Abdullah bin Saba': Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
SkullSplitter (bicara | kontrib)
k memindahkan Abdullah bin Saba ke Abdullah bin Saba': Menggunakan koma di atas huruf "a"
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20231209)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(128 revisi perantara oleh 43 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Refimprove}}
{{tanpa_referensi|date=15 April 2010}}{{Taknetral}}
{{Periksaterjemahan}}
'''Abdullah bin Saba''' {{lang-ar|عبد الله بن سبأ}} (ca. 600 M), juga dikenal dengan nama '''Ibnu Saudah''' merupakan seorang [[Rabbi]] [[Yahudi]] yang masuk Islam pada masa Khalifah [[Utsman bin Affan]] dan kemudian menyulut pemberontakan terhadap khalifah waktu itu, serta kemudian diriwayatkan oleh sebagian sejarawan muslim sebagai pendiri [[Syi'ah]].
{{Infobox person
| name = Abdullah bin Saba'
| nationality = Yaman
| other_names = {{plainlist|
*Abdullah bin Saba' al-Himyari
*Ibnu Saba'
*Ibnu Saudah
*Ibnu Wahb
*Ibnu Harb
}}
| known_for = Mendirikan gerakan Saba'iyyah
}}
'''Abdullah bin Saba' al-Himyari''' ({{lang-ar|عبد الله ابن سبأ الحميري}}) atau '''Ibnu Saba'''' (juga kadang-kadang disebut sebagai '''Ibnu Saudah''', '''Ibnu Wahb''', atau '''Ibnu Harb''')<ref name="EI2">{{Cite encyclopedia | edition = 2nd| publisher = Brill Academic Publishers| volume = 1| page =51 | last =Hodgson | first = M. G. S.| title = ʿAbd Allāh ibn Sabaʾ | encyclopedia = [[Encyclopaedia of Islam]]| year = 1960 |isbn = 90-04-08114-3}}</ref> adalah tokoh abad ke-7 yang kontroversial dalam sejarah Islam dan sering dikaitkan dengan sekelompok pengikut yang disebut '''Saba'iyyah''' (bahasa Arab: سبئية).<ref name="Hodgson51">''Abd Allah b. Saba'', M.G.S. Hodgson, '''The Encyclopaedia of Islam''', Vol. I, ed. H. A. R. Gibb, J. H. Kramers, E. Levi-Provencal, J. Schacht, (Brill, 1986), 51.</ref>
 
Menurut riwayat [[Sunni]] dan Syi'ah, Abdullah bin Saba' adalah seorang [[Yahudi]] [[Yaman]] yang berasal dari suku [[Himyar]] yang masuk [[Islam]] pada masa pemerintahan khalifah [[Utsman bin Affan|Utsman]].<ref name="Hodgson51" /><ref name=Anthony /> Disebabkan penghormatannya yang berlebihan terhadap [[Ali bin Abi Thalib|Ali]], ia secara tradisional dianggap sebagai sosok [[Ghulat]] yang pertama. Dalam catatan yang dikumpulkan oleh [[Saif bin Umar]], Ibnu Saba' dan para pengikutnya (Saba'iyyah) dikatakan sebagai orang-orang yang mengajak penduduk [[Mesir]] untuk melawan Utsman dan bertanggung jawab terhadap perusakan pemukiman yang berada di dekat lokasi [[Pertempuran Unta]].<ref name="Landau" />
== Pandangan Syi'ah ==
Tuduhan bahawa madzhab syiah adalah ajaran daripada si Yahudi yang bernama Abdullah bin Saba' telah lama diketengahkan kepada masyarakat Islam dan semacam sudah sebati dengan masyarakat bahawa syiah adalah ajaran Yahudi Abdullah ibn Saba' yang berpura-pura memeluk Islam tetapi bertujuan untuk menghancurkan pegangan aqidah umat Islam.
 
Sejarawan modern mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai sosok historis Abdullah bin Saba' ini.<ref name="EI2" /> Beberapa sejarawan percaya bahwa Abdullah bin Saba' dan Ibnu Saudah adalah dua sosok yang berbeda (menurut pendapat [[Marshall Hodgson]]). Beberapa yang lainnya menggambarkannya sebagai sosok semi-fiktif atau bahkan sepenuhnya fiktif ([[Taha Hussein]], [[Bernard Lewis]], [[Wilferd Madelung]], [[Leone Caetani]], dan sejarawan Syi'ah).<ref name=Tucker/> Sejarawan lainnya seperti [[Israel Friedlander]], [[Sabatino Moscati]], dan sejarawan Sunni menegaskan keberadaannya.<ref name="Tucker">{{Cite book| publisher = Cambridge University Press| isbn = 978-0-521-88384-9| last = Tucker| first = William Frederick| title = Mahdis and millenarians: Shī'ite extremists in early Muslim Iraq| url = https://archive.org/details/mahdismillenaria00tuck| url-access = limited| year = 2008| pages=[https://archive.org/details/mahdismillenaria00tuck/page/n39 10]–12}}</ref> Asal Yahudi-nya juga telah diperdebatkan. Beberapa sejarawan modern menyatakan bahwa [[Saif bin Umar]] mengarang riwayat tentang pembunuhan Utsman untuk "menghindarkan masyarakat [[Madinah]] dari perpecahan setelah insiden pembunuhan [[khalifah]]" dan menyatakan bahwa gerakan untuk mendukung Ali sebagai pengganti [[Muhammad]] belum ada pada zaman Utsman.<ref name=Moosa/> Dengan pengecualian Taha Hussein, sebagian besar penulis Sunni modern menegaskan keberadaan Ibnu Saba'.<ref name=samarrai>{{Citation| publisher = Palgrave Macmillan | editor = Tudor Parfitt | title = Israel and Ishmael: studies in Muslim-Jewish relations| date = 2000-09-19 | first=Qasim | last=Al-Samarrai | pages=52–58 | contribution=Sayf ibn ʿUmar and ibn Sabaʾ: A new approach | isbn = 978-0-312-22228-4 | url=https://books.google.com/books?id=aquivWYhzZcC&pg=PA52}}</ref>
Ia dikatakan mempunyai madzhab Saba'iyyah mengemukakan teori Ali adalah wasi Muhammad SAW. Abdullah ibn Saba' juga dikenali dengan nama Ibn al-Sawda' atau ibn 'Amat al-Sawda'- anak kepada wanita kulit hitam. Pada hakikatnya cerita Abdullah ibn Saba' adalah satu dongengan semata-mata.
 
== Historisitas ==
Allamah Murtadha Askari telah mengesan dan membuktikan bahawa cerita Abdullah ibn Saba' yang terdapat dalam versi sunni adalah bersumberkan dari Al-Tabari (w.310H/922M), Ibn Asakir (w571H/1175M), Ibn Abi Bakr (w741H/1340M) dan al-Dhahabi (w747H/1346M). Mereka ini sebenarnya telah mengambil cerita Abdullah ibn Saba' dari satu sumber iaitu Sayf ibn Umar dalam bukunya al-Futuh al-kabir wa al-riddah dan al-Jamal wal-masir Aishah wa Ali [Murtadha Askari, Abdullah ibn Saba' wa digar afsanehaye tarikhi, Tehran, 1360 H].
Menurut sumber-sumber Sunni dan Syiah tradisional, Abdullah bin Saba' adalah seorang [[Yahudi]] Yaman yang [[Mualaf|memeluk Islam]].<ref name="Hodgson51" /><ref name=Anthony>{{Cite book| publisher = BRILL| isbn = 9789004209305| last = Anthony| first = Sean| title = The Caliph and the Heretic: Ibn Saba' and the Origins of Shi'ism| date = 2011-11-25| page=71|quote=Equally impressive, perhaps, is the sobriety with which Imami sources confirm the heresiarch's Jewish identity, as well as how salient this datum persists through the heresiographical literature, and this despite Sunni polemics against Shi'ism as being polluted by Judaic beliefs. Indeed, of all the components of Ibn al-Sawda's identity proffered by Sayf, that he was a Jew enjoys the broadest attestation elsewhere by far.}}</ref> Tetapi sejarawan modern berbeda pendapat mengenai pada historisitas Ibnu Saba. M.G.S. Hodgson meragukan bahwa Ibn Saba 'adalah seorang Yahudi, dan menyatakan bahwa Ibnu Saba' dan Ibnu Sauda 'harus dianggap sebagai dua sosok individu yang terpisah. Menurut Leone Caetani, Ibn Saba pada mulanya adalah pendukung murni politik Ali, "yang di sekitarnya generasi berikutnya membayangkan konspirasi keagamaan seperti yang dilakukan Abbasiyah". Taha Hussein dan Ali al-Wardi berpendapat bahwa Ibnu Saba 'adalah ciptaan propaganda Umayyah.
 
Namun, beberapa sejarawan menegaskan keberadaan Ibnu Saba 'atau para pengikutnya. Israel Friedlander menyimpulkan bahwa Ibnu Saba 'dan Saba'iyya memang benar-benar ada. Karyanya juga telah dibuktikan oleh Sabatino Moscati, Linda D. Lau, dan A. R. Armush juga menerima kisah Saif bin Umar dan peran Saba'iyyah pada Pertempuran Unta.
Sayf adalah seorang penulis yang tidak dipercayai oleh kebanyakan penulis-penulis rijal seperti Yahya ibn Mu'in (w233/847H), Abu Dawud (w275H/888M), al-Nasai (w303H/915M), Ibn Abi Hatim (w327H/938M), Ibn al-Sukn (w353H/964M), Ibn Hibban (w354H/965M), al-Daraqutni (w385H/995M), al-Hakim (w405H/1014M), al-Firuzabadi (w817H/1414M), Ibn Hajar (w852H/1448M), al-Suyuti (w911H/1505M, dan al-Safi al-Din (w923H/1517M).
 
Mengenai kepercayaan agama Ibnu Saba, khususnya mengenai Saba'iyyah, W. F. Tucker mencatat bahwa keyakinan mereka lebih lengkap dan lebih baik dicatat dalam sumber-sumber yang ditujukan untuk heresiografi. Matti Musa menunjukkan bahwa Saba'iyyah sebagai sekte ghulat memang ada, mencatat bahwa pandangan mereka telah dipertimbangkan secara serius oleh para ahli heresi Sunni dan Syiah. Hodgson menyatakan bahwa ada kontradiksi dalam apa pandangan keagamaan yang berasal dari dirinya dan para pengikutnya, tetapi kita dapat berasumsi bahwa dia adalah pendiri atau pahlawan dari satu atau lebih sekte yang disebut Sabaʾiyyah, yang meninggikan posisi Ali.
Abdullah bin Saba', kononnya seorang Yahudi yang memeluk Islam pada zaman Utsman, dikatakan seorang pengikut Ali yang setia. Dia mengembara dari satu tempat ke satu tempat untuk menghasut orang ramai supaya bangun memberontak menentang khalifah Uthman. Sayf dikatakan sebagai pengasas ajaran Sabaiyyah dan pengasas madzhab ghuluww (sesat). Menurut Allamah Askari watak Abdullah ibn Saba' ini adalah hasil rekaan Sayf yang juga telah mencipta beberapa watak, tempat, dan kota khayalan. Dari cerita Sayf inilah beberapa orang penulis telah mengambil cerita Abdullah ibn Saba' tersebut seperti Said ibn Abdullah ibn Abi Khalaf al-Ashari al-Qummi (w301H/913M) dalam bukunya al-Maqalat al-Firaq, al-Hasan ibn Musa al-Nawbakhti (w310H/922M) dalam bukunya Firaq al-Shiah, dan Ali ibn Ismail al-Ashari (w324H/935M) dalam bukunya Maqalat al-Islamiyyin. Allamah al-Askari mengesan cerita Abdullah ibn Saba' dari riwayat syiah dari Rijal oleh al-Kashshi. Al-Kashshi telah meriwayatkan dari sumber Sa'd ibn Abdullah al-Ashari al-Qummi yang menyebut bahawa Abdullah ibn Saba' mempercayai kesucian Ali sehingga menganggapnya sebagai nabi. Mengikut dua riwayat ini, Ali AS memerintahkannya menyingkirkan fahaman tersebut, dan disebabkan keengganannya itu Abdullah ibn Saba telah dihukum bakar hidup-hidup (walau bagaimanapun menurut Sa'd ibn Abdullah Ali telah menghalau Ibn Saba' ke Madain dan di sana dia menetap sehingga Ali AS menemui kesyahidannya. Pada ketika ini Abdullah ibn Saba' mengatakan Ali AS tidak wafat sebaliknya akan kembali semula ke dunia). Al-Kashshi, selepas meriwayatkan lima riwayat yang berkaitan dengan Abdullah ibn Saba' menyatakan bahawa tokoh ini didakwa oleh golongan Sunni sebagai orang yang pertama yang mengisytiharkan Imamah Ali AS. Allamah Askari menyatakan bahawa hukuman bakar hidup-hidup adalah satu perkara bida'ah yang bertentangan dengan hukum Islam sama ada dari madzhab Syi'ah atau Sunnah. Kisah tersebut pula tidak pernah disebut oleh tokoh-tokoh sejarah yang masyhur seperti Ibn al-Khayyat, al-Yakubi, al-Tabari, al-Masudi, Ibn Al-Athir, ibn Kathir atau Ibn Khaldun. Peranan yang dimainkan oleh Abdullah ibn Sabak' sebelum berlakunya peristiwa pembunuhan Uthman atau pada zaman pemerintahan Imam Ali AS telah tidak disebut oleh penulis-penulis yang terawal seperti Ibn Sa'd (w230H/844M0, al-Baladhuri (w279H/892M) atau al-Yaqubi. Hanya al-Baladhuri yang sekali sehaja menyebut namanya dalam buku Ansab al-Ashraf ketika meriwayatkan peristiwa pada zaman Imam Ali AS berkata: " Hujr ibn Adi al-Kindi, Amr ibn al-Hamiq al-Khuzai, Hibah ibn Juwayn al-Bajli al-Arani, dan Abdullah ibn Wahab al-Hamdani - ibn Saba' datang kepada Imam Ali AS dan bertanya kepada Ali AS tentang Abu Bakr dan Umar..." Ibn Qutaybah (w276H/889M) dalam bukunya al-Imamah wal-Siyasah dan al-Thaqafi (w284H/897M) dalam al-Gharat telah menyatakan peristiwa tersebut. Ibn Qutaybah memberikan identiti orang ini sebagai Abdullah ibn Saba'. Sa'd ibn Abdullah al-Ashari dalam bukunya al-Maqalat wal-Firaq menyebutkan namanya sebagai Abdullah ibn Saba' pengasas ajaran Saba'iyyah - sebagai Abdullah ibn Wahb al-Rasibi. Ibn Malukah (w474H/1082M) dalam bukunya Al-Ikmal dan al-Dhahabi (w748H/1347M) dalam bukunya al-Mushtabah ketika menerangkan perkataan 'Sabaiyyah ', menyebut Abdullah ibn Wahb al-Saba'i, sebagai pemimpin Khawarij. Ibn Hajar (w852H/1448M) dalam Tansir al-Mutanabbih menerangkan bahawa Saba'iyyah sebagai ' satu kumpulan Khawarij yang diketuai oleh Abdullah ibn Wahb al-Saba'i'. Al-Maqrizi (w848H/1444M) dalam bukunya al-Khitat menamakan tokoh khayalan Abdullah ibn Saba' ini sebagai 'Abdullah ibn Wahb ibn Saba', juga dikenali sebagai Ibn al-Sawda' al-Saba'i.'
 
== Catatan ==
Allamah Askari mengemukakan rasa kehairannya bahawa tidak seorang pun daripada para penulis tokoh Abdullah ibn Saba' ini menyertakan nasabnya - satu perkara yang agak ganjil bagi seorang Arab yang pada zamannya memainkan peranan yang penting. Penulis sejarah Arab tidak pernah gagal menyebutkan nasab bagi kabilah-kabilah Arab yang terkemuka pada zaman awal Islam tetapi dalam kisah Abdullah ibn Saba' , yang dikatakan berasal dari San'a Yaman, tidak dinyatakan kabilahnya. Allamah Askari yakin bahawa Ibn Saba' dan golongan Sabai'yyah adalah satu cerita khayalan dari Sayf ibn Umar yang ternyata turut menulis cerita-cerita khayalan lain dalam bukunya. Walau bagaimanapun, nama Abdullah ibn Wahb ibn Rasib ibn Malik ibn Midan ibn Malik ibn Nasr al-Azd ibn Ghawth ibn Nubatah in Malik ibn Zayd ibn Kahlan ibn Saba', seorang Rasibi, Azdi dan Saba'i adalah pemimpin Khawarij yang terbunuh dalam Peperangan Nahrawan ketika menentang Imam Ali AS.
{{reflist}}
 
== Referensi ==
Nampaknya kisah tokoh Khawarij ini telah diambil oleh penulis kisah khayalan itu untuk melukiskan watak khayalan yang menjadi orang pertama mengiystiharkan Imamah Ali AS. Watak ini tiba-tiba muncul untuk memimpin pemberontakan terhadap khalifah Uthman, menjadi dalang mencetuskan Perang Jamal, mengisytiharkan kesucian Ali AS, kemudian dibakar hidup-hidup oleh Ali AS atau dihalau oleh Ali AS dan tinggal dalam buangan seterusnya selepas kewafatan Imam Ali AS, mengisytiharkan kesucian Ali AS dan Ali akan hidup kembali dan orang yang pertama bercakap dengan lantang tentang musuh-musuh Ali AS.
*{{Cite book| publisher = Cambridge University Press| isbn = 978-0-521-88384-9| last = Tucker| first = William Frederick| title = Mahdis and millenarians: Shī'ite extremists in early Muslim Iraq| url = https://archive.org/details/isbn_9760521883841| year = 2008}}
* {{Cite book| publisher = Edinburgh University Press| isbn = 978-0-7486-1888-0| last = Halm| first = Heinz| title = Shi'ism| date = 2004-07-21| url-access = registration| url = https://archive.org/details/shiism0000halm}}
 
== Bacaan lanjutan ==
Menurut Allamah Askari, perkataan Saba'iyyah adalah berasal-usul sebagai satu istilah umum untuk kabilah dari bahagian selatan Semenanjung Tanah Arab iaitu Bani Qahtan dari Yaman. Kemudian disebabkan banyak daripada pengikut-pengikut Imam Ali bin Abi Talib AS berasal dari Yaman seperti Ammar ibn Yasir, Malik al-Ashtar, Kumayl ibn Ziyad, Hujr ibn Adi, Adi ibn Hatim, Qays ibn Sa'd ibn Ubadah, Khuzaymah ibn Thabit, Sahl ibn Hunayf, Utsman ibn Hunayf, Amr ibn Hamiq, Sulayman ibn Surad, Abdullah Badil, maka istilah tersebut ditujukan kepada para penyokong Ali AS ini. justeru, Ziyad ibn Abihi pada suatu ketika mendakwa Hujr dan teman-temannya sebagai 'Saba'iyyah.' Dengan bertukarnya maksud istilah, maka istilah itu juga turut ditujukan kepada Mukhtar dan penyokong-penyokongnya yang juga terdiri daripada puak-puak yang berasal dari Yaman. Selepas kejatuhan Bani Umayyah. istilah Saba'iyyah telah disebut dalam ucapan Abu al-Abbas Al-Saffah, khalifah pertama Bani Abbasiyyah, ditujukan kepada golongan Syi'ah yang mempersoalkan hak Bani Abbas sebagai khalifah.
 
== Pranala luar ==
Walau bagaimanapun Ziyad maupun Al-Saffah tidak mengaitkan Saba'iyyah sebagai golongan yang sesat. Malahan Ziyad gagal mendakwa bahwa Hujr bin Adi dan teman-temannya sebagai golongan sesat. Istilah Saba'iyyah diberikan maksudnya yang baru oleh Sayf ibn Umar pada pertengahan kedua tahun Hijrah yang menggunakannya untuk ditujukan kepada golongan sesat yang kononnya diasaskan oleh tokoh khayalan Abdullah ibn Saba'.
* [https://islamqa.info/en/220687 The relationship between Jews and baatini (esoteric) sects] (from a Sunni perspective)
 
* {{Citation| publisher = Palgrave Macmillan | editor = Tudor Parfitt | title = Israel and Ishmael: studies in Muslim-Jewish relations| date = 2000-09-19 | first=Qasim | last=Al-Samarrai | pages=52–58 | contribution=Sayf ibn ʿUmar and ibn Sabaʾ: A new approach | isbn = 978-0-312-22228-4 | url=https://books.google.com/books?id=aquivWYhzZcC&pg=PA52}}
== Pandangan Sunni ==
Perlu dicarikan rujukan yang memang muktamad dan sahih
 
Para ‘ulama terdahulu, baik dari kalangan ahli hadits, ahli sejarah, ataupun yang lainnya telah sepakat akan keberadaan tokoh besar syi’ah sekaligus pendirinya yang bernama Abdullah bin Saba’, tidak ada yang mengingkarinya kecuali sebagian syi’ah rafidhah.
 
—————
 
Abdullah bin Saba’ yang juga dikenal dengan sebutan Ibnu Sauda’ adalah seorang Yahudi yang berasal dari negeri Yaman, tepatnya dari daerah Shan’a (Ibu kota Yaman). Ia berpura-pura masuk islam pada masa pemerintahan Utsman bin ‘Affan untuk menghancurkan islam dari dalam.
 
Berbagai macam fitnah ia timbulkan. Ia terlibat dalam pembunuhan Khalifah Utsman bin ‘Affan, juga terlibat mengobarkan fitnah pada perang Jamal antara Ali dan ‘Aisyah, dan perang Shiffin antara Ali dan Mu’awiyyah radhiallahu ‘anhum. Kemudian pada pemerintahan ‘Ali ia kembali membuat ulah dengan memunculkan satu fitnah besar yaitu mengajak manusia untuk meyakini Khalifah Ali sebagai Tuhan. Dengan sebab ulahnya itulah para Saba’iyyah ketika itu harus rela dibakar oleh seorang yang mereka anggap sebagai Tuhan.[1]
 
Abdullah bin Saba’ atau yang juga disebut dengan Ibnu Sauda’ bukanlah tokoh fiktif sebagaimana sangkaan sebagian orang-orang syi’ah sekarang. Diantara alasan mereka yang tidak mengakui keberadaan Abdullah bin Saba’ adalah, kata mereka, riwayat-riwayat yang menjelaskan tentang hakekat Abdullah bin Saba’ adalah lemah karena melewati jalur seorang perawi bernama Saif bin Umar At-Tamimi, ia telah dilemahkan oleh beberapa pakar hadits Ahlus Sunnah terkemuka.
 
Alasan mereka yang sangat lemah ini dapat kita jawab dari beberapa sisi:
 
Pertama: pernyataan mereka bahwa para ulama pakar hadits telah melemahkan Saif bin ‘Umar At-Tamimi adalah benar. Akan tetapi yang perlu diperhatikan bahwa yang mereka lemahkan adalah periwayatan haditsnya (maksudnya jika ia meriwayatkan hadits maka haditsnya lemah) adapun dalam masalah sejarah maka beliau dapat dijadikan sandaran dan rujukan, hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu Hajar (beliau termasuk ulama yang mereka jadikan rujukan untuk melemahkan Saif bin Umar At-Tamimi) dalam kitabnya Tahdzibut Tahdzib 1/408 dan Taqribut Tahdzib 1/408 :
 
Saif bin Umar At-Tamimi pengarang kitab Ar-Riddah, ada yang mengatakan dia Adh-Dhabi ada yang mengatakan selainnya, Al-Kufi Dha’if haditsnya, (akan tetapi) Umdah (bisa dijadikan sandaran) dalam bidang tarikh/sejarah.”
 
Imam Adz-Dzahabi (juga ‘ulama yang mereka jadikan rujukan untuk melemahkan Saif bin Umar At-Tamimi) berkata dalam kitabnya Mizanul I’tidal 2/ 255, “Ia adalah pakar sejarah yang paham.”
 
Demikian pula Al-Mubarakfuri dalam kitabnya Tuhfatul Ahwadzi 10/249 menyebutkan seperti ucapan Ibnu Hajar diatas.
 
Umar Kahalah dalam kitabnya Mu’jamul Muallifin 4/288 mengatakan, “Saif bin Umar At-Tamimi Al Burjumi, Ahli sejarah berasal dari Kufah.”
 
Maka jelaslah bahwa yang dilemahkan oleh para muhaditsin adalah riwayat haditsnya, adapun dalam permasalahan sejarah maka beliau termasuk ahlinya yang dapat dijadikan sandaran.
 
Kedua: perlu diketahui bahwa riwayat-riwayat yang menjelaskan keberadaan Abdullah bin Saba’ baik yang terdapat dalam kitab Tarikh Ibnu Asakir, Tarikh Thabari, atau selain keduanya tidak hanya datang dari jalur Saif bin Umar At-Tamimi, akan tetapi juga diriwayatkan dari beberapa jalur yang sebagiannya shahih. Diantaranya adalah:
 
1. Diriwayatkan dari jalur Abu Khaitsamah
 
Ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abbad ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari ‘Ammar ad-Duhani katanya, saya mendengar Abu Thufail berkata …..”
 
2. Diriwayatkan melalui jalur ‘Amr bin Marzuk
Ia berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Salamah bin Kuhail dari Zain bin Wahb ia berkata, “Ali radhiallahu ‘anhu berkata, ‘ada apa denganku dan dengan orang jahat yang hitam ini (maksudnya Abdullah bin Saba’) ia telah mencela Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhu.”
 
3. Diriwayatkan pula melalui jalur Muhammad bin ‘Utsman bin Abi Syaibah
ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Ala ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin ‘Ayyas dari Mujalid dari Sya’bi ia berkata, “Pertama kali yang berdusta adalah Abdullah bin Saba’.”
 
4. Ibnu Ya’la Al-Mushili
 
Berkata dalam kitab Musnadnya, “Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hasan Al-Asadi ia berkata, telah menceritakan kepada kami Harun bin Shalih dari Harits bin Abdurrahman dari Abul Jallas katanya, ‘aku mendengar Ali berkata kepada Abdullah bin Saba’, ‘….”
 
5. Berkata Abu Ishaq al-Fazzari
 
Dari Syu’bah dari Salamah bin Kuhail dari Abu Za’ra’ dari Zaid bin Wahb …………. (lihat semuanya di Lisanul Mizan 2/40)
 
Ketiga: juga terdapat dalam kitab rujukan Syi’ah baik itu kitab tentang firqah, hadits, atau rijal riwayat yang cukup banyak yang sama sekali tidak melewati jalur Saif bin Umar At-Tamimi. Sebagaimana yang akan kita jelaskan insya Allah
 
Abdullah bin Saba’ di Kitab-kitab Ahlus Sunnah
 
Tentunya sangat banyak sekali penyebutan Abdullah bin Saba’ dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah yang kesemuanya tidak lain menunjukkan keyakinan mereka akan keberadaannya:
 
* Ibnu Taimiyyah berkata, “Sesungguhnya permulaan rafidhah berasal dari seorang Zindiq, yaitu Abdullah bin Saba’.” (Majmu’ Fatawa 28/483)
* Imam Adz-Dzahabi berkata, “Abdullah (bin Saba’) termasuk zindiq yang ekstrim, ia sesat dan menyesatkan.” (Mizanul I’tidal 2/426)
* Ibnu Hajar berkata, “Abdullah bin Saba’ termasuk zindiq yang paling ekstrim…. Ia memiliki pengikut yang disebut Sabaiyyah, mereka (kaum Sabaiyyah) memiliki keyakinan sifat ketuhanan pada diri Ali bin Abi Thalib. Beliau telah membakar mereka dengan api pada masa kekhilafaannya.” (Lisanul Mizan 3/360)
* Abul Muzhaffar Al Isfarayini dalam Al Milal wan Nihal ketika menceritakan tentang As-Sabaiyyah berkata, “Dan bahwasanya yang membakar mereka adalah Ali, yaitu kelompok dari rafidhah yang meyakini padanya (pada Ali) ada sifat ketuhanan, merekalah yang disebut kelompok Sabaiyyah pendirinya adalah Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi yang menampakkan keislaman…” (lihat Fathul Bari 12/270)
* Abdullah bin Muslim bin Qutaibah dalam kitabnya Ta’wilu Mukhtalafil Hadits 1/21 berkata, “Kami tidak pernah mengetahui ada pada ahli bid’ah dan pengikut hawa nafsu yang meyakini adanya sifat ketuhanan pada manusia selain mereka (yaitu rafidhah ekstrim). Sesungguhnya Abdullah bin Saba’ meyakini adanya sifat ketuhanan pada diri Ali.”
* Az Zarkali berkata, “Abdullah bin Saba’ pendiri kelompok Sabaiyyah.” (Al-A’lam 4/88)
 
Demikian pula, para ulama’ Ahlus Sunnah sering sekali menjuluki seorang rawi yang beraqidah Rafidhah ekstrim sebagai Sabaiyyah (pengikut Abdullah bin Saba’), kalau seandainya Abdullah bin Saba’ adalah tokoh fiktif mana mungkin mereka memakai istilah tersebut.
 
* Ash-Shafadi berkata, “As-Sabaiyyah dinisbahkan kepada Abdullah bin Saba’.’ (Al-Wafil Wafayat 5/30)
* Beliau juga berkata, “Pendiri As-Sabaiyyah adalah Abdullah bin Saba’, dialah pendiri kelompok Sabaiyyah, dia pula yang berkata kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, ‘Kamu adalah Tuhan.” (5/393)
* Ibnu Hibban berkata, “Dan adalah al-Kalbi seorang Sabaiyyah termasuk yang berkeyakinan Sesungguhnya Ali belum mati, dia akan kembali ke dunia sebelum hari kiamat…” (Al-Majruhin 2/253)
* Ibnu Makula berkata dalam kitab Rijalnya, “Faraj bin Sa’id bin ‘Alqamah bin Abyadh bin Hamal As Sabay… dan Sabayyah termasuk rafidhah yang paling ekstrim nisbah kepada Abdullah bin Saba’. (lihat Ikmalul Kamal 4/536)
* As Sam’ani dalam kitabnya Al Ansab 3/209 berkata, “Dan Abdullah bin Wahb as Saba’i, gembong khawarij, menurutku bahwa Abdullah bin Wahb ini dinisbahkan kepada Abdullah bin Saba’, dia dari rafidhah, dan jama’ah dari mereka yang dinisbahkan kepadanya disebut, as Sabaiyyah.”
* As Suyuthi dalam kitabnya Lubbul Lubab fi Tahriril Ansab 1/42 berkata, “…Dan (dinisbahkan juga) kepada Abdullah bin Saba’ pendiri Sabaiyyah dari rafidhah.”
* Dan selain mereka banyak sekali.
 
Abdullah bin Saba’ di Kitab-kitab Syi’ah
 
* Al Kisysyi dalam kitabnya Ar-Rijal 1/324 meriwayatkan dari Muhammad bin Qauluwiyah ia berkata, telah menceritakan kepadaku Sa’d bin Abdillah ia berkata, telah menceritakan kepadaku Ya’qub bin Yazid dan Muhammad bin ‘Isa dari Ali bin Mihziyar dari Fudhalah bin Ayyub al-Azdi dari Aban bin Utsman ia berkata, “Aku mendengar Abu Abdillah berkata, ‘La’nat Allah atas Abdullah bin Saba’, sesungguhnya ia meyakini adanya sifat ketuhanan pada diri Amirul Mukminiin (Ali), padahal demi Allah! Amirul Mukminin hanyalah seorang hamba yang taat.”
* Demikian pula Al Qummi dalam kitabnya Al Khishal meriwayatkan seperti diatas dengan sanad yang berbeda.
* Dan selain keduanya.
 
Maka dari uraian diatas kita mengetahui bahwa Abdullah bin Saba’ bukanlah tokoh fiktif/khayalan/rekaan/dongeng. Ini telah menjadi kesepakatan para ‘ulama sejarah, hadits, dan pengarang kitab tentang firqah, thabaqat, Rijal, adab, dan Ansab. Maka kaum syi’ah tidak memiliki celah untuk mengingkari keberadaan Abdullah bin Saba’.
 
Jadi pembahasan tentang Abdullah bin Saba’ tidak sebatas ada dalam kitab Tarikh Ath-Thabari saja dan tidak hanya melalui jalur periwayatan Saif bin ‘Umar At-Tamimi, walaupun beliau adalah seorang yang dapat dijadikan sandaran dalam bidang sejarah sebagaimana yang kami jelaskan diatas.
 
Setelah ini semua, masihkah kita mengingkari keberadaan Abdullah bin Saba’ si Yahudi yang berpura-pura masuk islam?
 
Inilah yang dapat kami suguhkan pada kesempatan kali ini. Wallahu a’lam bish shawwab.
[1] Lihat biografi Abdullah bin Saba’ selengkapnya di Tarikh Dimasyq 3/29, Tarikh Thabari, Al Kamil karya Ibnul Atsir, Al Ma’arif hal.622 karya Ibnu Qutaibah, Mizanul I’tidal 2/426, Al Milal wan Nihal hal.365 karya Asy-Syihristani, Al Wafi bil Wafayat 17/189.
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
[[Kategori:Kelahiran 600]]
[[ar:عبد الله بن سبأ]]
[[Kategori:Kematian 670]]
[[en:Abdullah Ibn Saba]]
[[Kategori:Sejarah Islam]]
[[fr:`Abdullah ibn Saba']]
[[Kategori:Tokoh yang berpindah agama dari Yudaisme ke Islam]]
[[ru:Абдаллах ибн Саба]]
[[Kategori:Tokoh abad ke-7]]
[[Kategori:Saba'iyyah]]