Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
(29 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 64:
| owner = <!-- or |owners = -->
| sec_gen = <!-- or |gen_sec for General Secretary -->
| leader_title = Ketua umum
| leader_name =
| leader_title2 =
| leader_name2 =
Baris 95:
| students_year =
| awards =
| website =
| remarks =
| formerly = <!-- or |former_name = -->
Baris 101:
| bodystyle =
}}
'''Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia''' (disingkat '''ICMI''') adalah sebuah [[organisasi]] cendekiawan muslim di [[Indonesia]] yang dibentuk pada tanggal 7 Desember 1990 di sebuah pertemuan kaum cendekiawan muslim di [[Kota Malang]] tanggal 6-8 Desember 1990. Di pertemuan itu
Kelahiran ICMI berawal dari diskusi kecil di bulan Februari 1990 di masjid kampus [[Universitas Brawijaya]].{{butuh
Dari forum itu, kemudian, muncul gagasan untuk mengadakan simposium dengan tema Sumbangan Cendekiawan Muslim Menuju Era Tinggal Landas yang direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 29 September-1 Oktober 1990.{{butuh rujukan}} Mahasiswa
Dari hasil pertemuan tersebut, pemikiran mereka terus berkembang sampai muncul ide untuk membentuk wadah cendekiawan muslim yang
Pada tanggal 27 September 1990, dalam sebuah pertemuan di rumahnya,
Tanggal 28 September 1990, sejumlah cendekiawan muslim bertemu lagi dalam rangka persiapan simposium yang akan diselenggarakan bulan Desember. Pada tanggal 25-26 November 1990, sekitar 22 orang cendekiawan yang akan membentuk wadah baru berkumpul di [[Tawangmangu]], [[Solo]] dalam rangka merumuskan beberapa usulan untuk [[Garis-Garis Besar Haluan Negara|GBHN]] 1993 dan pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua 1993-2018 serta rancangan Program Kerja dan Struktur Organisasi ICMI.▼
Pelaksanaan simposium sempat terganggu oleh gugatan tentang rencana B.J. Habibie sebagai calon Ketua Umum ICMI karena posisinya sebagai birokrat. Kepemimpinannya dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap kebebasan para cendekiawan muslim. Pada tanggal 30 November dan 1 Desember, panitia secara khusus mengadakan rapat untuk menjawab isu negatif soal pemilihan Habibie. Dari pertemuan tersebut menghasilkan beberapa komitmen. ''Pertama'', berdirinya ICMI merupakan ungkapan syukur umat Islam yang mampu melahirkan sarjana dan cendekiawan. ''Kedua'', untuk memimpin ICMI diperlukan tokoh cendekiawan muslim yang memiliki reputasi nasional dan internasional serta dapat diterima oleh umat Islam, masyarakat Indonesia, maupun pemerintah. ''Ketiga'', hanya [[Universitas Brawijaya|Unibraw]] salah satu wahana keilmuan yang cukup pantas melahirkan organisasi itu, apalagi pemrakasanya adalah mahasiswa univeritas tersebut. Halangan juga sempat datang dari aparat keamanan setempat. Dalam rapat gabungan antara penyelenggara, pemda, dan aparat keamanan di [[Surabaya]], empat hari menjelang acara, aparat keamanan menpersoalkan pembentukan organisasi tersebut. ICMI, kata mereka harus diwaspadai. Tapi [[Abdul Aziz Hosein]] yang menghadiri acara tersebut sebagai panitia penyelenggara mengatakan bagaimanapun ICMI akan terbentuk karena Presiden sudah menyetujui dan AD/ ART-nya sudah disusun.▼
▲Kelahiran ICMI berawal dari diskusi kecil di bulan Februari 1990 di masjid kampus Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang. Sekelompok mahasiswa merasa prihatin dengan kondisi umat Islam, terutama kadena berserakannya keadaan cendekiawan muslim, sehingga menimbulkan polarisasi kepemimpinan di kalangan umat Islam. Masing-masing kelompok sibuk dengan kelompoknya sendiri, serta berjuang secara parsial sesuai dengan aliran dan profesi masing-masing.
▲Dari forum itu kemudian muncul gagasan untuk mengadakan simposium dengan tema Sumbangan Cendekiawan Muslim Menuju Era Tinggal Landas yang direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 29 September-1 Oktober 1990. Mahasiswa Unibraw yang terdiri dari [[Erik Salman]], [[Ali Mundakir]], [[M. Zaenuri]], [[Awang Surya]] dan [[Lalu M. Iqbal Songgel]] berkeliling menemui para pembicara, di antaranya [[Muhammad Imaduddin Abdulrahim]] dan [[M. Dawam Rahardjo]].
ICMI diharapkan menjadi salah satu institusi yang memperkuat interaksi Islam sebagai kekuatan politik dengan birokrasi dan pembuat keputusan. Dari proses interaksi ini, diharapkan keluar kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berguna bagi pembangunan kesejahteraan umat dan peningkatan kualitas manusia serta pengembangan bidang spiritual.<ref>{{Cite web|last=ICMI|first=Redaksi|title=Visi dan Misi {{!}} Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia|url=https://icmi.id/profil/visi-dan-misi|website=icmi.or.id|language=en|access-date=2023-05-14}}</ref>
▲Dari hasil pertemuan tersebut, pemikiran mereka terus berkembang sampai muncul ide untuk membentuk wadah cendekiawan muslim yang berlingkup nasional. Kemudian para mahasiswa tersebut dengan diantar Imaduddin Abdurrahim, M. Dawam Rahardjo dan Syafi'i Anwar menghadap Menristek Prof. [[Bacharuddin Jusuf Habibie]] dan meminta beliau untuk memimpin wadah cendekiawan muslim dalam lingkup nasional. Waktu itu B.J. Habibie menjawab, sebagai pribadi dia bersedia tetapi sebagai menteri harus meminta izin dari Presiden Soeharto. Dia juga meminta agar pencalonannya dinyatakan secara resmi melalui surat dan diperkuat dengan dukungan secara tertulis dari kalangan cendekiawan muslim. Sebanyak 49 orang cendekiawan muslim menyetujui pencalonan B.J. Habibie untuk memimpin wadah cendekiawan muslim tersebut.
▲Pada tanggal 27 September 1990, dalam sebuah pertemuan di rumahnya, [[Bacharuddin Jusuf Habibie]] memberitahukan bahwa usulan sebagai pimpinan wadah cendekiawan muslim itu disetujui Presiden [[Soeharto]]. Beliau juga mengusulkan agar wadah cendekiawan muslim itu diberi nama Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia disingkat ICMI.
▲Tanggal 28 September 1990, sejumlah cendekiawan muslim bertemu lagi dalam rangka persiapan simposium yang akan diselenggarakan bulan Desember. Pada tanggal 25-26 November 1990, sekitar 22 orang cendekiawan yang akan membentuk wadah baru berkumpul di [[Tawangmangu]], [[Solo]] dalam rangka merumuskan beberapa usulan untuk GBHN 1993 dan pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua 1993-2018 serta rancangan Program Kerja dan Struktur Organisasi ICMI.
▲Pelaksanaan simposium sempat terganggu oleh gugatan tentang rencana B.J. Habibie sebagai calon Ketua Umum ICMI karena posisinya sebagai birokrat. Kepemimpinannya dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap kebebasan para cendekiawan muslim. Pada tanggal 30 November dan 1 Desember, panitia secara khusus mengadakan rapat untuk menjawab isu negatif soal pemilihan Habibie. Dari pertemuan tersebut menghasilkan beberapa komitmen. ''Pertama'', berdirinya ICMI merupakan ungkapan syukur umat Islam yang mampu melahirkan sarjana dan cendekiawan. ''Kedua'', untuk memimpin ICMI diperlukan tokoh cendekiawan muslim yang memiliki reputasi nasional dan internasional serta dapat diterima oleh umat Islam, masyarakat Indonesia, maupun pemerintah. ''Ketiga'', hanya Unibraw salah satu wahana keilmuan yang cukup pantas melahirkan organisasi itu, apalagi pemrakasanya adalah mahasiswa univeritas tersebut. Halangan juga sempat datang dari aparat keamanan setempat. Dalam rapat gabungan antara penyelenggara, pemda, dan aparat keamanan di [[Surabaya]], empat hari menjelang acara, aparat keamanan menpersoalkan pembentukan organisasi tersebut. ICMI, kata mereka harus diwaspadai. Tapi [[Abdul Aziz Hosein]] yang menghadiri acara tersebut sebagai panitia penyelenggara mengatakan bagaimanapun ICMI akan terbentuk karena Presiden sudah menyetujui dan AD/ ART-nya sudah disusun.
▲Tanggal [[7]] [[Desember]] [[1990]] merupakan lembaran baru dalam sejarah umat [[Islam]] Indonesia di era Orde Baru, secara resmi Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dibentuk di [[Malang]]. Saat itu juga secara aklamasi disetujui kepemimpinan tunggal dan terpilih [[Bacharuddin Jusuf Habibie]] sebagai Ketua Umum ICMI yang pertama. Dalam sambutannya, beliau mengatakan bahwa dengan berdirinya ICMI tidak berarti kita hanya memperhatikan umat Islam, tetapi mempunyai komitmen memperbaiki nasib seluruh bangsa Indonesia, karena itu juga merupakan tugas utama.
== Ketua ICMI ==
Baris 136 ⟶ 125:
||'''Muktamar'''||'''Tanggal'''||'''Ketua terpilih'''||'''Periode'''
|-
||Muktamar I||
|-
||Muktamar II||
|-
||Muktamar III||
|-
|rowspan=5|Muktamar IV
|rowspan=5| |Dr. [[Marwah Daud Ibrahim]] (Presidium) |2005–2006
Prof. Dr. [[Nanat Fatah Natsir]] (Presidium)▼
Ir. M. [[Hatta Rajasa]] (Presidium)▼
Dr. Ir. [[Muslimin Nasution]], APU. (Presidium)▼
|-
|
|2006–2007
Prof. Dr. [[Nanat Fatah Natsir]] (Presidium)▼
|-
|Dr.(HC).
|2007–2008
[[Priyo Budi Santoso|Drs. Priyo Budi Santoso]] (Presidium)▼
[[Soegiharto|Dr. Sugiharto, SE. MBA.]] (Presidium)▼
|-
▲|Dr. Ir. [[Muslimin Nasution]], APU. (Presidium)
||Muktamar VI ||11-13 Desember 2015 di [[Kota Mataram]]||[[Jimly Asshiddiqie|Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H]] (Ketua Umum) ||2015-2020▼
|2008–2009
|-
|2009–2010
|-
|rowspan=5|Muktamar V
|rowspan=5|4–7 Desember 2010 di [[Bogor]]
|Dr. Ing. H. [[Ilham Akbar Habibie]], MBA. (Presidium)
|2010–2011
|-
▲|Prof. Dr. [[Nanat Fatah Natsir]] (Presidium)
|2011–2012
|-
|2012–2013
|-
▲|[[Priyo Budi Santoso|Drs. Priyo Budi Santoso]] (Presidium)
|2013–2014
|-
|2014–2015
|-
|Muktamar VI
▲|
|-
|Muktanar VII
|
|[[Arif Satria (akademisi)|Prof. Dr. Arif Satria, SP,
|2021–2026
|-
|-
|}
▲== BATIC ==
== Referensi ==
Baris 193 ⟶ 180:
== Pranala luar ==
* {{id}} {{official|https://icmi.id}}
[[Kategori:Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia| ]]
[[Kategori:Organisasi Islam di Indonesia|Cendekia]]
|