Ken Sora: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgx (bicara | kontrib)
k Suntingan 202.152.63.138 (Pembicaraan) dikembalikan ke versi terakhir oleh Mikhailov Kusserow
Mojopahit1293 (bicara | kontrib)
k Lembu sora atau lembu sura
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(22 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Mpu Sora''' (lahir: ? - wafat: [[Majapahit]], [[1300]]) adalah Lembu sora nama salah seorang pengikut [[Raden Wijaya]] yang berjasa besar dalam perjuangan mendirikan [[Kerajaan Majapahit]]. Lembu sora merupakan seorang adipati kediri di era majapahit ,Ia sering dianggap sebagai abdi Raden Wijaya yang paling setia, tetapi akhirnya mati sebagai pemberontak di halaman istana Majapahit.
'''Lembu Sora''' atau '''Mpu Sora''' atau '''Ken Sora''' adalah salah satu pejuang [[Majapahit]] pada awal berdirinya kerajaan tersebut, dan gugur sebagai pemberontak pada tahun 1300.
 
Dalam beberapa karya sastra, Mpu Sora juga disebut dengan nama '''Lembu Sora''', '''Ken Sora''', '''Andaka Sora''', atau kadang disingkat '''Sora''' saja.
Sebelum berdirinya kerajaan [[Majapahit]], Sora telah bekerja sebagai salah satu perwira kerajaan [[Singhasari]] pada masa pemerintahan Raja [[Kertanagara]]. Pada tahun 1292 [[Singhasari]] runtuh akibat serangan [[Jayakatwang]] (bupati Gelang-Gelang yang kemudian membangun kembali kerajaan [[Kadiri]]). Ketika itu Sora berada dalam rombongan pelarian [[Raden Wijaya]], menantu [[Kertanagara]].
 
== Peran awal ==
Sora adalah pengikut [[Raden Wijaya]] yang paling setia. Ia menyediakan tubuhnya sebagai alas duduk ketika [[Raden Wijaya]] dan istrinya kelelahan. Ia juga menggendong istri [[Raden Wijaya]] menyeberangi rawa-rawa.
''[[Pararaton]]'' mengisahkan Sora ikut mengawal [[Raden Wijaya]] sewaktu menghindari kejaran pasukan [[Jayakatwang]] pada tahun [[1292]]. ''Kidung Panji Wijayakrama'' menyebutkan, Sora dengan setia menyediakan perutnya sebagai tempat duduk Raden Wijaya dan istrinya saat keduanya beristirahat. Ia juga menggendong istri Wijaya saat menyeberangi sungai dan rawa-rawa.
 
Pada tahun [[1293]] Raden Wijaya dibantu pasukan [[Mongol]] menyerang Jayakatwang di [[Kadiri]]. Dalam pertempuran tersebut, Sora bertugas menggempur benteng selatan dan berhasil membunuh patih Kadiri yang bernama Kebo Mundarang.
Rombongan [[Raden Wijaya]] kemudian berlindung pada [[Aria Wiraraja]] di [[Sumenep]] yang merupakan sahabat [[Jayakatwang]]. Adapun [[Aria Wiraraja]] adalah saudara dari Sora. Berkat bantuan [[Aria Wiraraja]], [[Raden Wijaya]] diterima penyerahannya oleh [[Jayakatwang]] di [[Kadiri]]. Ia kemudian mendapatkan Hutan Terik yang di dalamnya dibangun desa [[Majapahit]].
 
Dalam siasat selanjutnya, Raden Wijaya mengusir pasukan Mongol yang sedang berpesta pora merayakan jatuhnya Kadiri. Dalam pertempuran tersebut, Sora dan keponakannya yang bernama [[Ranggalawe]] bertindak sebagai pembantai orang-orang Mongol tersebut. Atas jasanya tersebut Lembu Sora diangkat menjadi Adipati Ujung-galuh ([[Surabaya]]), sedangkan [[Ranggalawe]] menjadi Adipati [[Tuban]].
Pada tahun 1293 [[Majapahit]] bergabung dengan pasukan [[Mongol]] menyerbu [[Kadiri]]. Dalam perang itu Sora memimpin pasukan [[Majapahit]] menghancurkan pertahanan musuh dari arah selatan. '''Patih Kebo Mundarang''' yang menjadi pemimpin benteng [[Kadiri]] tersebut tewas di tangan Sora.
 
== Jabatan di Majapahit ==
Setelah mengusir pasukan [[Mongol]] dari tanah [[Jawa]], [[Raden Wijaya]] mendirikan kerajaan [[Majapahit]] tahun 1293. Kerajaan [[Kadiri]] yang juga disebut '''Daha''' sebagai jajahan utama diserahkan kepada putranya yang masih bayi bernama [[Jayanagara]].
Setelah [[Jayakatwang]] berhasil dikalahkan dan pasukan [[Mongol]] yang dipimpin [[Ike Mese]] diusir dari [[Pulau Jawa]], Raden Wijaya pun mendirikan [[Kerajaan Majapahit]] pada tahun [[1293]]. Naskah ''[[Pararaton]]'' menyebutkan jabatan Sora dalam kerajaan baru tersebut adalah ''[[rakryan demung]]''.
 
Berita di atas kurang tepat karena dalam prasasti Sukamreta tahun [[1296]], tertulis nama ''rakryan demung Majapahit'' adalah Mpu Renteng, sedangkan Mpu Sora menjabat sebagai ''rakryan patih ri Daha'', atau patih dari raja Kediri, [[Jayanegara]], yang saat itu menjadi Yuwaraja (raja muda) di [[Kadiri]].
{{bio-stub}}
 
Keputusan Raden Wijaya tersebut konon memicu pemberontakan [[Ranggalawe]] pada tahun [[1295]]. Ranggalawe berpendapat bahwa Sora lebih pantas diangkat sebagai ''rakryan patih Majapahit'' daripada [[Nambi]]. Namun meskipun Ranggalawe adalah keponakan Sora, tetapi Sora justru mendukung Raden Wijaya supaya tetap mempertahankan Nambi sebagai patih Majapahit.
 
== Kematian Lembu Sora ==
Kematian Sora menurut ''[[Pararaton]]'' terjadi pada tahun [[1300]] yang diuraikan panjang lebar dalam ''[[Kidung Sorandaka]]''. Menurut ''Pararaton'' kematiannya terjadi pada pemerintahan [[Jayanagara]], sedangkan menurut ''Kidung Sorandaka'' terjadi pada pemerintahan [[Raden Wijaya]]. Dalam hal ini pengarang ''Pararaton'' kurang teliti karena menurut ''[[Nagarakretagama]]'' Jayanagara naik takhta menggantikan Raden Wijaya baru pada tahun [[1309]].
 
Dikisahkan bahwa, Sora ikut serta dalam pasukan [[Majapahit]] yang bergerak menumpas pemberontakan [[Ranggalawe]] di [[Kabupaten Tuban|Tuban]] tahun [[1295]]. Dalam [[Pertempuran Sungai Tambak Beras]], Ranggalawe mati di tangan [[Kebo Anabrang]]. Melihat keponakannya dibunuh secara kejam, ia pun berbalik ganti membunuh Kebo Anabrang dari belakang.
 
Peristiwa pembunuhan terhadap rekan satu pasukan tersebut seolah-olah didiamkan begitu saja. hal itu dikarenakan keluarga Kebo Anabrang segan menuntut hukuman pengadilan karena Sora dianggap sebagai abdi kesayangan Raden Wijaya.
 
Suasana kacau itu akhirnya dimanfaatkan oleh [[Mahapati]], seorang tokoh licik yang mengincar jabatan ''[[patih|rakryan patih]]''. Ia menghasut putra Kebo Anabrang yang bernama [[Mahisa Taruna]] supaya berani menuntut pengadilan untuk Sora. Ia juga melapor kepada Raden Wijaya bahwa para menteri merasa resah karena raja seolah-olah melindungi kesalahan Sora.
 
Raden Wijaya tersinggung karena dituduh berlaku tidak adil. Ia pun memberhentikan Sora dari jabatannya untuk menunggu keputusan lebih lanjut. Mahapati segera mengusulkan supaya Sora jangan dihukum mati mengingat jasa-jasanya yang sangat besar. Atas pertimbangan tersebut, Raden Wijaya pun memutuskan bahwa Sora akan dihukum buang ke [[Tulembang]].
 
Mahapati menemui Sora di rumahnya untuk menyampaikan surat keputusan raja. Sora sedih atas keputusan itu. Ia berniat ke ibu kota meminta hukuman mati daripada harus diusir meninggalkan tanah airnya.
 
Mahapati lebih dulu menghasut [[Nambi]] dengan mengatakan bahwa Sora akan datang untuk membuat kekacauan karena tidak puas atas keputusan raja. Setelah mendesak Raden Wijaya, Nambi pun di izinkan menghadang Sora yang datang bersama dua orang sahabatnya, yaitu [[Gajah Biru]] dan [[Juru Demung]]. Maka terjadilah peristiwa di mana Sora dan kedua temannya itu mati dikeroyok tentara Majapahit di halaman istana.
 
Kisah dalam ''Kidung Sorandaka'' di atas sedikit berbeda dengan ''Pararaton'' yang menyebut kematian Juru Demung terjadi pada tahun [[1313]], sedangkan Gajah Biru pada tahun [[1314]]. Kematian kedua sahabat Sora tersebut terjadi pada masa pemerintahan Jayanagara putra Raden Wijaya.
 
== Kepustakaan ==
* [[Slamet Muljana]]. 1979. ''Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya''. Jakarta: Bhratara
* Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
 
[[Kategori:Kerajaan Majapahit]]
[[Kategori:TokohKematian yang gugur dalamakibat perang]]
[[Kategori:Kematian 1300]]
[[Kategori:Tokoh yang gugur dalam perang]]