Perubahan iklim dan pertanian: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Putriuzdahw (bicara | kontrib)
k Mengubah kalimat utama dalam paragraf
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{rapikan}}
[[Berkas:Autumn in iran پاییز در ایران- استان قم 05.jpg|jmpl]]
'''[[Perubahan iklim|Perubahan]] [[iklim]]''' merupakan salah satu masalah yang serius pada abad ke-21 ini. Para peneliti dan pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap permasalahan ini dalam diskusi ''Intergovernmental Planet on Climate Change'' ([[IPCC]]) yang menyimpulkan bahwa perubahan iklim bukan merupakan proses alami, melainkan sebuah intervensi dari aktivitas manusia di muka bumi.<ref>{{Cite book|title=Perubahan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan: Sebuah Pengantar Perubahan Iklim dan Tantangan Peradaban|last=Hadad|first=Ismid|publisher=LP3ES|year=2010|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref> Perubahan [[iklim]] merupakan salah satu isu yang cukup ramai dibicarakan belakangan ini karena dampak perubahan iklim tersebut sudah sangat dirasakan oleh setiap aspek kehidupan manusia, salah satunya sektor pertanian.
 
Sektor [[pertanian]] merupakan sektor utama yang menyerap banyak tenaga kerja, baik secara formal maupun informal. Namun, sektor ini akanberpotensi sangat sensitif terkena dampak perubahan [[iklim]] karena sektor [[pertanian]] bertumpu pada [[siklus air]] dan cuaca untuk menjaga produktivitasnya. Sektor pertanian terdiri atas subsektor pertanian, [[Perikanan|perikanan,]], [[perkebunan]], dan [[kehutanan]]. Organisasi Pangan dan Pertanian ([[Organisasi Pangan dan Pertanian|FAO]]) menyatakan bahwa salah satu ancaman paling serius terhadap masa depan keberlanjutan ketahanan pangan adalah implikasi [[perubahan iklim]].<ref>FAO. 2008. Climate Change and Food Security: A Framework Document. Food and Agriculture Organization of The United Nations (FAO). Rome.</ref>
 
Sejak terjadinya perubahan iklim, peluang munculnya kejadian iklim ekstrem meningkat. Di sisi lain, manusia tidak dapat mengendalikan perilaku iklim. Oleh karena itu, secara teknis dan sosial ekonomi, tindakan yang layak ditempuh adalah memperkuat kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim. Untuk jangka menengah-panjang, adaptasi saja tidak cukup. Strategi yang dipandang tepat yaitu melakukan [[adaptasi]] dan [[Mitigasi perubahan iklim|mitigasi]] secara sinergis (IPCC, 2001; IPCC, 2007).<ref name=":1">FAO. 2007. Adaptation to Climate Change in Agriculture, Forestry and Fisheries: Perspective, Framework and Priorities, Interdepartmental Working Group on Climate Change, Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations. Rome.</ref> Dampak perubahan iklim terhadap [[pertanian]] bersifat langsung dan tidak langsung dan mencakup aspek [[biofisika]] dan [[sosial ekonomi]]. Perhatian terbesar dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian adalah munculnya kekhawatiran dengan kestabilan bahan [[pangan]]. Perubahan iklim akan menyebabkan kekeringan, penurunan air tanah, peningkatan suhu (pemanansanpemanasan global), banjir,  kekurangan kesuburan tanah, perubahan cuaca, dan lain-lain yang berisiko gagal panen dan kelaparan. Contohnya pada saat terjadi [[El Niño|El Nino]] pada 1997 yang merusak 426.000 hektare sawah.<ref name=":1" />
 
== Konsep Perubahan Iklim dan Pertanian ==
[[Iklim]] berbeda dengan [[cuaca]] dikarenakan iklim berkaitan dengan perilaku cuaca jangka panjang, termasuk dinamikanya. [[Perubahan iklim]] dicirikan oleh berubahnya dinamika dan besaran dan atau [[intensitas]] unsur-unsur iklim yang cenderung menjadi lebih tinggi atau lebih rendah. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perubahan iklim terkait variasi mulai dari [[Sinar matahari|radiasi matahari]], deviasi orbit [[bumi]], gerak lempeng [[Tektonika lempeng|tektonik]], perilaku [[vulkanik]], dan konsentrasi [[gas rumah kaca]].  Mengacu pada sejumlah besar hasil penelitian, sebagian besar pakar iklim internasional sepakat dengan kesimpulan bahwa penyebab perubahan iklim sangat terkait dengan aktivitas manusia (''anthro-pogenics''). Diyakini bahwa aktivitas manusia secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan komposisi [[Atmosfer Bumi|atmosfer bumi]] berubah, antara lain terjadinya peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca (GRK) yang drastis.<ref>Trenberth, K. E., J. T. Houughton, and L. G. Meira Filho. 1995.  The Climate System: an Overview In: Climate Change 1995. The Science of Climate Change. Contribution of Working Group I to the Second Assessment Report of The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).  Cambridge University Press.</ref>
 
Menurut IPCC (2001) menyatakan bahwa perubahan iklim merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang (biasanya dekade atau lebih). Selain itu juga diperjelas bahwa [[perubahan iklim]] mungkimungkin terjadi karena proses alam internal maupun ada kekuatan eksternal, atau ulah manusia yang terus menerus mengubah komposisi [[Atmosfer benda langit|atmosfer]] atau tata guna lahan.
 
Pertanian adalah manifestasi kebudayaan/peradaban manusia yang keberadaannya dewasa ini tidak lepas dari sejarah perkembangan kebudayaan/peradaban manusia sejak zaman purbakala. Kegiatan Belajar ini menguraikan tinjauan sejarah perkembangan pertanian di dunia dan sejarah perkembangan pertanian di Indonesia, sehingga pertanian Indonesia menjadi seperti yang ada sekarang. Perkembangan pertanian sangat erat kaitannya dengan perkembangan peradaban manusia. Ada baiknya kita mengenal beberapa model pertanian yang berhubungan dengan sejarah manusia. Perkembangan ilmu pertanian terapan yang pesat di negara maju telah menyebabkan terjadinya perbedaan yang makin besar dengan negara-negara sedang berkembang di dalam kemampuan memberi makan penduduknya. Hal ini disebabkan oleh adanya kesenjangan antara kenaikan efisiensi teknologi pertanian dengan kenaikan jumlah penduduk.<ref>{{Cite journal|last=Kusmiadi|first=Edi|year=2014|title=Pengertian dan Sejarah Perkembangan Pertanian|url=http://repository.ut.ac.id/4425/1/LUHT4219-M1.pdf|journal=Pengantar Ilmu Pertanian|volume=|issue=|pages=|doi=}}</ref>
Baris 16:
== Iklim Pertanian ==
[[Berkas:Hamparan sawah siap panen di Jeneponto.jpg|jmpl]]
Perlu adanya kerjasama antara ahli [[klimatologi]] dan ahli [[pertanian]] dalam membangun sektor pertanian. [[Iklim]] mempengaruhi produksi pangan, karena itu penerapan klimatologi pada pertanian adalah penting mengingat setiap jenis tanaman pada berbagai tingkat pertumbuhan memerlukan kondisi iklim berbeda-beda. Jelas bahwa salah satu tugas kemanusiaan ahli [[Klimatologi|klimatalogiklimatologi]] adalah memberi bantuan tentang penerapan [[klimatologi]] setiap usaha produksi bahan pangan. Ternyata bahwa banyak pengetahuan [[klimatologi]] yang dapat diterapkan dalam praktek pertanian. Kita tidak perlu beranggapan bahwa penerapan [[klimatologi]] hanya merupakan ramalan cuaca dan [[iklim]] saja, tetapi kita harus memulai harus memulai memikirkan potensi yang terdapat di dalam perpaduan antara [[klimatologi]] dan [[pertanian]].<ref name=":2">{{Cite journal|last=Julisman|first=|year=2013|title=Dampak dan Perubahan Iklim di Indonesia|url=|journal=Geografi|volume=5|issue=1|pages=44|doi=}}</ref>
 
Kerjasama ahli [[klimatologi]] dan ahli [[pertanian]] akan dapat mengemukakan gagasan baru yang sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi nasional dan kesejahteraan bangsa. Sebagai contoh di Inggris serangan cacing hati pada ternak domba dan sapi ternyata dipengaruhi oleh kelembapan permukaan rumput selama musim panas, karena kondisi semacam ini yang memungkinkan perkembangan dari jenis siput sebagai binatang perantara, dan penyakit hati pada ternak tergantung pada adanya jenis siput ini. Dengan memperhatikan unsur-unsur [[iklim]] seperti curah hujan, jumlah hari hujan, dan penguapan maka dapat diperkirakan tingkat kelembapan dari rumput tersebut. Penerapan ''[[Meteorologi|meteorology]]'' semacam ini menyangkut hal cukup penting; berdasarkan data cuaca masa lalu dapat memberikan saran untuikuntuk masa mendatang sehingga memungkinkan melakukan tindakan yang tepat untuk menghindari efek yang merugikan.<ref name=":2" /> Dari contoh ini maka dapat disimpulkan bahwa penerapan klimatologi dalam pertanian masyarakat adanya perpaduan pemikiran antara ahli [[klimatologi]] dan ahli [[pertanian]]. Sebagian besar Negara di dunia sangat tertarik untuk mengetahui secara rinci kondisi [[iklim]] agar dapat menilai kemungkinan yang paling baik mengenai penggunaan lahan untuk pertanian. Beberapa fakta menunjukkan bahwa kegagalan dari hasil panen sekurang-kurangnya disebabkan oleh kondisi iklim yang diabaikan.
 
[[Tanaman]] sebagai makhluk hidup memerlukan panas dan [[ekonomi]] air yang khusus. Karena itu tanaman memberikan suatu reaksi pada iklim mikro di sekitarnya. Akan tetapi karena tanaman itu tumbuh menjadi besar, maka bentuk dan ukurannya berubah, sehingga mempengaruhi jumlah [[panas]] dan [[kelembapan]] tanah tempat tanaman berpijak dan mempengaruhi udara tempat tanaman berpijak dan mempengaruhi udara tempat tanaman membesar.Tentunya ada interaksi antara tanaman dan iklim. PenagaruhPengaruh tanaman pada [[iklim]] [[lingkungan]] adalah menjadi penting dengan semakin besarnya tanaman dan semakin banyaknya jumlah rumpun tanaman. Pada mulanya tanaman hanya dipengaruhi oleh iklim mikro saja, namun kemudian lambat laun dipengaruhi oleh [[iklim]] meso dan iklim makro.<ref name=":2" />
 
Di dalam pertanian, kehutanan, dan perkebunan pemeliharaan pertama terhadap tanaman yang baru tumbuh adalah sangat penting karena tanaman muda masih lunak teruatamaterutama peka terhadap kondisi iklim. Karena itu sebelum memperhatikan tanaman muda, perlu mengetahui lebih dulu iklim setempat agar dapat dicapai hasil yang maksimal. Ada hubungan yang erat antara pola iklim dengan distribusi tanaman sehingga beberapa klasifikasi iklim didasarkan pada dunia tumbuh- tumbuhan. Tanaman dipandang sebagai sesuatu yang kompleks dan peka terhadap pengaruh iklim misalnya [[Pemanasan global|pemanasan]], [[kelembapan]], penyinaran [[matahari]], dan lain-lainnya. Tanpa unsur-unsur iklim ini, pada umumnya pertumbuhan tanaman akan bertahan, meskipun ada beberapa tanaman yang dapat menyesuaikan diri untuk tetap hidup dalam periode yang cukup lama jika kekurangan salah satu faktor tersebut diatas. Iklim tidak hanya mempengaruhi tanaman tetapi juga dipegaruhidipengaruhi oleh [[tanaman]]. Hutan yang lebat dapat menambah jumlah kelembapan udara melalui transpirasi. Bayangan dari pepohonan dapat mengurangi suhu udara sehingga penguapan menjadi kecil.Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman ialah [[curah hujan]], [[suhu]], [[angin]], [[sinar matahari]], [[kelembapan]] dan [[evapotranspirasi]] (penguapan + transpirasi).<ref name=":2" />
 
== Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pertanian ==
Baris 35:
 
# Dampak [[biofisika]] antara lain mencakup: (a) efek fisiologis pada tanaman, hutan, dan ternak (kuantitas dan kualitas), (b) perubahan lahan, dan sumberdaya lahan dan air (kuantitas dan kualitas), (c) meningkatnya gangguan gulma dan penyakit, (d) pergeseran spasial dan temporal (a)-(c), (e) peningkatan permukaan air laut dan salinitas, (f) perubahan habitat biota laut, termasuk sumberdaya perikanan laut.
# Dampak [[sosial ekonomi]] antara lain mencakup: (a) turunnya produktivitas dan produksi, (b) penurunan marginal GDP sektor pertanian, (c) fluktuasi harga di pasar internasional, (d) perubahan distribusi geografis rejim perdagangan, (e)  meningkatnya jumlah penduduk rawan pangan, dan (f) migrasi dan ''civil unrest''.
 
Meskipun secara teknis [[Pertanian|sektor pertanian]] merupakan salah satu andalan aksi [[mitigasi perubahan iklim]], namun sektor ini juga merupakan sektor paling rentan terhadap perubahan iklim.<ref>{{Cite book|title=Climate Change and Agricultural Vulnerability|last=Fischer|first=G., M and H.V. Velthuizen|publisher=IIASA|year=2002|isbn=|location=Luxemberg, Austria|pages=|url-status=live}}</ref> Oleh karena sektor ini merupakan penghasil pangan maka ketahanan pangan rawan terhadap perubahan iklim. Dalam konteks agregat, dampak perubahan iklim terhadap produksi pangan terjadi melalui turunnya produktivitas dan atau luas panen. [[Produktivitas]] turun karena meningkatnya cekaman lingkungan (variabilitas iklim yang lebih besar) dan meningkatnya intensitas gangguan OPT mengakibatkan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman tidak optimal. Penurunan luas panen terkait dengan meningkatnya persentase puso yang terjadi akibat kekeringan, banjir, ataupun gangguan OPT. Dalam jangka panjang, turunnya luas panen juga merupakan akibat dari penyusutan lahan pertanian akibat naiknya permukaan air laut. Dampak perubahan iklim terhadap produksi pangan terjadi melalui turunnya produktivitas dan luas panen. Turunnya produktivitas terkait dengan kondisi iklim makro dan iklim mikro  yang kurang kondusif terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman (cekaman air dan suhu) dan meningkatnya organisme pengganggu [[tanaman]]. Penurunan luas panen terkait dengan puso yang terjadi akibat [[kekeringan]] dan [[banjir]] serta hilangnya sebagian lahan pertanian akibat naiknya paras muka air laut.<ref name=":3">{{Cite journal|last=Sumaryanto|first=|year=2012|title=Strategi Peningkatan Kapasitas Adaptasi Petani Tanaman Pangan Menghadapi Perubahan Iklim|url=|journal=Forum Penelitian Agro Ekonomi|volume=30|issue=2|pages=|doi=}}</ref>
 
== Kerentanan Petani terhadap Perubahan Iklim ==
Aktivitas utama (''core business'') di [[Pertanian|sektor pertanian]] adalah usahatani  [[tanaman pangan]], [[hortikultura]], [[perkebunan]], [[peternakan]] maupun [[perikanan]]. Terkait karakteristik intrinsiknya, hampir semua cabang usahatani tersebut rentan terhadap variabilitas iklim yang tajam yang berdasarkan berbagai ramalan dinyatakan akan sering terjadi dalam era perubahan iklim. Oleh karena itu perubahan iklim disimpulkan merupakan salah satu ancaman paling serius terhadap keberlanjutan ketahanan pangan. Berpijak pada karakteristik iklim sebagai suatu sistem yang sifatnya global maka ruang lingkup dampak negatif perubahan iklim tidak eksklusif lokal, nasional, atau regional, tetapi  bersifat global.<ref>IPCC. 2001. Climate change 2001: impacts, adaptation, and Vulnerability. Cambridge University Press, New York.</ref><ref>Asian Development Bank (ADB) and International Food Policy Research Institute (IFPRI). 2009. Building Climate Resilience in the Agriculture Sector in Asia and the Pacific. Mandaluyong City, Philippines. ADB, 2009.</ref>
 
Secara garis besar, kerentanan merupakan fungsi dari karakter, besaran, dan tingkat variasi iklim terhadap suatu sistem yang terdadah, sensitivitas sistem tersebut terhadap dadahan (''exposure''), dan kapasitas adaptasinya.<ref name=":4">Lasco R.D, C.M.D. Habito, R.J.P. Delfino, F.B. Pulhin, and R.N. Concepcion. 2011. Climate Change Adaptation for Smallholder Farmers in Southeast Asia. World Agroforestry Centre, Philippines. 65p.</ref> [[Kinerja]] usaha tani dipengaruhi oleh penguasaan sumberdaya dan kemampuan manajerial petani yakni kemampuan mengakumulasikan dan mendayagunakan pengetahuan, informasi, dan keterampilannya dalam mengalokasikan sumberdaya yang dikuasainya dalam rangka mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam berusaha tani. Sebagian dari pengetahuan tersebut diperoleh dari penyuluhan, belajar secara mandiri, dari petani lain, atau orang tuanya secara turun-temurun, dan dari sumber-sumber informasi lainnya. Oleh karena itu secara umum kelompok paling rentan terhadap risiko iklim (kekeringan, banjir, badai) adalah petani kecil. Untuk meningkatkan ketahanan [[petani]] menghadapi perubahan iklim diperlukan adanya dukungan yang memadai dari [[pemerintah]].<ref name=":3" />
Baris 51:
Adaptasi terhadap [[perubahan iklim]] mengacu pada penyesuaian yang dilakukan sebagai respon terhadap pengaruh yang timbul akibat kondisi iklim aktual atau yang diperkirakan akan terjadi agar mampu bertahan dan jika memungkinkan dapat memanfaatkan kesempatan untuk berkembang. Terdapat berbagai tipe adaptasi berdasarkan sifatnya: adaptasi ''autonomous'' vs terencana, adaptasi antisipatif vs reaktif, dan adaptasi individual vs kolektif (masyarakat). Meskipun berbeda-beda namun sasaran umumnya adalah mengarah pada minimalisasi risiko akibat [[iklim]], dalam arti meningkatkan resiliensi dan mengurangi kerentanan terhadap kondisi iklim yang tidak kondusif.<ref name=":4" />
 
Kapasitas adaptasi merupakan resultante dari kinerja unsur-unsur pembentuknya. Identifikasi tingkat keragaman kapasitas adaptasi didekati melalui identifikasi unsur- unsur pembentuknya yang meliputi: (1) penguasaan pengetahuan di bidang usahatani, utamanya yang terkait dengan kiat-kiat menghadapi efek perubahan iklim; (2) penguasaan teknologi usahatani yang lebih produktif dan adaptif terhadap variabilitas iklim; (3) keterampilan manajerial usahatani; (4) kemampuan mengakses informasi iklim; (5) kemampuan mengakses pasar masukan dan keluaran usahatani; (6) tersedianya kelembagaan ”''risk sharing''” di tingkat petani, khususnya yang terkait dengan risiko iklim; (7) tersedianya infrastruktur yang kondusif untuk mengurangi potensi dampak perubahan iklim; (8) tersedianya kelembagaan yang efektif untuk mengatasi bencana akibat iklim ekstrem dan mempercapatmempercepat proses pemulihannya; (9) bijakan pemerintah yang secara khusus menangani dampak bencana iklim ekstrem dan proses pemulihannya; (10) kebijakan perlindungan usaha di bidang usahatani pangan; dan (11) kebijakan perlindungan aset-aset penting dan sumberdaya pertanian pangan strategis.<ref name=":3" />
 
Mengacu pada [[Organisasi Pangan dan Pertanian|FAO]] 2011, strategi peningkatan kapasitas adaptasi petani melalui pendekatan planned adaptation harus tetap mempertimbangkan autonomous adaptation yang telah berkembang pada komunitas petani. Simpul-simpul kritisnya adalah sebagai berikut: (1) fokus pada ketahanan pangan; (2) pengarusutamaan (main streamingmainstreaming) adaptasi terhadap perubahan iklim dalam pembangunan (pertanian); (3) sifatnya adalah demand driven yang berbasis sumberdaya lokal; (4) aksi adaptasi harus disinergikan dengan mitigasi; (5) teknologinya berbasis pendekatan ekosistem; (6) gerakan sosialnya berbasis pada partisipasi dan perlu memperhatikan aspek gender; (7) sistem koordinasinya berbasis kemitraan yang konteksnya bersifat lintas wilayah dan bervisi jangka panjang.<ref>FAO. 2011. FAO-ADAPT: FAO'S Frame Work Programme on Climate Change Adaptation. Food and Agriculture Organization of The United Nations (FAO). Rome.</ref>
 
[[Kategori:Artikel EUforia Wiki4Climate]]