Drona: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hanamanteo (bicara | kontrib)
Mengembalikan ke revisi 6659781 oleh Addbot. (TW)
Tarusbawa (bicara | kontrib)
Guru Dinasti Kuru: Perbaikan kesalahan ketik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(25 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{TMH Infobox|
| Image = Drona-kl.jpg
| Caption = Lukisan Drona dalammenaiki pewayangan[[kereta Jawaperang]].
| Nama = Drona
| Devanagari = द्रोण; द्रोणाचार्य
| Ejaan_Sanskerta = Droṇa; Droṇāchārya
| Nama_lain = Dronacharya;'''Versi Resi Drona;pewayangan:'''{{br}}Bagawan DronaDurna; Durna;{{br}}Bambang Kumbayana
| Kitab = ''[[Mahabharata]]''
| Asal =
| Tokoh = ''Mahabharata''
| Kasta = [[brahmana]]
| Profesi = guru keraton
| Gelar = ''[[acarya]]'', ''[[resi]]
| Anak = [[Aswatama]]
| Istri = Krepi
| Saudara = [[Krepa]] (ipar)
| Ayah = [[Bharadwaja]]
}}
'''Drona''' {{Sanskerta|द्रोण|Droṇa}} atau '''Dronacarya''' {{Sanskerta|द्रोणाचार्य|Droṇācārya|arti [[harfiah]]: "Guru Drona"}} adalah salah satu tokoh dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia merupakan seorang [[brahmana]] (ahli agama), suami [[Krepi]], dan ayah [[Aswatama]]. Ia dikisahkan sebagai guru keraton [[Hastinapura]] yang mendidik para pangeran [[Dinasti Kuru]], yang terdiri dari seratus [[Korawa]] dan lima [[Pandawa]]. Sebagai guru para pangeran, ia merupakan ahli seni pertempuran, termasuk pengendalian ''dewāstra'' (senjata sakti). Di antara para pangeran Kuru, [[Arjuna]] adalah murid kesayangannya.
Dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'', '''Drona''' ([[Sanskerta]]: द्रोण, ''Droṇa'') atau '''Dronacharya''' ([[Sanskerta]]: द्रोणाचार्य, ''Droṇāchārya'') adalah guru para [[Korawa]] dan [[Pandawa]]. Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran, termasuk ''dewāstra''. [[Arjuna]] adalah murid yang disukainya. Kasih sayang Drona terhadap Arjuna adalah yang kedua jika dibandingkan dengan rasa kasih sayang terhadap puteranya, [[Aswatama]].
 
Saat konflik antara [[Korawa]] dan [[Pandawa]] tak dapat didamaikan, mereka memutuskan untuk berperang, dengan lapangan [[Kurukshetra]] sebagai medannya. Dalam [[perang Kurukshetra]], Drona berpihak kepada Korawa, yang telah memberinya nafkah dan tempat bernaung. Setelah Panglima [[Bisma]] kalah, ia menjabat sebagai [[panglima]] pada hari ke-11 sampai ke-15. Pada hari ke-15, ia mendengar kabar palsu tentang kematian putranya, sehingga semangat bertarungnya pupus dan memutuskan untuk bermeditasi. Dalam kondisi tersebut, kepalanya dipenggal oleh [[Drestadyumna]], panglima laskar [[Pandawa]].{{sfn|Chakravarti|2007}}
== Kelahiran dan kehidupan awal ==
 
== Kelahiran dan kehidupanmasa awalmuda ==
Drona dilahirkan dalam keluarga [[brahmana]] (kaum pendeta [[Hindu]]). Ia merupakan putera dari pendeta [[Bharadwaja]], lahir di kota yang sekarang disebut [[Dehradun]] (modifikasi dari kata ''dehra-dron'', guci tanah liat), yang berarti bahwa ia (Drona) berkembang bukan di dalam [[rahim]], namun di luar tubuh manusia, yakni dalam ''Droon'' (tong atau [[guci]]).
 
Dalam kitab ''[[Adiparwa]]'' dikisahkan bahwa Drona dilahirkan dalam keluarga [[brahmana]] (kaum pendeta [[Hindu]]). Ia merupakan putra dari pendeta [[Bharadwaja]]. Kisah kelahiran Drona diceritakan secara dramatis dalam ''[[Mahabharata]]''.<ref name="Adiparwa">Mahabharata, Buku I: Adiparwa; Sambhawaparwa, Bagian CXXXI.</ref> [[Dikisahkan bahwa Bharadwaja]] pergi bersama rombongannya menujuke [[sungai Gangga]] untuk melakukan penyucian diri. Di sana ia melihat [[bidadari]] Gretaci yang sangat cantik datang untuksedang mandi. SangMenyaksikan pemandangan tersebut, sang pendeta dikuasai nafsu, menyebabkannyasampai mengeluarkan [[sperma|air mani]] yang sangat banyak. Ia mengatur supayamenampung air mani tersebut ditampungdi dalam sebuah potbejana. yangDari disebutcairan ''drona''tersebut, dantumbuhlah darisebuah cairan[[janin]], tersebutyang Dronakian lahirberkembang kemudianhingga dirawatmembentuk seorang [[bayi]]. DronaBayi tersebut kemudian banggadibesarkan bahwadan iadiberi lahirnama dariDrona.<ref>[http://www.sacred-texts.com/hin/vp/vp076.htm BharadwajaVishnu tanpaPurana pernah-Drauni beradaor diAsvathama dalamas [[rahimNext saptarishi]]. Retrieved 2015-02-15</ref>{{sfn|Chakravarti|2007}}
 
[[File:Drona and the Fire of Friendship.png|thumb|300px|Pada masa muda, Drona dan [[Drupada]] (kanan) berjanji untuk tetap berteman selepas menunaikan pendidikan. Ilustrasi dari buku ''Indian tales of the great ones among men, women, and bird-people'', digambar oleh Warwick Goble (1916).]]
Menurut ''[[Mahabharata]]'', Drona menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan, namuntetapi ia belajar [[agama]] dan [[militer]] bersama-sama dengan pangeran dari [[Kerajaan Panchala]] bernama [[Drupada]]. Drupada dan Drona kemudianpun menjadi teman dekat. danDemikian Drupada,akrabnya dalamperteman masamereka kecilnyahingga yang bahagia,Drupada berjanji untuk memberikan setengah kerajaannya kepada Drona, padaapabila saatia menjadisudah menggantikan ayahnya sebagai Raja Panchala.
 
Mengetahui bahwa [[Parasurama]] mau memberi pengetahuan yang dimilikinya kepada para [[brahmana]], Drona pun mendatanginya. SayangnyaNamun pada saat Drona datang, Parasurama telah memberikan segala miliknya kepada brahmana yang lain. Karena tersentuh oleh kesanggupan hati Drona, Parasurama memutuskan untuk memberikan pengetahuannya tentang ilmu peperangan kepada Drona.<ref name="Adiparwa"/>Mahabharata, Buku<ref>Ganguly I[http://www.sacred-texts.com/hin/maha/ Adiparwa;The Sambhawaparwa,Mahabharata] BagianRetrieved CXXXI.2015-02-15</ref>
Drona menikahi Krepi, adik [[Krepa]], guru di keraton [[Hastinapura]]. Krepi dan Drona memiliki putera bernama [[Aswatama]].
 
== BelajarPenolakan kepada ParasuramaDrupada ==
Drona menikahi Krepi, adik [[Krepa]], guru di keraton [[Hastinapura]]. Krepi dan Drona memiliki putra bernama [[Aswatama]]. Kitab ''[[Adiparwa]]'' mendeskripsikan bahwa mereka bertiga hidup dalam kemiskinan. Teringat akan janji yang diucapkan oleh Pangeran [[Drupada]] dari [[kerajaan Panchala|Panchala]], maka Drona segera menemuinya untuk meminta bantuan. Setibanya di keraton Panchala, Drona mendapati bahwa Drupada telah menjadi raja. Setelah Drona menyatakan maksud kedatangannya dan mengungkit kembali masa lalu mereka, Drupada menolak untuk mengakui Drona sebagai teman, dan mengatakan bahwa seseorang yang tidak sederajat tidaklah pantas menjadi teman seorang raja.<ref>{{Cite web|title=The story of Drona - Teacher of Kauravas and Pandavas|url=http://www.india-intro.com/religion/mahabharat/210-mahabharat-the-story-of-drona-teacher-of-kauravas-and-pandavas.html|url-status=live|archive-url=https://web.archive.org/web/20110713024835/http://www.india-intro.com/religion/mahabharat/210-mahabharat-the-story-of-drona-teacher-of-kauravas-and-pandavas.html|archive-date=13 July 2011}}</ref>
 
Dalam ''[[MahabarataAdiparwa]]'', [[Drupada]] memberi penjelasan yangbahwa panjangpersahabatan danmemungkinkan sombonguntuk kepadaterjalin Dronaapabila tentangterjadi masalah kenapa ia tidak mau mengakui Drona. Drupada berkata, "Persahabatan, adalah mungkin jika hanya terjadidi antara dua orang dengan tarafderajat hidup yang sama". Dia berkata bahwa sebagaisaat mereka masih anak-anak, adalahpertemanan halantara yangDrupada mungkindengan bagiDrona dirinyaadalah untukhal bertemanyang dengan Dronalayak, karena pada masa itu mereka berada pada derajat yang sama. TetapiNamun sekarangderajat tersebut sudah berubah, ketika Drupada menjadisudah menjabat sebagai raja, sementara Drona masih berada dalam kemiskinan. Dalam keadaan seperti ini, persahabatan adalah hal yang mustahil. TetapiNamun iaDrupada berkata bahwa ia akan memuaskan hati Drona apabila Drona mau meminta sedekah selayaknya para [[brahmana]] daripada mengaku sebagai seorang teman. Drupada pun menasihati Drona supaya tidak memikirkan masalah itu lagi. danAkhirnya inginDrona iapergi hidupmeninggalkan menurutistana jalannya sendiri. Drona pergi membisuDrupada, namuntetapi di dalam hatinya ia bersumpah akan membalas dendam.<ref>Mahabharata, Buku I: Adiparwa, Sambhawaparwa, Bagian CXXXII.</ref>
Mengetahui bahwa [[Parasurama]] mau memberi pengetahuan yang dimilikinya kepada para [[brahmana]], Drona mendatanginya. Sayangnya pada saat Drona datang, Parasurama telah memberikan segala miliknya kepada brahmana yang lain. Karena tersentuh oleh kesanggupan hati Drona, Parasurama memutuskan untuk memberikan pengetahuannya tentang ilmu peperangan kepada Drona.<ref name=Adiparwa>Mahabharata, Buku I: Adiparwa; Sambhawaparwa, Bagian CXXXI.</ref>
 
== DronaGuru danDinasti DrupadaKuru ==
[[File:Myths_of_the_Hindus_&_Buddhists_-_The_Trial_of_the_Princes.jpg|right|thumb|Ilustrasi karya Nandalal Bose dalam buku ''Myths of the Hindus & Buddhists'', menggambarkan Dronacarya melatih para pangeran [[Dinasti Kuru]] untuk menguasai ilmu [[panahan]].]]
Setelah mendapat penolakan dari Drupada, Drona pergi ke [[Hastinapura]], tempat iparnya bekerja sebagai pendeta istana. Drona berharap dapat mencari nafkah di sana dengan cara mengajar para pangeran [[Dinasti Kuru]]. Dalam perjalanan ke sana, Drona mendapati bahwa bola para pangeran terjatuh ke dalam sumur, Drona pun menunjukkan keahliannya dalam mengangkat bola tersebut, yang membuat para pangeran sangat terkesima. Akhirnya para pangeran mengajak Drona ke istana dan melaporkan kejadian tersebut kepada [[Bisma]], kakek mereka. Bisma segera mengenalinya sebagai Drona, ipar [[Krepa]]. Ia pun menawarkan agar Drona bersedia menjadi guru bagi para pangeran Kuru dan mengajari mereka seni peperangan. Drona pun menyanggupi tawaran tersebut, lalu seluruh pangeran Kuru belajar ilmu militer di bawah bimbingannya.<ref>Mahabharata, Buku I: Adiparwa, Sambhawaparwa, Bagian CXXXIII.</ref>
 
Setelah diangkat sebagai guru istana, Drona bertekad untuk mengajar hanya kepada putranya dan para pangeran Kuru saja. [[Karna]] putra [[Adirata]] ingin belajar ilmu perang di bawah bimbingan Drona, tetapi ia ditolak dengan alasan bahwa Karna tidak berasal dari golongan kesatria, melainkan ''suta'' (kusir kereta). Akhirnya Karna berguru kepada ahli perang lainnya, yang bernama Bagawan [[Parasurama]].
Demi keperluan istri dan puteranya, Drona ingin bebas dari kemiskinan. Teringat kepada janji yang diberikan oleh [[Drupada]], Drona ingin menemuinya untuk meminta bantuan. Tetapi, karena mabuk oleh kekuasaan, Raja Drupada menolak untuk mengakui Drona (sebagai temannya) dan menghinanya dengan mengatakan bahwa ia manusia rendah.
 
[[Ekalawya]] adalah, seorang pangeran muda dari suku [[Kerajaan Nishadha|Nishadha]], yangjuga datangmemohon mencariuntuk Dronaberguru karenakepada minta diajariDrona. Namun Drona tidak mau menerimanya karena ia tidak berasal dari golongan [[Catur Warna|Warnagolongan]] ([[kasta]]) [[kesatria]]. Akhirnya Ekalawya tidak terkejut, kemudian memasuki hutan,belajar dan iaberlatih mulaisendirian belajardi dandalam berlatih sendirianhutan, dengan ditemani sebuah patung tanah liat menyerupai Drona. danIa iamembayangkan sembahbahwa patung tersebut adalah gurunya. DenganSecara menyendiri[[otodidak]], Ekalawya menjadi kesatria denganterampil kehebatandalam yang luar biasamemanah, bahkan setara dengan [[Arjuna]]. Pada suatu hari, seekor anjing milik pangeran Kuru menggonggong saat ia serius melakukan latihan,. danEkalawya tanpamenancapkan melihat,panahnya sangke kesatriamulut menembakkananjing panahtersebut, laluhingga menancapakhirnya di mulutsi anjing tersebutlari kembali ke pemiliknya. ParaDrona [[Pandawa]]dan para pangeran Kuru melihat kondisi anjing itu lari,tersebut dan heranpenasaran karenadengan adapelakunya. yangMereka mampupun melakukanmenelusuri perbuatanjejak tersebut.si Merekaanjing, melihatyang akhirnya tertuju kepada [[Ekalawya]]. Saat diinterogasi, yangEkalawya mengaku bahwa ia adalah murid Drona. Drona kaget karena merasa tidak memiliki murid seperti Ekalawya. Kemudian Ekalawya menjelaskan bahwa setiap hari ia belajar sendiri, dengan patung yang menyerupaimirip Drona yang ia anggap sebagai guru. Karena merasaMerasa prestasi [[Arjuna]] akan tersaingi, Drona meminta agar Ekalawya mempersembahkan ''[[daksina]]'' kepada(pembayaran sangjasa guru) sebagai tanda bahwa pelajarannya telah sempurnaselesai. Adapun ''daksina'' yang diminta Drona adalah ibu jari Ekalawya. [[Ekalawya]] pun memotong jarinya sendiri sehingga ia tidak bisa lagi menggunakan senjata [[panah]].<ref>{{Cite book|last=Srivastava|first=Diwaker Ikshit|url=https://books.google.com/books?id=ZmxCDwAAQBAJ&q=+eklavya|title=Decoding the Metaphor Mahabharata|date=2017-12-11|publisher=One Point Six Technology Pvt Ltd|isbn=978-93-5201-000-4|language=en}}</ref>
Dalam ''[[Mahabarata]]'', [[Drupada]] memberi penjelasan yang panjang dan sombong kepada Drona tentang masalah kenapa ia tidak mau mengakui Drona. Drupada berkata, "Persahabatan, adalah mungkin jika hanya terjadi antara dua orang dengan taraf hidup yang sama". Dia berkata bahwa sebagai anak-anak, adalah hal yang mungkin bagi dirinya untuk berteman dengan Drona, karena pada masa itu mereka sama. Tetapi sekarang Drupada menjadi raja, sementara Drona berada dalam kemiskinan. Dalam keadaan seperti ini, persahabatan adalah hal yang mustahil. Tetapi ia berkata bahwa ia akan memuaskan hati Drona apabila Drona mau meminta sedekah selayaknya para [[brahmana]] daripada mengaku sebagai seorang teman. Drupada menasihati Drona supaya tidak memikirkan masalah itu lagi dan ingin ia hidup menurut jalannya sendiri. Drona pergi membisu, namun di dalam hatinya ia bersumpah akan membalas dendam.<ref>Mahabharata, Buku I: Adiparwa, Sambhawaparwa, Bagian CXXXII.</ref>
 
== Legenda Dronacharya ==
 
Legenda tentang Drona sebagai guru besar dan kesatria tak terbatas pada [[mitologi Hindu]] saja, namun dengan kuatnya memengaruhi tradisi sosial [[India]]. Drona memberi inspirasi perdebatan tentang moral dan [[dharma]] dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''.
 
=== Bola dan cincin ===
 
Drona pergi ke [[Hastinapura]] dengan harapan dapat membuka sekolah seni [[militer]] bagi para pangeran muda dengan memohon bantuan Raja [[Dretarastra]]. Pada suatu hari, ia melihat banyak anak muda, yaitu para [[Korawa]] dan [[Pandawa]] yang sedang mengelilingi sumur. Ia bertanya kepada mereka tentang masalah apa yang terjadi, dan [[Yudistira]], si sulung, menjawab bahwa bola mereka jatuh ke dalam sumur dan mereka tidak tahu bagaimana cara mengambilnya kembali.
 
Drona tertawa, dan menasihati mereka karena tidak berdaya menghadapi masalah yang sepele. Yudistira menjawab bahwa jika Sang Brahmana (Drona) mampu mengambil bola tersebut maka Raja Hastinapura pasti akan memenuhi segala keperluan hidupnya. Pertama Drona melempar cincin kepunyaannya, mengumpulkan beberapa mata pisau, dan merapalkan mantra [[Weda]]. Kemudian ia melempar mata pisau ke dalam sumur seperti tombak. Mata pisau pertama menancap pada bola, dan mata pisau kedua menancap pada mata pisau pertama, dan begitu seterusnya, sehingga membentuk sebuah rantai. Perlahan-lahan Drona menarik bola tersebut dengan tali.
 
Dengan keahliannya yang membuat anak-anak sangat terkesima, Drona merapalkan mantra Weda sekali lagi dan menembakkan mata pisau itu ke dalam sumur. Pisau itu menancap pada bagian tengah cincin yang terapung kemudian ia menariknya ke atas sehingga cincin itu kembali lagi. Karena terpesona, para bocah membawa Drona ke kota dan melaporkan kejadian tersebut kepada [[Bisma]], kakek mereka.
 
Bisma segera sadar bahwa dia adalah Drona, dan keberaniannya yang memberi contoh, ia kemudian menawarkan agar Drona mau menjadi guru bagi para pangeran [[Kerajaan Kuru|Kuru]] dan mengajari mereka seni peperangan. Kemudian Drona mendirikan sekolah di dekat kota, dimana para pangeran dari berbagai kerajaan di sekitar negeri datang untuk belajar di bawah bimbingannya.<ref>Mahabharata, Buku I: Adiparwa, Sambhawaparwa, Bagian CXXXIII.</ref>
 
== Diskriminasi kasta ==
[[Berkas:Ekalavya1.jpg|right|275px|thumb|Sebuah lukisan dari [[India]], tentang adegan saat [[Ekalawya]] mempersembahkan ibu jarinya kepada Drona.]]
 
[[Ekalawya]] adalah seorang pangeran muda dari suku [[Kerajaan Nishadha|Nishadha]], yang datang mencari Drona karena minta diajari. Drona tidak mau menerimanya karena ia tidak berasal dari golongan [[Catur Warna|Warna]] ([[kasta]]) [[kesatria]]. Ekalawya tidak terkejut, kemudian memasuki hutan, dan ia mulai belajar dan berlatih sendirian, dengan sebuah patung tanah liat menyerupai Drona dan ia sembah. Dengan menyendiri, Ekalawya menjadi kesatria dengan kehebatan yang luar biasa, setara dengan [[Arjuna]]. Pada suatu hari, seekor anjing menggonggong saat ia serius melakukan latihan, dan tanpa melihat, sang kesatria menembakkan panah lalu menancap di mulut anjing tersebut. Para [[Pandawa]] melihat anjing itu lari, dan heran karena ada yang mampu melakukan perbuatan tersebut. Mereka melihat [[Ekalawya]], yang mengaku bahwa ia adalah murid Drona. Drona kaget karena merasa tidak memiliki murid seperti Ekalawya. Kemudian Ekalawya menjelaskan bahwa setiap hari ia belajar dengan patung yang menyerupai Drona yang ia anggap sebagai guru. Karena merasa prestasi [[Arjuna]] akan tersaingi, Drona meminta agar Ekalawya mempersembahkan ''[[daksina]]'' kepada sang guru sebagai tanda bahwa pelajarannya telah sempurna. ''daksina'' yang diminta Drona adalah ibu jari Ekalawya. [[Ekalawya]] pun memotong jarinya sendiri sehingga ia tidak bisa lagi menggunakan senjata [[panah]].
 
[[Karna]] yang ingin belajar di bawah bimbingan Drona juga ditolak dengan alasan bahwa Karna tidak berasal dari kasta kesatria. Karena merasa terhina, Karna belajar kepada [[Parasurama]] dengan menyamar sebagai [[brahmana]].
 
== Pembalasan terhadap Drupada ==
 
Saat para [[Korawa]] dan [[Pandawa]] hampir menyelesaikan pendidikannya, Drona menyuruh agar mereka menangkap Raja [[Drupada]] yang memerintah [[Kerajaan Panchala]] dalam keadaan hidup-hidup.<ref>[https://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01141.htm Mahabharata, Book I: Ādi Parva, Sambhava Parva, Section CXL]</ref> [[Duryodana]], [[Dursasana]], [[Wikarna]], dan [[Yuyutsu]] mengerahkan tentara [[Hastinapura]] untuk menggempur Kerajaan Panchala, sementara [[Pandawa]] pergi ke Kerajaan Panchala tanpa angkatan perang. [[Arjuna]] menangkap Drupada dan membawanya ke hadapan Drona. Drona mengambil separuh dari wilayah kekuasaan Drupada, dan separuhnya lagi dikembalikan kepada Drupada. DenganSejak dendamsaat membaraitu, Drupada melaksanakan upacara untuk memohon anugerah seorang putera yang akan membunuh Drona danmenganggap seorangbahwa puteridendamnya yangtelah akan menikahi Arjuna. Maka, lahirlah [[Drestadyumna]], pembunuh Drona dalam [[Bharatayuddha]]terbalas, dan [[Dropadi]],permusuhannya yangdengan menikahiDrupada [[Arjuna]]telah dan para [[Pandawa]]berakhir.
 
Dalam kitab ''[[Adiparwa]]'' dikisahkan bahwa semenjak dikalahkan oleh Drona, maka timbul dendam kesumat di hati Drupada. Ia tidak mengakui Drona sebagai teman, sekalipun Drona menganggap bahwa permusuhan mereka telah berakhir. Diliputi dendam, Drupada melaksanakan upacara untuk memohon anugerah berupa seorang putra yang akan membunuh Drona, dan seorang putri yang akan menikahi Arjuna. Maka, lahirlah [[Drestadyumna]], pembunuh Drona dalam [[Bharatayuddha]], dan [[Dropadi]], yang menikahi [[Arjuna]] dan para [[Pandawa]].<ref>[https://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01170.htm Mahabharata, Book I: Ādi Parva, Chaitraratha Parva, Section CLXIX]</ref>
== Pertempuran di Kurukshetra ==
 
== Pertempuran diPerang Kurukshetra ==
Saat perang di Kurukshetra berkecamuk, Drona menjadi komandan pasukan Korawa. Ia merencanakan cara yang curang untuk membunuh Abimanyu pada pertempuran di hari ketiga belas.
[[File:Mahabharata_bas_relief_Drona_Angkor.jpg|thumb|Relief di [[Angkor Wat]], [[Kamboja]], menggambarkan Dronacarya berdiri di atas [[kereta perang]], sedang bersiap memanah.]]
[[File:Death of Drona by dhrishtadhyumna.jpg|thumb|Ilustrasi dari naskah ''[[Razmnama]]'' atau ''Mahabharata'' versi [[Persia]], dibuat oleh seniman [[kerajaan Mughal|Mughal]], menggambarkan kematian Drona di tangan [[Drestadyumna]] (pojok kiri atas) saat [[perang Kurukshetra]].]]
Menurut kitab ''[[Mahabharata]]'', Drona adalah orang yang disegani oleh para raja dan kesatria di kedua belah pihak dalam [[perang Kurukshetra]]. Drona tidak setuju akan perlakuan [[Duryodana]] yang mengasingkan para [[Pandawa]], demikian pula penindasan yang dilakukan oleh para [[Korawa]]. Namun, karena mengabdi kepada pemerintah [[Hastinapura]], Drona terikat akan kewajibannya untuk berpihak kepada Korawa, dan terpaksa melawan para Pandawa yang lebih disayanginya. Setelah kalahnya Panglima [[Bisma]] pada pertempuran hari ke-10, maka Drona diangkat sebagai panglima laskar Korawa pada hari ke-11.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=8Wo3JNkBTtIC&q=drona+the+commander&pg=PA594|title=The Mystery of the Mahabharata: Vol. V: The Explanation of the Epic Part II|publisher=India Research Press|language=en}}</ref> Duyodana meminta agar Drona segera mengakhiri perang dengan cara menangkap [[Yudistira]]. Meskipun ia telah membunuh ribuan prajurit Pandawa, Drona selalu gagal menangkap Yudistira pada hari ke-11 dan ke-12, karena serangannya selalu ditangkis oleh [[Arjuna]].<ref>{{Cite web|date=2018-06-27|title=18 Days of The Mahabharata War - Summary of the War|url=https://vedicfeed.com/18-days-of-the-mahabharata-war-summary-of-the-war/|access-date=2020-09-01|website=VedicFeed|language=en-US}}</ref><ref>[http://www.sacred-texts.com/hin/m07/m07045.htm The Mahabharata, Book 7: Drona Parva: Abhimanyu-vadha Parva: Section XLVI<!-- Bot generated title -->]</ref>
 
=== KematianGugurnya DronaAbimanyu ===
{{main|Yudistira}}
 
Pada pertempuran hari ke-13, Drona menggunakan formasi perang melingkar yang disebut ''[[Cakrabyuha]]'' untuk menangkap [[Yudistira]]. Dalam kitab ''Mahabharata'' dikisahkan hanya [[Arjuna]] dan [[Kresna]] yang mengetahui cara membobol formasi tersebut. Namun, prajurit Trigarta disiagakan oleh pihak Korawa untuk menyibukkan Arjuna dan Kresna, sehingga formasi tersebut aman dari serangan kesatria Pandawa lainnya.
Sebelum perang, Bagawan Drona pernah berkata, "Hal yang membuatku lemas dan tidak mau mengangkat senjata adalah apabila mendengar suatu kabar bencana dari mulut seseorang yang kuakui kejujurannya". Berpedoman kepada petunjuk tersebut, Sri Kresna memerintahkan Bhima untuk membunuh seekor gajah bernama [[Aswatama]], nama yang sama dengan putera Bagawan Drona. [[Bhima]] berhasil membunuh gajah tersebut lalau berteriak sekeras-kerasnya bahwa Aswatama mati. Drona terkejut dan meminta kepastian [[Yudistira]] yang terkenal akan kejujurannya. Yudistira hanya berkata, "Aswatama mati". Sebetulnya Yudistira tidak berbohong karena dia berkata kepada Drona bahwa Aswatama mati, entah itu gajah ataukah manusia (dalam keterangannya ia berkata, ''"naro va, kunjaro va"'' — "entah gajah atau manusia"). Gajah bernama Aswatama itu sendiri sengaja dibunuh oleh Pendawa agar Yudistira bisa mengatakan hal itu kepada Drona sehingga Drona kehilangan semangat hidup dan Korawa bisa dikalahkan dalam perang [[Bharatayuddha]].
 
[[Abimanyu]], putra Arjuna mengaku tahu cara menembus formasi tersebut, tetapi ia tidak mengetahui cara untuk keluar dari sana. Atas permohonan Yudistira, Abimanyu memimpin laskar Pandawa untuk menembus formasi tersebut. Namun ia terjebak di tengah formasi setelah [[Jayadrata]] (Raja [[kerajaan Sindhu|Sindhu]]) menghadang para kesatria Pandawa yang mengikuti Abimanyu dari belakang. Abimanyu tidak mengetahui cara keluar dari sana, sehingga ia bertahan sekuat tenaga, melawan segala serangan yang mengarah kepadanya. Drona pun terkesima akan ketangkasan Abimanyu, sehingga Duryodana menjadi jengkel. Melihat pasukannya mulai berkurang setelah menghadapi Abimanyu, ditambah lagi dengan cibiran Duryodana kepadanya, maka Drona memerintahkan para kesatria Korawa untuk melakukan serangan serentak ke arah Abimanyu. Pertama-tama, mereka membunuh kuda dan kusir Abimanyu, lalu merusakkan keretanya. Akhirnya, Abimanyu bertarung tanpa kereta, dengan senjata berupa roda kereta. Setelah mendapat serangan bertubi-tubi dari pihak Korawa, Abimanyu pun gugur.
== Drona dalam pewayangan Jawa ==
 
=== KepribadianKematian ===
Riwayat hidup Drona dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] memiliki beberapa perbedaan dengan kisah aslinya dari kitab ''[[Mahabharata]]'' yang berasal dari [[India|Tanah Hindu]], yaitu [[India]], dan ber[[bahasa Sanskerta]]. Beberapa perbedaan tersebut meliputi nama tokoh, lokasi, dan kejadian. Namun perbedaan tersebut tidak terlalu besar sebab inti ceritanya sama. Perlu digarisbawahi juga, bahwa kepribadian Drona dalam ''[[Mahabharata]]'' berbeda dengan versi pewayangan.
 
Sebelum perang, Bagawan Drona pernah berkata, "Hal yang membuatku lemas dan tidak mau mengangkat senjata adalah apabila mendengar suatu kabar bencana dari mulut seseorang yang kuakui kejujurannya". Berpedoman kepada petunjuk tersebut, Sri Kresna memerintahkan BhimaBima untuk membunuh seekor gajah bernama [[Aswatama]], nama yang sama dengan puteraputra Bagawan Drona. [[Bhima|Bima]] berhasil membunuh gajah tersebut lalau berteriak sekeras-kerasnya bahwa Aswatama mati. Drona terkejut dan meminta kepastian [[Yudistira]] yang terkenal akan kejujurannya. Yudistira hanya berkata, "Aswatama mati". Sebetulnya Yudistira tidak berbohong karena dia berkata kepada Drona bahwa Aswatama mati, entah itu gajah ataukah manusia (dalam keterangannya ia berkata, ''"naro va, kunjaro va"'' — "entah gajah atau manusia"). Gajah bernama Aswatama itu sendiri sengaja dibunuh oleh Pendawa agar Yudistira bisa mengatakan hal itu kepada Drona sehingga Drona kehilangan semangat hidup dan Korawa bisa dikalahkan dalam perang [[Bharatayuddha]].
=== Kepribadian ===
 
== Pewayangan Jawa ==
Resi Drona berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam berperang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Drona dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Ia mempunyai pusaka sakti berwujud [[keris]] bernama Keris Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada [[Arjuna]]).
==[[Berkas:Drona, KITLV 36C95.tiff|jmpl|Drona dalam pewayangan Jawa ==.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Houten wajangpop voorstellende Kumbayana TMnr 4283-96.jpg|thumb|Drona sebagai tokoh dalam pertunjukan [[wayang golek]].]]
Riwayat hidup Drona dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] memiliki beberapa perbedaan dengan kisah aslinya dari kitab ''[[Mahabharata]]'' yang berasal dari [[India|Tanah Hindu]], yaitu [[India]], dan ber[[bahasa Sanskerta]]. Beberapa perbedaan tersebut meliputi nama tokoh, lokasi, dan kejadian. Namun perbedaan tersebut tidak terlalu besar sebab inti ceritanya sama. Perlu digarisbawahi juga, bahwa kepribadian Drona dalam ''[[Mahabharata]]'' berbeda dengan versi pewayangan. Dalam pewayangan, Resi Drona diceritakan sebagai orang yang berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam berperang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Drona dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Korawa. Ia mempunyai pusaka sakti berwujud [[keris]] bernama Keris Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada [[Arjuna]]).
 
=== Riwayat ===
 
Bhagawan Drona atau Dorna (dibaca Durna) waktu mudanyamuda bernama Bambang Kumbayana, puteraputra Resi Baratmadya dari Hargajembangan, dengan Dewi Kumbini. Ia mempunyai saudara seayah seibu bernama Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. IaDalam adalahperjalanannya guru darimencari paraSucitra ([[KorawaDrupada]]), ia tidak dapat menyeberang sungai dan [[Pandawa]].ditolong Muridoleh kesayangannyaseekor adalahkuda terbang jelmaan Dewi [[ArjunaTilotama|Wilutama]], yang dikutuk oleh dewa. ResiKutukan Dronaitu menikahakan berakhir apabila ada seorang kesatria mencintainya dengan Dewitulus. Karena Krepipertolongannya, putrimaka Prabusang Purungaji,Kumbayana rajamenepati negarajanjinya Tempuruuntuk mencintai kuda betina itu. Namun karena terbawa nafsu, danKumbayana memperolehbersetubuh seorangdengan putrakuda bernamaWilutama Bambanghingga [[Aswatama]].mengandung, Iadan berhasilkelak mendirikanmelahirkan padepokanseorang Sokalimaputra setelahberwajah berhasiltampan merebuttetapi hampirmempunyai setengahkaki wilayahseperti negarakuda Pancala(bersepatu darikuda), kekuasaanyang Prabukemudian Drupadadiberi nama [[Aswatama|Bambang Aswatama]].
 
Setelah bertemu Sucitra yang telah menjadi raja dan bergelar Prabu [[Drupada]], ia tidak diakui sebagai saudara seperguruannya. Kumbayana marah merasa dihina, kemudian balik menghina Raja Drupada. Namun Mahapatih Gandamana (dulu adalah [[Patihpatih]] di [[Hastinapura]], saat pemerintahan [[Pandu]]) menjadi murka sehingga terjadi peperangan yang tidak seimbang. Meskipun Kumbayana sangat sakti, ternyata kesaktiannya masih jauh di bawah Gandamana yang memiliki kekuatan setara dengan seribu [[gajah]] (ajian ini diturunkan pada murid tercintanya, Raden Bratasena). Kumbayana menjadi bulan-bulanan sehingga wajahnya rusak. Namun dia tidak mati dan ditolong oleh [[Sangkuni]] yang memilikibernasib kekuatansama setara(baca dengansempalan seribu''[[Mahabharata]]'' yang berjudul ''Gandamana Luweng''). Akhirnya ia diterima di [[gajahHastinapura]] dan dipercaya mendidik anak-anak keturunan [[Sentanu]] ([[Pandawa]] dan [[Korawa]]).
Dalam perjalanannya mencari Sucitra, ia tidak dapat menyeberang sungai dan ditolong oleh seekor kuda terbang jelmaan Dewi Wilutama, yang dikutuk oleh dewa. Kutukan itu akan berakhir bila ada seorang satria mencintainya dengan tulus. Karena pertolongannya, maka sang Kumbayana menepati janjinya untuk mencintai kuda betina itu. Namun karena terbawa nafsu, Kumbayana bersetubuh dengan kuda Wilutama hingga mengandung, dan kelak melahirkan seorang putra berwajah tampan tetapi mempunyai kaki seperti kuda (bersepatu kuda), yang kemudian diberi nama [[Aswatama|Bambang Aswatama]].
 
Dalam perang ''[[Bharatayuddha]]'', Resi Drona diangkat menjadi Senapati Agung KurawaKorawa, setelah gugurnya [[Bisma]]. Ia sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan formasi perang. Resi Drona gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang [[DrestadyumenaDrestadyumna]], puteraputra Prabu [[Drupada]],. yangMenurut memenggalcerita putus kepalanya. Kononpewayangan, kematian Resi Drona akibatdiakibatkan oleh dendam Prabu [[Ekalawya|Ekalaya]], raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalammerasuki tubuh Drestadyumena. AkanNamun tetapimenurut sebenarnya''Mahabharata'', kejadian itu disebabkan oleh taktik perang yang dilancarkan oleh pihak [[Pandawa]] dengan tipu muslihat karena kerepotan menghadapi kesaktian dan kedigjayaan sang Resiresi.
Setelah bertemu Sucitra yang telah menjadi raja dan bergelar Prabu [[Drupada]], ia tidak diakui sebagai saudara seperguruannya. Kumbayana marah merasa dihina, kemudian balik menghina Raja Drupada. Namun Mahapatih Gandamana (dulu adalah [[Patih]] di [[Hastinapura]], saat pemerintahan [[Pandu]]) menjadi murka sehingga terjadi peperangan yang tidak seimbang. Meskipun Kumbayana sangat sakti ternyata kesaktiannya masih jauh di bawah Gandamana yang memiliki(ajian ini diturunkan pada murid tercintanya, Raden Bratasena) yang memiliki kekuatan setara dengan seribu [[gajah]].
 
Kumbayana menjadi bulan-bulanan sehingga wajahnya rusak. Namun dia tidak mati dan ditolong oleh [[Sangkuni]] yang bernasib sama (baca sempalan ''[[Mahabharata]]'' yang berjudul ''Gandamana Luweng''). Akhirnya ia diterima di [[Hastinapura]] dan dipercaya mendidik anak-anak keturunan [[Bharata (raja)|Bharata]] ([[Pandawa]] dan [[Korawa]]).
 
=== Drona dalam Bharatayuddha ===
 
Dalam perang [[Bharatayuddha]], Resi Drona diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya [[Bisma]]. Ia sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan formasi perang. Resi Drona gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang [[Drestadyumena]], putera Prabu [[Drupada]], yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Drona akibat dendam Prabu [[Ekalawya|Ekalaya]], raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestadyumena. Akan tetapi sebenarnya kejadian itu disebabkan oleh taktik perang yang dilancarkan oleh pihak [[Pandawa]] dengan tipu muslihat karena kerepotan menghadapi kesaktian dan kedigjayaan sang Resi.
 
Pelajaran yang dapat diambil dari sini adalah bagaimanapun saktinya sang resi, beliau sangat sayang terhadap keluarganya sehingga termakan tipuan dalam peperangan yang mengakibatkan kematiannya.
 
== Lihat pula ==
* [[BharatayuddhaPerang Kurukshetra]]
* ''[[Dronaparwa]]''
* [[Perang di Kurukshetra]]
* [[Dronaparwa]]
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Daftar pustaka ==
* {{Cite book|last=Chakravarti|first=Bishnupada|url=https://books.google.com/books?id=ivQ6CwAAQBAJ&q=bhishma+appoints+drona&pg=PT105|title=Penguin Companion to the Mahabharata|date=2007-11-13|publisher=Penguin UK|isbn=978-93-5214-170-8|language=en}}
* [https://web.archive.org/web/20110713024835/http://www.india-intro.com/religion/mahabharat/210-mahabharat-the-story-of-drona-teacher-of-kauravas-and-pandavas.html The Story of Drona - the Teacher of Kauravas and Pandavas]
* Supereme Court of India on Dronacharya: http://articles.timesofindia.indiatimes.com/2011-01-06/india/28378711_1_tribals-sc-bench-dronacharya {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131122011604/http://articles.timesofindia.indiatimes.com/2011-01-06/india/28378711_1_tribals-sc-bench-dronacharya |date=2013-11-22 }}
 
{{Tokoh Mahabharata}}
 
{{tokoh mitologi hindu}}
 
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]