Joan Maetsuycker: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(39 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Governor
|name = Joan Maetsuyker
|image = Joan Maetsuyker (1606-78). Gouverneur-generaal (1653-78) Rijksmuseum SK-A-3765.jpeg
|caption = Potret Joan Maetsuyker
|office = [[
|term =
|predecessor = [[Carel Reyniersz]]
|successor = [[
|birth_date = {{Birth date|1606|10|14|df=yes}}
|birth_place = [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|
|death_date = {{Death date and age|1678|01|24|1606|10|24|df=yes}}
|death_place = [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|
|other_names =
|known_for =
|occupation = [[Gubernur]] [[
|nationality = [[Republik Belanda|Belanda]]
|religion = [[Katolik]]
}}
'''Joan Maetsuycker''' ([[Amsterdam]], [[14 Oktober]] [[1606]] - [[Batavia]], [[24 Januari]] [[1678]]) adalah gubernur [[Sailan Belanda]] antara tahun [[1646]] – [[1650]] dan [[Gubernur-Jenderal]] [[Hindia
== Kehidupan awal ==
Berbeda dengan banyak Gubernur-Jenderal lainnya, Maetsuycker diperkirakan beragama [[Katolik]]. Maetsuyker lulus dari sekolah hukum di Leuven dan menjadi pengacara di [[Den Haag|The Hague]], kemudian meneruskan kariernya di Amsterdam.▼
Pada tahun 1635, Maetsuyker ditugaskan di [[Hindia Belanda]]. Pada tanggal 2 Mei 1636 dengan menumpang kapal Prins Willem beliau meninggalkan [[Amsterdam]] dan mendarat pada tanggal 26 September 1636 di [[Batavia]] dan menjabat sebagai kepala urusan rumah tangga di Dewan Keadilan (''Raad van Justitie'') di kota itu. Di tahun yang sama juga Maetsuyker menjadi presiden komite yatim piatu, kemudian pada tahun 1637 menjabat presiden dari akademi hukum kelautan. Karir Maetsuyker terus menanjak, pada tahun 1640 dia menjadi ketua dewan keadilan dan juga ketua dari urusan pengawasan dan kependudukan bangsa [[Cina]].▼
== Karier di pemerintahan ==
Tanggal [[13 Agustus]] [[1641]], beliau diangkat menjadi konsul kehormatan untuk [[Hindia Belanda]]. Saat menjabat posisi ini, beliau diajak oleh Gubernur Jenderal [[Anthony van Diemen|van Diemen]] untuk membuat suatu ketetapan hukum dan peraturan untuk penduduk Batavia. Peraturan dan hukum yang ditetapkan ini dikenal dengan istilah ''Bataviasche Statuten'', dan mulai berlaku pada tanggal 5 Juli 1642. Peraturan ini sendiri berlaku hingga pendudukan Inggris di Indonesia pada tahun 1811, dan juga masih dipakai setelah masa ''English Interregnum'' hingga tahun 1828.▼
▲Pada tahun 1635, Maetsuyker ditugaskan di [[Hindia Belanda]]. Pada tanggal 2 Mei 1636 dengan menumpang kapal Prins Willem
▲Tanggal [[13 Agustus]] [[1641]],
Tidak lama kemudian tepatnya pada tanggal [[10 Agustus]] [[1642]], beliau memimpin ekspedisi ke [[Srilangka|Ceylon]] yang saat itu merupakan pusat perdagangan [[Portugal|Portugis]] di [[Asia Selatan]]. Tujuan dari ekspedisi ini adalah membahas mengenai perbatasan antara wilayah VOC di Ceylon dengan Portugis di sana, termasuk aset-aset di dalamnya. Tahun 1646 hingga tahun 1650, Maetsuyker menjadi Gubernur di Ceylon. Tahun 1650, beliau kembali ke Hindia Belanda untuk menjabat sebagai Ketua Dewan Hindia dan juga sebagai Direktur Jenderal [[VOC]].▼
▲Tidak lama kemudian tepatnya pada tanggal [[10 Agustus]] [[1642]],
== Menjadi Gubernur Jenderal ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Olieverfschilderij voorstellende het Kasteel Batavia gezien van Kali Besar west met op de voorgrond de vismarkt TMnr 118-167.jpg|jmpl|kiri|Lukisan Andries Beeckman. Kastil Batavia berlatar belakang Pasar Ikan]]Pada masa kepemimpinannya, Maetsuyker memiliki ambisi untuk memperluas wilayah VOC di Indonesia, apalagi dia mempunyai dua orang bawahan yang sangat setia, bisa dipercaya dan juga tangguh yaitu [[Rijkloff van Goens]] dan [[Cornelis Speelman]].
Langkah pertama yang diambil oleh Maetsuyker adalah mengincar Kerajaan Goa di Sulawesi yang selama ini selalu menolak kerjasama dagang dengan VOC tetapi berhubungan dengan Portugis, yang notabene juga merupakan pesaing berat VOC di Indonesia. Untuk memantapkan langkah tersebut, mula-mula adalah mengkondisikan kepulauan Maluku betul-betul 100% dikuasai oleh VOC. Karena itu VOC melakukan pengusiran kepada penduduk di Ambon dan juga pemusnahan tanaman cengkih di Hoamoal, peristiwa ini dilakukan pada tahun 1656. Setahun kemudian VOC melakukan hal yang sama di Pulau Buru, penduduk di pulau itu diusir.
Setelah posisi VOC di [[kepulauan Maluku]] dapat diperkuat, maka VOC memasang pos di [[Manado]] untuk mengawasi lalulintas dagang antara Spanyol di kepulauan [[Filipina]] dengan [[Tidore]]. Sementara itu pada tahun yang sama VOC membuat perjanjian damai dengan [[Kerajaan Banten]].
{{br}}
{{br}}
{{br}}
=== Perang Gowa ===
Maetsuyker kembali ke ambisinya semula yaitu mengontrol [[Kesultanan Gowa|Gowa]]. Tindakan awal yang dilakukannya adalah menghancurkan kekuatan pantai Gowa yang saat itu dilindungi oleh kapal-kapal Portugis. Serangan dilakukan pada bulan Agustus [[1660]]. VOC akhirnya berhasil meluluhlantakan kapal-kapal Portugis di pelabuhan Makassar. Akibat dari kekalahan ini, raja Gowa saat itu [[Sultan Hasanuddin]] dipaksa menerima perjanjian damai dengan VOC.
Baris 32 ⟶ 44:
Melihat bahwa Gowa sudah lemah karena angkatan perangnya dikalahkan oleh VOC, pemimpin [[kerajaan Bone]] (yang saat itu merupakan jajahan dari kerajaan Gowa) Arung Palakka memberontak kepada Hasanuddin dan memusatkan kekuatannya di [[Butung]]. VOC melihat pemberontakan Bone kepada Gowa merupakan celah yang bisa dimanfaatkan untuk menguasai Gowa secara keseluruhan. Karena itu pada tahun 1663, VOC mengajak Arung Palakka dan pengikutnya untuk pergi ke [[Batavia]]. Di Batavia, Arung Palakka dijanjikan bahwa Bone akan berdaulat sepenuhnya jika mau membantu VOC menghancurkan Makassar.
Kesepakatan antara Arung Palakka dan Maetsuyker akhirnya disetujui. Pada tahun 1666,
Kondisi tersebut diatas sangat menguntungkan VOC karena praktis Gowa tidak akan mendapat bantuan dari manapun, apalagi setelah sebelumnya pos Portugis di [[Larantuka]] dihancurkan oleh armada VOC dan akhirnya memaksa Portugis hengkang ke [[Pante Makasar|Lifau]]. Setelah mendarat di Butung, Arung Palakka kembali ke Bone dan mengobarkan revolusi melawan Gowa kepada rakyatnya. Dan pada tahun 1668 Gowa berhasil dikalahkan oleh koalisi VOC dan Bone. Dan pada tanggal 18 November 1668, dilakukan perjanjian antara Sultan Hasanuddin dengan VOC yang dikenal dengan [[Perjanjian Bongaya]]. Isi dari perjanjian tersebut adalah Kerajaan Gowa sepenuhnya berada di bawah kontrol VOC, dan pengaruh Raja Gowa adalah hanya sekitar kota Makassar dan tidak berhak mengontrol wilayah
Perjanjian ini membuat Hasanuddin berang, karena dianggap sangat merugikan kerajaannya. Akhirnya pada awal tahun 1669, dengan kekuatan terakhirnya Gowa melawan tentara VOC. Perlawanan hebat ini berakhir setelah Speelman mendapat bantuan dari Batavia dan berhasil menerobos Benteng terkuat Gowa saat itu, [[Somba Opu, Gowa|Somba Opu]] pada tanggal 22 Juni 1669. Akibat dari kekalahan ini, Sultan Hasanuddin akhirnya mengundurkan diri dari tahta kerajaan dan meninggal dunia pada tanggal 12 Juni 1670. Dengan meninggalnya Sultan Hasanuddin, berakhirlah Perang Gowa, dan sejak saat itu Makassar dikuasai oleh VOC. Kemudian sesuai dengan janjinya, VOC pada tahun 1672 mengangkat Arung Palakka sebagai Raja Bone.
=== Pemberontakan Trunojoyo ===
Pada tahun 1671, pemimpin pulau [[Madura]] yaitu [[Raden Trunajaya|Trunojoyo]] memberontak terhadap kekuasaan [[Mataram]] di pulau itu. Pemberontakan dimenangkan oleh Trunojoyo dan ia mulai menguasai pulau ini agar terlepas dari pengaruh Mataram. Mataram sendiri tidak begitu serius menanggapi Trunojoyo, karena
Mengetahui bahwa Mataram terkena musibah dan tidak menganggap serius terhadap kekuatan Trunojoyo. Maka pada tahun 1675 Trunojoyo dibantu dengan tentara [[Makassar]] yang mengungsi dari Sulawesi mulai menyerang pelabuhan-pelabuhan di pantai utara Jawa. Trunojoyo dengan memanfaatkan sentimen keagamaan berhasil mengambil simpati penduduk di pesisir utara Jawa. Hingga akhir tahun Trunojoyo berhasil mengambil alih [[Surabaya]], [[Jepara]] hingga [[Cirebon]] dari tangan Mataram.
Baris 47 ⟶ 59:
Keberhasilan VOC memaksa pasukan Trunojoyo meninggalkan Cirebon dan Jepara membuat Amangkurat I harus menandatangani perjanjian antara VOC dengan Mataram. Perjanjian dibuat pada tanggal 25 Februari 1677 dengan isi VOC berhak mendirikan pelabuhan dimana saja di wilayah Mataram, Mataram dilarang melakukan hubungan dengan Aceh, Arab atau bangsa lain untuk mendarat di Mataram, seluruh biaya yang timbul akibat peperangan dengan Trunojoyo ditanggung sepenuhnya oleh Mataram.
Setelah Mataram bersedia menandatangani perjanjian tersebut, pada bulan Mei 1677, Speelman menyerang Surabaya dan dapat memukul mundur pasukan Trunojoyo. Trunojoyo sendiri langsung bergerak ke
VOC dan [[Arung Palakka]] menyerang tentara Trunojoyo di Kediri pada tahun 1678 dan pada tahun 1679 Trunojoyo tertangkap dan dihukum mati.
== Jasa-Jasa ==
▲Berbeda dengan banyak Gubernur-Jenderal lainnya, Maetsuycker diperkirakan beragama [[Katolik]].
Jasa-jasa Maetsuyker kepada pemerintah Belanda antara lain:
* Perluasan wilayah [[Kompeni]] di [[Malabar]] dan [[Sri Lanka|Ceylon]]
Baris 60 ⟶ 71:
== Lihat pula ==
* [[Daftar
{{kotak mulai}}
{{s-gov}}
{{kotak suksesi|jabatan=[[Daftar
{{kotak selesai}}
{{lifetime|1606|1678|Maetsuycker, Joan}}▼
{{Penguasa Hindia}}
{{Authority control}}
▲{{lifetime|1606|1678|Maetsuycker}}
[[Kategori:Gubernur
[[Kategori:Gubernur Sailan Belanda]]
[[Kategori:Tokoh dari Amsterdam]]
|