Perubahan iklim dan pertanian: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Putriuzdahw (bicara | kontrib) k Mengubah kalimat utama dalam paragraf |
|||
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{rapikan}}
[[Berkas:Autumn in iran پاییز در ایران- استان قم 05.jpg|jmpl]]
'''[[Perubahan
Sektor [[pertanian]] merupakan sektor utama yang menyerap banyak tenaga kerja, baik secara formal maupun informal. Namun, sektor ini
Sejak terjadinya perubahan iklim, peluang munculnya kejadian iklim ekstrem meningkat. Di sisi lain, manusia tidak dapat mengendalikan perilaku iklim. Oleh karena itu, secara teknis dan sosial ekonomi, tindakan yang layak ditempuh adalah memperkuat kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim. Untuk jangka menengah-panjang, adaptasi saja tidak cukup. Strategi yang dipandang tepat yaitu melakukan [[adaptasi]] dan [[Mitigasi perubahan iklim|mitigasi]] secara sinergis
== Konsep Perubahan Iklim dan Pertanian ==
[[Iklim]] berbeda dengan [[cuaca]] dikarenakan iklim berkaitan dengan perilaku cuaca jangka panjang, termasuk dinamikanya. [[Perubahan iklim]] dicirikan oleh berubahnya dinamika dan besaran dan atau [[intensitas]] unsur-unsur iklim yang cenderung menjadi lebih tinggi atau lebih rendah. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perubahan iklim terkait variasi mulai dari [[Sinar matahari|radiasi matahari]], deviasi orbit [[bumi]], gerak lempeng [[Tektonika lempeng|tektonik]], perilaku [[vulkanik]], dan konsentrasi [[gas rumah kaca]].
Menurut IPCC (2001) menyatakan bahwa perubahan iklim merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang (biasanya dekade atau lebih). Selain itu juga diperjelas bahwa [[perubahan iklim]]
Pertanian adalah manifestasi kebudayaan/peradaban manusia yang keberadaannya dewasa ini tidak lepas dari sejarah perkembangan kebudayaan/peradaban manusia sejak zaman purbakala. Kegiatan Belajar ini menguraikan tinjauan sejarah perkembangan pertanian di dunia dan sejarah perkembangan pertanian di Indonesia, sehingga pertanian Indonesia menjadi seperti yang ada sekarang. Perkembangan pertanian sangat erat kaitannya dengan perkembangan peradaban manusia. Ada baiknya kita mengenal beberapa model pertanian yang berhubungan dengan sejarah manusia. Perkembangan ilmu pertanian terapan yang pesat di negara maju telah menyebabkan terjadinya perbedaan yang makin besar dengan negara-negara sedang berkembang di dalam kemampuan memberi makan penduduknya. Hal ini disebabkan oleh adanya kesenjangan antara kenaikan efisiensi teknologi pertanian dengan kenaikan jumlah penduduk.<ref>{{Cite journal|last=Kusmiadi|first=Edi|year=2014|title=Pengertian dan Sejarah Perkembangan Pertanian|url=http://repository.ut.ac.id/4425/1/LUHT4219-M1.pdf|journal=Pengantar Ilmu Pertanian|volume=|issue=|pages=|doi=}}</ref>
Baris 16:
== Iklim Pertanian ==
[[Berkas:Hamparan sawah siap panen di Jeneponto.jpg|jmpl]]
Perlu adanya kerjasama antara ahli [[klimatologi]] dan ahli [[pertanian]] dalam membangun sektor pertanian. [[Iklim]] mempengaruhi produksi pangan, karena itu penerapan klimatologi pada pertanian adalah penting mengingat setiap jenis tanaman pada berbagai tingkat pertumbuhan memerlukan kondisi iklim berbeda-beda. Jelas bahwa salah satu tugas kemanusiaan ahli [[
Kerjasama ahli [[klimatologi]] dan ahli [[pertanian]] akan dapat mengemukakan gagasan baru yang sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi nasional dan kesejahteraan bangsa. Sebagai contoh di Inggris serangan cacing hati pada ternak domba dan sapi ternyata dipengaruhi oleh kelembapan permukaan rumput selama musim panas, karena kondisi semacam ini yang memungkinkan perkembangan dari jenis siput sebagai binatang perantara, dan penyakit hati pada ternak tergantung pada adanya jenis siput ini. Dengan memperhatikan unsur-unsur [[iklim]] seperti curah hujan, jumlah hari hujan, dan penguapan maka dapat diperkirakan tingkat kelembapan dari rumput tersebut. Penerapan ''[[Meteorologi|meteorology]]'' semacam ini menyangkut hal cukup penting; berdasarkan data cuaca masa lalu dapat memberikan saran
[[Tanaman]] sebagai makhluk hidup memerlukan panas dan [[ekonomi]] air yang khusus. Karena itu tanaman memberikan suatu reaksi pada iklim mikro di sekitarnya. Akan tetapi karena tanaman itu tumbuh menjadi besar, maka bentuk dan ukurannya berubah, sehingga mempengaruhi jumlah [[panas]] dan [[kelembapan]] tanah tempat tanaman berpijak dan mempengaruhi udara tempat tanaman berpijak dan mempengaruhi udara tempat tanaman membesar.Tentunya ada interaksi antara tanaman dan iklim.
Di dalam pertanian, kehutanan, dan perkebunan pemeliharaan pertama terhadap tanaman yang baru tumbuh adalah sangat penting karena tanaman muda masih lunak
== Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pertanian ==
Baris 35:
# Dampak [[biofisika]] antara lain mencakup: (a) efek fisiologis pada tanaman, hutan, dan ternak (kuantitas dan kualitas), (b) perubahan lahan, dan sumberdaya lahan dan air (kuantitas dan kualitas), (c) meningkatnya gangguan gulma dan penyakit, (d) pergeseran spasial dan temporal (a)-(c), (e) peningkatan permukaan air laut dan salinitas, (f) perubahan habitat biota laut, termasuk sumberdaya perikanan laut.
# Dampak [[sosial ekonomi]] antara lain mencakup: (a) turunnya produktivitas dan produksi, (b) penurunan marginal GDP sektor pertanian, (c) fluktuasi harga di pasar internasional, (d) perubahan distribusi geografis rejim perdagangan, (e)
Meskipun secara teknis [[Pertanian|sektor pertanian]] merupakan salah satu andalan aksi [[mitigasi perubahan iklim]], namun sektor ini juga merupakan sektor paling rentan terhadap perubahan iklim.<ref>{{Cite book|title=Climate Change and Agricultural Vulnerability|last=Fischer|first=G., M and H.V. Velthuizen|publisher=IIASA|year=2002|isbn=|location=Luxemberg, Austria|pages=|url-status=live}}</ref> Oleh karena sektor ini merupakan penghasil pangan maka ketahanan pangan rawan terhadap perubahan iklim. Dalam konteks agregat, dampak perubahan iklim terhadap produksi pangan terjadi melalui turunnya produktivitas dan atau luas panen. [[Produktivitas]] turun karena meningkatnya cekaman lingkungan (variabilitas iklim yang lebih besar) dan meningkatnya intensitas gangguan OPT mengakibatkan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman tidak optimal. Penurunan luas panen terkait dengan meningkatnya persentase puso yang terjadi akibat kekeringan, banjir, ataupun gangguan OPT. Dalam jangka panjang, turunnya luas panen juga merupakan akibat dari penyusutan lahan pertanian akibat naiknya permukaan air laut. Dampak perubahan iklim terhadap produksi pangan terjadi melalui turunnya produktivitas dan luas panen. Turunnya produktivitas terkait dengan kondisi iklim makro dan iklim mikro
== Kerentanan Petani terhadap Perubahan Iklim ==
Aktivitas utama (''core business'') di [[Pertanian|sektor pertanian]] adalah usahatani
Secara garis besar, kerentanan merupakan fungsi dari karakter, besaran, dan tingkat variasi iklim terhadap suatu sistem yang terdadah, sensitivitas sistem tersebut terhadap dadahan (''exposure''), dan kapasitas adaptasinya.<ref name=":4">Lasco R.D, C.M.D. Habito, R.J.P. Delfino, F.B. Pulhin, and R.N. Concepcion. 2011. Climate Change Adaptation for Smallholder Farmers in Southeast Asia. World Agroforestry Centre, Philippines. 65p.</ref> [[Kinerja]] usaha tani dipengaruhi oleh penguasaan sumberdaya dan kemampuan manajerial petani yakni kemampuan mengakumulasikan dan mendayagunakan pengetahuan, informasi, dan keterampilannya dalam mengalokasikan sumberdaya yang dikuasainya dalam rangka mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam berusaha tani. Sebagian dari pengetahuan tersebut diperoleh dari penyuluhan, belajar secara mandiri, dari petani lain, atau orang tuanya secara turun-temurun, dan dari sumber-sumber informasi lainnya. Oleh karena itu secara umum kelompok paling rentan terhadap risiko iklim (kekeringan, banjir, badai) adalah petani kecil. Untuk meningkatkan ketahanan [[petani]] menghadapi perubahan iklim diperlukan adanya dukungan yang memadai dari [[pemerintah]].<ref name=":3" />
Baris 51:
Adaptasi terhadap [[perubahan iklim]] mengacu pada penyesuaian yang dilakukan sebagai respon terhadap pengaruh yang timbul akibat kondisi iklim aktual atau yang diperkirakan akan terjadi agar mampu bertahan dan jika memungkinkan dapat memanfaatkan kesempatan untuk berkembang. Terdapat berbagai tipe adaptasi berdasarkan sifatnya: adaptasi ''autonomous'' vs terencana, adaptasi antisipatif vs reaktif, dan adaptasi individual vs kolektif (masyarakat). Meskipun berbeda-beda namun sasaran umumnya adalah mengarah pada minimalisasi risiko akibat [[iklim]], dalam arti meningkatkan resiliensi dan mengurangi kerentanan terhadap kondisi iklim yang tidak kondusif.<ref name=":4" />
Kapasitas adaptasi merupakan resultante dari kinerja unsur-unsur pembentuknya. Identifikasi tingkat keragaman kapasitas adaptasi didekati melalui identifikasi unsur- unsur pembentuknya yang meliputi: (1) penguasaan pengetahuan di bidang usahatani, utamanya yang terkait dengan kiat-kiat menghadapi efek perubahan iklim; (2) penguasaan teknologi usahatani yang lebih produktif dan adaptif terhadap variabilitas iklim; (3) keterampilan manajerial usahatani; (4) kemampuan mengakses informasi iklim; (5) kemampuan mengakses pasar masukan dan keluaran usahatani; (6) tersedianya kelembagaan ”''risk sharing''” di tingkat petani, khususnya yang terkait dengan risiko iklim; (7) tersedianya infrastruktur yang kondusif untuk mengurangi potensi dampak perubahan iklim; (8) tersedianya kelembagaan yang efektif untuk mengatasi bencana akibat iklim ekstrem dan
Mengacu pada [[Organisasi Pangan dan Pertanian|FAO]] 2011, strategi peningkatan kapasitas adaptasi petani melalui pendekatan planned adaptation harus tetap mempertimbangkan autonomous adaptation yang telah berkembang pada komunitas petani. Simpul-simpul kritisnya adalah sebagai berikut: (1) fokus pada ketahanan pangan; (2) pengarusutamaan (
[[Kategori:Artikel EUforia Wiki4Climate]]
|