Pramodawardhani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib)
k ~
 
(30 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Pramodawardhani''' (juga dikenal sebagai '''Çrī Sanjiwana''') adalah putri mahkota [[Wangsa Sailendra]] yang menjadi permaisuri [[Rakai Pikatan]], raja keenamke-7 [[Medang|Kerajaan Medang]].<ref>{{Cite ''periodebook|last=Hudiono|first=Esthi JawaSusanti|last2=Bodjawati|first2=Seruni|date=2019|title=Perempuan-Perempuan Tengah''Menggugat sekitar(Literasi tahunRupa [[840]]Sejarah Perempuan Indonésia)|location=Yogyakarta|publisher=Media Pressindo bekerjasama dengan Komunitas Inklusi Sosial dan Perdamaian Indonésia|isbn=978-an.623-7254-10-2|pages=1-3|url-status=live}}</ref>
{{infobox royalty
| title = Çrī Sanjiwana
| father = [[Samaratungga]]
| royal house = [[Wangsa Syailendra|Syailendra]]
| issue = *[[Rakai Kayuwangi|Sri Maharaja Rakai Kayuwangi]]<br>( Menurut Prasasti Wantil )
*[[Rakai Gurunwangi Dyah Saladu]]<br>( Menurut Prasasti Plaosan & Naskah Wangsakerta )
| spouse = [[Rakai Pikatan|Rakai Pikatan Dyah Saladu]]
| reign = ? – 856<br>(''Bersama Rakai Pikatan'')
| death_date =
| succession = Permaisuri [[Rakai Pikatan]]
| religion = [[Buddha]]
}}
 
== Peresmian Borobudur ==
Nama Pramodawardhani ditemukan dalam prasasti Kayumwungan tahuntanggal [[26 Maret]] [[824]] sebagai putri raja[[Maharaja]] [[Samaratungga]]. Menurut prasasti itu, ia meresmikan sebuah bangunan ''jinalayaJinalaya'' bertingkat-tingkat yang sangat indah. ParaBangunan sejarawanini menganggapumumnya bangunan ''jinalaya ini''ditafsirkan sebagai [[Candi Borobudur]].
 
== PerkawinanPernikahan dengan Rakai Pikatan ==
Pada prasasti Kahulunan tahun [[842]] disebutkan adanya tokoh Sri Kahulunan yang membebaskan pajak beberapa desa untuk ikut serta merawat ''Kamulan Bhumisambhara'' (nama asli [[Candi Borobudur]]). Sejarawan De Casparis menafsirkan istilah ''Sri Kahulunan'' ini dengan [[permaisuri]]. Karena pada tahun itu [[Rakai Pikatan]] diperkirakan sudah menjadi raja, maka yang dimaksud dengan [[permaisuri]] adalah Pramodawardhani.
Berdasarkan Prasasti Wantil, diketahui bahwa Sang Jatiningrat alias Rakai Pikatan menikah dengan seorang putri beragama lain.
 
Para sejarawan sepakat bahwa putri itu ialah [[Pramodawardhani]] dari [[Wangsa Sailendra]] yang beragama [[Buddha]] [[Mahayana]], sementara Rakai Pikatan sendiri memeluk agama [[Hindu]] [[Siwa]].
Pendapat lain dikemukakan oleh Pusponegoro dan Notosutanto yeng menafsirkan ''Sri Kahulunan'' sebagai [[ibu suri]]. Misalnya, dalam ''[[Mahabharata]]'' tokoh [[Yudhisthira]] memanggil ibunya, yaitu [[Kunti]], dengan sebutan ''Sri Kahulunan''. Berdasarkan pendapat ini, tokoh Sri Kahulunan bukanlah Pramodawardhani, melainkan ibunya, yaitu istri [[Samaratungga]].
 
[[Pramodawardhani]] adalah putri [[Samaratungga]] yang namanya tercatat dalam prasasti Kayumwungan tahun [[824]].
== Perkawinan dengan Rakai Pikatan ==
[[Rakai Pikatan]] [[Mpu Manuku]] adalah raja keenam [[Kerajaan Medang]] menurut versi [[prasasti Mantyasih]]. Sementara itu prasasti Wantil menyebutkan bahwa ia memeluk agama [[Hindu]] [[Siwa]] dan menikah dengan seorang putri beragama [[Buddha]]. Para sejarawan sepakat bahwa putri tersebut adalah Pramodawardhani.
 
[[Naskah Wangsakerta]] juga menjelaskan bahwa Dari pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramodawardhani dikaruniai Putra bernama Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala ([[Prasasti Wantil]]) dan Putri bernama Rakai Gurunwangi Dyah Saladu ([[Prasasti Plaosan]]).
Dari perkawinan itu lahir Rakai Gurunwangi Dyah Saladu (prasasti Plaosan) dan Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala (prasasti Wantil). Sebenarnya Rakai Gurunwangi lebih dulu diangkat sebagai putri mahkota. Namun karena jasa kepahlawanan [[Rakai Kayuwangi]] sewaktu menumpas musuh ayahnya yang bernama Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni, maka ia pun diangkat sebagai raja sepeninggal [[Rakai Pikatan]], bukan kakak perempuannya tersebut.
 
Berkat jasanya dalam menumpas musuh negara bernama Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni, [[Rakai Kayuwangi]] pun bisa menjadi raja sesudah Rakai Pikatan.
 
Pengangkatan Rakai Kayuwangi, seorang putra bungsu, menjadi raja tersebut kelak menimbulkan kecemburuan di hati Rakai Gurunwangi, yaitu dengan ditemukannya [[prasasti Munggu Antan]] tahun [[887]].
 
== Hubungan dengan Balaputradewa ==
=== Menurut Krom ===
[[Balaputradewa]] adalah raja [[Kerajaan Sriwijaya]] putra [[Samaragrawira]]. DeProf. CasparisN.J. Krom menganggap [[Samaragrawira]] identik dengan [[Samaratungga]], sehingga [[Balaputradewa]] secara otomatis dianggap sebagai saudara dari Pramodawardhani.
 
=== Menurut Casparis ===
Slamet Muljana berpendapat lain, karena menurut prasasti Kayumwungan, Samaratungga hanya memiliki seorang anak perempuan, bernama Pramodawardhani. Menurutnya, Balaputradewa kemungkinan adik Samaratungga yang juga putra dari Samaragrawira. Dengan kata lain, Balaputradewa adalah paman Pramodawardhani.
Dr. De Casparis kemudian menyusun teori bahwa telah terjadi perang saudara memperebutkan takhta sepeninggal [[Samaratungga]], antara Balaputradewa melawan Pramodawardhani. Akhirnya Balaputradewa dikalahkan [[Rakai Pikatan]] suami Pramodawardhani. Ia kemudian menyingkir ke Pulau Sumatra dan menjadi raja Kerajaan Sriwijaya.
 
Teori De Casparis tersebut berpedoman pada prasasti Wantil tahun [[856]] yang menyebutkan adanya peperangan antara Rakai Pikatan melawan seorang musuh yang bersembunyi dalam benteng timbunan batu. Pada prasasti Wantil ditemukan istilah ''Walaputra'' yang ditafsirkan sebagai nama lain Balaputradewa.
Terdapat teori populer bahwa sepeninggal Samaratungga, terjadi perang saudara memperebutkan tahta antara Balaputradewa melawan Pramodawardhani yang dibantu oleh [[Rakai Pikatan]]. Meskipun demikian, ada dugaan bahwa Balaputradewa menyingkir ke Sumatra bukan karena kalah perang, melainkan karena sejak awal ia memang tidak memiliki hak atas tahta [[Jawa]]; mengingat ia hanyalah adik Samaratungga dan bukan putranya. Pusponegoro dan Notosutanto juga menyebutkan pendapat Drs. Boechari, yang mengusulkan tokoh Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni sebagai musuh Rakai Pikatan (bukannya Balaputradewa), berdasarkan analisis atas beberapa prasasti di bukit Ratu Baka.
 
(Pendapat Casparis telah terbantahkan dengan penemuan prasasti Wukiran dan Tafsir ulang prasasti Wantil Menurut Prof. Boechari)
== Kepustakaan ==
 
=== Menurut Slamet Muljana ===
Sementara itu [[Prof. Slamet Muljana]] berpendapat lain,bahwa karenaBalaputradewa menurutbukan saudara Pramodawardhani. Pendapat ini berpedoman pada prasasti Kayumwungan, yang menyebut Samaratungga hanya memiliki seorang anak perempuan, bernama(yaitu Pramodawardhani). MenurutnyaMenurut Slamet Muljana, Balaputradewa kemungkinanlebih tepat sebagai adik Samaratungga, yangdan keduanya jugamerupakan putra dari Samaragrawira. Dengan kata lain, BalaputradewaPramodawardhani adalahmerupakan pamankeponakan PramodawardhaniBalaputradewa.
 
(Pendapat Slamet Muljana telah terbantahkan oleh Naskah Wangsakerta karya Pangeran Wangsakerta)
 
=== Menurut Boechari ===
Benteng timbunan batu yang menjadi markas Balaputradewa identik dengan Situs Ratu Boko. Drs. Boechari menemukan beberapa prasasti di sekitar situs tersebut, namun bukan atas nama Balaputradewa, melainkan atas nama Rakai Walaing [[Mpu Kumbhayoni]] yang mengaku sebagai keturunan pendiri kerajaan (yaitu [[Sanjaya]]).
 
Boechari berpendapat bahwa, musuh Rakai Pikatan bukan Balaputradewa, melainkan Rakai Walaing. Istilah ''Walaputra'' dalam prasasti Wantil menurutnya bukan bermakna Balaputradewa, melainkan bermakna “anak bungsu”, yaitu julukan untuk [[Rakai Kayuwangi]] selaku pahlawan penumpas Rakai Walaing [[Mpu Kumbhayoni]].
 
Bukti lain menunjukkan adanya kerusakan pada sebagian prasasti yang mencatat urutan silsilah Rakai Walaing. Kerusakan ini seolah sengaja dilakukan oleh Rakai Pikatan sebagai sesama keturunan Sanjaya yang bersaing memperebutkan takhta Medang.
 
Dengan demikian, teori yang menyatakan terjadi perang saudara antara Rakai Pikatan melawan iparnya, yaitu [[Balaputradewa]] mungkin keliru. Karena [[Balaputradewa]] mewarisi tahta Sriwijaya dari Ibunya, sedangkan alasan ia memindahkan ibukota Sriwijaya ke Sumatera kemungkinan besar untuk menjaga stabilitas politik agar tetap kondusif.
 
== Kutipan ==
<references />
 
== Referensi ==
* Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
* [[Slamet Muljana]]. 2006. ''Sriwijaya'' (terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS
 
{{s-start}}
[[Kategori:Wangsa Syailendra]]
{{Succession box|jabatan=Permaisuri Rakai Pikatan{{br}}'''<small>{{nowrap|Menurut [[Prasasti Wantil]]}}</small><br>([[Sailendra]])|tahun= ?- 856|pendahulu=[[Belum Diketahui]]|pengganti=[[Rakyan Manak]]}}
{{End}}
 
[[Kategori:Wangsa SyailendraSailendra]]
[[Kategori:Ratu Medang]]
[[Kategori:Kerajaan Medang]]