Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Davgaf (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Losstreak (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(25 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 95:
| students_year =
| awards =
| website = {{URL|https://icmi.web.id/}}
| remarks =
| formerly = <!-- or |former_name = -->
Baris 101:
| bodystyle =
}}
'''Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia''' (disingkat '''ICMI''') adalah sebuah [[organisasi]] cendekiawan muslim di [[Indonesia]] yang dibentuk pada tanggal 7 Desember 1990 di sebuah pertemuan kaum cendekiawan muslim di [[Kota Malang]] tanggal 6-8 Desember 1990. Di pertemuan itu juga dipilih [[B. J. Habibie|Baharuddin Jusuf Habibie]] sebagai Ketua Umum ICMI yang pertama. Ketua Umum ICMI periode 2015-2020 [[Jimly Asshiddiqie|Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H]] terpilih dalam Muktamar VI dan Milad ke-25 ICMI di Hotel Lombok Raya, [[Mataram]], [[Nusa Tenggara Barat]], Minggu, 13 Desember 2015.<ref>http://news.detik.com/berita/3094608/begini-panasnya-muktamar-icmi-sampai-jimly-terpilih-jadi-ketua-umum</ref>
 
== BATICSejarah ==
== Latar Belakang Kelahiran ICMI ==
Kelahiran ICMI berawal dari diskusi kecil di bulan Februari 1990 di masjid kampus [[Universitas Brawijaya]].{{butuh (Unibraw) Malang.rujukan}} Sekelompok mahasiswa{{siapa}} merasa prihatin dengan kondisi umat [[Islam]], terutama kadena berserakannya keadaan cendekiawan muslim, sehingga menimbulkankarena polarisasi kepemimpinan di kalangan umat Islam.{{butuh Masing-masing kelompok sibuk dengan kelompoknya sendiri, serta berjuang secara parsial sesuai dengan aliran dan profesi masing-masing.pemastian}}{{subjektif}}
Kelahiran ICMI bukankah sebuah kebetulah sejarah belaka, tetapi berkaitan erat dengan perkembangan global dan regional di luar dan di dalam negeri. Menjelang akhir dekade 1980-an dan awal dekade 1990-an, dunia ditandai dengan berakhirnya perang dingin dan konflik ideologi.
 
Dari forum itu, kemudian, muncul gagasan untuk mengadakan simposium dengan tema Sumbangan Cendekiawan Muslim Menuju Era Tinggal Landas yang direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 29 September-1 Oktober 1990.{{butuh rujukan}} Mahasiswa UnibrawUniversitas Brawijaya yang terdiri dari [[Erik Salman]], [[Ali Mundakir]], [[M. Zaenuri]], [[Awang Surya]] dan [[Lalu M. Iqbal Songgel]] berkeliling menemui para pembicara, di antaranya [[Muhammad Imaduddin Abdulrahim]] dan [[M. Dawam Rahardjo]].{{butuh pemastian}}
Seiring dengan itu, semangat kebangkitan Islam di belahan dunia Timur ditandai dengan tampilnya Islam sebagai ideologi peradaban dunia dan kekuatan altenatif bagi perkembangan perabadan dunia. Bagi Barat, kebangkitan Islam ini menjadi masalah yang serius karena itu berarti hegemoni mereka terancam. Apa yang diproyeksikan sebagai konflik antar-peradaban lahir dari perasaan Barat yang subjektif terhadap Islam sebagai kekuatan peradaban dunia yang sedang bangkit kembali, sehingga mengancam dominasi peradaban Barat.
 
Dari hasil pertemuan tersebut, pemikiran mereka terus berkembang sampai muncul ide untuk membentuk wadah cendekiawan muslim yang berlingkupbertaraf nasional. Kemudian para mahasiswa tersebut dengan diantar Imaduddin Abdurrahim, M. Dawam Rahardjo, dan Syafi'i Anwar menghadap{{butuh pemastian}} Menristek Prof. [[Bacharuddin Jusuf Habibie]] dan meminta beliau untuk memimpin wadah cendekiawan muslim dalam lingkup nasional.{{butuh rujukan}} Waktu itu B.J. Habibie menjawab, sebagai pribadi dia bersedia tetapi sebagai menteri harus meminta izin dari Presiden Soeharto.{{butuh rujukan}} Dia juga meminta agar pencalonannya dinyatakan secara resmi melalui surat dan diperkuat dengan dukungan secara tertulis dari kalangan cendekiawan muslim.{{butuh rujukan}} Sebanyak 49 orang{{siapa}} cendekiawan muslim menyetujui pencalonan B.J. Habibie untuk memimpin wadah cendekiawan muslim tersebut.{{butuh rujukan}}
Kebangkitan umat Islam ditunjang dengan adanya ledakan kaum terdidik (''intelectual booming'') yang di kalangan kelas menengah kaum santri Indonesia. Program dan kebijakan Orde Baru secara langsung maupun tidak langsung telah melahirkan generasi baru kaum santri yang terpelajar, modern, berwawasan kosmopolitan, berbudaya kelas menengah, serta mendapat tempat pada institusi-institusi modern. Pada akhirnya kaum santri dapat masuk ke jajaran birokrasi pemerintahan yang mulanya didominasi oleh kaum abangan dan di beberapa tempat oleh nonmuslim. Posisi demikian jelas berpengaruh terhadap produk-produk kebijakan pemerintah.
 
Pada tanggal 27 September 1990, dalam sebuah pertemuan di rumahnya, [[Bacharuddin Jusuf Habibie]] memberitahukan bahwa usulan sebagai pimpinan wadah cendekiawan muslim itu disetujui oleh Presiden [[Soeharto]]. Beliau jugaSoeharto mengusulkan agar wadah cendekiawan muslim itu diberi nama Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia disingkat ICMI.
Dengan kondisi yang membaik ini, maka pada dasawarsa 80-an mitos bahwa umat Islam Indonesia merupakan mayoritas tetapi secara teknikal minoritas runtuh dengan sendirinya. Sementara itu, pendidikan berbangsa dan bernegara yang diterima kaum santri di luar dan di dalam kampus telah mematangkan mereka bukan saja secara mental, tetapi juga secara intelektual. Dari mereka itulah lahir ''critical mass'' yang responsif terhadap dinamika dan proses pembangunan yang sedang dijalankan dan juga telah memperkuat tradisi intelektual melalui pergumulan ide dan gagasan yang diekspresikan baik melalui forum seminar maupun tulisan di media cetak dan buku-buku. Seiring dengan itu juga terjadi perkembangan dan perubahan iklim politik yang semakin kondusif bagi tumbuhnya saling pengertian antara umat Islam dengan komponen bangsa lainnya, termasuk yang berada di dalam birokrasi.
 
Tanggal 28 September 1990, sejumlah cendekiawan muslim bertemu lagi dalam rangka persiapan simposium yang akan diselenggarakan bulan Desember. Pada tanggal 25-26 November 1990, sekitar 22 orang cendekiawan yang akan membentuk wadah baru berkumpul di [[Tawangmangu]], [[Solo]] dalam rangka merumuskan beberapa usulan untuk [[Garis-Garis Besar Haluan Negara|GBHN]] 1993 dan pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua 1993-2018 serta rancangan Program Kerja dan Struktur Organisasi ICMI.
ICMI dibentuk pada tanggal [[7 Desember]] [[1990]] di sebuah pertemuan kaum cendekiawan muslim di [[Kota Malang]] tanggal 6-[[8 Desember]] [[1990]]. Di pertemuan itu juga dipilih [[B.J. Habibie|Baharuddin Jusuf Habibie]] sebagai Ketua Umum ICMI yang pertama.
 
Pelaksanaan simposium sempat terganggu oleh gugatan tentang rencana B.J. Habibie sebagai calon Ketua Umum ICMI karena posisinya sebagai birokrat. Kepemimpinannya dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap kebebasan para cendekiawan muslim. Pada tanggal 30 November dan 1 Desember, panitia secara khusus mengadakan rapat untuk menjawab isu negatif soal pemilihan Habibie. Dari pertemuan tersebut menghasilkan beberapa komitmen. ''Pertama'', berdirinya ICMI merupakan ungkapan syukur umat Islam yang mampu melahirkan sarjana dan cendekiawan. ''Kedua'', untuk memimpin ICMI diperlukan tokoh cendekiawan muslim yang memiliki reputasi nasional dan internasional serta dapat diterima oleh umat Islam, masyarakat Indonesia, maupun pemerintah. ''Ketiga'', hanya [[Universitas Brawijaya|Unibraw]] salah satu wahana keilmuan yang cukup pantas melahirkan organisasi itu, apalagi pemrakasanya adalah mahasiswa univeritas tersebut. Halangan juga sempat datang dari aparat keamanan setempat. Dalam rapat gabungan antara penyelenggara, pemda, dan aparat keamanan di [[Surabaya]], empat hari menjelang acara, aparat keamanan menpersoalkan pembentukan organisasi tersebut. ICMI, kata mereka harus diwaspadai. Tapi [[Abdul Aziz Hosein]] yang menghadiri acara tersebut sebagai panitia penyelenggara mengatakan bagaimanapun ICMI akan terbentuk karena Presiden sudah menyetujui dan AD/ ART-nya sudah disusun.
== Masjid Kampus Universitas Brawijaya Malang ==
Kelahiran ICMI berawal dari diskusi kecil di bulan Februari 1990 di masjid kampus Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang. Sekelompok mahasiswa merasa prihatin dengan kondisi umat Islam, terutama kadena berserakannya keadaan cendekiawan muslim, sehingga menimbulkan polarisasi kepemimpinan di kalangan umat Islam. Masing-masing kelompok sibuk dengan kelompoknya sendiri, serta berjuang secara parsial sesuai dengan aliran dan profesi masing-masing.
 
TanggalICMI dibentuk pada tanggal [[7]] [[Desember]] [[1990]] merupakandi lembaransebuah barupertemuan dalamkaum sejarahcendekiawan umatmuslim di [[IslamKota Malang]] Indonesia di era Orde Baru, secara resmi Ikatan Cendekiawan Muslimtanggal se6-Indonesia[[8 (ICMI) dibentuk diDesember]] [[Malang1990]].{{butuh rujukan}} Saat itu juga, secara aklamasi, disetujui kepemimpinan tunggal dan terpilih [[Bacharuddin Jusuf Habibie]] sebagai Ketua Umum ICMI yang pertama. Dalam sambutannya, beliau mengatakan bahwa dengan berdirinya ICMI tidak berarti kita hanya memperhatikan umat Islam, tetapi mempunyai komitmen memperbaiki nasib seluruh bangsa Indonesia, karena itu juga merupakan tugas utama.{{butuh pemastian}}
Dari forum itu kemudian muncul gagasan untuk mengadakan simposium dengan tema Sumbangan Cendekiawan Muslim Menuju Era Tinggal Landas yang direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 29 September-1 Oktober 1990. Mahasiswa Unibraw yang terdiri dari [[Erik Salman]], [[Ali Mundakir]], [[M. Zaenuri]], [[Awang Surya]] dan [[Lalu M. Iqbal Songgel]] berkeliling menemui para pembicara, di antaranya [[Muhammad Imaduddin Abdulrahim]] dan [[M. Dawam Rahardjo]].
 
ICMI diharapkan menjadi salah satu institusi yang memperkuat interaksi Islam sebagai kekuatan politik dengan birokrasi dan pembuat keputusan. Dari proses interaksi ini, diharapkan keluar kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berguna bagi pembangunan kesejahteraan umat dan peningkatan kualitas manusia serta pengembangan bidang spiritual.<ref>{{Cite web|last=ICMI|first=Redaksi|title=Visi dan Misi {{!}} Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia|url=https://icmi.id/profil/visi-dan-misi|website=icmi.or.id|language=en|access-date=2023-05-14}}</ref>
Dari hasil pertemuan tersebut, pemikiran mereka terus berkembang sampai muncul ide untuk membentuk wadah cendekiawan muslim yang berlingkup nasional. Kemudian para mahasiswa tersebut dengan diantar Imaduddin Abdurrahim, M. Dawam Rahardjo dan Syafi'i Anwar menghadap Menristek Prof. [[Bacharuddin Jusuf Habibie]] dan meminta beliau untuk memimpin wadah cendekiawan muslim dalam lingkup nasional. Waktu itu B.J. Habibie menjawab, sebagai pribadi dia bersedia tetapi sebagai menteri harus meminta izin dari Presiden Soeharto. Dia juga meminta agar pencalonannya dinyatakan secara resmi melalui surat dan diperkuat dengan dukungan secara tertulis dari kalangan cendekiawan muslim. Sebanyak 49 orang cendekiawan muslim menyetujui pencalonan B.J. Habibie untuk memimpin wadah cendekiawan muslim tersebut.
 
== Tokoh B.J. Habibie dan Soeharto ==
 
Pada tanggal 27 September 1990, dalam sebuah pertemuan di rumahnya, [[Bacharuddin Jusuf Habibie]] memberitahukan bahwa usulan sebagai pimpinan wadah cendekiawan muslim itu disetujui Presiden [[Soeharto]]. Beliau juga mengusulkan agar wadah cendekiawan muslim itu diberi nama Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia disingkat ICMI.
 
Tanggal 28 September 1990, sejumlah cendekiawan muslim bertemu lagi dalam rangka persiapan simposium yang akan diselenggarakan bulan Desember. Pada tanggal 25-26 November 1990, sekitar 22 orang cendekiawan yang akan membentuk wadah baru berkumpul di [[Tawangmangu]], [[Solo]] dalam rangka merumuskan beberapa usulan untuk GBHN 1993 dan pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua 1993-2018 serta rancangan Program Kerja dan Struktur Organisasi ICMI.
 
Pelaksanaan simposium sempat terganggu oleh gugatan tentang rencana B.J. Habibie sebagai calon Ketua Umum ICMI karena posisinya sebagai birokrat. Kepemimpinannya dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap kebebasan para cendekiawan muslim. Pada tanggal 30 November dan 1 Desember, panitia secara khusus mengadakan rapat untuk menjawab isu negatif soal pemilihan Habibie. Dari pertemuan tersebut menghasilkan beberapa komitmen. ''Pertama'', berdirinya ICMI merupakan ungkapan syukur umat Islam yang mampu melahirkan sarjana dan cendekiawan. ''Kedua'', untuk memimpin ICMI diperlukan tokoh cendekiawan muslim yang memiliki reputasi nasional dan internasional serta dapat diterima oleh umat Islam, masyarakat Indonesia, maupun pemerintah. ''Ketiga'', hanya Unibraw salah satu wahana keilmuan yang cukup pantas melahirkan organisasi itu, apalagi pemrakasanya adalah mahasiswa univeritas tersebut. Halangan juga sempat datang dari aparat keamanan setempat. Dalam rapat gabungan antara penyelenggara, pemda, dan aparat keamanan di [[Surabaya]], empat hari menjelang acara, aparat keamanan menpersoalkan pembentukan organisasi tersebut. ICMI, kata mereka harus diwaspadai. Tapi [[Abdul Aziz Hosein]] yang menghadiri acara tersebut sebagai panitia penyelenggara mengatakan bagaimanapun ICMI akan terbentuk karena Presiden sudah menyetujui dan AD/ ART-nya sudah disusun.
 
Tanggal [[7]] [[Desember]] [[1990]] merupakan lembaran baru dalam sejarah umat [[Islam]] Indonesia di era Orde Baru, secara resmi Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dibentuk di [[Malang]]. Saat itu juga secara aklamasi disetujui kepemimpinan tunggal dan terpilih [[Bacharuddin Jusuf Habibie]] sebagai Ketua Umum ICMI yang pertama. Dalam sambutannya, beliau mengatakan bahwa dengan berdirinya ICMI tidak berarti kita hanya memperhatikan umat Islam, tetapi mempunyai komitmen memperbaiki nasib seluruh bangsa Indonesia, karena itu juga merupakan tugas utama.
 
== Ketua ICMI ==
Baris 136 ⟶ 125:
||'''Muktamar'''||'''Tanggal'''||'''Ketua terpilih'''||'''Periode'''
|-
||Muktamar I||6-86–8 Desember 1990 di [[Kota Malang]]||[[B. J. Habibie|Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie]]||1990-19951990–1995
|-
||Muktamar II||7-97–9 Desember 1995 di [[Jakarta]]||[[B. J. Habibie|Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie]]||1995-20001995–2000
|-
||Muktamar III||9-129–12 November 2000 di [[Jakarta]]||[[Adi Sasono]]||2000-2005
|-
|rowspan=5|Muktamar IV
|rowspan=5|4-74–7 Desember 2005 di [[Kota Makassar|Makassar]]|
|Dr. [[Marwah Daud Ibrahim]] (Presidium)
|2005–2006
Prof. Dr. [[Nanat Fatah Natsir]] (Presidium)
 
Dr.(HC). Ir. M. [[Hatta Rajasa]] (Presidium)
 
Dr. Ir. [[Muslimin Nasution]], APU. (Presidium)
 
Prof. Dr. [[Azyumardi Azra]] (Presidium)
||2005-2006
2006-2007
 
2007-2008
 
2008-2009
 
2009-2010
|-
||MuktamarProf. V||4-7 Desember 2010 di [[Bogor]]||Dr. Ing. H. [[IlhamNanat AkbarFatah HabibieNatsir]], MBA. (Presidium)
|2006–2007
Prof. Dr. [[Nanat Fatah Natsir]] (Presidium)
|-
 
|Dr.(HC). HjIr. M. [[MarwahHatta Daud IbrahimRajasa]], Ph.D. (Presidium)
|2007–2008
 
[[Priyo Budi Santoso|Drs. Priyo Budi Santoso]] (Presidium)
 
[[Soegiharto|Dr. Sugiharto, SE, MBA.]] (Presidium)
||2010-2011
2011-2012
 
2012-2013
 
2013-2014
 
2014-2015
|-
|Dr.(HC). Ir. M. [[HattaMuslimin RajasaNasution]], APU. (Presidium)
||Muktamar VI ||11-13 Desember 2015 di [[Kota Mataram]]||[[Jimly Asshiddiqie|Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H]] (Ketua Umum) ||2015-2020
|2008–2009
|-
|Prof. Dr. [[Azyumardi Azra]] (Presidium)
|2009–2010
|-
|rowspan=5|Muktamar V
|rowspan=5|4–7 Desember 2010 di [[Bogor]]
|Dr. Ing. H. [[Ilham Akbar Habibie]], MBA. (Presidium)
|2010–2011
|-
|Prof. Dr. [[Nanat Fatah Natsir]] (Presidium)
|2011–2012
|-
|Dr. IrHj. [[MusliminMarwah NasutionDaud Ibrahim]], APUPh.D. (Presidium)
|2012–2013
|-
|[[Priyo Budi Santoso|Drs. Priyo Budi Santoso]] (Presidium)
|2013–2014
|-
|[[Soegiharto|Dr. Sugiharto, SE, MBA.]] (Presidium)
|2014–2015
|-
|Muktamar VI
||Muktamar VI ||11-1311–13 Desember 2015 di [[Kota Mataram]]||[[Jimly Asshiddiqie|Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H]] (Ketua Umum)<ref>http://news.detik.com/berita/3094608/begini-panasnya-muktamar-icmi-sampai-jimly-terpilih-jadi-ketua-umum</ref> ||2015-20202015–2020
|-
|Muktanar VII
|4-64–6 Desember 2021 di Bandung
|[[Arif Satria (akademisi)|Prof. Dr. '''Arif Satria''', SP, M.Si.]]
|2021–2026
|2021-2026
|-
|-
|}
 
== BATIC ==
BATIC, singkatan dari Balai Jurnalistik ICMI Orwil [[Jawa Barat]]. Berdiri sejak [[1 Januari]] [[2000]], dengan aktivitas utama menggelar Majelis Ta'lim Jurnalistik (Majestik) secara rutin tiga bulanan dan berfungsi memfasilitasi diklat-diklat jurnalistik dan kepenyiaran radio—menyediakan materi, silabus, dan instruktur.
 
== Referensi ==
Baris 193 ⟶ 180:
 
== Pranala luar ==
* {{id}} {{official|https://icmi.id}}
* {{id}} [http://www.icmi.or.id Situs web resmi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081216061314/http://www.icmi.or.id/ |date=2008-12-16 }}
* http://icmidalamberita.wordpress.com/
* http://sitarlingicmi.wordpress.com/
* http://icmijabar.or.id/ {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090722011220/http://icmijabar.or.id/ |date=2009-07-22 }}
{{organisasi-stub}}
 
[[Kategori:Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia| ]]
[[Kategori:Organisasi Islam di Indonesia|Cendekia]]
[[Kategori:Tokoh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia]]