Tahun Gajah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(11 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 4:
Penemuan arkeologi di [[Arab Selatan]] menunjukkan bahwa Tahun Gajah mungkin 569 atau 568, karena [[Kekaisaran Sasaniyah]] menggulingkan penguasa yang berafiliasi dengan [[Kerajaan Aksum]] di Yaman sekitar tahun 570.<ref name=" Watt"/> Tahun Gajah juga dicatat sebagai tahun kelahiran '[[Ammar bin Yasir]].<ref>{{Cite book|title=New Researchers on the Quran: Why and how two versions of Islam entered the history of mankind|last=Azmayesh|first=Seyed Mostafa|publisher=Mehraby Publishing House|year=2015|isbn=9780955811760|location=United Kingdom|pages=262}}</ref>
==
Menurut sejarawan Islam awal seperti [[Ibnu Ishaq]], untuk menghormati sekutunya, Abrahah membangun [[Gereja (bangunan)|gereja]] besar di [[Sana'a]] yang dikenal sebagai ''[[Gereja al-Qalis, Sana'a|al-Qullays]]'', sebuah [[kata pinjaman]] dipinjam dari [[Wiktionary:εκκλησία|εκκλησία]]
Al-Qullays mendapatkan ketenaran yang meluas, bahkan mendapat perhatian dari [[Kekaisaran Bizantium]].<ref name="Hajjah" /> Sementara
Ibnu Ishaq menyatakan dalam [[Sirah]]-nya,<ref name=":0" />
{{cquote|Bersama Abrahah ada beberapa orang Arab yang datang untuk mencari hadiahnya, di antaranya
Setelah itu Ibnu Khuza'i bangun dan pergi ke Abrahah dan berkata, "Wahai Raja, ini adalah festival kami di mana kami hanya makan pinggang dan bahu."
Kemudian dia menobatkan Ibnu Khuza'i, dan menjadikannya [[amir]] dari [[Bani Adnan|Mudhar]], dan memerintahkannya untuk pergi ke antara orang-orang untuk mengundang mereka berziarah ke katedralnya yang telah dia bangun. Ketika Ibnu Khuza'i sampai di tanah [[Bani Kinanah|Kinanah]], orang-orang di dataran rendah mengetahui tujuannya. Mereka mengirim seorang pria dari [[Bani Hudzail|Hudzail]] bernama ʿUrwa bin Hayyad al-Milasi, yang menembaknya dengan panah, dan berhasil membunuhnya. Saudaranya, Qais yang bersamanya melarikan diri menuju Abrahah dan memberitahunya berita itu, yang meningkatkan kemarahan dan amarahnya dan dia bersumpah untuk menyerang suku Kinanah dan menghancurkan kuil tersebut.}}
Abrahah yang marah, melancarkan ekspedisi enam puluh ribu orang melawan Ka'bah di
Ketika berita kemajuan pasukan Abrahah datang, suku-suku Arab Quraisy, Bani Kinanah, [[Bani Khuza'ah]] dan Bani Hudzail bersatu mempertahankan Ka'bah. Seorang pria dari [[Kerajaan Himyar|Himyar]] dikirim oleh Abrahah untuk memberi tahu mereka bahwa Abrahah hanya ingin menghancurkan Ka'bah dan jika mereka melawan, mereka akan dihancurkan. Pemimpin federasi [[Quraisy]], [[Abdul Muthalib]], menyuruh orang-orang Makkah untuk berlindung di perbukitan sementara dia bersama beberapa anggota terkemuka Quraisy tetap berada di dalam lingkungan Ka'bah.{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=712}} Abrahah mengirim utusan mengundang Abdul Muthalib untuk bertemu dengan Abrahah dan mendiskusikan berbagai hal.{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=711}}
Abdul Muthalib berdiri dan menemui Abrahah. Abdul Muthalib menuntut Abrahah untuk mengembalikan dua ratus untanya yang sebelumnya telah dirampok oleh Abrahah di al-Mughammas. Abrahah dilaporkan mengatakan, "Kamu hanya membicarakan mengenai dua ratus unta milikmu yang telah diambil oleh pasukanku, mengapa kamu tidak membicarakan Ka'bah yang menjadi simbol agama dan nenek moyangmu? Padahal aku datang ke sini untuk menghancurkannya".{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=712}} Abdul Muthalib hanya menjawab, ''"Sesungguhnya aku ini adalah pemilik unta, sementara Ka'bah itu memiliki pemiliknya sendiri [Tuhan], biarlah pemiliknya yang akan menjaganya"''. Maka Abrahah mengembalikan unta milik Abdul Muthalib.{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=712–713}}
Disebutkan bahwa Abdul Muthalib berdiri di pintu Ka'bah dan berdoa kepada Tuhan karena dia terlalu lemah untuk melindungi rumah Tuhan.<ref name=IslamOnline>{{cite web|last=Al-Halawani|first=Ali As-Sayed|url=https://islamonline.net/en/owners-of-the-elephant/|title=Owners of the Elephant|website=islamonline.net|language=en|access-date=2023-05-10}}</ref> Sementara Abrahah memerintahkan pasukannya untuk berbaris dan bersiap untuk memasuki kota. As-Suhaili mengatakan bahwa tiba-tiba para gajah berlutut menghadap ke arah kota Makkah,<ref name=IslamOnline/> pada saat pasukan Abrahah kebingungan, muncul sekawanan [[Sikatan Gelisah|burung kecil]] yang menghujani pasukan Etiopia dengan batu-batu kecil di kaki dan paruh mereka.{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=717}}
Referensi cerita di [[al-Qur'an]] agak pendek. Menurut [[Surah Al-Fil|Surah al-Fīl]], keesokan harinya [saat Abraha bersiap untuk memasuki kota], sekawanan [[Sikatan Gelisah|burung kecil]] bernama ''[[Ababil]]'' ({{lang-ar|أَبـابـيـل}}) tiba-tiba muncul. Burung-burung membawa [[Lava|batu kecil]] di paruh mereka, dan membombardir pasukan Etiopia dan menghancurkan mereka seperti "daun yang dimakan ulat".<ref>Lihat {{Qref|102|3|b=yl}} sampai {{Qref|102|5|b=yl}}</ref>▼
Hampir seluruh pasukan tewas di tempat tersebut, kecuali beberapa orang komandan pasukan yang kemudian menceritakan kisah kegagalan tersebut.<ref name=IslamKnow>{{cite web|url=https://islamicknowledge.org/the-story-of-the-year-of-the-elephant/|title=Islamic Knowledge:THE STORY OF THE YEAR OF THE ELEPHANT|author=Islamic|website=islamicknowledge.org|date=22 Januari 2021|access-date=2023-05-10}}</ref> Disebutkan bahwa tubuh Abrahah sendiri sangat hancur, kemudian ia tewas pada saat jantungnya keluar dari dadanya. Dengan demikian, ekspedisi Abrahah digagalkan bahkan sebelum ia memasuki Makkah.<ref name=IslamKnow/>
Menurut [[Mohammad Asad]], kata-kata yang digunakan dalam ayat ini, yaitu "batu sijjil", menunjukkan "tulisan dan sesuatu yang telah ditetapkan [oleh Tuhan]".<ref>{{Cite book|title=Ibid M. Asad, Commentary on Surah 102, see note 2|quote=Lit., "with stones of sijjil". As explained in note [114] on 11:82, this latter term is synonymous with ''[[sijill]]'', which signifies "a writing" and, tropically, "something that has been decreed [by God]": hence, the phrase hijarah min sijjil is a metaphor for "stone-hard blows of chastisement pre-ordained", i.e., in God's decree (Zamakhshari and Razi, with analogous comments on the same expression in 11:82). ''["dengan batu sijjil". Sebagaimana dijelaskan dalam catatan [114] pada 11:82, istilah terakhir ini sinonim dengan ''[[sijill]]'', yang berarti "tulisan" dan, secara tropis, "sesuatu yang telah ditetapkan [oleh Tuhan]": karenanya, frase hijarah min sijjil adalah metafora untuk "hukuman sekeras batu yang telah ditentukan sebelumnya", yakni dalam ketetapan Tuhan (Zamakhshari dan Razi, dengan komentar analogi pada ungkapan yang sama dalam 11:82).]''}}</ref> Lebih jauh ia menjelaskan bahwa ketetapan Allah ini merupakan wabah wabah yang sangat mendadak, yang menurut Ibnu Ishaq, menyebabkan demam dan cacar. Hal ini, sebagaimana yang Asad simpulkan, menunjukkan fakta bahwa "hukuman yang keras dengan batu yang telah ditentukan sebelumnya" adalah wabah mematikan yang sangat tiba-tiba karena fakta bahwa kata untuk demam "hasbah" pada dasarnya berarti "melemparkan [atau memukul] dengan batu. " dalam kamus arab terkenal ''al-Qamous'' (القاموس) oleh [[Fairuzabadi]].<ref>{{Cite book|title=Ibid|quote=Seperti yang telah disebutkan dalam catatan pengantar, hukuman khusus yang disinggung oleh ayat di atas tampaknya merupakan wabah tiba-tiba yang sangat ganas: menurut Waqidi dan Ibnu Ishaq [yang terakhir seperti dikutip oleh Ibnu Hisyam dan Ibnu Katsir] "ini adalah pertama kali muncul demam bercak (hasbah) dan cacar (judari) di negeri Arab". Sangat menarik untuk dicatat bahwa kata hasbah yang, menurut beberapa otoritas, menandakan juga tifus—terutama berarti "melemparkan [atau memukul] dengan batu" (Qamus)}}</ref><ref>{{Cite book|title=Al-Qamus Al-Muhit by Muḥammad Ibn-Jaʻqūb al- Fīrūzābādī}}</ref>▼
== Tafsir al-Qur'an ==
Ibnu Katsir menyebutkan bahwa ''al-Abābīl'' ({{lang|ar|الأبابيل}}) adalah sekawanan burung yang terbang dan berkumpul.{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=716}} Sementara [[Ibnu Abbas]] mengatakan bahwa maksudnya adalah "memiliki paruh yang panjang dan cakar seperti telapak kaki Anjing".{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=715–716}} Sementara [[Ibnu Zaid]] mengatakan bahwa yang dimaksud ''al-Abābīl'' adalah berbagai macam burung yang terbang.{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=716}}▼
▲
▲Menurut [[Mohammad Asad]], kata-kata yang digunakan dalam ayat ini, yaitu "batu sijjil", menunjukkan "tulisan dan sesuatu yang telah ditetapkan [oleh Tuhan]".<ref>{{Cite book|title=Ibid M. Asad, Commentary on Surah 102, see note 2|quote=Lit., "with stones of sijjil". As explained in note [114] on 11:82, this latter term is synonymous with ''[[sijill]]'', which signifies "a writing" and, tropically, "something that has been decreed [by God]": hence, the phrase hijarah min sijjil is a metaphor for "stone-hard blows of chastisement pre-ordained", i.e., in God's decree (Zamakhshari and Razi, with analogous comments on the same expression in 11:82). ''["dengan batu sijjil". Sebagaimana dijelaskan dalam catatan [114] pada 11:82, istilah terakhir ini sinonim dengan ''[[sijill]]'', yang berarti "tulisan" dan, secara tropis, "sesuatu yang telah ditetapkan [oleh Tuhan]": karenanya, frase hijarah min sijjil adalah metafora untuk "hukuman sekeras batu yang telah ditentukan sebelumnya", yakni dalam ketetapan Tuhan (Zamakhshari dan Razi, dengan komentar analogi pada ungkapan yang sama dalam 11:82).]''}}</ref> Lebih jauh ia menjelaskan bahwa ketetapan Allah ini merupakan
|language=ar|date=2015}}</ref>
▲[[Ibnu Katsir]] menyebutkan bahwa ''al-Abābīl'' ({{lang|ar|الأبابيل}}) adalah sekawanan burung yang terbang dan berkumpul.{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=716}} Sementara [[Ibnu Abbas]] mengatakan bahwa maksudnya adalah "memiliki paruh yang panjang dan cakar seperti telapak kaki Anjing".{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=715–716}} Sementara [[Ibnu Zaid]] mengatakan bahwa yang dimaksud ''al-Abābīl'' adalah berbagai macam burung yang terbang.{{sfn|Mubarakfuri|2006|page=716}}
== Syiah ==
|