Sigalegale: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nasrie (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
 
(41 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Sigale-gale-face.jpg|jmpl|Tampak dekat patung Sigalegale dengan bentuk wajah manusia.]]
[[Berkas:Sigale_Gale_dance.jpg|jmpl|Patung SigaleSigalegale Galeyang daridigerakkan melakukan [[Pulau Samosir|Samosirtortor]].]]
[[Berkas:Tari_Sigale-gale_Pulau_Samosir.jpg|jmpl|TariPertunjukan Sigale-galetortor Sigalegale di [[Museum Huta Bolon Simanindo]], [[Pulau Samosir, Sumatra Utara, Indonesia|Samosir]].]]
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Si_gale_gale_dans_te_Simanindo_TMnr_20000329.jpg|jmpl|DalangSekelompok orang yang menggerakkan daripatung belakangSigalegale (1970).]]
'''Sigale Gale''' atau '''Si Gale-Gale''' atau '''Sigalegale''' adalah sebuah [[patung]] kayu yang digunakan dalam pertunjukan tari saat ritual penguburan mayat [[Orang Batak|suku Batak]] di [[Pulau Samosir]], [[Sumatera Utara]]. ''Sigale Gale'' berasal dari kata “''gale''” artinya lemah, lesu, lunglai.<ref name=":3">{{Id}} {{Cite thesis|last=Utami|first=Dwi Esti|title=Analisis Patung Sigale-Gale Versi Henrizal Batubara di Taman Budaya Sumatera Utara|date=2014|degree=[[Skripsi|Undergraduate]]|publisher=[[Universitas Negeri Medan]]|url=|place=[[Medan]]|doi=}}</ref> ''Sigale Gale'' cukup terkenal di kalangan para [[turis]]. Selama menari-nari, patung ini dikendalikan oleh seorang pemain dari belakang mirip boneka [[marionette]] menggunakan tali tersembunyi yang menghubungkan bagian-bagian patung melalui podium kayu berukir tempatnya berdiri. Hal ini memungkinkan bagian lengan, kepala dan tubuhnya digerakkan. Konon, jumlah tali yang menggerakkan ''Sigale gale'' sama dengan jumlah urat yang ada di tangan manusia.<ref>{{id}} {{Cite web|url=http://taufikjalanjalan.blogspot.co.id/2007/06/si-gale-gale-penunggu-pulau-samosir.html|title=Si Gale-Gale, Penunggu Pulau Samosir|last=Taufik|first=|date=2007|website=Blogger|publisher=|access-date=}}</ref>
 
'''Sigalegale''' ([[Surat Batak]]: {{Btk|ᯘᯪᯎᯞᯩᯎᯞᯩ}}) adalah [[patung]] [[kayu]] yang dahulu digunakan dalam salah satu bentuk ritual penguburan mayat masyarakat [[Suku Batak Toba|Batak]] di [[Pulau Samosir|Samosir]], [[Sumatera Utara]]. Nama "sigalegale" berasal dari bahasa [[bahasa Batak Toba|Batak Toba]], yaitu "''si''" dan "''gale''" yang berarti "si lemah, lesu, lunglai".<ref name=":3">{{Id}} {{Cite web|url=https://www.academia.edu/41096226/Mengenal_Sigalegale|title=Mengenal Sigale Gale|last=Lumbantobing|first=Jeremia S.T|website=www.academia.edu|date=13 November 2019|accessdate=22 Januari 2022|page=12-16}}</ref>
Daerah asal mula munculnya ''Sigale gale'' ialah daerah [[Toba-Holbung]] ([[Tapanuli Utara]]), kemudian menyebar ke Pulau Samosir (di tengah-tengah [[Danau Toba]]). Di pulau Samosir penduduk menyebutnya dengan sebutan Raja Manggale. ''Sigale gale'' dipergunakan pada upacara-upacara kematian. Upacara untuk orang-orang yang meninggal tanpa mempunyai anak maupun yang meninggal tanpa meninggalkan keturunan karena semua anaknya telah tiada.<ref name=":0">{{id}} {{cite thesis|last=Nurelide|first=|title=Meretas Budaya Masyarakat Batak Toba dalam Cerita Sigalegale - Telaah Cerita Rakyat dengan Pendekatan Antropologi Sastra|date=2007|publisher=[[Universitas Diponegoro]]|url=|place=[[Semarang]]|type=[[Tesis]]|chapter=|docket=|oclc=|access-date=}}</ref><ref name=":1">[http://www.metmuseum.org/toah/works-of-art/1987.453.6 Puppet Head (Si Gale–gale)], late 19th–early 20th century, Toba Batak people, Sumatra, Indonesia Wood, brass, lead alloy, water buffalo horn, pigment; H. 11 1/4 in. (28.6 cm) Gift of Fred and Rita Richman, 1987 (1987.453.6) Metropolitan Museum of Art</ref> Upacara ini diadakan terutama apabila orang yang meninggal itu mempunyai kedudukan tinggi dalam masyarakat,<ref name="Richman">[https://books.google.com/books?id=xDop3IndCfQC&pg=PA60&lpg=PA60 Florina H. Capistrano-Baker, ''Art of Island Southeast Asia: The Fred and Rita Richman Collection in The Metropolitan Museum of Art'' - 1994 p. 27]</ref> seperti raja-raja, dan para tokoh masyarakat. Hal itu dilakukan dengan maksud menyambung keturunan mereka kelak di alam baka. Pada masyarakat [[Suku Batak Toba|Batak Toba]], apabila seseorang yang mempunyai kedudukan meninggal dunia dan ia tidak mempunyai keturunan maka dipandang rendah dan tidak membawa kebaikan. Oleh karena itu, kekayaan yang ditinggalkannya akan dihabiskan untuk mengadakan upacara ''Sigale gale'' untuk orang yang meninggal tersebut. Orang lain tidak akan berani mengambil harta benda milik orang tersebut, karena takut tertular atau meninggal seperti pemiliknya.<ref name=":0" />
 
Sigalegale digerakkan seolah sedang menari (''[[Tortor|manortor]]'') oleh kelompok pemain yang mengendalikannya dari belakang dengan menggunakan tali-tali tersembunyi di setiap bagian tubuh patung. Tali-tali tersebut dihubungkan kepada podium tempat Sigalegale berdiri. Konsep permainan ini mirip dengan boneka ''[[:en:marionette|marionette]]''. Masyarakat Batak meyakini bahwa jumlah tali yang menggerakkan Sigalegale sama dengan jumlah urat yang ada di tangan manusia.<ref>{{id}} {{Cite news|url=https://regional.kompas.com/read/2021/07/11/063600278/mengenal-sigale-gale-boneka-kayu-asal-samosir-ada-sejak-400-tahun-lalu|title= Mengenal Sigale-gale, Boneka Kayu Asal Samosir, Ada Sejak 400 Tahun Lalu|editor=Rachmawati|date=11 November 2021|work=[[Kompas.com]]|access-date=22 Januari 2022|editor-last=Rachmawati}}</ref>
Pada masa sekarang, yakni setelah agama [[Kristen]] semakin mendalam dan meresap dalam kehidupan masyarakat Batak di Tapanuli utara, upacara-upacara ''Sigale gale'' mulai ditinggalkan. Menurut pandangan mereka, upacara ini dianggap sebagai upacara keagamaan ''parbegu'', suatu upacara yang didasarkan pada kepercayaan terhadap ''begu'' (roh dari orang yang sudah meninggal).<ref name=":0" />
 
DaerahDalam asalmasyarakat mulaBatak munculnyadi ''Sigale gale'' ialah daerah [[Toba-Holbung]] ([[Tapanuli Utara]])Samosir, kemudiansosok menyebartokoh keyang Pulaudigambarkan Samosiroleh (dipatung tengah-tengah [[Danau Toba]]). Di pulau Samosir penduduk menyebutnya denganSigalegale sebutanadalah Raja Manggale. ''SigaleDahulu, gale''Sigalegale kerap dipergunakandimainkan pada upacara-upacararitual kematian. Upacara untuk orang-orang yang meninggal tanpa mempunyai anak, maupun orang yang meninggal tanpa meninggalkan keturunan karenasetelah semua anaknya telah tiada.<ref name=":0">{{id}} {{cite thesis|last=Nurelide|first=|title=Meretas Budaya Masyarakat Batak Toba dalam Cerita Sigalegale - Telaah Cerita Rakyat dengan Pendekatan Antropologi Sastra|date=2007|publisher=[[Universitas Diponegoro]]|url=|place=[[Semarang]]|type=[[Tesis]]|chapter=|docket=|oclc=|access-date=}}</ref><ref name=":1">[http://www.metmuseum.org/toah/works-of-art/1987.453.6 Puppet Head (Si Gale–gale)], late 19th–early 20th century, Toba Batak people, Sumatra, Indonesia Wood, brass, lead alloy, water buffalo horn, pigment; H. 11 1/4 in. (28.6 cm) Gift of Fred and Rita Richman, 1987 (1987.453.6) Metropolitan Museum of Art</ref> UpacaraRitual ini diadakan, terutama, apabila orang yang meninggal itu mempunyai kedudukan tinggi dalam masyarakat,<ref name="Richman">[https://books.google.com/books?id=xDop3IndCfQC&pg=PA60&lpg=PA60 Florina H. Capistrano-Baker, ''Art of Island Southeast Asia: The Fred and Rita Richman Collection in The Metropolitan Museum of Art'' - 1994 p. 27]</ref> seperti raja-raja, dan paraatau tokoh masyarakat. HalDahulu, itu dilakukan dengan maksud menyambung keturunan mereka kelak di alam baka. Padapada masyarakat [[Suku Batak Toba|Batak Toba]], apabilaseorang seseorangtokoh terpandang yang mempunyai kedudukan meninggal dunia dandalam iakeadaan tidak mempunyai keturunan maka dipandang rendah dan tidak membawa kebaikanmerugi. Oleh karena itu, kekayaanSigalegale dapat dibuat untuk orang tersebut. Kekayaan yang ditinggalkannya akan dihabiskandigunakan untuk mengadakan upacararitual ''SigaleSigalegale gale'' untukbagi orang yang meninggal tersebut. Orang lain tidak akan berani mengambil harta benda milik orang tersebut, karena takut tertular atau meninggal seperti pemiliknya.<ref name=":0" />
Suku Batak Toba memuliakan roh nenek moyang dan keturunan orang yang meninggal melakukan upacara pemakaman. Jika seseorang meninggal tanpa keturunan, si gale-gale kemudian dibuat sebagai penggantinya. Sigale gale yang kompleks dapat seukuran manusia dan memperlihatkan aktuasi memakai lumut basah atau spons yang bisa diperas untuk membuatnya tampak seperti menangis.<ref name=":1" />
 
Pada masa sekarang, setelah ajaran [[Kekristenan|Kristen]] meresap dalam kehidupan masyarakat Batak, ritual Sigalegale tidak diadakan lagi dalam upacara adat kematian. Namun, pertunjukan Sigalegale masih rutin diadakan di Samosir sebagai sarana [[rekreasi]].
Patung kayu ''Sigale gale'' memiliki anggota badan bersendi yang dipasang di atas podium beroda, sambil meratap, mereka menari-nari selama upacara pemakaman yang disebut ''papurpur sepata''. Upacara tersebut dilakukan dalam rangka mengusir petaka meninggal tanpa memiliki keturunan, dan untuk menenangkan roh mendiang agar arwahnya tidak penasaran.<ref name="Richman" />
 
Patung kayuSigalegale ''Sigaleyang gale''kompleks bisa dibuat seukuran manusia dan diberi lumut basah atau spons yang bisa diperas untuk membuatnya tampak seperti menangis.<ref name=":1" /> Patung Sigalegale memiliki anggota badan bersendi yang dipasang di atas podium beroda. Kemudian, sambil meratap, merekaorang-orang akan menari-nari bersama Sigalegale selama upacara pemakaman yang disebut ''papurpur sepatasapata''. UpacaraRitual tersebut dilakukan dalam rangka mengusir petaka meninggal tanpa memiliki keturunan, dan untuk menenangkan roh mendiang agar arwahnya tidak penasaran.<ref name="Richman" />
 
== Legenda ==
Terdapat beragam kisah di balik patung Sigalegale.
Patung ''Sigale gale'' di balik kisahnya memiliki beberapa versi. Penggunaan patung ''Sigale gale'' dikatakan berawal dari legenda tentang seorang wanita yang tidak memiliki keturunan bernama Nai Manggale.
 
=== Cerita ''sigalegale''Si Galegale ===
SeorangDikisahkan, seorang lelaki, bernama Datu Panggana, adalah seorang ahli patung yang sangat terkenal di sebuah desa (''huta'' (desa). BegituSedemikian terkenalterkenalnya sampai-sampai makam raja pun dibuatnyadibuat olehnya. Suatu hari, Datu Panggana ingin membuat patung sebagai pajangan di rumahnya,. laluIa iapun pergi ke hutan. Di hutan, Datu Panggana melihat sebatang pohon kayu kering yang sangat mencolok di antara pepohonan lain. Pohon itu tingginya menyamai ukuran manusia, tidak berdaun dan tidak beranting. Kemudian Datu Panggana memahat pohon tersebut menjadi patung seorang perempuan.
 
Selang berapabeberapa waktu, Datu Panggana didatangi oleh Bao Partigatiga, yakni seorang pedagang keliling yang menjual barang berupa pakaian dan perhiasan emas. Bao Partigatiga mencoba mengenakan pakaian dan perhiasan pada patung itu. Patung itu pun tampak sangat cantik dan seakan-akan hidup. Ketika hari sudah senja, Bao Partigatiga hendak mengambil kembali pakaian yang dikenakan pada patung tersebut. Alangkah terkejutnya, pakaian yang dikenakan, tidak bisa dilepas lagi,. Bao Partigatiga pun kecewa, lalu melanjutkan perjalanannya.
 
Keesokan harinya, seorang dukun penawari,bernama yangDatu mempunyaiPartaoar keahliansedang mengobati,pergi memanggilke roh,luar sertarumah mempunyaiuntuk obatmengobat ajaib,pasien yangdi bernamadesa Datuseberang. Partaoar,Ia pergimempunyai kekeahlian luarmengobati, rumahmemanggil sepertiroh,dan biasanyamempunyai hendakobat mengobati pasien ke ''huta'' seberangajaib. Untuk menuju ''huta''desa tersebutpasiennya, Datu Partoar terbiasa melewati jalan pintas. Di perjalanan, Datu Partoar melihat patung wanita tersebut dan terkagum-kagum. Dalam hati, Datu Partoar berkeinginan mencoba untuk membuat patung itu hidup, dengan beberapa tetes dan manteramantra-manteramantra andalannya. Berkat keahlian Datu Partoar, patung wanita tersebut mulai bergerak bagaikan gerakan manusia. Kemudian Datu Partoar membawa pulang patung itu ke desanya. Istrinya menyambut dengan gembira. Akhirnya, Datu Partoar beserta istrinya mengangkat sebagai anak dan diberi nama Nai Manggale.
 
Upacara pengangkatan anak dilaksanakan oleh keluarga Datu Partaoar dengan cara membawa Nai Manggale ke pekan. Di pekan, Nai Manggale menari dengan lemah gemulai, sehingga orang-orang yang menyaksikannya turut pula menggerak-gerakkan badan mereka seirama dengan lenggak-lenggok Nai Manggale.
 
Kabar tentang Nai Manggale itu sampai pula kepada pemahat patung Datu Panggana dan Bao Partigatiga yang juga merasa punya andil pada patung tersebut. Datu Panggana dan Bao Partigatiga menyambangi ke rumah Datu Partoar. Terjadilah pertengkaran di antara mereka bertiga, memperebutkan diri Nai Manggale. Datu Panggana yang semula membuat patung perempuan itu merasa lebih berhak atas Nai Manggale. Bao Partigatiga yang mempercantik patung dengan memberi pakaian dan perhiasan juga merasa lebih berhak atas Nai Manggale, begitu juga dengan Datu Partoar, tanpanya dirinya patung itu takkan bisa hidup. Terjadilah pertengkaran hebat yang tidak bisa mereka selesaikan.
 
Konflik di antara mereka bertiga akhirnya sampai ke hadapan raja, namun raja juga tidak dapat menyelesaikannya. Raja menyarankan untuk menyelesaikan persoalan itu kepada Si Aji Bahir-bahirBahirbahir. Si Aji Bahir-bahirBahirbahir adalah seorang tokoh yang dituakan di ''huta''desa tersebut dan dapat menyelesaikan permasalahan di antara mereka bertiga. Adapun keputusan yang disetujui oleh masing-masing pihak, ialah bahwa dukun Datu Partoar (dukun penawari)Partaoar dianggap sebagai bapak dan berhak memberi berkat dalam perkawinan Nai Manggale. Bao Partigatiga (pedagang) sebagai abang (''mariboto''), berhak menerima bagian emas kawin (''wang mahar''). Pemahat patung Datu Panggana diangkat menjadi paman (''tulang'') dan akan memperoleh bagian pula sebagai paman.
 
Datu Partiktik yang tinggal di ''huta''desa sebelah telah mendengar akan kecantikan Nai Manggale. Datu Partiktik pun datang meminang Nai Manggale. Akan tetapi, Nai Manggale menolak pinangan tersebut. Datu Partiktik tidak kehabisan akal, Datu Partiktik pun menggunakan ilmu sihirnya untuk menaklukkan hati Nai Manggale. Berkat ilmu sihir tersebut akhirnya Nai Manggale bersedia kawin dengan Datu partiktik.
 
Setelah sekian lama mengarungi bahtera rumah tangga, namun tidak juga ada tanda-tanda untuk mempunyai anak. Penantian yang panjang membuat Nai Manggale akhirnya jatuh sakit lalu meninggal. Sewaktu Nai Manggale masih sakit dia berpesan kepada suaminya, bahwa ia harus meminta kepada Datu Panggana untuk membuatkan patung sebesar dirinya dan diberi nama ''Sigalegale''Si Galegale. Kalau amanah itu tidak dilaksanakan, maka roh Nai Manggale tidak akan diperkenankan tinggal di alam baka. Ia tak akan sentosa, akibatnya Nai Manggale terpaksa mengutuk Datu Partiktik agar tidak memperoleh putra dan putri apabila kelak dia kembali kawin. Datu Partiktik pun segera melakukan apa yang telah dipesankan oleh istrinya. Dengan alasan itulah patung ''Sigale gale''Sigalegale dibuat untuk seseorang yang meninggal tanpa mempunyai anak, agar ''begu'' atau arwahnya tidak terkena siksa.<ref name=":0" />
 
=== Versi cerita lain yang dikenal ===
Kisah lain adalah cerita tentang seorang raja dan putra kesayangannya. ''Sigale gale''Sigalegale merupakan bonekapatung kayu yang dibuat untuk membahagiakan Raja Rahat, raja dari salah satuseorang kerajaanpenguasa di Pulau Samosir.<ref name=":3" /><ref>{{Id}} {{Cite news|url=https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160823153232-269-153294/sigale-gale-boneka-mistis-dari-samosir|title=Sigale-gale, Boneka Mistis dari Samosir|last=Kertopati|first=Lesthia|date=2016|work=|publisher=[[CNN Indonesia]]|newspaperpublisher=CNN Indonesia|language=indonesia|access-date=|via=}}</ref><ref name=":3" />
 
KononDikisahkan, Raja Rahat memimpin negerinya dengan bijaksana. Sayangnya, istri Raja Rahat sudah lama meninggal dunia. Raja hanya punya seorang anak lelakilaki-laki, bernama Manggale. Manggale sangat dihormati dan disegani seluruh rakyat di negeri itu karena ketangkasannya berperang. Ia menjunjung tinggi kebenaran. Sama seperti sang Rajaraja, ayahnya, Manggale pun sangat mencintai rakyatnya.
 
Ketenteraman di negeri itu terusik ketika suatu hari prajurit membawa berita bahwa di hutan perbatasan berkumpul prajurit negeri tetangga. Prajurit negeri tetangga hendak menyerang, menjarah harta kekayaan yang ada di negeri itu. Tentu saja Raja tidak tinggal diam mendengar kabar itu. Raja mengumpulkan semua penasihat, juga Manggale selaku panglima perang. Setelah semua dipersiapkan, maka berangkatlah Manggale bersama prajurit terbaiknya.
 
Selama Manggale dan prajurit pergi berperang, hati Raja tidak tenang. Ia takut sesuatu yang buruk menimpa anak kesayangannya. Sampai kemudian, sebagian prajurit pulang. Tidak ada Manggale di antara mereka. Manggale tewas di medan pertempuran. Raja sangat sedih. Anak kebanggaannya, pewaris kerajaan, telah meninggal dunia. Seluruh rakyat juga sedih dan merasa kehilangan.
 
Akhirnya, Raja jatuh sakit. Para penasihat Raja sudah memanggil banyak ''datu'', tetapi tidak ada yang mampu menyembuhkan Raja. Seorang ''datu'' memberi saran pada penasihat kerajaan untuk membuat patung kayu yang wajahnya sangat mirip dengan wajah Manggale. Penasihat kerajaan mengikuti saran itu. Dipanggilah pemahat terbaik di kerajaan untuk mengerjakan patung itu. Pembuatan patung dilakukan jauh di dalam hutan, karena Manggale tewas di dalam hutan. Jadi, ''datu'' meyakini roh Manggale masih berada di dalam hutan itu. Sang pemahat menggunakan kayu pohon nangka sebagai bahan karena kayu nangka sangat keras.
 
Wajah patung itu sangat mirip dengan wajah Manggale. Kemudian, datu menggelar ritual dengan meniup ''[[sordam'']] dan memainkan ''gondang sabangunan'' untuk memanggil roh Manggale. Roh Manggale dimasukkan ke dalam patung yang mirip wajahnya itu. Patung itu diangkut menuju istana dengan iringan ''sordam'' dan ''gondang''.
 
Karena patung itu sangat mirip dengan putra kesayangannya yang telah meninggal., Kerinduankerinduan sang raja pada Manggale sedikit demi sedikit terobati. Apalagi patung itu bisa menari sendiri karena ''datu'' sudah memasukkan roh Manggale ke dalamnya. setiapSetiap Raja rindu dengan putranya, ia akan ''manortor'' (melakukan ''tor-tor[[tortor]]''/menari) bersama patung itu. Seluruh rakyat ikut ''manortor'' setiap Raja melakukannya. Kemudian, Raja memberi patung ini nama ''sigale-gale''.Si YangGalegale, yang artinya, siorang yang lembah Lemah-lembut, <ref name=":2">{{Id}} {{Cite book|title=Seri Pengenalan Budaya Nusantara: Misteri Patung Sigale-gale|last=Situmorang|first=T. Sandi|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|year=2017|isbn=978-602-6477-21-7|editor-last=Sinubulan|editor-first=Yessy|location=Jakarta|pages=}}</ref> atau siorang yang lemah lunglai.<ref name=":3" />
 
Pemahat yang berhasil membuat patung yang mirip wajah Manggale, meninggal dunia tidak lama setelah ia menyelesaikan patung itu. Sampai sekarang, ada kepercayaan di masyarakat Batak bahwa pembuat patung ''sigale-gale'' harusSigalegale menyerahkan jiwanya pada patung buatannya supaya patung bisa bergerak seperti hidup.<ref name=":3" /> Itulah sebabnya, tidak banyak yang bersedia membuat patung ''sigale-gale''Sigalegale. Kalaupun ada, sebuah patung akan dikerjakan beberapa orang. Ada yang memahat bagian kepala, bagian badan atau bagian kaki. <ref name=":2" />
 
== Referensi awal ==
Referensi paling awal mengenai si-gale-galeSigalegale, di antaranya adalah pemaparan [[Rheinische Missionsgesellschaft|misionaris Jerman]] [[Johannes Warneck]] tentang penggunaan patung tersebut di awal abad kedua puluh.  Ketika seorang pria kaya meninggal tanpa ada putranya yang masih hidup, kerabatnya mengadakan pesta khusus untuk meratapi kematiannya sekaligus untuk mempertontonkan kekayaannya. Dalam pertunjukan tersebut, patung kayu dengan rupa yang mirip dengan mendiang dibuat dan diberi pakaian tradisional, dengan syal, hiasan kepala, dan perhiasan emas.  Dipasang di atas podium beroda dan dimanipulasi dengan sistem tali yang rumit, patung itu menari-nari sementara istri, orang tua, dan saudara lelaki mendiang menari bersama, sambil meratap. Patung tersebut secara seremonial dibawa ke pasar, di mana daging babi, sapi, atau kerbau dibagikan pada mereka yang berkumpul. Selesai menari, ''sigale-gale''Sigalegale ditembak dan dilempar melewati tembok desa. Orang Batak mengatakan "Kayakaya sesaat seperti patung ''si gale-gale''Sigalegale", hal ini mengacu pada orang kaya tanpa adanya ahli waris yang peduli akan rohnya di akhirat.<ref>Warneck 1909, p. 108.</ref>
 
Mengenai asal-usul patung ''sigale-gale''Sigalegale sebenarnya masih ada perdebatan di masyarakat Samosir. Ada yang mengatakan ini hanya cerita turun temurun. Tidak pernah terjadi. Namun, ada satu daerah di Samosir, mengklaimyang ''sigale-gale''meyakini bahwa Sigalegale pertama dibuat oleh Raja Gayus Rumahorbo dari desaDesa [[Garoga, Simanindo, Samosir|Garoga]]. Keturunan Raja Gayus iniRumahorbo mengatakan, ''sigale-gale''Sigalegale pertama dibuat pada tahun 1930.<ref name=":2" /> Pada tahun 1930-an, ''Sigale-gale''Si Galegale pernah dimainkan oleh dalang legendaris bernama Raja Gayus Rumahorbo dari Kampung Garoga, Tomok. Raja Gayus dikenal mampu membuat patung ''Sigale-gale''Sigalegale yang mengeluarkan air mata dan punya kemampuan mengusapkan ''[[ulos'' (kain tenunan Batak)]] yang disandangkan sebelumnya di bahu sang boneka kayu.<ref name=":3" />
 
Pembuatan ''Sigale-gale'' zaman sekarang ini lebih mengarah ke seni dan pertunjukan saja. Kesenian patung ''Sigale-gale'' masih bisa disaksikan pertunjukannya di Tanah Batak, Samosir.
 
== Referensi ==
{{reflist/|2}}
 
== TautanPranala eksternalluar ==
* [http://mascot-travel.blogspot.com/2008/04/sigale-gale.html SIGALE GALE]
* [http://libmma.contentdm.oclc.org/cdm/compoundobject/collection/p15324coll10/id/42850/rec/1 Sigale-gale at the front cover ''Art of island Southeast Asia : the Fred and Rita Richman Collection in The Metropolitan Museum of Art'']
* [https://www.youtube.com/watch?v=tqn0eFDEca0 Black and white footage of Sigale gale with audio of the music (1993)]
* [https://www.youtube.com/watch?v=tqn0eFDEca0 Video of a performance Sigale Gale and footage of the craftsman making one (audio in Indonesian)]
 
[[Kategori:Patung]]
[[Kategori:Batak]]
[[Kategori:Batak Toba]]