Ahmad Dahlan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎Daftar pustaka: minor cosmetic change
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20231209)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(121 revisi perantara oleh 66 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{More citations needed|date=April 2022}}
{{Untuk|Nyai Ahmad Dahlan|Nyai Ahmad Dahlan}}
{{Untuk|istrinya dengan nama yang hampir sama|Nyai Ahmad Dahlan}}
{{Infobox_Person
{{Infobox religious biography
|name = Kyai Haji Ahmad Dahlan
| honorific_prefix = [[Kyai]] [[Haji (gelar)|Haji]]
|residence =
| name = Ahmad Dahlan
|other_names =
| image = Ahmad dahlanDahlan.jpg
| landscape = <!-- yes, if wide image, otherwise leave blank -->
|imagesize = 125px
|caption alt = Fotografi
| caption = Potret Ahmad Dahlan, tanggal tidak diketahui
|birth_name =
|birth_date = [[1 Agustus]] [[1868]]
|birth_place = [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]
|death_date = [[23 Februari]] [[1923]]
|death_place = Yogyakarta
|death_cause =
|known = Pendiri [[Muhammadiyah]]<br /> dan [[Pahlawan Nasional Indonesia|Pahlawan Nasional]]
|office = [[Ketua Umum Muhammadiyah]]
|order = 1
|term_start = [[18 November]] [[1912]]
|term_end = [[23 Februari]] [[1923]]
|predecessor = ''Tidak ada, jabatan baru''
|successor = [[K.H. Ibrahim]]
|religion = Islam
|spouse = [[Nyai Ahmad Dahlan|Hj. Siti Walidah]]<br />Nyai Abdullah<br />Nyai Rum<br />Nyai Aisyah<br />Nyai Yasin
|partner =
|children = Djohanah<br />Siradj Dahlan<br />Siti Busyro<br />Irfan Dahlan<br />Siti Aisyah<br />Siti Zaharah<br /> Dandanah
|relations =
|website =
|footnotes =
|employer =
|height =
|weight =
}}
'''Kyai Haji Ahmad Dahlan''' atau Muhammad Darwis ({{lahirmati|[[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]|1|8|1868|[[Yogyakarta]]|23|2|1923}}) adalah seorang [[Pahlawan Nasional Indonesia]]. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang [[ulama]] dan [[khatib]] terkemuka di [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat#Mesjid Gedhe Kasultanan|Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta]] pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]] pada masa itu.
 
| office1 = [[Daftar Ketua Umum Muhammadiyah|Ketua Umum Muhammadiyah]] ke-1
== Latar belakang keluarga dan pendidikan ==
| term_start1 = 18 November 1912
Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah '''Muhammad Darwisy'''. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Ia termasuk keturunan yang kedua belas dari [[Maulana Malik Ibrahim]], salah seorang yang terkemuka di antara [[Walisongo]], yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa.<ref name = kutojo>Kutojo dan Safwan, 1991</ref> Silsilahnya tersebut ialah ''[[Maulana Malik Ibrahim]], [[Maulana Ishaq]], [[Sunan Giri|Maulana 'Ainul Yaqin]], Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan)''.<ref>Yunus Salam, 1968: 6</ref>
| term_end1 = 23 Februari 1923
| predecessor1 = ''Tidak ada, jabatan baru''
| successor1 = [[Kyai Haji Ibrahim|K.H. Ibrahim]]
| native_name = أحمد دحلان
| native_name_lang = ar
| religion = [[Islam]]
| denomination = [[Sunni]]
| birth_name = Muhammad Darwis
| birth_date = {{Birth date|1868|8|1|df=y}}
| birth_place = Kauman, [[Yogyakarta]], [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Kesultanan Yogyakarta]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{Death date and age|1923|2|23|1868|8|1|df=y}}
| death_place = Yogyakarta, Kesultanan Yogyakarta, Hindia Belanda
| death_cause =
| resting_place = Makam Karangkajen, Yogyakarta
| nationality =
| other_names =
| education =
| occupation = {{hlist|[[Kyai]]|}}
| spouse = Siti Walidah
| children = 7
| mother = Siti Aminah
| father = Haji Abu Bakar
| known_for = Pendiri [[Muhammadiyah]]
|influences={{hlist|[[Ibnu Taimiyyah]]|[[Muhammad Abduh]]|[[Rasyid Ridha]]|[[Jamaluddin al-Afghani]]|[[Ahmad Khatib al-Minangkabawi]]|Nawawi Al-Bantani}}<ref>{{Cite book|date=2010|url=https://www.worldcat.org/oclc/653499438|title=1 abad Muhammadiyah : gagasan pembaruan sosial keagamaan.|location=Jakarta|publisher=Penerbit Buku Kompas|isbn=978-979-709-498-0|others=Penerbit Buku Kompas|oclc=653499438}}</ref>}}
'''Kyai Haji Ahmad Dahlan''' ({{lang-ar|أحمد دحلان}}; {{lahirmati|[[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]|1|8|1868|[[Yogyakarta]]|23|2|1923}}, lahir dengan nama '''Muhammad Darwis''') adalah seorang Ulama Besar bergelar [[Pahlawan Nasional Indonesia]] yang merupakan pendiri [[Muhammadiyah]]. Beliau adalah putra keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang [[ulama]] dan [[khatib]] terkemuka di [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat#Mesjid Gedhe Kasultanan|Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta]] pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah putri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]] pada masa itu.
 
== Kehidupan awal ==
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di [[Mekah]] selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti [[Muhammad Abduh]], [[Jamal-al-Din Afghani|Al-Afghani]], [[Rasyid Ridha]] dan [[Ibnu Taimiyah]]. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun [[1888]], ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
[[File:Family tree of Ahmad Dahlan.png|jmpl|Silsilah keluarga Ahmad Dahlan]]
Nama kecil K.H. Ahmad Dahlan adalah '''Muhammad Darwis'''. Beliau merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Beliau termasuk keturunan yang kedua belas dari [[Maulana Malik Ibrahim]], salah seorang yang terkemuka di antara [[Walisongo]], yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa.<ref name = kutojo>Kutojo dan Safwan, 1991</ref> Silsilahnya tersebut ialah [[Maulana Malik Ibrahim]], [[Maulana Ishaq]], [[Sunan Giri|Maulana 'Ainul Yaqin]], Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, kiai Ilyas, kiai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, K.H. Abu Bakar, dan Muhammad Darwis (Ahmad Dahlan).<ref>Yunus Salam, 1968: 6</ref> Nasab dari Syaikh Maulana Malik Ibrahim bersambung kepada nabi Islam, [[Muhammad]].<ref>{{Cite web|title=Walisongo Keturunan Nabi Muhammad SAW, Berikut Nasab Lengkapnya|url=https://kalam.sindonews.com/read/593265/70/walisongo-keturunan-nabi-muhammad-saw-berikut-nasab-lengkapnya-1636366279|website=SINDOnews.com|language=id-ID|access-date=2022-12-16}}</ref>
 
== Karier agama ==
Pada tahun [[1903]], ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada [[Syeh Ahmad Khatib]] yang juga guru dari pendiri [[NU]], [[Hasyim Asyari|KH. Hasyim Asyari]]. Pada tahun [[1912]], ia mendirikan [[Muhammadiyah]] di kampung [[Kauman, Yogyakarta]].
Pada umur 15 tahun, Beliau pergi haji dan tinggal di [[Mekah|Makkah]] selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai belajar agama dengan melandaskan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti [[Muhammad Abduh]], [[Jamal-al-Din Afghani|Jamaluddin al-Afghani]], [[Rasyid Ridha]], dan [[Ibnu Taimiyah|Ibnu Taimiyyah]].<ref>{{Cite web|last=aanardianto|date=2021-05-02|title=Melacak Jejak Semangat Purifikasi dan Pembaharuan Kiyai Dahlan|url=https://muhammadiyah.or.id/melacak-jejak-semangat-purifikasi-dan-pembaharuan-kiyai-dahlan/|website=Muhammadiyah|language=en-US|access-date=2022-12-16}}</ref> Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun [[1888]], ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
 
=== Muhammadiyah ===
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan [[Nyai Ahmad Dahlan|Siti Walidah]], sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri [[Aisyiyah]]. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.<ref name = kutojo /> Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.<ref>Yunus Salam, 1968: 9</ref>
[[File:K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923), p38.jpg|jmpl|K.H. Ahmad Dahlan]]
<ref>{{Cite book
Pada tahun [[1903]], beliau bertolak kembali ke Makkah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, dia sempat berguru kepada [[Syeh Ahmad Khatib|Syekh Ahmad Khatib]] yang juga guru dari pendiri [[NU]], [[Hasyim Asyari|K.H. Hasyim Asyari]] dan pendiri [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah|PERTI]], [[Syekh Sulaiman ar-Rasully|Syekh Sulaiman Arrasuli]]. Pada tahun [[1912]], ia mendirikan [[Muhammadiyah]] di kampung [[Kauman, Yogyakarta]]. Muhammadiyah didirikan untuk mencapai cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama [[Islam]]. Dia ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan [[al-Qur'an]] dan [[al-Hadits|hadis]]. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal [[18 November]] [[1912]]. Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.
|title = Nyai Ahmad Dahlan: Penggerak Perempuan Muhammadiyah
|year = 2002
|first = Jarot
|last = Wahyudi
|editor-last = Burhanuddin
|editor-first =Jajat
|pages= 39–67
|publisher=Gramedia Pustaka Utama
|series=Ulama Perempuan Indonesia
|isbn =978-979-686-644-1
|location = Jakarta
}}</ref>
 
Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan juga dengan mudah diterima dan dihormati di tengah kalangan masyarakat, sehingga dia juga dengan cepat mendapatkan tempat di organisasi [[Jamiat Kheir|Jam'iyatul Khair]], [[Budi Utomo]], [[Syarikat Islam]] dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad ({{Saw}}).
KH. Ahmad Dahlan meninggal pada tahun 1923 dan dimakamkan di pemakaman [[KarangKajen]], [[Yogyakarta]]
 
<ref>{{Cite book
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. Beliau dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya kiai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen, mengajar di sekolah Belanda, serta bergaul dengan tokoh-tokoh Budi Utomo yang kebanyakan dari golongan [[priyayi]], dan bermacam-macam tuduhan lain. Saat itu Ahmad Dahlan sempat mengajar agama Islam di sekolah [[OSVIA]] Magelang, yang merupakan sekolah khusus Belanda untuk anak-anak [[priyayi|priayi]]. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun Belaiu berteguh hati untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut.
 
Pada tanggal [[20 Desember]] [[1912]], Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah [[Hindia Belanda]] untuk mendapatkan [[badan hukum]]. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah [[Yogyakarta]] dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Maka dari itu kegiatannya dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti [[Srandakan]], [[Wonosari]], [[Imogiri]] dan lain-Iain telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya [[Nurul Islam]] di [[Pekalongan]], [[Al-Munir]] di [[Ujung Pandang]], Ahmadiyah<ref>Bukan [[Ahmadiyyah]] yang didirikan oleh [[Mirza Ghulam Ahmad]]. Lihat: Mubarok, Aceng Husni (2010), ''[http://acenghusni.wordpress.com/2010/08/21/menziarahi-batu-nisan-tajdid-refleksi-jelang-seabad-muhammadiyah/ Menziarahi Batu Nisan Tajdid: Refleksi Jelang Seabad Muhammadiyah]'', dalam "Satu Abad Muhammadiyah: Mengkaji Ulang Arah Pembaharuan", Dawam Rahardjo, dkk.</ref> di [[Garut]]. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan adanya jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan Islam.
 
Berbagai perkumpulan dan jama'ah ini mendapat bimbingan dari Muhammadiyah, di antaranya ialah Ikhwanul-Muslimin,<ref>Ini bukan [[Ikhwanul Muslimun]] [[Hasan al-Banna]].</ref> Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba, Ta'awanu alal birri, Ta'ruf bima kanu wal- Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul Muslimin, Syahratul Mubtadi.<ref>Kutojo dan Safwan, 1991: 33</ref>
 
Dahlan juga bersahabat dan berdialog dengan tokoh agama lain seperti Pastur [[van Lith]] pada 1914-1918. Van Lith adalah pastur pertama yang diajak dialog oleh Dahlan. Pastur van Lith di Muntilan yang merupakan tokoh di kalangan keagamaan Katolik. Pada saat itu Kiai Dahlan tidak ragu-ragu masuk gereja dengan pakaian hajinya.<ref>Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, Haedar Nashir, 2010</ref>
 
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, di samping juga melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal [[7 Mei]] [[1921]] Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal [[2 September]] [[1921]].
 
Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah untuk proses evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, telah diselenggarakan dua belas kali pertemuan anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai istilah AIgemeene Vergadering (persidangan umum).
 
=== Karier lain ===
Di samping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan dakwah [[Muhammadiyah]], Beliau juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan berdagang [[batik]] yang saat itu merupakan profesi wiraswasta yang cukup menggejala di masyarakat.
 
== Kehidupan pribadi ==
Sepulang dari Makkah, Beliau menikah dengan [[Nyai Ahmad Dahlan|Siti Walidah]], sepupunya sendiri, anak kiai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawan Nasional dan pendiri [[Aisyiyah]]. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.<ref name="kutojo" /> Di samping itu, Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. Dia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik kiai Munawwir Krapyak. Dahlan juga mempunyai putra dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Dia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.<ref>Yunus Salam, 1968: 9</ref><ref>{{Cite book|last=Wahyudi|first=Jarot|year=2002|title=Nyai Ahmad Dahlan: Penggerak Perempuan Muhammadiyah|location=Jakarta|publisher=Gramedia Pustaka Utama|isbn=978-979-686-644-1|editor-last=Burhanuddin|editor-first=Jajat|series=Ulama Perempuan Indonesia|pages=39–67}}</ref>
 
== Kematian dan warisan ==
[[File:Makam K.H. Ahmad Dahlan (1).jpg|jmpl|Makam K.H. Ahmad Dahlan di pemakaman Karangkajen]]
Dahlan meninggal pada tahun 1923 dan dimakamkan di [[Makam Karangkajen|pemakaman Karangkajen]], [[Yogyakarta]].<ref>{{Cite book
|title = Cerita Tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan Catatan Haji Muhammad Syoedja'
|year = 1993
Baris 63 ⟶ 77:
|publisher=Rhineka Cipta
|location = Jakarta
}}</ref><ref>{{Cite web
<ref>{{Cite web
|url = http://muhammadiyahstudies.blogspot.com/2010/08/kh-ahmad-dahlan-wong-agung-dengan-makam.html
|last = Sartono
|archivedate = 3 August 2010
|accessdate = 1 February 2015
|title = KH. A Dahlan, Wong Agung Dengan Makam Sederhana}}</ref>.
 
Atas jasa-jasa K.H. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah [[Republik Indonesia]] menetapkannya sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia|Pahlawan Nasional]] dengan surat Keputusan [[Presiden]] no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut:
== Pengalaman organisasi ==
 
Disamping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan dakwah [[Muhammadiyah]], ia juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan berdagang [[batik]] yang saat itu merupakan profesi wiraswasta yang cukup menggejala di masyarakat.
 
Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan juga dengan mudah diterima dan dihormati di tengah kalangan masyarakat, sehingga ia juga dengan cepat mendapatkan tempat di organisasi [[Jamiat Kheir|Jam'iyatul Khair]], [[Budi Utomo]], [[Syarikat Islam]] dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
 
Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi [[Muhammadiyah]] untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama [[Islam]]. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan [[al-Qur'an]] dan [[al-Hadits]]. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal [[18 November]] [[1912]]. Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.
 
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen, mengajar di sekolah Belanda, serta bergaul dengan tokoh-tokoh Budi Utomo yang kebanyakan dari golongan [[priyayi]], dan bermacam-macam tuduhan lain. Saat itu Ahmad Dahlan sempat mengajar agama Islam di sekolah [[OSVIA]] Magelang, yang merupakan sekolah khusus Belanda untuk anak-anak [[priyayi]]. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun ia berteguh hati untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut.
 
Pada tanggal [[20 Desember]] [[1912]], Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah [[Hindia Belanda]] untuk mendapatkan [[badan hukum]]. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah [[Yogyakarta]] dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Maka dari itu kegiatannya dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti [[Srandakan]], [[Wonosari]], [[Imogiri]] dan lain-Iain telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya [[Nurul Islam]] di [[Pekalongan]], [[Al-Munir]] di [[Ujung Pandang]], Ahmadiyah<ref>Bukan [[Ahmadiyyah]] yang didirikan oleh [[Mirza Ghulam Ahmad]]. Lihat: Mubarok, Aceng Husni (2010), ''[http://acenghusni.wordpress.com/2010/08/21/menziarahi-batu-nisan-tajdid-refleksi-jelang-seabad-muhammadiyah/ Menziarahi Batu Nisan Tajdid: Refleksi Jelang Seabad Muhammadiyah]'', dalam "Satu Abad Muhammadiyah: Mengkaji Ulang Arah Pembaharuan", Dawam Rahardjo, dkk.</ref> di [[Garut]]. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan [[Sidiq Amanah Tabligh Fathonah]] (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan adanya jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan Islam.
 
Berbagai perkumpulan dan jama'ah ini mendapat bimbingan dari Muhammadiyah, di antaranya ialah [[Ikhwanul-Muslimin]],<ref>Ini bukan [[Ikhwanul Muslimun]] [[Hasan al-Banna]].</ref> [[Taqwimuddin]], [[Cahaya Muda]], [[Hambudi-Suci]], [[Khayatul Qulub]], [[Priya Utama]], [[Dewan Islam]], [[Thaharatul Qulub]], [[Thaharatul-Aba]], [[Ta'awanu alal birri]], [[Ta'ruf bima kanu wal- Fajri]], [[Wal-Ashri]], [[Jamiyatul Muslimin]], [[Syahratul Mubtadi]].<ref>Kutojo dan Safwan, 1991: 33</ref>
 
Dahlan juga bersahabat dan berdialog dengan tokoh agama lain seperti Pastur [[van Lith]] pada 1914-1918. Van Lith adalah pastur pertama yang diajak dialog oleh Dahlan. Pastur van Lith di Muntilan yang merupakan tokoh di kalangan keagamaan Katolik. Pada saat itu Kiai Dahlan tidak ragu-ragu masuk gereja dengan pakaian hajinya.<ref>Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, Haedar Nashir, 2010</ref>
 
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal [[7 Mei]] [[1921]] Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal [[2 September]] [[1921]].
 
Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah untuk proses evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, telah diselenggarakan dua belas kali pertemuan anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai istilah AIgemeene Vergadering (persidangan umum).
 
== Pahlawan Nasional ==
 
Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah [[Republik Indonesia]] menetapkannya sebagai [[Pahlawan Nasional Indonesia|Pahlawan Nasional]] dengan surat Keputusan [[Presiden]] no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut:
 
# KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat;
Baris 100 ⟶ 91:
# Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita ([[Aisyiyah]]) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.
 
== FilmDalam budaya populer ==
{{main|Sang Pencerah}}
Kisah hidup dan perjuangan Ahmad Dahlan mendirikan MuhammadyahMuhammadiyah diangkat ke layar lebar dengan judul [[Sang Pencerah]] (2010) yang disutradarai oleh [[Hanung Bramantyo]]. Tidak hanya menceritakan tentang sejarah kisah Ahmad Dahlan, film ini juga bercerita tentang perjuangan dan semangat patriotisme anak muda dalam merepresentasikan pemikiran-pemikirannya yang dianggap bertentangan dengan pemahaman agama dan budaya pada masa itu, dengan latar belakang suasana [[Kebangkitan Nasional]].<ref>[http://www.21cineplex.com/slowmotion/sang-pencerah-kisah-perjuangan-ahmad-dahlan,1384.htm SangNaskah Pencerahfilm :ini Kisahkemudian Perjuangandialihmediakan Ahmadmenjadi Dahlan],novel 21cineplexberjudul sama yang ditulis oleh [[Akmal Nasery Basral]].com</ref>
 
== Lihat pula ==
* [['Aisyiyah|Aisyiyah]]
* [[Muhammadiyah]]
* [[Muhammad Sangidu]]
* [[Nyai Ahmad Dahlan]]
* [[Sang Pencerah]]
 
== Rujukan ==
* [[Tokoh Indonesia]]
 
== Referensi ==
=== Catatan kaki ===
{{reflist}}
=== Daftar pustaka ===
 
== Daftar pustaka ==
* Salam, Yunus (1968). ''Riwayat Hidup KHA. Dahlan. Amal dan perjuangannya''. Jakarta: Depot Pengadjaran Muhammadijah.
* Kutojo, Sutrisno, Mardanas Safwan (1991). ''K.H. Ahmad Dahlan : riwayat hidup dan perjuangannya''. Bandung: Angkasa.
* Ricklefs, M.C. (1994). ''A History of Modern Indonesia Since c. 1300'', 2nd ed. Stanford: Stanford University Press.
* {{cite book |last =Vickers |first =Adrian |authorlink = |coauthors = |title =A History of Modern Indonesia|publisher =Cambridge University Press|date =2005 |location =New York|pages =|url = https://archive.org/details/historyofmoderni00adri|doi = |id = ISBN 0-521-54262-2 }}
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/tokoh/article/294-pahlawan/217-ahmad-dahlan-kh "Pendiri Muhammadiyah" Bio KH Ahmad Dahlan di Ensiklopedi Tokoh Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20111223171538/http://www.tokohindonesia.com/tokoh/article/294-pahlawan/217-ahmad-dahlan-kh |date=2011-12-23 }}
Pendiri [http://wiki-indonesia.club/wiki/Muallimin Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta]
* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/tokoh/article/294-pahlawan/217-ahmad-dahlan-kh "Pendiri Muhammadiyah" Bio KH Ahmad Dahlan di Ensiklopedi Tokoh Indonesia]
 
{{kotak mulai}}
Baris 127 ⟶ 119:
 
{{Pahlawan Indonesia}}
{{Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah}}
{{Authority control}}
 
{{DEFAULTSORT:Dahlan, Ahmad}}
 
[[Kategori:Tokoh dari Kota Yogyakarta]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Ahli Falakfalak Indonesia]]
[[Kategori:Ketua Umum Muhammadiyah]]
[[Kategori:Tokoh Yogyakarta]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Ulama Indonesia]]