Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Syusuf2016 (bicara | kontrib)
k tambahan referensi
Losstreak (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(54 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Rapikan}}
{{Infobox organization
| name = Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia
| full_name =
| native_name = <!-- nama organisasi dalam bahasa lokal -->
| native_name_lang = <!-- diperlukan kode ISO 639-1 dari bahasa asli di atas -->
| logo =
| logo_size =
| logo_alt =
| logo_caption =
| image =
| image_size =
| alt = <!-- lihat [[WP:ALT]] -->
| caption =
| map = <!-- gambar map -->
| map_size = <!-- bawaan 250px -->
| map_alt =
| map_caption =
| map2 = <!-- gambar map ke-2, jika dibutuhkan -->
| map2_size =
| map2_alt =
| map2_caption =
| abbreviation = ICMI
| nickname =
| pronounce =
| pronounce ref =
| pronounce comment =
| pronounce 2 =
| named_after =
| motto =
| predecessor =
| merged = <!-- organisasi lain tempat organisasi tersebut digabungkan -->
| successor =
| formation = {{start date and age|1990|12|07}}
| founder =
| founding_location =
| dissolved = <!-- gunakan {{end date and age|YYYY|MM|DD}} -->
| merger = <!-- other organizations (if any) merged with, to constitute the new organization -->
| type = [[Organisasi non-pemerintah]]
| tax_id = <!-- or |vat_id = (for European organizations) -->
| registration_id = <!-- for non-profits -->
| status = <!-- ad hoc, perjanjian, Yayasan, dll -->
| purpose = <!-- fokus sebagai misalnya kemanusiaan, perdamaian, dll -->
| professional_title = <!-- for professional associations -->
| headquarters =
| location_city =
| location_country =
| location_city2 =
| location_country2 =
| addnl_location_city =
| addnl_location_country =
| addnl_location_city2 =
| addnl_location_country2 =
| coordinates = <!-- {{coord|LAT|LON|display=inline,title}} -->
| origins =
| region = [[Indonesia]]
| products = <!-- or |product = -->
| services =
| methods = <!-- or |method = -->
| fields = <!-- or |field = -->
| membership = <!-- number of members -->
| membership_year = <!-- year to which membership numbers/data apply -->
| language = <!-- any official language or languages used -->
| owner = <!-- or |owners = -->
| sec_gen = <!-- or |gen_sec for General Secretary -->
| leader_title = Ketua umum
| leader_name =
| leader_title2 =
| leader_name2 =
| leader_title3 =
| leader_name3 =
| leader_title4 =
| leader_name4 =
| board_of_directors =
| key_people =
| main_organ = <!-- gral. Majelis, Dewan Direksi, dll -->
| parent_organization = <!-- or |parent_organisation = --><!-- jika satu -->
| subsidiaries = ICMI Muda
| secessions =
| affiliations =
| budget =
| budget_year =
| revenue =
| revenue_year =
| disbursements =
| expenses =
| expenses_year =
| endowment =
| endowment_year =
| staff =
| staff_year =
| volunteers =
| volunteers_year =
| students =
| students_year =
| awards =
| website = {{URL|https://icmi.id/}}
| remarks =
| formerly = <!-- or |former_name = -->
| footnotes =
| bodystyle =
}}
'''Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia''' (disingkat '''ICMI''') adalah sebuah [[organisasi]] cendekiawan muslim di [[Indonesia]] yang dibentuk pada tanggal 7 Desember 1990 di sebuah pertemuan kaum cendekiawan muslim di [[Kota Malang]] tanggal 6-8 Desember 1990. Di pertemuan itu dipilih [[B. J. Habibie|Baharuddin Jusuf Habibie]] sebagai Ketua Umum ICMI yang pertama.
 
== Sejarah ==
'''Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia''' disingkat '''ICMI''' adalah sebuah organisasi cendekiawan muslim di [[Indonesia]] yang dibentuk pada tanggal [[7 Desember]] [[1990]] di sebuah pertemuan kaum cendekiawan muslim di [[Kota Malang]] tanggal 6-[[8 Desember]] [[1990]]. Di pertemuan itu juga dipilih [[B. J. Habibie|Baharuddin Jusuf Habibie]] sebagai ketua ICMI yang pertama. Dan saat ini Ketua Umum ICMI periode 2015-2020 [[Jimly Asshiddiqie|Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H]] terpilih dalam Muktamar VI dan Milad ke-25 ICMI di Hotel Lombok Raya, [[Mataram]], [[Nusa Tenggara Barat]], Minggu (13/12/2015).<ref>http://news.detik.com/berita/3094608/begini-panasnya-muktamar-icmi-sampai-jimly-terpilih-jadi-ketua-umum</ref>
Kelahiran ICMI berawal dari diskusi kecil di bulan Februari 1990 di masjid kampus [[Universitas Brawijaya]].{{butuh rujukan}} Sekelompok mahasiswa{{siapa}} merasa prihatin dengan kondisi umat [[Islam]], terutama karena polarisasi kepemimpinan di kalangan umat Islam.{{butuh pemastian}}{{subjektif}}
 
Dari forum itu, kemudian, muncul gagasan untuk mengadakan simposium dengan tema Sumbangan Cendekiawan Muslim Menuju Era Tinggal Landas yang direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 29 September-1 Oktober 1990.{{butuh rujukan}} Mahasiswa Universitas Brawijaya yang terdiri dari [[Erik Salman]], [[Ali Mundakir]], [[M. Zaenuri]], [[Awang Surya]] dan [[Lalu M. Iqbal Songgel]] berkeliling menemui para pembicara, di antaranya [[Muhammad Imaduddin Abdulrahim]] dan [[Dawam Rahardjo]].{{butuh pemastian}}
== Latar Belakang Kelahiran ICMI ==
 
Dari hasil pertemuan tersebut, pemikiran mereka terus berkembang sampai muncul ide untuk membentuk wadah cendekiawan muslim yang bertaraf nasional. Kemudian para mahasiswa tersebut dengan diantar Imaduddin Abdurrahim, M. Dawam Rahardjo, dan Syafi'i Anwar menghadap{{butuh pemastian}} Menristek Prof. [[Bacharuddin Jusuf Habibie]] dan meminta beliau untuk memimpin wadah cendekiawan muslim dalam lingkup nasional.{{butuh rujukan}} Waktu itu B.J. Habibie menjawab, sebagai pribadi dia bersedia tetapi sebagai menteri harus meminta izin dari Presiden Soeharto.{{butuh rujukan}} Dia juga meminta agar pencalonannya dinyatakan secara resmi melalui surat dan diperkuat dengan dukungan secara tertulis dari kalangan cendekiawan muslim.{{butuh rujukan}} Sebanyak 49 orang{{siapa}} cendekiawan muslim menyetujui pencalonan B.J. Habibie untuk memimpin wadah cendekiawan muslim tersebut.{{butuh rujukan}}
Kelahiran ICMI bukankah sebuah kebetulah sejarah belaka, tapi erat kaitannya dengan perkembangan global dan regional di luar dan di dalam negeri. Menjelang akhir dekade 1980-an dan awal dekade 1990-an, dunia ditandai dengan berakhirnya perang dingin dan konflik ideologi.
 
Pada tanggal 27 September 1990, dalam sebuah pertemuan di rumahnya, Bacharuddin Jusuf Habibie memberitahukan bahwa usulan sebagai pimpinan wadah cendekiawan muslim itu disetujui oleh Presiden [[Soeharto]]. Soeharto mengusulkan agar wadah cendekiawan muslim itu diberi nama Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia disingkat ICMI.
Seiring dengan itu semangat kebangkitan Islam di belahan dunia timur ditandai dengan tampilnya Islam sebagai ideologi peradaban dunia dan kekuatan altenatif bagi perkembangan perabadan dunia. Bagi Barat, kebangkitan Islam ini menjadi masalah yang serius karena itu berarti hegemoni mereka terancam. Apa yang diproyeksikan sebagai konflik antar peradaban lahir dari perasaan Barat yang subyektif terhadap Islam sebagai kekuatan peradaban dunia yang sedang bangkit kembali sehingga mengancam dominasi peradaban Barat.
 
Tanggal 28 September 1990, sejumlah cendekiawan muslim bertemu lagi dalam rangka persiapan simposium yang akan diselenggarakan bulan Desember. Pada tanggal 25-26 November 1990, sekitar 22 orang cendekiawan yang akan membentuk wadah baru berkumpul di [[Tawangmangu]], [[Solo]] dalam rangka merumuskan beberapa usulan untuk [[Garis-Garis Besar Haluan Negara|GBHN]] 1993 dan pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua 1993-2018 serta rancangan Program Kerja dan Struktur Organisasi ICMI.
Kebangkitan umat Islam ditunjang dengan adanya ledakan kaum terdidik (intelectual booming) yang di kalangan kelas menengah kaum santri Indonesia. Program dan kebijakan Orde Baru secara langsung maupun tidak langsung telah melahirkan generasi baru kaum santri yang terpelajar, modern, berwawasan kosmopolitan, berbudaya kelas menengah, serta mendapat tempat pada institusi-institusi modern. Pada akhirnya kaum santri dapat masuk ke jajaran birokrasi pemerintahan yang mulanya didominasi oleh ?kaum abangan? dan di beberapa tempat oleh non muslim. Posisi demikian jelas berpengaruh terhadap produk-produk kebijakan pemerintah.
 
Pelaksanaan simposium sempat terganggu oleh gugatan tentang rencana B.J. Habibie sebagai calon Ketua Umum ICMI karena posisinya sebagai birokrat. Kepemimpinannya dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap kebebasan para cendekiawan muslim. Pada tanggal 30 November dan 1 Desember, panitia secara khusus mengadakan rapat untuk menjawab isu negatif soal pemilihan Habibie. Dari pertemuan tersebut menghasilkan beberapa komitmen. ''Pertama'', berdirinya ICMI merupakan ungkapan syukur umat Islam yang mampu melahirkan sarjana dan cendekiawan. ''Kedua'', untuk memimpin ICMI diperlukan tokoh cendekiawan muslim yang memiliki reputasi nasional dan internasional serta dapat diterima oleh umat Islam, masyarakat Indonesia, maupun pemerintah. ''Ketiga'', hanya [[Universitas Brawijaya|Unibraw]] salah satu wahana keilmuan yang cukup pantas melahirkan organisasi itu, apalagi pemrakasanya adalah mahasiswa univeritas tersebut. Halangan juga sempat datang dari aparat keamanan setempat. Dalam rapat gabungan antara penyelenggara, pemda, dan aparat keamanan di [[Surabaya]], empat hari menjelang acara, aparat keamanan menpersoalkan pembentukan organisasi tersebut. ICMI, kata mereka harus diwaspadai. Tapi [[Abdul Aziz Hosein]] yang menghadiri acara tersebut sebagai panitia penyelenggara mengatakan bagaimanapun ICMI akan terbentuk karena Presiden sudah menyetujui dan AD/ ART-nya sudah disusun.
Dengan kondisi yang membaik ini, maka pada dasa warsa 80-an mitos bahwa umat Islam Indonesia merupakan mayoritas tetapi secara teknikal minoritas runtuh dengan sendirinya. Sementara itu, pendidikan berbangsa dan bernegara yang diterima kaum santri di luar dan di dalam kampus telah mematangkan mereka buka saja secara mental, tapi juga secara intelektual. Dari mereka itulah lahir critical mass yang responsif terhadap dinamika dan proses pembangunan yang sedang dijalankan dan juga telah memperkuat tradisi inteletual melalui pergumulan ide dan gagasan yang diekpresikan baik melalui forum seminar maupun tulisan di media cetak dan buku-buku. Seiring dengan itu juga terjadi perkembangan dan perubahan iklim politik yang makin kondusif bagi tumbuhnya saling pengertian antara umat Islam dengan komponen bangsa lainnya, termasuk yang berada di dalam birokrasi.
 
ICMI dibentuk pada tanggal [[7 Desember]] [[1990]] di sebuah pertemuan kaum cendekiawan muslim di [[Kota Malang]] tanggal 6-[[8 Desember]] [[1990]].{{butuh Dirujukan}} pertemuanSaat itu juga, dipilihsecara [[B.aklamasi, J.disetujui Habibie|Baharuddinkepemimpinan tunggal Bacharuddin Jusuf Habibie]] sebagai '''Ketua Umum ICMI yang pertama'''. Dalam sambutannya, beliau mengatakan bahwa dengan berdirinya ICMI tidak berarti kita hanya memperhatikan umat Islam, tetapi mempunyai komitmen memperbaiki nasib seluruh bangsa Indonesia, karena itu juga merupakan tugas utama.{{butuh pemastian}}
 
ICMI diharapkan menjadi salah satu institusi yang memperkuat interaksi Islam sebagai kekuatan politik dengan birokrasi dan pembuat keputusan. Dari proses interaksi ini, diharapkan keluar kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berguna bagi pembangunan kesejahteraan umat dan peningkatan kualitas manusia serta pengembangan bidang spiritual.<ref>{{Cite web|last=ICMI|first=Redaksi|title=Visi dan Misi {{!}} Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia|url=https://icmi.id/profil/visi-dan-misi|website=icmi.or.id|language=en|access-date=2023-05-14}}</ref>
== Masjid Kampus Universitas Brawijaya Malang ==
 
Kelahiran ICMI berawal dari diskusi kecil di bulan Februari 1990 di masjid kampus Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang. Sekelompok mahasiswa merasa prihatin dengan kondiri umat Islam, terutama kadena ?berserakannya? keadaan cendekiawan muslim, sehingga menimbulkan polarisasi kepemimpinan di kalangan umat Islam. Masing-masing kelompok sibuk dengan kelompoknya sendiri, serta berjuang secara parsial sesuai dengan aliran dan profesi masing-masing.
 
Dari forum itu kemudian muncul gagasan untuk mengadakan simposium dengan tema Sumbangan Cendekiawan Muslim Menuju Era Tinggal Landas yang direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 29 September ? 1 Oktober 1990. Mahasiswa Unibraw yang terdiri dari [[Erik Salman]], [[Ali Mundakir]], [[M. Zaenuri]], [[Awang Surya]] dan [[M. Iqbal]] berkeliling menemui para pembicara, di antaranya [[Immaduddin Abdurrahim]] dan [[M. Dawam Rahardjo]].
 
Dari hasil pertemuan tersebut pemikiran mereka terus berkembang sampai muncul ide untuk membentuk wadah cendekiawan muslim yang berlingkup nasional. Kemudian para mahasiswa tersebut dengan diantar Imaduddin Abdurrahim, M. Dawam Rahardjo dan Syafi'i Anwar menghadap Menristek Prof. [[Bacharuddin Jusuf Habibie]] dan meminta dia untuk memimpin wadah cendekiawan muslim dalam lingkup nasional. Waktu itu B.J. Habibie menjawab, sebagai pribadi dia bersedia tapi sebagai menteri harus meminta izin dari Presiden Soeharto. Dia juga meminta agar pencalonannya dinyatakan secara resmi melalui surat dan diperkuat dengan dukungan secara tertulis dari kalangan cendekiawan muslim. Sebanyak 49 orang cendekiawan muslim menyetujui pencalonan B.J. Habibie untuk memimpin wadah cendekiawan muslim tersebut.
 
== Tokoh B.J. Habibie dan Soeharto ==
 
Pada tanggal 27 September 1990, dalam sebuah pertemuan di rumahnya, [[Bacharuddin Jusuf Habibie]] memberitahukan bahwa usulan sebagai pimpinan wadah cendekiawan muslim itu disetujui Presiden [[Soeharto]]. Dia juga mengusulkan agar wadah cendekiawan muslim itu diberi nama Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia disingkat ICMI.
 
Tanggal 28 September 1990, sejumlah cendekiawan muslim bertemu lagi dalam rangka persiapan simposium yang akan diselenggarakan bulan Desember. Pada tanggal 25-26 November 1990, sekitar 22 orang cendekiawan yang akan membentuk wadah baru berkumpul di [[Tawangmangu]], [[Solo]] dalam rangka merumuskan beberapa usulan untuk GBHN 1993 dan pembangunan Jangka Panjang Tahap kedua 1993-2018 serta rancangan Program Kerja dan Struktur Organisasi ICMI.
 
Pelaksanaan simposium sempat terganggu oleh gugatan tentang rencana B.J. Habibie sebagai calon Ketua Umum ICMI karena dia sebagai birokrat. Kepemimpinannya dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap kebebasan para cendekiawan muslim. Tanggal 30 November dan 1 Desember, panitia secara khusus mengadakan rapat untuk menjawab isu negatif soal pemilihan Habibie. Dari pertemuan tersebut menghasilkan beberapa komitmen. ''Pertama'', berdirinya ICMI merupakan ungkapan syukur umat Islam yang mampu melahirkan sarjana dan cendekiawan. ''Kedua'', untuk memimpin ICMI diperlukan tokoh cendekiawan muslim yang reputasi nasional dan internasional serta dapat diterima oleh umat Islam, masyarakat Indonesia maupun pemerintah. ''Ketiga'', hanya Unibraw salah satu wahana keilmuan- yang cukup pantas melahirkan organisasi itu, apalagi pemrakasanya adalah mahasiswa univeritas tersebut. Halangan juga sempat datang dari aparat keamanan setempat. Dalam rapat gabungan antara penyelenggara, pemda dan aparat keamanan di [[Surabaya]], empat hari menjelang acara, aparat keamanan menyoal pembentukan organisasi tersebut. ICMI, kata mereka harus diwaspadai. Tapi [[Abdul Aziz Hosein]] yang menghadiri acara tersebut sebagai panitia penyelenggara mengatakan bagaimanapun ICMI akan terbentuk karena presiden sudah menyetujui dan AD/ART-nya sudah disusun.
 
Tanggal [[7]] [[Desember]] [[1990]] merupakan lembaran baru dalam sejarah umat [[Islam]] Indonesia di era Orde Baru, secara resmi Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dibentuk di [[Malang]]. Saat itu juga secara aklamasi disetujui kepemimpinan tunggal dan terpilih [[Bacharuddin Jusuf Habibie]] sebagai Ketua Umum ICMI yang pertama. Dalam sambutannya dia mengatakan bahwa dengan berdirinya ICMI tidak berarti kita hanya memperhatikan umat Islam, tetapi mempunyai komitmen memperbaiki nasib seluruh bangsa Indonesia, karena itu juga merupakan tugas utama.
 
== Ketua ICMI ==
Baris 38 ⟶ 125:
||'''Muktamar'''||'''Tanggal'''||'''Ketua terpilih'''||'''Periode'''
|-
||Muktamar I||6-86–8 Desember 1990 di [[Kota Malang]]||[[B. J. Habibie|Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie]]||1990-19951990–1995
|-
||Muktamar II||7-97–9 Desember 1995 di [[Jakarta]]||[[B. J. Habibie|Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie]]||1995-20001995–2000
|-
||Muktamar III||9-129–12 November 2000 di [[Jakarta]]||[[Adi Sasono]]||2000-2005
|-
|rowspan=5|Muktamar IV
|rowspan=5|4-74–7 Desember 2005 di [[Kota Makassar|Makassar]]|
|Dr. [[Marwah Daud Ibrahim]] (Presidium)
|2005–2006
Prof. Dr. [[Nanat Fatah Natsir]] (Presidium)
 
Ir. M. [[Hatta Rajasa]] (Presidium)
 
Dr. Ir. [[Muslimin Nasution]], APU. (Presidium)
 
Prof. Dr. [[Azyumardi Azra]] (Presidium)
||2005-2006
2006-2007
 
2007-2008
 
2008-2009
 
2009-2010
|-
||MuktamarProf. V||4-7 Desember 2010 di [[Bogor]]||Dr. Ing. H. [[IlhamNanat AkbarFatah HabibieNatsir]], MBA. (Presidium)
|2006–2007
Prof. Dr. [[Nanat Fatah Natsir]] (Presidium)
 
Dr. Hj. [[Marwah Daud Ibrahim]], Ph.D. (Presidium)
 
[[Priyo Budi Santoso|Drs. Priyo Budi Santoso]] (Presidium)
 
[[Soegiharto|Dr. Sugiharto, SE. MBA.]] (Presidium)
||2010-2011
2011-2012
 
2012-2013
 
2013-2014
 
2014-2015
|-
|Dr.(HC). Ir. M. [[Hatta Rajasa]] (Presidium)
||Muktamar VI ||11-13 Desember 2015 di [[Kota Mataram]]||[[Jimly Asshiddiqie|Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H]] (Ketua Umum) ||2015-2020)
|2007–2008
|-
|Dr. Ir. [[Muslimin Nasution]], APU. (Presidium)
|2008–2009
|-
|Prof. Dr. [[Azyumardi Azra]] (Presidium)
|2009–2010
|-
|rowspan=5|Muktamar V
|rowspan=5|4–7 Desember 2010 di [[Bogor]]
|Dr. Ing. H. [[Ilham Akbar Habibie]], MBA. (Presidium)
|2010–2011
|-
|Prof. Dr. [[Nanat Fatah Natsir]] (Presidium)
|2011–2012
|-
|Dr. Hj. [[Marwah Daud Ibrahim]], Ph.D. (Presidium)
|2012–2013
|-
|[[Priyo Budi Santoso|Drs. Priyo Budi Santoso]] (Presidium)
|2013–2014
|-
|[[Soegiharto|Dr. Sugiharto, SE, MBA.]] (Presidium)
|2014–2015
|-
|Muktamar VI
|11–13 Desember 2015 di [[Kota Mataram]]||[[Jimly Asshiddiqie|Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H]] (Ketua Umum)<ref>http://news.detik.com/berita/3094608/begini-panasnya-muktamar-icmi-sampai-jimly-terpilih-jadi-ketua-umum</ref> ||2015–2020
|-
|Muktanar VII
|4–6 Desember 2021 di Bandung
|[[Arif Satria (akademisi)|Prof. Dr. Arif Satria, SP, M.Si.]]
|2021–2026
|-
|-
|}
 
== BATIC ==
BATIC, singkatan dari Balai Jurnalistik ICMI Orwil [[Jawa Barat]]. Berdiri sejak [[1 Januari]] [[2000]], dengan aktivitas utama menggelar Majelis Ta'lim Jurnalistik (Majestik) secara rutin tiga bulanan dan berfungsi memfasilitasi diklat-diklat jurnalistik dan kepenyiaran radio—menyediakan materi, silabus, dan instruktur.
 
== Referensi ==
Baris 90 ⟶ 180:
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [http{{official|https://www.icmi.or.id Situs web resmi]}}
* http://icmidalamberita.wordpress.com/
* http://sitarlingicmi.wordpress.com/
* http://icmijabar.or.id/
 
[[Kategori:Organisasi Islam di Indonesia]]
[[Kategori:Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh ICMI]]
 
[[Kategori:Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia| ]]
{{organisasi-stub}}
[[Kategori:Organisasi Islam di Indonesia|Cendekia]]