Deus otiosus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BP20Benny (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi ''''Deus otiosus''' adalah sebuah konsep tentang Tuhan yang menciptakan dunia dan kemudian membiarkan dunia tersebut berjalan seperti apa adanya.<ref name="Leeming"...'
Tag: BP2014
 
k Amherst99 memindahkan halaman Deus Otiosus ke Deus otiosus dengan menimpa pengalihan lama
 
(10 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Brueghel Jan II God creating.jpg|200px|Right|jmpl|Tuhan yang menciptakan dunia sebagian bagian dari konsep deus otiosus]]
'''Deus otiosus''' adalah sebuah konsep tentang [[Tuhan]] yang menciptakan dunia dan kemudian membiarkan dunia tersebut berjalan seperti apa adanya.<ref name="Leeming">(English) David A. Leeming. 2010. Encyclopedia of psychology and religion. New York: Spring Science. Hlm 233.</ref><ref name="Espin">(English) Orlando O. Espin. 2007. An Introductory Dictionary of Theology and Religious Studies. Minnesota:Liturgical Press. Hlm 336.</ref> Konsep ini menggambarkan Tuhan sebagai pembuat jam.<ref name="Leeming"/> Pembuat jam yang membuat jam lalu membiarkan jam itu berputar sebagaimana cara jam tersebut bekerja.<ref name="Leeming"/> Ketika jam itu rusak maka sang pembuat jam akan membiarkan jam tersebut.<ref name="Leeming"/> Konsep deus otiosus membuat manusia dapat memahami mengapa kejahatan masih berkuasa di dunia.<ref name="Leeming"/> Konsep deus otiosus berhubungan dengan konsep deus absconditus.<ref name="Leeming"/> Konsep deus absconditus adalah konsep yang menggambarkan Tuhan yang tersembunyi.<ref name="Leeming"/> Teolog-teolog [[Kristen]] yang mengembangkan konsep ini adalah [[Thomas Aquinas]] dan [[Martin Luther]].<ref name="Leeming"/> Mereka melihat bahwa [[Tuhan]] yang tersembunyi itu dapat ditemukan dalam [[Yesus]].<ref name="Leeming"/>
 
== Arti dan Makna ==
 
Deus otious dalam [[Bahasa Latin]] yaitu ''des osheoses''.<ref name="Doniger">(English) Wendy Doniger and others. 1999. Merriam Webster's Encyclopedia of World Religion's. United States of America: Meriam Webster's incorporated. Hlm 288.</ref> Dalam [[Bahasa Inggris]], kata ini diterjemahkan dengan ''inactive God''.<ref name="Doniger"/> Dalam [[Bahasa Indonesia]], kata ini dapat diterjemahkan dengan arti Tuhan yang tidak aktif atau ketidakaktifan Tuhan.<ref name="Doniger"/> Ketidakaktifan Tuhan dilihat setelah Tuhan menciptakan dunia.<ref name="Doniger"/> Tuhan menciptakan dunia beserta isinya.<ref name="Doniger"/> Ia juga menciptakan segala bentuk pemerintahan mulai dari kerajaan-kerajaan sampai pada bentuk pemerintahan dalam dunia modern.<ref name="Doniger"/> Setelah menciptakan dunia beserta isinya, Tuhan kemudian menyerahkan kekuasaan kepada para pendahulu atau nenek moyang.<ref name="Doniger"/> Ia juga menyerahkan kekuasaan kepada roh-roh yang ada di dalam dunia ini.<ref name="Doniger"/> Kekuasaan yang dimaksud adalah kekuasaan dalam menjalankan dunia ini.<ref name="Doniger"/> Nenek moyang manusia serta roh-roh ini merupakan perantara antara Tuhan dengan manusia.<ref name="Doniger"/> Dalam konsep ini, Tuhan juga menahan diri untuk tidak turut campur dalam pergolakan sejarah umat manusia.<ref name="Doniger"/>
 
== Perspektif ==
 
Konsep deus otiosus dapat dilihat dari berbagai perspektif.<ref name="Leeming"/> Konsep ini dapat dilihat dari perspektif kaum [[ateisme]].<ref name="Leeming"/> Ateisme merupakan sebuah kepercayaan bahwa tidak ada sosok yang bernama Tuhan dalam dunia ini dan manusia hanya sendiri dalam [[kosmos]].<ref name="Harry">Harry Hamersma. 1981. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta:Kanisius. Hlm 27.</ref> Kaum ateisme memahami bahwa konsep deus otious adalah sebuah alibi untuk memungkinkan penjelasan mengapa kejahatan berkuasa di dunia.<ref name="Leeming"/> Konsep ini juga dapat dilihat dari perspektif kaum [[deisme]].<ref name="Leeming"/> Secara sederhana, Deisme adalah pemahaman yang mengakui bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta.<ref name="Badudu">J.S.Badudu. 2003. Kamus Kata-kata serapan asing dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Hlm 50.</ref> Akan tetapi kaum deisme menolak agama karena ajaran agama tidak didasarkan pada akal dan kenyataan hidup.<ref name="Badudu"/> Bagi kaum deisme, konsep deus otiosus berperan penting dalam kehidupan manusia.<ref name="Leeming"/> Tuhan yang menarik diri ini memberikan kepercayaan diri kepada manusia untuk memelihara dunia.<ref name="Leeming"/> Deisme juga memandang bahwa gambaran Tuhan dalam konsep otiosus memberikan semacam kemandirian moral serta psikologis di dalam diri manusia.<ref name="Leeming"/>
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
{{Authority control}}
[[Kategori: Teologi]]
 
[[Kategori: Teologi]]
[[Kategori:Filsafat]]