Kolai, Malua, Enrekang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(19 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{desa
|peta =
|nama =Kolai
|provinsi =Sulawesi Selatan
Baris 10:
|kepadatan =1 Orang/Km2
}}
'''Kolai''' adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Malua, Enrekang|Malua]], [[Kabupaten Enrekang]], [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]. Terletak 500 meter [[dpl]].
== Sejarah ==
{{Malua, Enrekang}}▼
Menurut ceritera turun temurun "Kolai" adalah suatu area yang berada di bukit bagian atas dari desa Malua sering disebut sebagai "Kampong atau Kolai" terletak di antara perbukitan Wara dan Bubun Saruran (sumur yang tidak pernah kering walaupun musim kemarau panjang).
Pada abad ke XVII Seorang pria Pemberani " UWA' MANGKAGA' " dan rombongannya berasal dari Kerajaan Bungin (Keluarga Arung Bungin) melakukan ekspedisi perluasan pengaruh ke wilayahan sekaligus menyebarkan ajaran baru yaitu agama Islam membentuk komunitas di daerah tersebut (KOLAI).
Penduduk desa Kolai pada umumnya berprofesi sebagai petani yang mengelola sawah-ladang. Diselah waktu luang, mereka juga melakukan usaha untuk menambah penghasilan kebutuhan RT. Mereka membudi-dayakan ternak kambing sebagai usaha kelompok, khususnya bidang penggemukan.▼
Warga Kolai, Bule' dan Buntulamba' masih merupakan satu rumpun keluarga yang cukup dikenal keberaniannya dalam mempertahankan wilayah yang mereka diami, sehingga tidak pernah berada dibawah sistem kerajaan pada masa lalu karena mereka adalah pemegang lembaga adat.
Pada masa pergolakan penjajahan dan masa revolusi DI/TII desa Kolai menjadi tempat pengungsian dari beberapa kampung dan kecamatan disekitarnya untuk mencari perlindungan demi keamanan mereka, sehingga ada beberapa warga pendatang yang menetap dan berasimilasi melalui perkawinan dengan penduduk asli warga Kolai.
Desa Kolai,kecamatan Malua, kabupaten Enrekang berada pada ketinggian 500 dpl, yang dikelilingi oleh bukit, dan persawahan dengan jumlah penduduk ±1000 orang dan mempunyai luas wilayah ± 500 Ha ini sebagian wilayahnya adalah pertanian. Secara umum lokasi,secara geografis memiliki potensi yang belum tergarap seperti pemeliharaan kambing dan jenis ternak yang lain seperti sapi,ayam ras dan kerbau. Beberapa potensi khususnya antara lain adalah lahan persawahan yang cukup luas,lahan perladangan dan tegalan yang masih menghampar luas serta bahan baku makanan ternak yang cukup banyak, seperti arealpenggembalaan dan melimpahnya makanan untuk ternak.▼
Hal ini bisa terjadi karena warga Kolai bersifat terbuka dan bertanggung jawab atas keselamatan orang yang minta perlindungan.
Seiring dengan perkembangan zaman dan populasi maka Kolai berkembang menjadi tiga dusun yang disebut dengan Tallung Tondok Yakni: KOLAI - BULE - BUNTULAMBA'
Hari ini warga Tallung Tondok semakin bertambah populasinya dengan membentuk berbagai perkampungan/dusun. seperti: di Kolai ada dusun Bontongan, Dusun Kolai dan dusun Doloh tergabung menjadi Desa Kolai. Sedang di Bule ada dusun Biak,dusun Bule' dan dusun Lappah tergabung menjadi Desa Tallung Tondok. Di Buntu Lamba' ada Dusun Salu Boko, dusun Pongo' tergabung sebagai Desa Bonto'.
Sangat diperlukan ceramah dan pelatihan bagi warga desa Kolai karena sejak zaman sebelum kemerdekaan karakter warganya bersifat terbuka, ini dapat dilihat dalam struktur masyarakatnya yang kawin dengan orang-orang dari luar desa, kabupaten, maupun provinsi. Pada sisi lain, beberapa warga atau keluarga yang telah berhasil di perantauannya sudah sangat jarang mudik untuk melihat bagaimana keadaan dan kondisi desanya, tidak lagi mengikuti perkembangan di desa.▼
Pemerintahan pada masa lalu di Tallung Tondok, berbentuk satu desa yang pada awalnya disebut dengan nama Desa Bonto' berkedudukan di Kolai dan setelah ada pemekaran kecamatan dan desa, maka Desa Bonto' berubah terbagi menjadi tiga desa yaitu: Desa Kolai - Desa Bonto' dan Desa Tallung Tondok.
== Demografi ==
▲Penduduk desa Kolai pada umumnya berprofesi sebagai petani yang mengelola sawah-ladang.
▲Desa Kolai,kecamatan Malua, kabupaten Enrekang berada pada ketinggian 500 dpl, yang dikelilingi oleh bukit, dan persawahan dengan jumlah penduduk ±1000 orang dan mempunyai luas wilayah ± 500 Ha ini sebagian wilayahnya adalah pertanian.
Desa Kolai dikenal sebagai peghasil buah mangga, salak dan bawang serta beberapa jenis tanaman palawija.
Warga desa Kolai dari segi populasi sebagian besar sudah lebih banyak yang bermigrasi ke kebeberapa provinsi dengan berbagai profesi jika dibandingkan dengan jumlah populasi yang menetap di desa, sekarang baru sebahagian kecil warga maupun remaja yang mau perduli terhadap perkembangan desa Kolai, ini disebabkan belum ada tokoh masyarakat yang mau mengambil inisiatif dan berpikir bagaimana memajukan desa dan sumber daya manusianya.
Terdapat fenomena dan kesadaran yang cukup menggembirakan saat ini,ketika mereka menyelasaikan pendidikan Dasar yaitu SD,SLTP dan SLTA, mereka memiliki semangat melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi. Namun semangat ini belum sepenuhnya mendapat dukungan dari orang tua mereka. Oleh karenanya diperlukan pencerahan atas permasalahan kepada warga desa terutama kepada kepala keluarga, tentang bagaimana pentingnya dukungan terhadap kemajuan pendidikan, bagaimana pentingnya perubahan pola pikir, dan bagaimana pentingnya wawasan bepandangan luas.
▲Sangat diperlukan ceramah dan pelatihan sebagai pencerahan bagi warga desa Kolai
== Referensi ==
{{reflist}}
▲{{Malua, Enrekang}}
{{Authority control}}
|