Emmy Saelan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Johannachristie (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Person
| birth_date = [[15{{birth Oktober]] [[date|1924]]|10|15|}}
| birth_place = {{flagicon|Belanda}} [[Malangke, Luwu Utara|Malangke]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1947|1|24|1924|10|15|}}
| death_place = [[23 Januari]] [[1947]]<!-- Disembunyikan sebagai komentar: |image=Emmy.jpeg -->
| death_place = [[Kota Makassar|Makassar]], [[Sulawesi]], [[Indonesia]]
|image=Emmy.jpeg -->
| known_for = [[Pahlawan Nasional Indonesia]], Pejuang perempuan yang gagah berani
| name = Emmy Saelan
Baris 8 ⟶ 10:
}}
 
'''Emmy Saelan''' ({{Lahirmati|[[MakassarMalangke, Luwu Utara|Malangke]], [[Sulawesi Selatan]]|15 |10|1924|[[Kota Makassar|Makassar]], [[Sulawesi Selatan]]|24|1|1947}}) adalah salah seorang [[Pahlawan|pejuang]] [[wanita]] dan [[Pahlawan Nasional Indonesia]].<ref name="Emmy Saelan, Kisah Pejuang Wanita Di Garis Depan">[http://www.berdikarionline.com/tokoh/20110718/emmy-saelan-kisah-pejuang-wanita-garis-depan.html "Emmy Saelan, Kisah Pejuang Wanita Di Garis Depan",]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} berdikarionline.com, 2011-06-18. Diakses pada 2016-04-22</ref>
Ayahnya bernama Amin Saelan, adalah tokoh pergerakan [[Taman Siswa|taman siswa]] di [[Kota Makassar]] dan sekaligus penasehat [[organisasi pemuda]]. Salah seorang adiknya yang laki-laki, [[Maulwi Saelan]], adalah tokoh pejuang dan pernah menjadi pengawal setia [[Bung Karno]].
 
Baris 28 ⟶ 30:
Bersiap menghadapi Belanda, Laskar Pejuang Harimau Indonesia kemudian mempersiapkan sebuah operasi melawan Belanda. Kala itu, menurut kisah Maulwi Saelan, adik dari Emmy Saelan, ia ditugaskan menjemput Emmy yang masih berada di Polombangkeng. Keberadaan Emmy sangat penting sebagai pimpinan Palang Merah&nbsp; untuk menyertai gerakan operasi. Namun, ternyata Emmy tidak sabar menunggu jemputan dan mendahului turun ke Makassar untuk bergabung dengan pasukan Harimau Indonesia. Sehingga ketika tiba di Polombangkeng, Maulwi tidak bersua dengan sang kakak dan sempat tinggal beberapa hari di Polombangkeng, baru kemudian turun ke Makassar. Sesampainya di Makassar, ia mendapati pasukan Harimau Indonesia sedang bersiap hendak meluaskan operasi ke utara yaitu Pankajene dan Tanete Baru. Di sinilah, Maulwi sempat bertemu dengan Emmy namun Emmy tidak turut ke utara.
 
Kala itu, [[23 Januari]] [[1947]], Emmy memimpin 40 orang bertempur di Kampung Kassi Kassi. Dari 40 orang yang dipimpin oleh Emmy, hanya 1 regu yang bersenjata api, lainnya masih menggunakan senjata tradisional&nbsp; Pertempuran itu sendiri dikoordinasikan oleh Wolter Monginsidi yang sedang berada di [[Kampung Tidung]]. Emmy dan rombongan terkepung oleh pasukan tank Belanda dan dihujani tembakan, sehingga saat itu Monginsidi pun memerintahkan anak buahnya supaya mundur, termasuk Emmy Saelan, meski Mongisidi terletak di tempat terpisah. Dikisahkan, Monginsidi memerintahkan Emmy untuk mundur ke Kasi-KasiKassi Kassi setelah musuh semakin gencar menyerang dengan tank-tank, padahal Emmy juga sedang membawa korban-korban luka. Emmy pun memimpin rombongannya untuk mundur, tetapi apa mau dikata, itu sudah terlambat. Emmy semakin terdesak dan terkepung. Tentara Belanda memerintahkannya untuk menyerah, apalagi semua teman Emmy sudah tewas tertembak kecuali Emmy sendiri. Emmy tak peduli dengan perintah Belanda, untuk terakhir kalinya, Emmy melemparkan granat ke tengah-tengah tentara Belanda,&nbsp; sejumlah tentara Belanda tewas terbunuh, termasuk Emmy sendiri. Jenazah Emmy lalu dikuburkan oleh Belanda saat itu juga di lokasi pertempuran. Namun, Emmy beserta lima kawannya yang gugur dikuburkan di tempat terpisah. Lima orang lainnya dikubur dalam satu lubang di Kasi-Kassi KasiKassi
 
Serdadu-serdadu [[KNIL]] sendiri sebelumnya tidak mengetahui bahwa yang meledakkan granat ke arah mereka adalah Emmy Saelan, seoran perempuan yang sedang mereka kejar. Mereka tidak menyadarinya karena Emmy mengenakan pakaian lelaki dengan celana panjang. Setelah mengetahui bahwa yang tewas itu adalah Emmy, para sedadu KNIL bersorak gembira.
Baris 36 ⟶ 38:
Tgl 23 Januari 1947 pun segera diumumkan sebagai hari berkabung seluruh pasukan dalam lingkungan operasi III yang dipimpin oleh Wolter, karena hari itulah gugurnya seorang perempuan pejuang tanpa kenal takut memimpiin pasukannya bertempur.
 
Seusai situasi di Makassar pulih, kuburannya digali kembali. Pihak keluarga masih bisa mengenali jenazahnya dari konde dan giginya yang cacat. Dari kemeja dan celana panjangnya yang lusuh tercabik, baju yang kerap ia kenakan kala bergerilya. Tewasnya Emmy Saelan membuat seluruh keluarga terpukul. Rumah yang terletak di Jalan Ali Malaka 20, Makassar pun dirundung duka. Rumah tersebut terletak sekitar 2&nbsp;km400 m dari Pantai Losari, yang terkenal keindahannya. Amin Saelan, sang tuan rumah tak henti-hentinya melantunkan doa bagi sang anak. Amin Saelan adalah seorang tokoh pejuang dan tokoh Taman Siswa di Kota Makassar. Dari pengalamannya sebagai pejuanglah, Emmy Saelan mendapatkan elan semangat juang. Amin Saelan di jalan revolusi juga merupakan penasihat organisasi Pemuda Nasional Indonesia di Kota Makassar yang diketuai oleh Manai Sophiaan (ayah dari aktor Sophan Sophiaan).
 
Perjuangan Emmy Saelan pun dikenang sebagai salah satu pahlawan nasional. Jasanya diabadikan dalam bentuk monumen dan nama jalan.
Baris 69 ⟶ 71:
[[Kategori:Tokoh Indonesia]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Sulawesi Selatan]]
[[Kategori:Tokoh Bugis]]
[[Kategori:Tokoh Sulawesi Selatan]]
[[Kategori:Tokoh dari Luwu]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]]