Salayo, Kubung, Solok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-  + )
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Pranala luar: Bot: Menambah referensi, removed stub tag
 
(9 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 5:
|nama dati2=Solok
|kecamatan=Kubung
|kode pos=-27361
|nama pemimpin= -
|luas=-
Baris 12:
'''Salayo''' adalah sebuah [[nagari]] di [[Kubung, Solok|Kecamatan Kubung]], [[Kabupaten Solok]], [[Sumatera Barat]]. Nagari ini terletak sekitar 3 kilometer dari [[kota Solok]] dan berada pada dataran rendah dengan topografi daerah yang datar.
 
Nagari Selayo merupakan bagian dari Alam Minangkabau yang secara adat merupakan "Ekor Luhak Kepala Rantau". Asal-usul nama Nagari Selayo berasal dari kata ''salah iyo'' yang berarti "salah ya" dipakai dalam percakapan ninik mamak dalam menentukan daerah-daerah yang akan dibangun sebagai nagari. Dari percakapan ninik mmak tadi, maka daerah ini dinamakan Salayo atau Selayo. Beberapa pendapat yang lain mengatakan bahwa Selayo berasal dari nama tanaman yang disebut "selayusalayu", yaitu sejenis tanaman rawa. tanaman ini dahulunya banyak terdapat di sini sehingga daerah ini dinamakan Selayo.
 
Nagari Selayo merupakan salah satu dari delapan nagari yang terdapat di Kecamatan Kubung Kabupaten Solok. Posisi Nagari Selayo berada persis di tengah-tengah Kecamatan Kubung, sehingga kemudian dijadikan sebagai pusat Kecamatan Kubung. Pusat Nagari Selayo berjarak 3 Km dari pusat Kota Solok, 21 Km dari Arosuka, ibukotaibu kota Kabupaten Solok, dan 57 Km dari Kota Padang, ibukotaibu kota Provinsi Sumatera Barat. Luas Nagari Selayo adalah 21,44 Km<sup>2</sup>. Terletak pada ketinggian 390-550390–550 m dari permukaan laut dengan curah hujan 2141 &nbsp;mm per tahun dan rata-rata hari hujannya 145,1 hari per tahun
 
Untuk mencapai Nagari Selayo dari Padang atau dari Solok tidaklah sulit, karena Nagari Selayo dilalui oleh jalan lintas yang menghubungkan kota-kota tersebut. Bahkan Nagari Selayo juga dilalui oleh kendaraan dari Padang yang hendak menuju Jambi, Palembang, Lampung, Riau Selatan, Jakarta, dan kota-kota lainnya di Pulau Jawa. Kondisi ini menyebabkan sarana transportasi yang ada di Nagari Selayo relatif baik dan sangat lancar. Dari Kota Solok banyak sekali Angkutan Kota (angkot) dan bendi yang menuju Selayo, di samping becak dan ojek yang akhir-akhir ini sangat menjamur di Solok.
Baris 24:
Posisi Nagari Selayo yang dilalui jalan lintas Solok-Padang dan berbatasan langsung dengan Kota Solok sangat strategis untuk usaha perdagangan dan usaha bisnis lainnya. Jalan lingkar yang mengelilingi Kota Solok salah satu persimpangannya berada di Nagari Selayo. Hal ini menambah daya tarik tersendiri dalam dunia perdagangan, karena daerah persimpangan tersebut selalu ramai siang dan malam. Dampak yang muncul dari keberadaan jalan lingkar atau ''By Pass'' ini adalah munculnya toko-toko dan ruko-ruko sepanjang jalan lintas tersebut, terutama yang terletak antara Simpang ''By Pass'' dengan Pasar Selayo.
 
Usaha industri yang ada di Selayo di antaranya adalah industri rumahtangga berupa kue-kue tradisional seperti ''kipang'' kacang, rempeyek, ''rakik,'' dan usaha kopi bubuk cap Gelas dan cap Teko Mas yang ditumbuk dengan menggunakan kincir air. Usaha jasa yang ada terkait dengan posisi Selayo yang dilalui jalan lintas Solok-Padang di antaranya adalah usaha fotokopi, wartel, rental komputer, salon, dan usaha jasa lainnya.
 
'''Demografis'''
Baris 119:
Sumber: ''Perkembangan Penduduk dalam Kecamatan Kubung (1990-1995); Laporan Pertanggungjawaban Wali Nagari Selayo Tahun Anggaran 2001 kepada Badan Perwakilan Nagari Selayo; Profil Kependudukan Kabupaten Solok Tahun 2003; Rio Permana, Perkembangan Pasar Nagari Selayo (1985-2014),'' Skripsi, ''Padang:'' ''FIB Unand, 2017.''
 
Berdasarkan Tabel 5 di atas terlihat bahwa pada tahun 2003, Nagari Selayo memiliki penduduk sebanyak 12.700 jiwa, terdiri dari 6.308 jiwa laki-laki dan 6.392 jiwa perempuan. Jumlah Kepala Keluarga sebanyak 2.627 KK dan jika dilihat dari kelompok umur mayoritas penduduk berada pada kelompok umur muda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini:
 
Tabel 6: Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Nagari Selayo Kecamatan Kubung Tahun 2003
Baris 532:
Bercocok-tanam di sawah sangat tergantung kepada pengaturan air, yang dilakukan dengan suatu sistem irigasi yang kompleks. Agar sawah dapat digenagi air, maka permukaannya harus mendatar sempurna, dan dikelilingi oleh pematang yang tingginya 20 sampai 25 sentimeter. Itulah sebabnya membuat sawah di lereng gunung memerlukan pembentukan susunan bertangga yang memerlukan investasi tenaga kerja yang tinggi. Akan tetapi, di daerah dataran rendah pun bercocok-tanam di sawah memerlukan banyak tenaga kerja di semua tahap produksinya.
 
Waktu mulai bercocok-tanam di Selayo tidak menentu. Petani akan segera mengolah sawahnya tak lama setelah panen karena air selalu tersedia, sehingga dalam setahun bisa panen tiga kali. Oleh karena waktu tanam tidak serentak, hampir setiap hari selalu ada sawah yang sedang panen di Selayo, sehingga seorang buruh tani laki-laki yang bekerja membajak, mencangkul, atau menyabit padi akan selalu bisa bekerja setiap hari. Begitu juga buruh tani perempuan yang bekerja menanam padi dan menyianginya, juga akan bisa bekerja setiap hari di sawah yang berbeda.
 
Salah satu cara untuk mengerahkan tenaga tambahan untuk pekerjaan bercocok-tanam secara tradisional dalam komunitas pedesaan adalah sistem bantu-membantu yang di Minangkabau dikenal dengan istilah “''julo-julo”'' Sistem ini biasanya hanya dilakukan untuk pekerjaan mencangkul (laki-laki), bertanam, dan menyiangi (perempuan). Untuk pekerjaan lain seperti panen, biasanya dilakukan dengan sistem upah dengan padi berdasarkan hasil panen yang diperoleh (10% dari hasil panen adalah untuk pekerja).
Baris 538:
Usaha-usaha untuk meningkatkan produksi padi dari tahun ke tahun selalu ditingkatkan melalui pembangunan/perluasan dan perbaikan/penyempurnaan irigasi dan teknologi pertanian. Pada saat ini terdapat 20 perusahaan penggilingan padi yang tersebar pada Jorong Galanggang Tangah (5 buah), Sawahsudut (5 buah), Batupalano (3 buah), dan Lurah Nan Tigo (7 buah).
 
Potensi ekonomi pertanian Nagari Selayo sangat besar, yang didukung oleh lahan pertanian yang relatif besar, yang terdiri dari sawah dan lahan kering. Nagari Selayo merupakan salah satu gudang beras di Sumatera Barat. Beras dari Selayo juga banyak dibawa ke berbagai kota di Sumatera Barat dan kota-kota di luar provinsi, terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah makan Padang yang banyak tersebar di berbagai di Indonesia. Di tempat lain, beras dari Selayo dikenal dengan nama “''bareh'' Solok” (beras Solok). Untuk mengetahui potensi pertanian di Nagari Selayo dengan lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini:
 
Tabel 8: Data Potensi Ekonomi Pertanian di Nagari Selayo Kecamatan Kubung Tahun 2005
{| class="wikitable"
| rowspan="2" |
 
No.
| rowspan="2" |
 
Nama Jorong
Baris 624:
Sumber: Kantor Wali Nagari Selayo Kecamatan Kubung Kabupaten Solok.
 
Selain padi, hasil pertanian lainnya dari nagari Selayo adalah sayuran seperti singkong yang menghasilkan 0,25 ton/tahun, bayam 0,15 ton,tahun, dan kangkung 0,23 ton/tahun. Hasil buah-buahan di antaranya adalah rambutan 0,25 ton/tahun, durian 0,25 ton/tahun, jambu 0,35 ton/tahun, pisang 0,25 ton/tahun, dan duku 0,25 ton/tahun (''Data Base Kecamatan Kubung Tahun 2003'').
 
Untuk pemasaran hasil tani, di Selayo terdapat sebuah pasar nagari yang diramaikan setiap hari Kamis. Pasar ini terletak di pinggir jalan lintas Solok-Padang di Jorong Galanggang Tangah. Sebagian petani lainnya memasarkan hasil pertaniannya ke Pasar Raya Solok yang hanya berjarak 3 Km dari Selayo.
Baris 911:
== Pranala luar ==
 
{{Authority control}}
{{nagari-stub}}
 
[[Kategori:Nagari di kabupatenKabupaten Solok]]
[[Kategori:Nagari di Sumatera Barat]]