Abah Sepuh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Wagino Bot (bicara | kontrib)
 
(41 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox personUlama Muslim
|notability = Al-ʿĀrif Bīllāh Al-Faqīh Ash-Shūfī Hadhrotul Mukarrom Syeikh ʿAbdullāh Mubārok bin Noor Muhammad qs. wa ra.
|name = Syaikh Abdullah Mubarok
|image = Syaikh_Abdullah_Mubarok_bin_Nur_Nuhammad_(Abah_Sepuh)Pangersa_Abah_Sepuh.jpg
|imagesize = 280px
|alt =
|caption =
|glr_islam_dpn = {{Al-ʿĀrif Bīllāh}} {{Al-Faqīh Ash-Shūfī}}
|birth_name = Syaikh Abdullah Mubarok
|name = SyaikhPangersa AbdullahAbah MubarokSepuh
|birth_date = 1836
|birth_name = ʿAbdullāh Mubārok
|birth_place = [[Cicalung]], [[Kecamatan Tarikolot]], [[Kabupaten Sumedang]], {{negara|Hindia Belanda}}
|birth_date = 1836
|death_date = 25 Januari 1956
|birth_place = [[di Kampung Cicalung]], [[KecamatanDesa Bojongbentang, kec. Tarikolot]], [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]], [[Hindia Belanda]]{{negara|Hindia Belanda}}
|death_place = {{negara|Indonesia}} [[Kabupaten Tasikmalaya|Tasikmalaya]]
|nationality = [[Indonesia]]
|ethnicity = [[Suku Sunda|Sunda]]
|other_names = AbahAjengan SepuhGodebag
|known_for =
|known_for = [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah|Thariqah Qadiriyah Naqshabandiyah]]
|awards=
|religion = [[Islam]]
|parents= *[[Nur Muhammad|Noor Muhammad]] ra. alias Raden Nurapradja atau Eyang Upas<br />
|parents=
*Ibu Emah
* [[Raden Nura Pradja]] alias Nur Muhammad alias Eyang Upas (ayah)
|spouse = *Ny. Jubaedah<br /ref>
* Emah (ibu)
*Ny. Mulki<br /ref>
|spouse =
*Hj. Siti Juhriyah<br /ref>
*Ny. Enok<br /ref>
*Hj. Uneh
|children=
*Ny. Siti Sufiyah
* Haji Sofiyah
*Ny. HajiSiti Sukanah.
*Moh. Malik
*H. HajiA. Dahlan.
* Haji Saadah.
*Hj. Endah Saʿadah
* [[Abah Anom|Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin]]
*'''[[Abah Anom|Pangersa Abah Anom]]'''
* Haji Uwas.
*Hj. Uwas Wasiʿah
* Haji Didah.
*Hj. Didah Rosidah
*Hj. Haji Y.Yuyu Juhriyah.
* K.HKH. Noor Anom Mubarok
|relatives=
|relatives=*KH. Moh. Hasan<br /ref>
|occupation = [[Ulama]]
*Eyang Alkiyah<br /ref>
}}
*H. Azhuri<br /ref>
*KH. Zaenal<br /ref>
*KH. Oleh<br /ref>
*Eyang Ita<br /ref>
*H. Noor<br /ref>
*Karsih<br /ref>
*H. Nurhamad<br /ref>
*Muhari<br /ref>
|occupationjudul1 = [[Ulama]]
|judul2 = Pimpinan sekaligus Pendiri
|sub2 = [[Pondok Pesantren Suryalaya]]
|judul3 = Guru Mursyid
|known_forsub3 = [[TarekatThoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah|Thariqah Qadiriyah Naqshabandiyah]]
|thoriqoh_sunni_1 = [[Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]]
|status_hidup_wafat = Wafat
|tgl_wafat_m = 25
|bln_wafat_m = Januari
|thn_wafat_m = 1956
|tempat_wafat= Kota Tasikmalaya
|tempat_makam= '''[[Puncak Suryalaya]]'''
|negara_makam= Indonesia
|occupation=[[Mursyid|Syeikh Mursyid]] [[Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]]<br/ ref>
Pendiri [[Pondok Pesantren Suryalaya]]|influences=[[Ahmad Khatib as-Sambasi|Hadhratus-Syaikh Ahmad Khātib Syambās ibni ʿAbdul Ghaffār]]<br /ref>|influenced=[[Abah Anom|Syeikh Ahmad Shōhibulwafā Tājul ʿĀrifīn]]|teachers=*[[Syeikh Ahmad Tholhah bin Tholabuddin Kalisapu Cirebon]]<br /ref>
*[[Kholil al-Bangkalani|Syeikh Muhammad Kholīl Al-Jāwī Al-Madūrī Al-Bangkalānī]]|death_date=Rabu, 25 Januari 1956|death_place=[[Kota Tasikmalaya]]|burial_place= [https://g.co/kgs/MG6JjZ&#124; Puncak Suryalaya]|notable_ideas=''[https://www.suryalaya.org›tanbih&#124; TANBIH]''|notable_works=}}
 
'''Al-ʿĀrif Bīllāh Al-Faqīh Ash-Shūfī Hadhrotul Mukarrom Syeikh ʿAbdullāh Mubārok bin Noor Muhammad qs. wa ra.''' atau dikenal luas dengan panggilan '''Pangersa Abah Sepuh''' adalah [[Tokoh masyarakat|Tokoh Masyarakat]] yang dikenal sebagai [[Ulama|Ulama Besar]], sangat berpengaruh, dan Kharismatik. Beliau merupakan Pendiri '''[[Pondok Pesantren Suryalaya]]''', dan juga Murid Utama dari '''[[Syeikh Ahmad Tholhah bin Tholabuddin]]''' yang kemudian diberi [[Mandat (politik)|Mandat]] Khirqoh Kemursyidan '''[[Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] [http://tqnnews (TQN)]{{Pranala mati|date=Juli 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}''' dalam silsilah ke-36 oleh beliau. Selama hidupnya Pangersa Abah Sepuh bukan sekadar Ulama biasa. Ia adalah [[Pejuang Kemerdekaan Indonesia|Pejuang Kemerdekaan]] sekaligus [[Mursyid]] [[Tarekat]].
== Biografi ==
'''Syaikh Abdullah Mubarok''' bin Nur Muhammad atau yang biasa di panggil '''Abah Sepuh''', lahir tahun 1836 di kampung [[Cicalung]] [[Kecamatan Tarikolot]] [[Kabupaten Sumedang]] (sekarang, Kp Cicalung Desa Tanjungsari Kecamatan Pagerageung [[Kabupaten Tasikmalaya]]) dari pasangan [[Rd Nura Pradja|Raden Nura Pradja]] (Eyang Upas, yang kemudian bernama Nur Muhammad) dengan [[Ibu Emah]]. Ia dibesarkan oleh uwaknya yang dikenal sebagai [[Kyai Jangkung]].
 
''' Pangersa Abah Sepuh''' tercatat dilahirkan pada tahun 1836 di Kampung Cicalung, Desa Bojongbentang, Kecamatan Tarikolot, Kabupaten Sumedang, [[negara|Hindia Belanda]] (sekarang, Kampung Cicalung, Desa Tanjungsari, Kecamatan Pageurageung, Kabupaten Tasikmalaya, [[Jawa Barat]]) dari pasangan '''Noor Muhammad ra'''. alias [[Raden Nurapradja]] (Eyang Upas) dengan '''Ibu Emah'''.
Sejak kecil, ia sudah gemar mengaji atau mesantren dan membantu orang tua dan keluarga, serta suka memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Setelah menyelesaikan pendidikan agama dalam bidang [[akidah]], [[fiqih]], dan lain-lain di tempat orang tuanya. Di [[Pesantren Sukamiskin]], [[Bandung]], ia mendalami [[fiqih]], [[nahwu]], dan [[sorof]]. Ia kemudian mendarmabaktikan ilmunya di tengah-tengah masyarakat dengan mendirikan pengajian di daerahnya dan mendirikan pengajian di daerah Tundagan, [[Tasikmalaya]]. Ia kemudian menunaikan ibadah haji yang pertama.
 
Sejak kecil, ia sudah gemar mengaji atau mesantren dan membantu orang tua dan keluarga, serta suka memperhatikan kesejahteraan masyarakat.{{Bio muslim butuh rujukan}} Setelah menyelesaikan pendidikan agama dalam bidang [[akidah]], [[fiqih]], dan lain-lain di tempat orang tuanya.{{Bio muslim butuh rujukan}} Di [[Pesantren Sukamiskin]], [[Bandung]], ia mendalami [[fiqih]], [[nahwu]], dan [[sorof]].{{Bio muslim butuh rujukan}} Ia kemudian mendarmabaktikan ilmunya di tengah-tengah masyarakat dengan mendirikan pengajian di daerahnya dan mendirikan pengajian di daerah Tundagan, [[Tasikmalaya]]. Ia kemudian menunaikan ibadah haji yang pertama.{{Bio muslim butuh rujukan}}
Walaupun Syaikh Abdullah Mubarok telah menjadi pimpinan dan mengasuh sebuah pengajian pada tahun 1890 di Tundagan, [[Tasikmalaya]], ia masih terus belajar dan mendalami ilmu [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] kepada Mama Guru Agung [[Syaikh Tolhah]] bin [[Talabudin]] di daerah [[Trusmi]] dan [[Kalisapu]] [[Cirebon]]. Setelah sekian lamanya pulang-pergi antara [[Tasikmalaya]] - [[Cirebon]] untuk memperdalam ilmu [[tarekat]], akhirnya ia memperoleh kepercayaan dan diangkat menjadi Wakil Talqin. Sekitar tahun 1908 dalam usia 72 tahun, ia diangkat secara resmi (khirqoh) sebagai guru dan pemimpin pengamalan [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] oleh [[Syaikh Tolhah]]. Ia juga memperoleh bimbingan ilmu [[tarekat]] dan (bertabaruk) kepada [[Syaikh Kholil]], [[Bangkalan]] [[Madura]], dan bahkan memperoleh ijazah khusus [[Shalawat Bani Hasyim]].
 
Walaupun Syaikh Abdullah Mubarok telah menjadi pimpinan dan mengasuh sebuah pengajian pada tahun 1890 di Tundagan, [[Tasikmalaya]], ia masih terus belajar dan mendalami ilmu [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] kepada Mama Guru Agung [[Syaikh Tolhah]] bin [[Talabudin]] di daerah [[Trusmi]] dan [[Kalisapu]] [[Cirebon]].{{Bio muslim butuh rujukan}} Setelah sekian lamanya pulang-pergi antara [[Tasikmalaya]] - [[Cirebon]] untuk memperdalam ilmu [[tarekat]], akhirnya ia memperoleh kepercayaan dan diangkat menjadi Wakil Talqin. Sekitar tahun 1908 dalam usia 72 tahun, ia diangkat secara resmi (khirqoh) sebagai guru dan pemimpin pengamalan [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] oleh [[Syaikh Tolhah]].{{Bio muslim butuh rujukan}} Ia juga memperoleh bimbingan ilmu [[tarekat]] dan (bertabaruk) kepada [[Syaikh Kholil]], [[Bangkalan]] [[Madura]], dan bahkan memperoleh ijazah khusus [[Shalawat Bani Hasyim]].
Karena situasi dan kondisi di daerah Tundagan kurang menguntungkan dalam penyebaran [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]], ia beserta keluarga pindah ke Rancameong Gedebage dan tinggal di rumah [[H. Tirta|Haji Tirta]] untuk sementara. Selanjutnya ia pindah ke Kampung Cisero (sekarang Cisirna) jarak 2,5&nbsp;km dari Dusun Godebag dan tinggal di rumah ayahnya. Pada tahun 1904 dari Cisero Abah Sepuh beserta keluarganya pindah ke Dusun Godebag.
 
Karena situasi dan kondisi di daerah Tundagan kurang menguntungkan dalam penyebaran [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]], ia beserta keluarga pindah ke Rancameong Gedebage dan tinggal di rumah [[H. Tirta|Haji Tirta]] untuk sementara.{{Bio muslim butuh rujukan}} Selanjutnya ia pindah ke Kampung Cisero (sekarang Cisirna) jarak 2,5&nbsp;km dari Dusun Godebag dan tinggal di rumah ayahnya. Pada tahun 1904 dari Cisero Abah Sepuh beserta keluarganya pindah ke Dusun Godebag.{{Bio muslim butuh rujukan}}
Syaikh Abdullah Mubarok bin [[Nur Muhammad]] kemudian dan bermukim dan memimpin [[Pondok Pesantren Suryalaya]] sampai akhir hayatnya. Ia memperoleh gelar Syaikh Mursyid. Dalam perjalanan sejarahnya, pada tahun 1950, Abah Sepuh hijrah dan bermukim di Gg Jaksa No 13 Bandung. Sekembalinya dari Bandung, ia bermukim di rumah Haji Sobari Jl. Cihideung No. 39 Tasikmalaya dari tahun 1950-1956 sampai ia wafat.
 
Syaikh Abdullah Mubarok bin [[Nur Muhammad]] kemudian dan bermukim dan memimpin [[Pondok Pesantren Suryalaya]] sampai akhir hayatnya.{{Bio muslim butuh rujukan}} Ia memperoleh gelar Syaikh Mursyid.{{Bio muslim butuh rujukan}} Dalam perjalanan sejarahnya, pada tahun 1950, Abah Sepuh hijrah dan bermukim di Gg Jaksa No 13 Bandung. Sekembalinya dari Bandung, ia bermukim di rumah Haji Sobari Jl. Cihideung No. 39 Tasikmalaya dari tahun 1950-1956 sampai ia wafat.{{Bio muslim butuh rujukan}}
Setelah menjalani masa yang cukup panjang, Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad-sebagai Guru Mursyid [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] dengan segala keberhasilan yang dicapainya melalui perjuangan yang tidak ringan, dipanggil Al Khaliq kembali ke Rahmatullah pada tanggal 25 Januari 1956, dalam usia 120 tahun. Ia menniggalkan sebuah lembaga Pondok Pesantren Suryalaya yang sangat berharga bagi pembinaan umat manusia, agar senantiasa dapat melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta mewariskan sebuah wasiat berupa ''Tanbih'' yang sampai saat sekarang dijadikan pedoman bagi seluruh Ikhwan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, [[Pondok Pesantren Suryalaya]] dalam hidup dan kehidupannya.
 
Setelah menjalani masa yang cukup panjang, Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad-sebagai Guru Mursyid [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] dengan segala keberhasilan yang dicapainya melalui perjuangan yang tidak ringan, dipanggil Al Khaliq kembali ke Rahmatullah pada tanggal 25 Januari 1956, dalam usia 120 tahun.{{Bio muslim butuh rujukan}} Ia menniggalkan sebuah lembaga Pondok Pesantren Suryalaya yang sangat berharga bagi pembinaan umat manusia, agar senantiasa dapat melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta mewariskan sebuah wasiat berupa ''Tanbih'' yang sampai saat sekarang dijadikan pedoman bagi seluruh Ikhwan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, [[Pondok Pesantren Suryalaya]] dalam hidup dan kehidupannya.{{Bio muslim butuh rujukan}}
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.suryalaya.org/ver2/riwayat1.html Riwayat Singkat : Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130702151137/http://www.suryalaya.org/ver2/riwayat1.html |date=2013-07-02}}
 
* {{id}} [http://www.suryalaya.org/ver2/riwayat1.html Riwayat Singkat : Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad]
 
== Catatan kaki ==
{{base-stub}}
{{Indonesia-bio-stub}}
 
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia|Abah Sepuh]]
[[Kategori:Cendekiawan Muslim Indonesia|Abah Sepuh]]
[[Kategori:Tokoh IslamSufi Indonesia|Abah Sepuh]]
[[Kategori:Ulama Sunda|Abah Sepuh]]
[[Kategori:Ulama Tasikmalaya|Abah Sepuh]]
[[Kategori:Ulama Indonesia|Abah Sepuh]]
[[Kategori:Ulama Nusantara|Abah Sepuh]]