Wiyong, Susukan, Cirebon: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Aldnonymous (bicara | kontrib) k ←Suntingan 36.72.126.223 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Beeyan |
Wagino Bot (bicara | kontrib) |
||
(12 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 6:
|nama dati2 =Cirebon
|kecamatan =Susukan
|kode pos=45166
|luas =112.12 ha
|penduduk =6032 Jiwa
|kepadatan =-
}}
'''Wiyong''' adalah [[desa]] di kecamatan [[Susukan, Cirebon|Susukan]], [[Kabupaten Cirebon|Cirebon]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]].
SEJARAH DESA WIYONG
Ki gede wiyong atau mbah kuwu salimudin adalah tokoh ulama pendiri desa wiyong pada abad 17-an di masa kolonial belanda.
1. SEJARAH DESA WIYONG
Pada awlanya wiyong adalah merupakan wilayah bagian selatan dari desa kedongdong. Pada masa colonial belanda pertama pada abad 17-an, sering terjadi sengketa dengan para penjajah belandadengan para tokoh dan masyarakat kedongdong dan sekitarnya.
Konflik dan pertentangan antar penjajah dan tokoh-tokoh serta masyarakat adalah dikarenakan tingkah laku dan tindakan-tindakan penjajah yang terlalau menghina, merampas,bahkan membunuh. Disamping tekanan-tekanan penguasa wilayah adat dan tradisi orang asing yang sangat mencolok para pribumi.
Puncak konflik dan pertentangan tokoh-tokoh dan masyarakat kedongdong sekitarnya dengan colonial belanda melahirkan meletusnya perang dikedongdong ditenggarai dengan terbunuhnya beberapa serdadu belanda yang datang diwilayah kedongdong.
Perang kedongdong bagi pribumi dipimpin oleh Kigede Kedongdong yang didampingi oleh para tokoh dan jawara dari blok Wiyong kedongdong bagian selatan seperti Kh. Salimudin, Ki Ngabei, Ki Serang, Kigede Lemah Abang, dan Kigede Wanabadra. Dalam perang itu pejuang kedongdong dalam perang itu pejuang kedongdong juga dibantu oleh Kibagus Serit dan Kibagus Rangin dari wilayah bunder.
Terjadinya perang kedongdong dimulai dengan kedatangan serdadu belanda dari arah tenggara, dari wilayah inilah berkecamuk perang antara serdadu belanda dengan pasukan pribumi hingga mayat bergelimpangan ( tingtelele Jawa ) hingga wilayah itu sekarang disebut dukuh lele dan berputar-putarlah pertempuran terus berkecamuk ( Wunyeng Jawa ) dan kini tempat itu disebut Unyengan dalam perang itu pasukan kedongdong (Pribumi) juga dibantu oleh pasukan wanita yang berdandan kain dan slendang ( Nyawet Jawa ) di petegalan yang sekarang tempat itu disebut Tegal Cawet dan untuk pasukan pribumi memiliki tempat persembunyian istimewa dipepohonan hutan gelap nan sunyi dan aneh dibawah lindungan kiwekar yang persembunyian itu disebut bunian yang sekarang lebih di kenal Kibuyut Bunian.
Akhir perang antara serdadu belanda dengan pasukan pribumi kedongdong dan sekitarnya dimenangkan oleh pasukan pribumi dan belanda pun kalah tunggang-langgang, stelah wilayah kedongdong aman dan masyarakat pun berkembang para tokoh pemerintah kedongdong menyadari bahwa kemenangan perang kedongdong adalah atas jasa-jasa para tokoh dari Kigede-Kigede Wiyong. Maka untuk menghargai jasa-jasa itu akhirnya wilayah wiyong ( kedongdong bagian selatan ) dipersilahkan untuk mandiri memiliki kepemerintahan sendiri dan kala itu kuwu pertama Desa Wiyong adalah seorang ulama terkemuka yaitu Ky. Salimudin dengan wilayah Wiyong yang pada awalnya dibagi menjadi lima ( lima ) Kuanco yaitu Kuanco Wunut, Kuanco Wiyong lor, Kuanco Serang, Kuanco Wanabadra, dan Kuanco Lemah Abang yang masing-masing kuanco dipimpin oleh kigedenya masing-masing.
Semenjak itu Wiyong berdampingan dengan Desa Kedongdong menjadi sebuah Desa mandiri dan menata pembangunan dan kemakmuran yang sama-sama dibawah naungan Kerajaan Cirebon.
3.TERBENTUKNYA DESA WIYONG
Pada masa perang antara serdadu belanda dengan pasukan pribumi kedongdong dan sekitarnya dimenangkan oleh pasukan pribumi dan belanda pun kalah tunggang-langgang, stelah wilayah kedongdong aman dan masyarakat pun berkembang para tokoh pemerintah kedongdong menyadari bahwa kemenangan perang kedongdong adalah atas jasa-jasa para tokoh dari Kigede-Kigede Wiyong. Maka untuk menghargai jasa-jasa itu akhirnya wilayah wiyong ( kedongdong bagian selatan ) dipersilahkan untuk mandiri memiliki kepemerintahan sendiri dan kala itu kuwu pertama Desa Wiyong adalah seorang ulama terkemuka yaitu Ky. Salimudin dengan wilayah Wiyong yang pada awalnya dibagi menjadi lima ( lima ) Kuanco yaitu Kuanco Wunut, Kuanco Wiyong lor, Kuanco Serang, Kuanco Wanabadra, dan Kuanco Lemah Abang yang masing-masing kuanco dipimpin oleh kigedenya masing-masing.
Semenjak itu Wiyong berdampingan dengan Desa Kedongdong menjadi sebuah Desa mandiri dan menata pembangunan dan kemakmuran yang sama-sama dibawah naungan Kerajaan Cirebon.
Kata Wiyong berasal dari dua kata yaitu Uwi dan Oyong nama dua jenis sayuran kuno tanah jawa. Nama ini selaras dengan umumnya nama desa-desa khususnya Daerah Jawa Cirebon yang mengambil nama Desa dari nama buah-buahan atau tumbuhan yang ada dan tempat atau benda yang menonjol keberadaanya.
Konon dceritakan wilayah Wiyong disebut Wiyong karena dahulu kala masyarakat Wiyong mempunyai kebiasaan berkebun Uwi dan Oyong didataran sungai bagian selatan dari mulai wilayah royom hingga wilayah serang kulon, yang hasil sayuranya hingga dikenal colonial belanda disamping wilayah-wilayah sekitarnya. Disebabakan ketenaran sayuran Uwi dan Oyongnya itu wilayah tersebut dikelan dengan blok wiyong dari kata Uwi dan Oyong. Yang sekarang ini dataran itu disebut wiyong lor.
4. KEPEMIMPINAN DESA
Pejabat Kepala Desa / Kuwu yang pertama sampai dengan sekarang secara berturut- turut.
No
N a m a
Tahun
Keterangan
1
Kuwu Salimudin
1818 s/d 1826
2
Kuwu Ngabehi
1826 s/d 1829
3
Kuwu Arsitem
1829 s/d 1835
4
Kuwu Narsija
1835 s/d 1839
5
Kuwu Karsiya/Resep
1839 s/d 1849
6
Kuwu Mustari
1849 s/d 1858
7
Kuwu Sarja
1858 s/d 1877
8
Kuwu H. Said/Sanyep
1877 s/d 1890
9
Kuwu H. Konar
1890 s/d 1894
10
PJS. H. Duliman
1894 s/d 1895
11
Kuwu H. Duliman
1895 s/d 1911
12
Kuwu Jasian
1911 s/d 1932
13
Kuwu Redian
1932 s/d 1953
14
Kuwu Suryama
1953 s/d 1955
15
Kuwu Lumun
1953 s/d 1958
16
PJS. Kliwon Amak
1958 s/d 1959
17
KuwuTawan Antawan
1959 s/d 1963
18
Kuwu Ramuna
1963 s/d 1967
19
Kuwu Kumpul
1967 s/d 1984
20
PJS. Kumpul
1984 s/d 1985
21
Kuwu Mukoni
1985 s/d 1994
22
PJS. H. Subroto
1994 s/d 1995
23
Kuwu Suwandi
1995 s/d 1997
24
PJS. Nono Marsono
1997 s/d 1999
25
Kuwu H. Mukoni
1999 s/d 2007
26
PJS. Maryono
2008 s/d 2009
27
PJS. H. Subroto
2009 s/d Desember 2009
28
Kuwu Nyi Dasini
2009 s/d Desember 2015
29.
Plt.Kuwu Suyandi oktober 2015 s / d Desember 2015
30.
Kuwu H. Maryono
2016 s/d Desember 2021
31.
Plt. Kuwu Abdul Kodir November 2021
32.
Kuwu Nurjaya 2021 s/d Sekarang
5. LETAK GEOGRAFIS
Desa Wiyong Terletak antara ’ ’ Lintang Selatan dan Bujur Timur, dengan luas wilayah 21 Km2, terdiri dari 6 Dusun, 6 RW dan 20 RT. dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut:
Sebelah Utara: Desa Kedongdong
Sebelah Selatan: Desa Tangkil
Sebelah Barat: Dusun Kayen Desa Susukan
Sebelah Timur: Desa Gintung Kec. Ciwaringin
Jarak dari Desa Wiyong ke ibu kota Kecamatan SUSUKAN ± 3 Km, jarak ke ibu kota Kabupaten CIREBON ± 30 Km, jarak ke ibu Provinsi di Bandung ± 165 Km dan jarak ke ibu kota Negara di Jakarta ± 280 Km
6. Topografi
Desa Wiyong merupakan desa yang berada di daerah dataran rendah pantai utara Pulau Jawa, dengan ketinggian ± 1.5 M di atas permukaan air laut. Sebagian besar wilayah desa adalah lahan pertanian/sawah dan tegalan.
7. Hidrologi dan Klimatologi
Sumber air yang ada di Desa Wiyong meliputi air permukaan dan air tanah. Air permukaan berupa sungai dan air tanah berupa genangan, yang merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS).
Sesuai dengan kebijakan penyediaan air baku untuk irigasi, maka di Desa Wiyong mendapat pasokan pelayanan irigasi berasal dari Bendungan Rentang yang berada di daerah Kabupaten Majalengka.
Sedangkan untuk kebutuhan rumah tangga, masyarakat sebagian besar menggunaan air bersih dari Perusahaan Air Minum (PAM) dan sebagian yang lain dari sumur gali dan sumur pompa.
8. Luas dan Sasaran Penggunaan Tanah
Luas Desa seluruhnya 211.5 Ha, terdiri dari lahan sawah 141 Ha (65 %) dan tanah darat 36.5 Ha (35 %).
{{Susukan, Cirebon}}
{{Authority control}}
|