Mappadendang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k aktifitas → aktivitas |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(16 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Underlinked|date=Januari 2023}}
'''Mappadendang''' (Pesta Panen Adat Bugis) [[Sulawesi Selatan|Sulawesi-Selatan]]. Mappadendang atau yang lebih dikenal dengan sebutan pesta
Mappadendang sendiri bukan hanya mengenai pesta
Mappadendang merupakan upacara syukuran panen padi dan merupakan adat masyarakat bugis sejak dahulu kala. Biasanya dilaksanakan setelah panen raya biasanya memasuki musim kemarau pada malam hari saat bulan purnama. Pesta adat itu diselenggarakan dalam kaitan panen raya atau memasuki musim kemarau. Pada dasarnya mappadendang berupa bunyi tumbukan alu ke lesung yang silih berganti sewaktu menumbuk padiKomponen utama dalam acara ini yaitu 6 perempuan, 3 pria, bilik Baruga, lesung, alu, dan pakaian tradisional yaitu baju Bodo.
Acara mappadendang akan dimulai dengan penampilan tari mappadendang. Dalam tarian ini para pria akan menumbuk alu kosong dengan irama tertentu. Setelah itu para wanita akan menari diiringi musik atau kecapi. Penari pria akan menggunakan lilit kepala serta berbaju hitam
▲Alat yang digunakan dalam Mappadendang seperti :
▲· Lesung panjangnya berukuran kurang lebih 1,5 meter dan maksimal 3 meter. Lebarnya 50 cm Bentuk
==Tata Cara==
Personil yang bertugas dalam memainkan seni menumbuk lensung ini atau mappadendang dipimpin oleh dua orang, masing-masing berada di ulu atau kepala lesung guna mengatur ritme dan tempo irama dengan menggunakan alat penumbuk yang berukuran pendek tersebut di atas, biasanya yang menjadi pengatur ritme adalah mereka yang berpengalaman. Sedangkan menumbuk di badan lesung adalah mereka perempuan atau laki-laki yang sudah mahir dengan menggunakan bambu atau kayu yang berukuran setinggi badan orang atau penumbuknya.▼
▲· Enam batang alat penumbuk yang biasanya terbuat dari kayu yang keras atau pun bambu berukuran setinggi orang dan ada dua jenis alat penumbuk yang berukuran pendek, kira-kira panjangnya setengah meter.
Seiring dengan nada yang lahir dari kepiawaian para penumbuk, biasanya dua orang laki-laki melakukan tari pakarena. Isi lesung yang ditumbuk berisi dengan gabah atau padi ketan putih/hitam (ase punu bahasa bugis) yang masih muda dan biasanya kalau musim panen tidak dijumpai lagi padi muda, maka biasanya padi tua yang diambil sebagai pengganti, akan tetapi sebelum ditumbuk padi itu terlebidahulu direbus selama 5 sampai 10 menit atau direndam air mendidih selama 30 menit kemudian di sangrai dengan menggunakan wajan yang terbuat dari tanah liat tanpa menggunakan minyak dengan memakai api dari hasil pembakaran kayu.<ref>{{Cite web|url=https://www.negerisatu.id/2018/12/mappadendang-ritual-masyarakat-bugis-mensyukuri-hasil-panen/|title=Mappadendang Ritual Masyarakat Bugis Mensyukuri Hasil Panen|date=2018-12-16|website=Negerisatu|language=id-ID|access-date=2019-03-21|archive-date=2019-03-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20190321222124/https://www.negerisatu.id/2018/12/mappadendang-ritual-masyarakat-bugis-mensyukuri-hasil-panen/|dead-url=yes}}</ref>▼
▲Tata Cara Mappadendang, Biasanya Komponen utama dalam mappadendang terdiri atas enam perempuan, 4 pria, bilik baruga, lesung, alu, dan pakaian tradisional, baju bodo. Mappadendang mulanya gadis dan pemuda masyarakat biasa. Para perempuan yang beraksi dalam bilik baruga disebut pakkindona. Kemudian pria yang menari dan menabur bagian ujung lesung disebut pakkambona. Bilik baruga terbuat dari bambu, serta memiliki pagar dari anyaman bambu yang disebut walasoji.
Di Makassar dan sekitarnya ritual ini dikenal dengan appadekko, yang berarti adengka ase lolo, kegiatan menumbuk padi muda. Appadekko dan Mappadendang konon memang berawal dari aktivitas ini. Bagi komunitas Pakalu, ritual mappadendang mengingatkan kita pada kosmologi hidup petani pedesaan sehari-hari.
▲Personil yang bertugas dalam memainkan seni menumbuk lensung ini atau mappadendang dipimpin oleh dua orang, masing-masing berada di ulu atau kepala lesung guna mengatur ritme dan tempo irama dengan menggunakan alat penumbuk yang berukuran pendek tersebut di atas, biasanya yang menjadi pengatur ritme adalah mereka yang berpengalaman. Sedangkan menumbuk di badan lesung adalah mereka perempuan atau laki-laki yang sudah mahir dengan menggunakan bambu atau kayu yang berukuran setinggi badan orang atau penumbuknya.
Rangkaian acara mappadendang dilakukan dengan memanggil ibu-ibu dari tetangga rumah untuk menumbuk padi. Kadang ketika tengah menumbuk padi tak jarang para Ibu menyanyikan lagu secara besama.Jika para Ibu menumbuk gabah maka anak-anak mereka akan berkumpul dan bermain bersama. permainan yang biasa mereka mainakan yaitu, gasing, maggoli, makkanto', mangenja', dan maddoa. Diantara permainan-permainan tersebut maddoalah yang paling unik dan menjadi salah
Ketika mappadendang dilaksanakan tak jarang masyarakat dari daerah lain akan datang melihat kegiatan tersebut. Mereka semua akan ikut menari, menumbuk lesung, ikut bermain, ataupun hanya
▲Seiring dengan nada yang lahir dari kepiawaian para penumbuk, biasanya dua orang laki-laki melakukan tari pakarena. Isi lesung yang ditumbuk berisi dengan gabah atau padi ketan putih/hitam (ase punu bahasa bugis) yang masih muda dan biasanya kalau musim panen tidak dijumpai lagi padi muda, maka biasanya padi tua yang diambil sebagai pengganti, akan tetapi sebelum ditumbuk padi itu terlebidahulu direbus selama 5 sampai 10 menit atau direndam air mendidih selama 30 menit kemudian di sangrai dengan menggunakan wajan yang terbuat dari tanah liat tanpa menggunakan minyak dengan memakai api dari hasil pembakaran kayu.<ref>{{Cite web|url=https://www.negerisatu.id/2018/12/mappadendang-ritual-masyarakat-bugis-mensyukuri-hasil-panen/|title=Mappadendang Ritual Masyarakat Bugis Mensyukuri Hasil Panen|date=2018-12-16|website=Negerisatu|language=id-ID|access-date=2019-03-21}}</ref>
asil panen mappadendang juga ajang untuk mempererat tali persaudaraan dan silaturahmi, memperkenalkan budaya bugis kepada masyarakat, melestarikan budaya bugis, menarik wisatawan, serta memperkenalkan kue-kue tradisional khas bugis.
Rangkaian acara mappadendang biasanya dilakukan dengan memanggil ibu-ibu dari tetangga rumah untuk menumbuk padi. Kadang ketika tengan menumbuk padi tak jarang para Ibu menyanyikan lagu secara besama.Jika para Ibu menumbuk gabah maka anak-anak mereka akan berkumpul dan bermain bersama. permainan yang biasa mereka mainakan yaitu, gasing, maggoli, makkanto', mangenja', dan maddoa. Diantara permainan-permainan tersebut maddoalah yang paling unik dan menjadi salah satiu rangkaian acara mappadendang. Maddoa adalah jenis permainan yang menyerupai ayunan tapi memiliki tali ayunan yang tinggi. Biasanya ayunan untuk maddoa tersebut digantung diranting pohon yang tinggi. Mappadendang merupakan upacara syukuran panen padi dan merupakan adat masyarakat bugis sejak dahulu kala. Biasanya dilaksanakan setelah panen raya biasanya memasuki musim kemarau pada malam hari saat bulan purnama. Pesta adat itu diselenggarakan dalam kaitan panen raya atau memasuki musim kemarau. Pada dasarnya mappadendang berupa bunyi tumbukan alu ke lesung yang silih berganti sewaktu menumbuk
▲Rangkaian acara mappadendang dilakukan dengan memanggil ibu-ibu dari tetangga rumah untuk menumbuk padi. Kadang ketika tengah menumbuk padi tak jarang para Ibu menyanyikan lagu secara besama.Jika para Ibu menumbuk gabah maka anak-anak mereka akan berkumpul dan bermain bersama. permainan yang biasa mereka mainakan yaitu, gasing, maggoli, makkanto', mangenja', dan maddoa. Diantara permainan-permainan tersebut maddoalah yang paling unik dan menjadi salah satiu rangkaian acara mappadendang. Maddoa adalah jenis permainan yang menyerupai ayunan tapi memiliki tali ayunan yang tinggi. Biasanya ayunan untuk maddoa tersebut digantung diranting pohon yang tinggi. Setelah itu, orang-orang akan melanjutkan acara dengan mandre atau makan bersama untuk menikmati hasil panen mereka. Biasanya makanan hasil panen mereka didampingi dengan beppa pitung rupa atau kue tujuh jenis.
==Referensi==
▲Ketika mappadendang dilaksanakan tak jarang masyarakat dari daerah lain akan datang melihat kegiatan tersebut. Mereka semua akan ikut menari, menumbuk lesung, ikut bermain, ataupun hanya sekedar bertekumpul dengan sanak saudara. Sebenarnya selain untuk menunjukkan rasa syukur kepada tuhan akan keberhasilan hasil panen mappadendang juga dijadikan ajang untuk mempererat tali persaudaraan dan silaturahmi, memperkenalkan budaya bugis kepada masyarakat, melestarikan budaya bugis, menarik wisatawan, serta memperkenalkan kue-kue tradisional khas bugis.
{{reflist}}
[[Kategori:Sulawesi Selatan]]
▲Rangkaian acara mappadendang biasanya dilakukan dengan memanggil ibu-ibu dari tetangga rumah untuk menumbuk padi. Kadang ketika tengan menumbuk padi tak jarang para Ibu menyanyikan lagu secara besama.Jika para Ibu menumbuk gabah maka anak-anak mereka akan berkumpul dan bermain bersama. permainan yang biasa mereka mainakan yaitu, gasing, maggoli, makkanto', mangenja', dan maddoa. Diantara permainan-permainan tersebut maddoalah yang paling unik dan menjadi salah satiu rangkaian acara mappadendang. Maddoa adalah jenis permainan yang menyerupai ayunan tapi memiliki tali ayunan yang tinggi. Biasanya ayunan untuk maddoa tersebut digantung diranting pohon yang tinggi. Mappadendang merupakan upacara syukuran panen padi dan merupakan adat masyarakat bugis sejak dahulu kala. Biasanya dilaksanakan setelah panen raya biasanya memasuki musim kemarau pada malam hari saat bulan purnama. Pesta adat itu diselenggarakan dalam kaitan panen raya atau memasuki musim kemarau. Pada dasarnya mappadendang berupa bunyi tumbukan alu ke lesung yang silih berganti sewaktu menumbuk padiKomponen utama dalam acara ini yaitu 6 perempuan
|