Batu bata: Perbedaan antara revisi

'''Batu bata''' merupakan salah satu bahan [[material]] sebagai bahan konstruksi. Batu bata terbuat dari [[tanah liat]] yang dibakar sampai berwarna kemerah-merahan,.<ref>{{Cite dijournal|last=Suseno|first=Hendro|last2=Prastumi|last3=Susanti|first3=Lilya|last4=Setyowulan|first4=Desy|date=2012|title=Pengaruh Penggunaan Bottom Ash sebagai Pengganti Tanah Liat pada Campuran Bata terhadap Kuat Tekan Bata|url=http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=310351&val=7370&title=Pengaruh%20Penggunaan%20Bottom%20Ash%20Sebagai%20Pengganti%20Tanah%20Liat%20Pada%20Campuran%20Bata%20Terhadap%20Kuat%20Tekan%20Bata|journal=Jurnal Rekayasa Sipil|volume=6|issue=3|pages=272-281}}</ref> Di Indonesia penggunakaan Batu Bata sejak zaman kerajaan dimulai di [[Kerajaan Wengker|Wengker]] ([[Ponorogo, Ponorogo|Ponorogo]]) jauh kalender [[masehi]] telah menggunakan batu bata sebagai konstruksi rumah, arsitektur Wengker kemudian diterapkan dalam pembangunan di candi - candi Sumatera [[Sriwijaya|Sriwjaya]] dan di Jawa [[Majapahit]]. Seiring perkembangan teknologi, penggunaan batu bata semakin menurun. Munculnya material-material baru seperti [[gipsum]], [[bambu]] yang telah diolah, cenderung lebih dipilih karena memiliki harga lebih murah dan secara [[arsitektur]] lebih indah.

Material dinding dari batako ini umumnya dibuat dari campuran semen dan, pasir kasar, dan air yang dicetak padat atau dipress.<ref>{{Cite journal|last=Kristiawan|first=Agung|last2=Suwandi|first2=Putri Anggi Permata|date=2015|title=Pengaruh Penambahan Kapur dan Sabut Kelapa Terhadap Bobot dan Daya Serap Air Batako|url=https://journal.upgris.ac.id/index.php/JITEK/article/view/835|journal=Jurnal Ilmiah Teknosains|volume=1|issue=1|pages=29-35|doi=10.26877/jitek.v1i1/November.835}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Nursyamsi|first=Nursyamsi|last2=Indrawan|first2=Ivan|last3=Hastuty|first3=Ika Puji|date=2016-05-04|title=Pemanfaatan Serbuk Kaca sebagai Bahan Tambah dalam Pembuatan Batako|url=https://ejournal.umm.ac.id/index.php/jmts/article/view/3292|journal=Media Teknik Sipil|language=en|volume=14|issue=1|pages=84–95|doi=10.22219/jmts.v14i1.3292|issn=2597-7660}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Utami|first=Linda Sekar|last2=Zulkarnain|first2=Zulkarnain|last3=Anwar|first3=Khairil|last4=Darmayanti|first4=Ni Wayan Sri|last5=Isnaini|first5=M.|last6=Fadli|first6=M. Najmul|date=2021|title=PEMANFAATAN SAMPAH STYROFOAM MENJADI BATAKO RINGAN TAHAN GEMPA|url=http://journal.ummat.ac.id/index.php/orbita/article/view/7775|journal=ORBITA: Jurnal Kajian, Inovasi dan Aplikasi Pendidikan Fisika|language=en|volume=7|issue=1|pages=233–237|doi=10.31764/orbita.v7i1.7775|issn=2614-7017}}</ref> Selain itu ada juga yang membuatnya dari campuran batu tras, kapur dan air. Bahkan kini juga beredar batako dari campuran semen, pasir dan [[batubara]]. Dengan bahan pembuatan seperti yang telah disebutkan, batako memiliki kelemahan yaitu kekuatannya lebih rendah dari bata merah, sehingga cenderung terjadi keretakan dinding, terutama jika bagian kosong-nya tidak diisi dengan adukan spesi. Pemakaian material batako untuk dinding juga membuat bangunan lebih hangat bahkan cenderung pengap dan panas, tidak seperti bata merah yang terbuat dari material tanah. Batako cenderung lebih ringan daripada bata merah. Teksturnya pun terlihat lebih halus dari bata merah.

* Batako putih dibuat dari campuran tras, batu kapur, dan air. Campuran tersebut dicetak, lalu dibakar. Tras merupakan jenis tanah berwarna putih / putih kecoklatan yang berasal dari pelapukan batu-batu [[gunung berapi]].

Bataton terbuat dari campuran semen, agregat, pasir, [[kerikil]], air dan bahan khusus lain. Bahan-bahan ini dicetak dalam berbagai bentuk yang kemudian disebuat sebagai bataton. Bentuk-bentuk bataton ini menyisakan rongga pada bagian dalamnya.

Rongganya bisa diisi [[baja]] untuk tiang kolom, juga bisa sebagai jalur pipa air dan kabel listrik.