Suwardi M. S.: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Rescuing 4 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5
 
(60 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Orphan|date=Februari 2023}}
Profesor '''Suwardi Mohammad Samin''' (atau lebih dikenal dengan nama '''Suwardi M.S'''; lahir di [[Koto Sentajo, Kuantan Tengah, Kuantan Singingi|Koto Sentajo]], [[Kuantan Tengah, Kuantan Singingi|Kuantan Tengah]], [[Kabupaten Kuantan Singingi|Kuantan Singingi]], [[Riau]], 23 Juli 1939) merupakan seorang [[Sejarawan]] dan [[Budayawan]] [[Melayu Riau]]. Suwardi M.S. mendedikasikan hampir seluruh hidupnya melestarikan budaya di tanah kelahirannya itu. Mengingat pemahamannya yang luas dalam bidang Budaya Melayu serta Sejarah Lokal, Beliau kerap dijadikan tempat untuk menyelesaikan masalah terkait budaya tersebut<ref>{{Cite journal|last=Anggriani|first=Reza Wydia|last2=Ishaq|first2=Isjoni|last3=Saiman|first3=Marwoto|year=2016|title=Biografi Suwardi Ms Sebagai Tokoh Sejarawan Dan Budayawan Melayu Riau|url=https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFKIP/article/view/8585|journal=Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau|volume=Vol 3|issue=No 1|pages=|doi=|issn=2355-6897}}</ref>.
 
{{Infobox person
|name = Prof. H. Suwardi Mohammad Samin
|image =
|alt =
|birth_name = Suwardi Mohammad Samin
|birth_date = {{Birth date and age|1939|07|23}}
|birth_place = [[Kabupaten Kuantan Singingi]], [[Riau]], [[Indonesia]]
|death_date = <!-- {{Death date and age|YYYY|MM|DD|YYYY|MM|DD}} (tanggal meninggal diikuti tanggal lahir) -->
|death_place =
|nationality = [[Indonesia]]
|other_names = Suwardi M.S
|parents = Mohammad Samin Chatib dan Siti Ramalah
|known_for = [[Sejarawan]] dan [[Budayawan]] [[Melayu Riau]]
|occupation =[[Guru Besar]] • [[Penulis]]
|spouse = {{ubl|
Hj. Ruda Ani
}}
|partner =
|children = Ir. Eni Sumiarsih, M.Sc., Dewita Suryati Ningsih, SE., MBA., Trio Adiono, ST, MT, P.hD., Wiwik Kodriati, SE., AK., Suci Lustriani, S.Kg.
}}
 
Profesor '''Suwardi Mohammad Samin''' (atau lebih dikenal dengan nama '''Suwardi M.S.'''; lahir di [[Koto Sentajo, Kuantan Tengah, Kuantan Singingi|Koto Sentajo]], [[Kuantan Tengah, Kuantan Singingi|Kuantan Tengah]], [[Kabupaten Kuantan Singingi|Kuantan Singingi]], [[Riau]], 23 Juli 1939) merupakan seorang Penulis Buku, Pendidik, Tokoh [[SejarawanPersatuan Tarbiyah Islamiyah|Tarbiyah]], dan[[Sejarawan]], [[Budayawan]] [[Melayu Riau]]. Suwardidan M.Spenggiat pers di Riau. Suwardi mendedikasikan hampir seluruh hidupnya memperkenalkan dan melestarikan budaya di tanah kelahirannya itu. Mengingat pengetahuan dan pemahamannya yang luas dalam bidang Budaya Melayu serta Sejarah Lokal, Beliau kerap dijadikan tempatbahan untukreferensi dan juga dilibatkan dalam menyelesaikan masalahproblem terkait sejarah dan budaya tersebutMelayu Riau.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Anggriani|first=Reza Wydia|last2=Ishaq|first2=Isjoni|last3=Saiman|first3=Marwoto|year=2016|title=Biografi Suwardi Ms Sebagai Tokoh Sejarawan Dan Budayawan Melayu Riau|url=https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFKIP/article/view/8585|journal=Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau|volume=Vol 3|issue=No 1|pages=|doi=|issn=2355-6897|access-date=2019-04-05|archive-date=2023-04-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20230407132712/https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFKIP/article/view/8585|dead-url=no}}</ref>.
 
== Riwayat Hidup ==
Sejak kecil Suwardi memang sudah menyukai hal-hal yang berbau [[Budaya|kebudayaan]]. Ia dan teman-temannya gemar menyaksikan [[hikayat]], [[zikir]], dan pertunjukan musik tradisional Rarak, yang merupakan hiburan asli masyarakat Kuantan Sengingi. Kesenian musik ini merupakan [[Ansambel musik|ansambel]] alat musik yang terdiri oguang (gong), gendang, barabano ([[rebana]]) dan [[celempong]] yang dimainkan secara bersama-sama.<ref>{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/rarak-musik-tradisional-dari-kabupaten-kuantan-sengingi-riau/|title=Rarak: Musik Tradisional Dari Kabupaten Kuantan Sengingi, Riau|last=Arman|first=Dedi|date=6 Juni 2014|website=kemdikbud|access-date=5 April 2019|archive-date=2023-04-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20230409213010/https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/rarak-musik-tradisional-dari-kabupaten-kuantan-sengingi-riau/|dead-url=no}}</ref> Hal demikian kemudian membentuk pandangan Suwardi mengenai kebudayaan di sekitarnya.<ref name=":0" />
 
Suwardi merupakan anak dari dari pasangan Mohammad Samin Chatib dan Siti Ramalah. Kedua orang tuanya sama-sama berasal dari [[Pulau Komang, Kuantan Tengah, Kuantan Singingi|Desa Pulau Komang]], Sentajo.<ref name=":0" /> Dulu semasa kecil, sang ayah pernah mengajarkan filosofi hidup yang tak pernah ia lupakan. Satu anak lahir, dia gali lubang, kemudian lubang itu ditanam benih pohon kelapa. Maknanya, anak-anaknya harus menjadi orang yang berguna dan berhasil dalam kehidupannya. Hal ini penting, karena orang tua Suwardi bukanlah dari kalangan orang berada. Ayahnya hanyalah seorang guru mengaji dan berprofesi sebagai petani. Meski tidak berkecukupan, orang tua mengirim Suwardi kecil untuk menempuh pendidikan di [[Sekolah Rakyat]] (SR).<ref name=":2">{{Cite web|url=https://saturealita.com/2018/09/23/suwardi-ms-tiada-masa-tampa-karya/|title=Suwardi MS, Tiada Masa Tampa Karya|last=|first=|date=23 September 2018|website=saturealita|access-date=5 April 2019}}{{Pranala mati|date=Agustus 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
 
Pada tanggal 08 Agustus 1960 Suwardi menikahi Ruda Ani, yang menjadi istrinya sampai saat ini. Pernikanan Suwardi-Ruda dinyatakan "belum sepenuhnya selesai" menurut orang Riau, soalnya belum ada [[kenduri]]nya. Bukan apa-apa, pada tahun yang sama Suwardi harus berangkat ke [[Kota Bandung|Bandung]] untuk melanjutkan pendidikannya di [[Universitas Padjadjaran|Unpad]] (Universistas Padjadjaran Bandung). Sedangkan istrinya tetap tinggal di Teluk Kuantan mengingat profesinya sebagai guru di sana. Di sela-sela perkuliahannya itu, pada bulan Agustus 1961 Suwardi pulang kampung untuk melaksanakan kendurian pernikahannya yang tertunda. Sejak saat itulah Suwardi dan istrinya secara resmi tinggal satu rumah di desa [[Benai Kecil, Benai, Kuantan Singingi|Benai Kecil.]] Pasangan ini kelak dikaruniai empat orang anak perempuan dan seorang laki-laki.<ref name=":0" />
 
=== Pendidikan ===
Pada tahun 1954 Suwardi kecil bersekolah di SR, atau setingkat [[Sekolah dasar|Sekolah Dasar]] pada era sekarang. Suwardi adalah anak yang tergolong pintar. Buktinya, SR yang harusnya dijalaninya selama 6 tahun, ternyata mampu diselesaikan hanya dalam tempo 5 tahun.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://metropekanbaru.com/mengenal-sejarawan-dan-profesor-kedua-di-riau-prof-suwardi-ms/|title=Mengenal Sejarawan dan Profesor Kedua di Riau, Prof. Suwardi MS|last=Bayu|first=|date=9 Desember 2018|website=metropekanbaru|access-date=5 April 2019}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Setamatnya dari SR, Suwardi langsung melanjutkan pendidikannya ke SGB Negeri [[Koto Taluk, Kuantan Tengah, Kuantan Singingi|Teluk Kuantan]].<ref name=":0" />
 
Untuk diketahui, SGB kepanjangan dari Sekolah Guru B. Sekolah model ini didirikan untuk menanggulangi kekurangan guru pada tingkat pendidikan rendah (dasar) di masa-masa awal Kemerdekaan Indonesia. Masa belajar SGB adalah selama empat tahun.<ref>{{Cite book|title=Perkembangan Sekolah Guru B (Sgb) Di Sumedang Tahun 1950-1961|last=Badinah|first=Ayu Nenden Masden|publisher=Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta|year=2017|isbn=|location=Yogyakarta|page=|url=https://eprints.uny.ac.id/52990/2/TAS%20Halaman%20Depan%2013407144008.pdf|access-date=2019-04-05|archive-date=2023-04-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20230407132714/https://eprints.uny.ac.id/52990/2/TAS%20Halaman%20Depan%2013407144008.pdf|dead-url=no}}</ref> Lagi-lagi Suwardi menunjukkan prestasi yang baik. Dia mampu menyelesaikan SGB dengan cepat, hanya dalam tempo tiga tahun saja.<ref name=":0" />
 
Pada tahun 1960 Suwardi kemudian diterima dan bersekolah di sebuah SGA milik pemerintah di [[Kota Tanjungpinang|Tanjung Pinang]].<ref name=":1" /> Sebagai pelajar berstatus ikatan dinas, dia mendapatkan honor sebesar $ 105.- per bulan. Tidak ada kendala yang berarti, Suwardi pun dinyatakan lulus pada Bulan Juni 1960. Kala itu dia berusia 21 tahun. Setelah menikah, Suwardi langsung berangkat ke [[Kota Bandung|Bandung]] untuk melanjutkan pendidikannya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Padjajaran Bandung (FKIP [[Universitas Padjadjaran|Unpad]]). Di FKIP Unpad Suwardi mendapatkan gelar Sarjana Muda (BA) pada tanggal 20 September 1963.<ref name=":0" />
 
Pada bulan Oktober 1964 Suwardi melanjutkan kuliahnya untuk mendapatkan gelar sarjana penuh di [[Universitas Pendidikan Indonesia|IKIP Bandung]] dan lulus pada tahun 1966.<ref name=":2" /> Setelah mendapatkan sarjana penuh, pada tahun 1975 (selama setahun) Suwardi berkesempatan melanjutkan studinya ke [[Australia]] di [[Universitas Macquarie|Macquarie University]], [[Sydney]]. Bidang studi yang diambil adalah ''Educational Planning''. Lalu beberapa tahun berikutnya (1980-1985) Suwardi meraih gelar ''Master Trainer Moral Education'' [[Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa|Progam UNDP]] II dan Dirjen Dikti [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|Depdikbud]]. Tiga tahun berselang, tepatnya pada tanggal 18 Juni 1988, Suwardi dinobatkan sebagai Guru Besar. Yang menjadi spesial buatnya adalah Surat Keputusannya kala itu ditandatangani langsung oleh Presiden Indonesia ke-2, [[Soeharto]].
 
== Sumbangan Pemikiran ==
Pada tahun 1970 Suwardi mulai melakukan berbagai penelitian Sejarah dan Budaya Melayu. Suwardi memang bercita-cita mengungkapkan Sejarah Riau. Cita-citanya itu muncul atas pendapat berbagai tokoh Masyarakat Riau yang mendengar bahwa pada masa Pemerintahan Orde Lama dikatakan bahwa Riau tidak pernah berjuang. Suwardi pun melakukan penelitian ke objek-objek peninggalan sejarah di sekitar [[Kota Pekanbaru|Pekanbar]]<nowiki/>u. Beberapa yang ditelitinya adalah [[Kesultanan Siak Sri Inderapura|Kerajaan Siak Sri Indrapura]], [[Candi Muara Takus|Muara Takus]] dan sebagainya.
 
Hasil penelitian yang dilakukan bersama-sama dengan dua orang rekannya (Drs. Nur Muhammad dan Drs. Said Mahmud) lalu diajukan kepada [[Universitas Riau]] (UNRI). Oleh pihak universitas disepakati untuk dibahas dalam suatu panel diskusi pada tahun 1970. Hasil penelitian tersebut disusun drafnya sebagai Sejarah Riau (''Summary of Riau History''). Pada tahun 1971 Suwardi dkk memaparkan penelitian tersebut dalam Konferensi Asosiasi Sejarawan Asia (International Asian Historian Association, disingkat IAHA) di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Beberapa tahun kemudian, penelitian dicetak dalam empat buku yang diterbitkan pertama kali oleh Pemerintah Provinsi Riau pada tahun 1977.<ref name=":0" />
 
Suwardi memang getol menuangkan pemikirannya terkait kebudayaan Melayu Riau lewat tulisan-tulisannya. Beberapa bukunya adalah "Budaya Melayu Dalam Perjalanannya Menuju Masa Depan (1991)", "Pengobatan Melayu (1992)", "Dari Melayu Ke Indonesia dan Peranan Kebudayaan Melayu dalam Memperkokoh Identitas dan Jati Diri Bangsa (2008)".<ref>{{Cite web|url=http://worldcat.org/identities/lccn-n85156434/|title=Suwardi M. S. (Suwardi Mohammad Samin)|last=|first=|date=|website=worldcat|access-date=5 April 2019}}</ref> Bukunya yang terkini terbit pada tahun 2018 berjudul "Memperkasakan Budaya Melayu: Kearifan Lokal, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi dalam Kajian Sejarah Riau dan Indonesia". Buku ini terbit dikala beliau berusia 79 tahun.<ref>{{Cite web|url=https://www.goriau.com/berita/baca/prof-suwardi-luncurkan-memperkasakan-budaya-melayu-di-usia-79-tahun.html|title=Prof Suwardi Luncurkan "Memperkasakan Budaya Melayu"|last=|first=|date=29 Agustus 2018|website=GoRiau|access-date=5 April 2019}}</ref> Tema buku itu sudah ia bawakan dalam orasinya pada tahun 2013. Saat itu Beliau dianugrahi penghargaan oleh Yayasan Sagang Riau untuk kategori [[Seniman]] dan Budayawan. Topik orasinya adalah “Memperkasakan Kebudayaan Melayu Sebagai Ilmu Pengetahuan Baharu”.<ref name=":0" />
 
Belum ada kata lelah atau pensiun buat Suwardi demi kemajuan Budaya Melayu Riau. Saat ini ia masih tercatat sebagai Dosen Program Studi Sejarah Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNRI<ref name=":1" /> dan masih menjadi [[Rektor]] Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Riau.<ref>{{Cite web|url=http://www.stpriau.ac.id/index.php?view=isi&id_news=39|title=Sekolah Tinggi Pariwisata Riau, Tak Ingin Dilirik Sebelah Mata Lagi|last=|first=|date=26 Nopember 2015|website=stpriau|access-date=5 April 2019|archive-date=2023-04-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20230409203931/https://www.stpriau.ac.id/index.php?view=isi&id_news=39|dead-url=no}}</ref>
 
<br />
== Referensi ==
<references />
<br />{{sedang ditulis}}
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Penulis Indonesia]]
[[Kategori:Sejarawan Indonesia]]
[[Kategori:Dosen Indonesia]]
[[Kategori:Profesor Indonesia]]
[[Kategori:Alumni Universitas Pendidikan Indonesia]]
[[Kategori:Alumni Universitas Macquarie]]
[[Kategori:Alumni Universitas Padjadjaran]]
[[Kategori:Tokoh Riau]]
[[Kategori:Tokoh dari Kuantan Singingi]]
[[Kategori:Tokoh Persatuan Tarbiyah Islamiyah]]