Tari Topeng Cirebon (Gaya Palimanan): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariyanto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Raksasabonga (bicara | kontrib)
 
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 33:
Setelah ''mimi'' Soedji meninggal, seniman yang masih mempertahankan gaya Palimanan antara lain adalah ''Ki'' Sukarta, ''Ki'' Waryo (putera dari ''Ki'' Empek (maestro kesenian Cirebon), ''mimi Tursini (yang merupakan anak kandung ''mimi'' Soedji) dan ''mimi'' Nani Kadmini.
 
Mimi Tursini sebelum meninggalnya, memusatkan pelestarian dan konservasi seni tari Topeng Cirebon gaya Palimanan di sanggarnya yakni di sanggar Mekar Suji Arum,<ref>{{Cite web |url=http://www.pikiran-rakyat.com/node/213550 |title=Hy, Retno. 2012. Kepiawaian Mimi Rusini Menari Topeng Klasik Gaya Palimanan. &#91;&#91;Bandung&#93;&#93;: Pikiran Rakyat |access-date=2016-11-21 |archive-date=2016-11-21 |archive-url=https://web.archive.org/web/20161121111413/http://www.pikiran-rakyat.com/node/213550 |dead-url=yes }}</ref> ''mimi'' Tursini pernah menuturkan tentang pola=pola pengajaran tari yang diberikan oleh orang tuanya dahulu, yakni dengan cara ''bebarangan'' (mementaskan tari topeng dari desa ke desa). Pada sekitar tahun 1950-an ketika usinya menginjak 12 tahun, ibundanya yakni ''mimi'' Soedji (maestro tari Topeng Cirebon gaya Palimanan) mengajaknya untuk ''bebarangan'' bagi seorang anak ataupun murid tari Topeng Cirebon, ''bebarangan'' adalah momentum untuk mempelajari tari Topeng Cirebon lebih dalam, mengasah diri untuk mematangkan kepiawaian menari di depan banyak orang, masa ''bebarangan'' ini juga oleh ''mimi'' Tursini disebut sebagai ''babakdeng'' dimanadi mana tarian satu babaknya hanya dibayar dengan ''segedeng'' (seikat) padi.<ref name=sumbadi1/>
 
menurut Novi yang merupakan cucu dari ''mimi'' Tursini sekaligus sebagai penari tari Topeng Cirebon gaya Palimanan, semasa hidupnya ''mimi'' Tursini berusaha sepenuh hati dalam melestarikan gaya Palimanan, beliau tidak pernah meminta bayaran ketika mengajarkan gaya Palimanan, semua diajarkan secara gratis demi melestarikan gaya Palimanan yang sudah turun temurun diajarkan oleh leluhur dan keluarganya, guna membeli atau membuat perlengkapan tari Topeng Cirebon, ''mimi'' Tursini mencari biayanya dengan cara lain (dikarenakan beliau tidak memungut iuran pada muridnya), diantaranya adalah menjadi pemandi jenazah dan pemijat, uang yang diperolehnya kemudian dipergunakan untuk membeli perengkapan tarinya diantaranya topeng, bahan pembuat ''sobra'' (hiasan kepala penari Topeng Cirebon serta pakaiannya, menurut pengakuan Novi, terkadang ''mimi'' Tursini sampai tidak memikirkan kebutuhan untuk makanannya sehari-hari hal tersebut dikarenakan usaha yang dilakukan oleh ''mimi'' Tursini kurang mendapatkan perhatian dari pihak berwenang.<ref name=sumbadi1>[http://www.kompasiana.com/sumbadisastraalam/topeng-palimanan-cerbon-dari-babakdeng-sampai-babakbelur_5512868a813311e257bc5fc2 Sastra Alam, Sumbadi. 2015. Topeng Palimanan Cerbon; Dari Babakdeng Sampai Babakbelur. [[Jakarta]]: Kompasiana]</ref> Namun dibalik kisah beratnya ''mimi'' Tursini mempertahankan gaya Palimanan, beliau juga terus mengikuti kebiasaan leluhur keluarganya yakni dengan mempererat tali silaturahmi, diantaranya adalah dengan penari kontemporer kenamaan yang juga rekan seperguruannya ketika belajar tari Topeng Cirebon gaya Palimanan kepada ibudanya ''mimi'' Soedji yakni Didi Nini Towok, Didi kerap mengunjungi ''mimi'' Tursini setiap tahunnya.
Baris 83:
 
Berkas:Topeng-palimanan-kiempek-waryo.jpg | ''Ki'' Empek (maestro kesenian Cirebon) sekaligus dalang Topeng Cirebon gaya Palimanan.<br> Pada foto terlihat ''Ki'' Waryo kecil sedang mengambil camilan dari kantung camilan sang ayah (''Ki'' Empek)
 
Keluarga ''Ki'' dalang Waryo merupakan keturunan dari ''Ki'' dalang Koncar.
 
Berkas:Reynan-Topeng-Palimanan-adeirfan-sub-main-ade.jpg|thumb|right|Ki Dalang Ade Irfan menggunakan kostum milik Nyai Soedji (putri bungsu dari Ki Wentar. maestro tari Topeng Cirebon gaya Palimanan) pada pementasan ''babak'' topeng ''Klana'' dari tari Topeng Cirebon gaya Palimanan di teras [[keraton Kacirebonan]], [[kota Cirebon]]
 
</gallery>
Baris 105 ⟶ 101:
 
Berkas:Reynan-Topeng-palimanan-kiempek.jpg | Kang Mer kakang tunggal buyut menggayakan topeng Tumenggung Magangdiraja dan ''Ki'' Empek (maestro kesenian Cirebon) ayah dari ''Ki'' Waryo (budayawan Cirebon) menggayakan topeng Jinggananom.
 
Berkas:Reynan-ade-irfan-Topeng-Palimanan-adeirfan.jpg | Tari Topeng Cirebon gaya Palimanan pada ''babak'' Topeng Klana, kuda-kuda yang dilakukan merupakan gaya dari Ki Wentar (maestro tari Topeng Cirebon gaya Palimanan) sedangkan gerak yang sedang dilakukan disebut mendelik.
 
''Dalang'' menggunakan pakaian milik Nyai Soedji (maestro tari Topeng Cirebon gaya Palimanan putri bungsu dari Ki Wentar).
 
</gallery>