Meboros: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k pembersihan kosmetika dasar, replaced: {{Yatim → {{orphan, added uncategorised, underlinked tags
Angayubagia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(1 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Meboros''' adalah salah satu tradisi yang masih berlangsung di [[Busungbiu, Buleleng|Desa Busungbiu]], [[Kabupaten Buleleng]]. Awal mula munculnya tradisi meboros berawal dari keberhasilan desa Busungbiu membangun Pura Puseh desa. Diceritakan kedatangan Gusti Patih Cili Ularan yang diiringi oleh 200 pasukan beliaupasukannya dan 2 (dua) orang penasehat, dari Suweca Pura menuju Tabanan tepatnya di Wong Ayu lalu ke Pucak Kedaton Watukaru. Setelah kurang sekian lama mengembara, Gusti Patih Cili Ularan sampai di sebuah tempat yang bernama Gedang Janur atau (Busungbiu pada saat ini).
{{Underlinked|date=Februari 2023}}
{{orphan|Oktober 2022}}
'''Meboros''' adalah salah satu tradisi yang masih berlangsung di Desa Busungbiu, [[Kabupaten Buleleng]]. Awal mula munculnya tradisi meboros yang dilakukan oleh masyarakat desa Busungbiu berawal dari keberhasilan desa Busungbiu membangun Pura Puseh desa.
 
BeliauIa bertemu dengan pimpinan desa yang pada saat itu dipimpin oleh Gede Mariada dan seorang tokoh agama Ida Pranda Sakti Sinuhun. Kedatangan beliauKedatangannya sangat diterima di desa Gedang Janur, pada saat itu Gusti Cili Ularan Hanya di dampingi 66 prajuritnya saja.
Diceritakan kedatangan Gusti Patih Cili Ularan yang diiringi oleh 200 pasukan beliau dan 2 (dua) orang penasehat, dari Suweca Pura menuju Tabanan tepatnya di Wong Ayu lalu ke Pucak Kedaton Watukaru. Setelah kurang sekian lama mengembara Gusti Patih Cili Ularan sampai di sebuah tempat yang bernama Gedang Janur atau Busungbiu pada saat ini.
 
Dari latar belakang itulah mulai tergugah untuk membangun Pura Puseh desa, yang pada saat itu desa busungbiu masih kecil dan dihuni beberapa orang saja. Setelah Gusti Patih Cili Ularan menetap di Gedang Janur, mulailah beliau membangun pura puseh desa dimana tokoh agama pada saat itu Ida Pranda Sakti Sinuhun akan memberikan I Bulu Pangi (kijang) sebagai sarana upacara.
Beliau bertemu dengan pimpinan desa yang pada saat itu dipimpin oleh Gede Mariada dan seorang tokoh agama Ida Pranda Sakti Sinuhun. Kedatangan beliau sangat diterima di desa Gedang Janur, pada saat itu Gusti Cili Ularan Hanya di dampingi 66 prajuritnya saja.
 
Pada saat rahinahari ''"pernamaning kapat"'' penanggalan Bali tepatnya sekitar tahun 1500 Masehi, upacara piodalan pertama dilaksanakan dan menggunakan sarana [[kijang]] sebagai sesajen upacara. Semenjak saat itulah masyarakat selalu menggunakan kijang sebagai sarana upacara dan melaksanakan tradisi meboros untuk mendapatkan hewan kijang.
Dari latar belakang itulah mulai tergugah untuk membangun Pura Puseh desa, yang pada saat itu desa busungbiu masih kecil dan dihuni beberapa orang saja. Setelah Gusti Patih Cili Ularan menetap di Gedang Janur, mulailah beliau membangun pura puseh desa dimana tokoh agama pada saat itu Ida Pranda Sakti Sinuhun akan memberikan I Bulu Pangi (kijang) sebagai sarana upacara.
 
DalamBanyak makna yang terkandung dalam cerita awal mula pelaksanaan tradisi inimeboros sudahdiantaranya barangsebagai tentupenanggalan adauntuk langkah-langkahmemperingati yangawal akanmula dilalui,berdirinya mulaiPura dariPuseh awaldesa hinggaBusungbiu pelaksanaanserta meborospegangan inimasyarakat dilaksanakandesa Busungbiu untuk mempertahankan keberadaan tradisi meboros.<ref>{{Cite web|url=https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/tradisi-meboros-kidang-di-desa-busungbiu-buleleng-sudah-ada-sejak-tahun-1500-an-bagaimana-sejarahnya-74|title=Tradisi Meboros Kidang di Desa Busungbiu, Buleleng Sudah Ada Sejak Tahun 1500-an, Bagaimana Sejarahnya ?|website=Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng|language=en-US|access-date=2019-10-19|archive-date=2019-10-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20191019082245/https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/tradisi-meboros-kidang-di-desa-busungbiu-buleleng-sudah-ada-sejak-tahun-1500-an-bagaimana-sejarahnya-74|dead-url=yes}}</ref>
Pada saat rahina pernamaning kapat penanggalan Bali tepatnya sekitar tahun 1500, upacara piodalan pertama dilaksanakan dan menggunakan sarana kijang sebagai sesajen upacara. Semenjak saat itulah masyarakat selalu menggunakan kijang sebagai sarana upacara dan melaksanakan tradisi meboros untuk mendapatkan hewan kijang.
 
== Daftar Pustaka ==
Banyak makna yang terkandung dalam cerita awal mula pelaksanaan tradisi meboros diantaranya sebagai penanggalan untuk memperingati awal mula berdirinya Pura Puseh desa Busungbiu serta sebagai pegangan masyarakat desa Busungbiu untuk mempertahankan keberadaan tradisi meboros.
{{Reflist}}
 
[[Kategori:Budaya Bali]]
Dalam pelaksanaan tradisi ini sudah barang tentu ada langkah-langkah yang akan dilalui, mulai dari awal hingga pelaksanaan meboros ini dilaksanakan.<ref>{{Cite web|url=https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/tradisi-meboros-kidang-di-desa-busungbiu-buleleng-sudah-ada-sejak-tahun-1500-an-bagaimana-sejarahnya-74|title=Tradisi Meboros Kidang di Desa Busungbiu, Buleleng Sudah Ada Sejak Tahun 1500-an, Bagaimana Sejarahnya ?|website=Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng|language=en-US|access-date=2019-10-19|archive-date=2019-10-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20191019082245/https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/tradisi-meboros-kidang-di-desa-busungbiu-buleleng-sudah-ada-sejak-tahun-1500-an-bagaimana-sejarahnya-74|dead-url=yes}}</ref>
[[Kategori:Busungbiu, Buleleng]]
 
== Daftar Pustaka ==
<references />
 
{{Uncategorized|date=Februari 2023}}