Kam lebih dulu memprioritaskan jemaat-jemaat di Pulau Ambon, [[Haruku]], [[Saparua]], dan [[Seram]].<ref name="Wellem"/><ref name="van den End"/> Ia mengadakan perkunjungan ke jemaat-jemaat, memberitakan Firman, melayankan sakramen-sakramen, memberkati perkawinan, dan menegakkan [[disiplin gereja]].<ref name="van den End"/><ref name="Hakh">Samuel B. Hakh & Yusak Soleiman (eds.). 2005. ''Sejarah Gereja Protestan di Indonesia: 27 Februari 1605 - 27 Februari 2005''. Jakarta: BPH GPI. hlm. 67.</ref> Di samping itu, ia juga membiasakan warga jemaat dengan pertemuan doa harian, mengadakan [[penggembalaan]] rutin, membimbing warga jemaat lokal untuk menjadi pelayan di gereja, serta membantu mengadakan pemilihan [[penatua]] dan [[diaken]].<ref name="Hakh"/> Setelah seluruh jemaat di wilayah itu ia kunjungi barulah ia mengadakan perjalanan ke daerah-daerah lain.<ref name="van den End"/>
 
[[Berkas:Maluku Locator Topography.png|220px|rightka|thumbjmpl|Kepulauan Maluku, wilayah pekerjaan Joseph Kam selama menjadi misionaris]]
Setelah semua jemaat di Ambon dan sekitarnya terlayani, tahun [[1817]] Kam segera mengunjungi jemaat-jemaat di [[Ternate]], [[Minahasa]], dan [[Sangir]].<ref name="Wellem"/><ref name="van den End"/><ref name="van den End2">Th. van den End. cet. ke-15 2001. ''Harta dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 252-6.</ref> Di daerah-daerah ini, kondisi jemaat lebih buruk daripada di Ambon.<ref name="van den End"/> Sangir dan Minahasa tidak pernah lagi dikunjungi oleh pendeta sejak [[1789]].<ref name="van den End2"/> Setelah melayani di sana, ia mengunjungi [[Kepulauan Barat Daya Maluku|Kepulauan Barat Daya]] dan Maluku Tenggara.<ref name="van den End2"/> Di Maluku Tenggara, keadaannya lebih menyedihkan lagi.<ref name="van den End2"/> Mereka hanya mengingat bahwa dulu nenek moyang mereka pernah menjadi orang Kristen.<ref name="van den End2"/> Setelah perjalanannya ke utara dan selatan, ia kembali ke Ambon.<ref name="van den End2"/> Di Ambon dan Seram sendiri masih ada orang Kristen yang percaya pada roh nenek moyang dan takhayul.<ref name="van den End2"/> Mereka belum bisa disebut orang Kristen dewasa.<ref name="van den End2"/> Jemaat-jemaat itu hanya memiliki guru jemaat yang setia memelihara iman jemaat agar tetap Kristen.<ref name="van den End2"/>
 
Baris 47:
 
=== Tenaga-tenaga Baru ===
Kam merasa pekerjaannya terlalu berat, sehingga ia meminta NZG untuk mengutus tenaga misionaris yang baru untuk membantunya.<ref name="Wellem"/><ref name="van den End"/> Setelah berdatangan tenaga-tenaga baru, Kota Ambon menjadi pusat kegiatan misionaris di Indonesia Timur.<ref name="Wellem"/>. Kam menjadi pembimbing bagi para tenaga baru ini.<ref name="Wellem"/> Ia mengajak mereka ke jemaat-jemaat untuk mengenal dan bekerja secara langsung.<ref name="Wellem"/> Ia juga mempersiapkan dan mengutus beberapa penginjil ke daerah Minahasa dan Maluku Tenggara.<ref name="van den End"/><ref name="van den End2"/> Untuk membangun kehidupan gereja di Minahasa, ia mempersiapkan dan mengutus [[Gerrit Jan Hellendoorn]], [[Johann Friedrich Riedel]], dan [[Johann Gottlob Schwarz]], yang kemudian mendirikan gereja di Minahasa.<ref name="van den End2Aritonang"/><ref name="Aritonangvan den End2"/> Delapan orang utusan baru ditempatkan di Maluku Tenggara, tetapi mengalami kegagalan karena tidak tahan, kesepian, dan kelaparan.<ref name="van den End"/><ref name="van den End2"/>
 
== Rasul Maluku ==