Jasawidagda: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi 'Jasawidagda, yang bergelar Raden Tumenggung (lahir pada tanggal 1 April 1886, di Pradan, Manisrengga, Klaten, Jawa Tengah). Jasawidagda memiliki nama kecil Raden Rahar...' |
k typo Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
||
(21 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
<br />
Jasawidagda, yang bergelar Raden Tumenggung (lahir pada tanggal 1 April 1886, di Pradan, Manisrengga, Klaten, Jawa Tengah). Jasawidagda memiliki nama kecil Raden Rahardi Jasawidagda, yang merupakan putra dari Raden Ngabei Mangoenkarjasa, seorang Asisten Wedana di Manisrengga, Klaten. Jasawidagda menikah dengan R. A. Arjaeni dan dikaruniai oleh 4 orang anak. Setelah istrinya tersebut meninggal, dirinya lantas menikah lagi dengan istri kedua yang disebut dengan R. A. Jasawidagda dan dikaruniai oleh sebanyak 3 orang anak. Jasawidagda merupakan putra ke-3 dari 9 bersaudara. Dirinya meninggal pada tanggal 7 Februari 1958, saat usianya menginjak 76 tahun di Klaten. Dilihat dari latar belakang keluarganya, Jasawidagda berasal dari keluarga priyayi. Bahkan, dirinya sendiri hidup sebagai seorang priyayi. Akan tetapi, ia seringkali menolak untuk bergaya hidup seperti tersebut yang menurutnya sudah tak lagi sesuai dengan tuntutan di era modern.▼
{{Infobox person
|honorific_prefix = Raden Tumenggung
|name = Jasawidagda
|image =
|image_size =
|caption =
|birth_name = Raden Rahardi Jasawidagda
|birth_date = 1 April 1886
|birth_place = [[Manisrenggo]], [[Klaten]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{Death date and age|1958|02|07|1886|04|01}}
|death_place = [[Berkas:Flag of Indonesia.svg|tepi|link=Indonesia|17px]] [[Klaten]], [[Indonesia]]
|death_cause =
|body_discovered =
|resting_place =
|resting_place_coordinates = <!-- {{Coord|LAT|LONG|type:landmark|display=inline}} -->
|monuments =
|residence =
|nationality =
|other_names =
|ethnicity = <!-- Ethnicity should be supported with a citation from a reliable source -->
|citizenship = [[Berkas:Flag of Indonesia.svg|tepi|link=Indonesia|17px]] Indonesia
|education =
|alma_mater =
|occupation = Sastrawan
|years_active =
|employer =
|known_for =
|notable_works =
|title =
|term =
|predecessor =
|successor =
|party =
|religion =
|spouse = R. A. Arjaeni<br/>R. A. Jasawidagda
|children =
|parents = Raden Ngabei Mangoenkarjasa <small>(ayah)</small>
|relatives =
}}
▲'''Jasawidagda''', yang bergelar '''Raden Tumenggung''' (
== Karier ==
Jasawidagda memulai
Sebagai seorang guru, Jasawidagda
=== Aktif dalam Organisasi ===
Di samping sarat dengan tugas kedinasan di bidang pendidikan, Jasawidagda sendiri aktif di berbagai macam kegiatan sosial politik. Dirinya terlibat dan terjun dalam organisasi [[Budi Utomo]], Perserikatan Guru Hindia-Belanda, Ketua Kwartir Besar Kepanduan di Mangkoenegaran, dan pernah menjabat sebagai Ketua Perpustakaan Sanapustaka Mangkoenegaraan Surakarta. Di samping itu, dirinya juga ikut aktif dalam dunia pers atau surat kabar. Berdasarkan dari ketekunan dan pengabdiannya, dirinya diberikan anugerah ''Bintang Perak'' dari Gubernur Jenderal Pemerintah Belanda (1936). Beliau sendiri juga pernah memperoleh penghargaan dari Lembaga Bahasa Cabang Yogyakarta dalam lomba esai Bahasa Jawa
=== Aktif dalam Dunia Kepengarangan ===
Pendidikan guru yang ditekuni olehnya menjadikannya lebih akrab terhadap bacaan atau cerita-cerita, baik itu berbahasa Jawa, Melayu, atau bahasa lain melalui Taman Pustaka. Di samping gemar membaca, keterlibatan aktif dirinya dalam dunia penerbitan juga berhasil membawanya untuk menekuni dunia kepengarangan dengan harapan bisa memberikan pendidikan kepada para pembaca. Hal tersebut ditunjukkan oleh Jasawidagda yang juga pernah bekerja menjadi seorang redaksi kalawarti ''Pustaka Jawi''. Kecintaannya terhadap bahasa dan sastra Jawa, tak pernah membuatnya menjadi surut, hingga memasuki masa pensiun. Hal tersebut dibuktikan dengan sejumlah artikelnya di majalah Medan Bahasa Basa Jawi. Dengan melihat karya dan keterlibatan di dunia bahasa dan sastra Jawa, Jasawidagda tak lagi diragukan akan sumbangannya terhadap perkembangan bahasa dan sastra Jawa.
Jasawidagda termasuk ke dalam sosok pengarang Jawa yang produktif. Selama masa kepengarangannya tersebut, dirinya berhasil menghasilkan sebanyak 15 karya, baik itu novel ataupun buku pelajaran bahasa dan sastra Jawa. Dirinya mulai menulis sejak tahun 1913 hingga Indonesia merdeka. Sebagian besar novelnya tersebut diterbitkan oleh [[Balai Pustaka]]. Karya-karya yang dihasilkan olehnya cenderung berlatar tradisional, misalnya terlihat dalam ''Mitradarma'', ''Jarot'' (Jilid I dan Jilid II), ''Keraton Powan'', ''Purasani'',
Selain itu, profesinya sebagai guru juga telah membawa dirinya berhasil memberikan pencerahan pemikiran terhadap generasi bangsanya. Dirinya sering kali mendobrak budaya tradisional yang tak sejalan dengan pemikiran modern. Dirinya tidak sependapat dengan orientasi masyarakat Jawa terhadap dunia priyayi. Hal tersebut ditunjukkan dalam novel berjudul ''Kirti Njunjung Drajat'' (1924) yang mengangkat pertentangan pandangan yang terjadi antara generasi muda yang diwakili oleh Darba dan generasi tua yang merupakan kelompok priyayi tradisional yang diwakili oleh orang tua Darba. Dalam novel ''Ni Wungkuk ing Bendha Growong'' (Balai Pustaka), Jasawidagda berhasil mengemukakan penolakannya terhadap budaya kawin paksa yang lazim dilakukan oleh kalangan priyayi. Berbeda dengan kedua novel tersebut, dirinya juga mengangkat kisah petualangan atau pengembaraan seorang pemuda bernama Jarot dalam novel berjudul ''Jarot'' (Balai Pustaka, 1992).
Sebagai seorang guru yang juga aktif dalam dunia penerbitan atau jurnalistik, Jasawidagda juga menulis cerita dengan gaya jurnalistik, seperti dalam ''Bocah Mangkoenegaran'' (1930). Dalam novel tersebut, dirinya kuat dalam mengangkat dunia jurnalistik, sehingga orang-orang cenderung melihat dirinya sebagai kumpulan karya jurnalistik. Sebagai lulusan sekolah guru, dirinya tidak mampu meninggalkan hal yang menjadi kewajiban, yakni sebagai seorang pendidik. Maka dari itu, dirinya tidak pernah ketinggalan untuk menyelipkan nasihat-nasihat didaktis dalam setiap karyanya.
== Rujukan ==
<references />
[[Kategori:Guru Indonesia]]
[[Kategori:Sastrawan]]
[[Kategori:Sastrawan Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Ngawi]]
[[Kategori:Tokoh dari Klaten]]
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Ngrambe]]
|