Sidratul Muntaha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Zaigh (bicara | kontrib)
k Zaigh memindahkan halaman Sidratulmuntaha ke Sidratul Muntaha dengan menimpa pengalihan lama
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(11 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Ensiklopedia Islam|Muhammad}}
'''SidratulmuntahaSidratul Muntaha''' ({{Lang-ar|سدرة المنتهى|Sidrat al-Muntahā}}<big><big></big></big>) adalah sebuah [[pohon]] [[bidara]] (''sidr'') yang menandai akhir dari [[langit]]/[[Surga]] ketujuh, sebuahyang batasmenandai dibatas manatempat [[makhluk]] tidak dapat melewatinya, menurut kepercayaanagama [[Islam]]. Dalam kepercayaan ajaran lain ada pula semacam kisah yang mirip dengan ''sidratulmuntahāSidratul Muntahā'', yang disebut sebagai "[[Pohon kehidupan|Pohon Kehidupan]]".
 
PadaDalam tanggal 27 Rajab selamaperistiwa [[Isra Mikraj]], hanya nabi Islam, [[Muhammad]], yang bisa memasuki ''SidratulmuntahaSidratul Muntaha'' dan dalam perjalanan tersebut, Muhammad didampingi [[malaikat]] [[Jibril]], dan [[Allah]] memberikan perintah kepada umat Islam untuk mendirikan [[Salat lima waktu|salat 5 waktu]].<ref>El-Sayed El-Aswad. ''[https://books.google.com/books?id=5CAJwXmjt3cC Religion and Folk Cosmology: Scenarios of the Visible and Invisible in Rural Egypt]''. Praeger/Greenwood. United States: 2002. p. 84. {{ISBN|0-89789-924-5}}</ref>
 
Dalam agama [[Baháʼí]] ''Sidrat al-Muntahā'' biasa disebut dengan "''Sadratu'l-Muntahá''" adalah sebuah kiasan untuk penjelmaan [[Tuhan]].
Baris 25:
{{Quote|Ketika Sidratulmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya|{{cite quran|53|16|style=inline}}}}
 
Dikatakan bahwa yang menyelimutinya adalah [[permadani]] yang terbuat dari [[emas]].
 
Jika Allah memutuskan sesuatu, maka "bersemilah" Sidratulmuntaha sehingga diliputi oleh sesuatu, yang menurut penafsiran [[Abdullah bin Mas'ud|Ibnu Mas'ud]] adalah "permadani emas". Deskripsi tentang Sidratulmuntaha dalam hadis-hadis tentang Isra Mikraj tersebut menurut sebagian ulama hanyalah berupa gambaran (metafora) sebatas yang dapat diungkapkan kata-kata.
 
== Peristiwa di SidratulmuntahaSidratul Muntaha ==
Ketika Mikraj, di sini Muhammad melihat banyak hal, seperti:
=== Bentuk Jibril ===
Baris 39:
Dikatakan pula bahwa Muhammad telah melihat Allah yang berupa [[cahaya]] atau hanya tertutup dengan cahaya.<ref>Dari Abu Dzar, ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah: "Apakah paduka melihat Tuhan paduka?". Ia menjawab: "Hanya cahaya. Bagaimana mungkin aku dapat melihat Allah?" Hadits riwayat [[Imam Muslim|Muslim]] (178.1), Kitab al-Iman, Bab Tentang Sabdanya "Bahwasanya aku melihat-Nya sebagai cahaya" dan Tentang Sabdanya "Aku telah melihat cahaya".</ref><ref>Dari Abdullah bin Syaqiq, ia telah bersabda: Aku bertanya kepada Abu Dzar: "Seandainya aku melihat Rasulullah, pasti aku akan menanyainya." Lantas dia berkata: "Tentang sesuatu apa?" Aku akan menanyainya: "Apakah baginda melihat Tuhan baginda?" Abu Dzar berkata: "Aku telah menanyainya, kemudian dia jawab: 'Aku telah melihat cahaya'." Hadits riwayat [[Imam Muslim|Muslim]] (178.2), Kitab al-Iman, Bab Tentang Sabdanya "Bahwasanya aku melihat-Nya sebagai cahaya" dan Tentang Sabdanya "Aku telah melihat cahaya".</ref><ref>''Syarh Nawawi tahqiq Khalil Ma'mun Syiha'' III/15 no.442 dan juga no. 443</ref>
 
Untuk hal ini terdapat beda pendapat di kalangan ulama. Tokoh yang menganggap Muhammad pernah melihat-Nya dengan mata hati antara lain al-Baihaqi, [[Ibnu Katsir]], serta [[Syaikh al-Albani|Syekh al-Albani]] dalam tahkiknya terhadap ''[[Syarah]] Aqidah ath-Thahawiyah,'' menurut hadis-hadis sahih.
 
=== Perintah salat ===
Baris 53:
* [[Arasy]]
* [[Isra Mikraj]]
* [[Pohon kehidupan|Pohon Kehidupan]]
 
== Rujukan ==