Sirahan, Cluwak, Pati: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib) k →Peemerintahan: Bot: Menambah referensi, removed stub tag |
|||
(27 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{desa
|peta =
Baris 7 ⟶ 6:
|nama dati2 =Pati
|kecamatan =Cluwak
|kode pos =59157
|nama pemimpin =
|luas =291.589 Ha
|penduduk =3176
Baris 14:
'''Sirahan''' adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Cluwak, Pati|Cluwak]], [[Kabupaten Pati|Pati]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].
Desa Sirahan terletak di wilayah perbatasan [[Kabupaten Pati]] - [[Kabupaten Jepara]]. Dikenal sebagai pusat pendidikan keagamaan. Terbukti dengan adanya pondok - pondok pesantren dan Madrasah Terpadu Perguruan Islam Darul Falah.▼
== Sejarah ==
=== Awal Sirahan ===
Sareman, kepala desa Sirahan pertama adalah pemenang sayembara membongkar batu besar yang menghalangi penyempurnaan pembangunan irigasi yang diselenggarakan pemerintah [[Belanda]] yang merencanakan saluran irigasi mencapai wilayah Tayu, maka
Hanya berbekal makanan buah pace, Sareman mampu menggempur batu-batu yang sebelumnya tidak mempan diledakkan dengan dinamit. Akhirnya batu itu berhasil disingkirkan dan bendungan pun pindah ke lokasi yang lebih tinggi.
▲Desa Sirahan terletak di wilayah perbatasan Kabupaten Pati - Jepara. Dikenal sebagai pusat pendidikan keagamaan.
Dalam catatan sejarah desa, Kepala Desa Sirahan yang pertama bernama Sareman sekitar tahun 1638. Beliau seorang prajurit Mataram dan pernah terlibat dalam pertempuran melawan Belanda di Batavia. ▼
Kisah tentang bebas pajak itu ada dua versi
=== Putri China ===
1. Sareman ( 1643 - ……)▼
Pemerintahan Desa Sirahan terjadi pada masa kejayaan Mataram dibawah Raja ke-3, [[Sultan Agung]]. Mataram pada masa itu memiliki wilayah kekuasaan meliputi
2. Sakiyo ( ……. -1832 )▼
3. Singodiwiryo ( 1833 - …….)▼
4. Sapar ( ……. - 1897)▼
5. Suyadi (1898) - 6 bulan.▼
6. Kromo Sapar (1899 -1925) – 26 tahun.▼
7. Singo Guno (1925 -1945) – 20 tahun.▼
8. Sariman (1945 -1969) – 24 tahun.▼
9. H Imam Muslim (1976 -1984) – 8 tahun.▼
10. H Fuad Zainuri (1985 - 2007) – 22 tahun▼
'''Catatan''' : Pada tahun 1969 - 1975 adalah pemerintahan karteker oleh H. Ali Ridlo merangkap Carik/Sekretaris Desa▼
▲Sareman, kepala desa Sirahan pertama adalah pemenang sayembara membongkar batu besar yang menghalangi penyempurnaan pembangunan irigasi yang diselenggarakan pemerintah Belanda yang merencanakan saluran irigasi mencapai wilayah Tayu, maka bendungan (sambong) yang sudah ada akan dipindah ke lokasi yang lebih atas (tinggi).
▲Hanya berbekal makanan buah pace, Sareman mampu menggempur batu-batu yang sebelumnya tidak mempan diledakkan dengan dinamit. Akhirnya batu itu berhasil disingkirkan dan bendungan pun pindah ke lokasi yang lebih tinggi dan sungai itu diberi nama “Kali Kontrak” berasal dari kata “kontrak” dengan Belanda dan pemenangnya memperoleh hadiah tujuh turunan bebas dari pajak.
▲Kisah tentang bebas pajak itu ada dua versi. Ada yang mengatakan, yang bebas pajak hanyalah keturunan Mbah Sareman, namun ada yang mengatakan bebas pajak itu berlaku bagi seluruh masyarakat Desa Sirahan. Sayangnya, surat perjanjian dengan pemerintahan Belanda itu hilang (terbakar). Sumber lain mengatakan sengaja dibakar oleh pihak-pihak tertentu agar ketentuan bebas pajak agar tidak berlaku.
▲Pemerintahan Desa Sirahan terjadi pada masa kejayaan Mataram dibawah Raja ke-3, Sultan Agung. Mataram pada masa itu memiliki wilayah kekuasaan meliputi Jawa-Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat. Wilayah yang bukan pantai disebut “Mancaneraga”.
▲Desa Sirahan masuk wilayah kadipaten Pati dibawah Adipati Pragolo. Karena jasanya dalam perang Mataram di Batavia itu, Sareman diberi hadiah Putri Cina. Karena itu, anak-cucu Mbah Sareman sebagian bermata sipit mirip Cina. Pernikahan dengan Putri Cina itu menurunkan putra tunggal bernama Poting. Sareman juga memiliki keturunan yang diperkirakan hasil pernikahan dengan wanita pribumi bernama : Singodiwiryo, Tumpak dan Sukijah. Singodiwiryo belakangan menjabat Kepala Desa Sirahan Ke-3 dan memiliki keturunan : Kaseh, Sakinah, Sadino dan H Abdullah yang anak cucunya kini hampir “memenuhi” Desa Sirahan.
=== Akhir masa penjajahan ===
Menjelang akhir masa jabatan Singo Guno, penduduk Sirahan mengalami penderitaan akibat penjajahan [[Jepang]]. Dibandingkan Belanda, pemerintahan Jepang lebih kejam. Mereka menguras habis bahan makanan sehingga penduduk kelaparan.
=== Zaman kemerdekaan ===
▲Untuk mengingatkan masyarakat membayar pajak, cukup dengan memukul gendhong. Setiap Desa pada masa itu memiliki brankas besi untuk menyimpan uang pajak yang setiap saat diambil Petugas Kepolisian PP dari Setenan (Kecamatan).
Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya [[17 Agustus]] [[1945]], sistem pemerintahan desa mengalami perombakan. Pemerintahan Singo Guno berakhir pada tahun itu juga.▼
Pemilihan Kepala Desa pertama pada zaman kemerdekaan diselenggarakan di halaman SR-Mojo (kini SDN Sirahan 01) dan diikuti lima calon. Yaitu
▲Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya 17 Agustus 1945, sistem pemerintahan desa mengalami perombakan. Pemerintahan Singo Guno berakhir pada tahun itu juga.
▲Pemilihan Kepala Desa pertama pada zaman kemerdekaan diselenggarakan di halaman SR-Mojo (kini SDN Sirahan 01) dan diikuti lima calon. Yaitu : Sariman, Kusnan, Ruslan, Sutahar dan Tamsir.
Tugas utama Kepala Desa hanya menarik pajak dan mengamankan desa. Sistem pemerintahan berjalan secara tradisional. Kepala Desa tidak pernah berpidato dihadapan masyarakatnya. Namun, penghormatan masyarakat terhadap Kepala Desanya masih tinggi.▼
▲
== Peemerintahan ==
▲Dalam catatan sejarah desa, Kepala Desa Sirahan yang pertama bernama Sareman sekitar
* '''Fathul Ulum''' (2008 - )
▲
{{Cluwak, Pati}}
{{Authority control}}
|