Rumah Fatmawati: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
Menambah informasi dan mengalih bahasa Tag: VisualEditor pranala ke halaman disambiguasi |
||
(5 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Rumah Fatmawati.jpg|jmpl|Rumah Fatmawati]]
'''Rumah Fatmawati''' adalah salah satu tempat bersejarah yang berada di [[Bengkulu]], tepatnya berada di Jalan Fatmawati,
Rumah ini bukan hanya bercerita sebuah tempat tinggal kediaman Ibu Fatmawati yang berada di Bengkulu. Sebab, aset sejarah itu lebih bercerita banyak tentang keberadaan Bung Karno pada masa [[pengasingan]], yang lokasinya tak jauh dari rumah tersebut. Rumah ini sempat sekali direnovasi total pada tahun 1990-an. Selebihnya, hanya dilakukan pemeliharaan saja
Rumah Fatmawati menerapkan tipologi rumah adat Bumbungan Lima, sehingga arsitektur ini tersusun dengan cara mengekspresikan harmoni dari seluruh [[Keamanan informasi|aspek]] rumah adat Bumbungan Lima. Selain penerapan tipologi rumah Bumbunga Lima, rumah Fatmawati mempunyai keunikan ornamen yang mempunyai motif yang berbeda jenisnya[[Motif|. Motif]] tersebut ialah motif Pucuk Rebung, motif Lebah Bergayut, dan motif Bunga Soraja. Motif ini mempunyai keunikan tersendiri, seperti pada motif Lebah Bergayut yang memiliki makna sikap rela berkorban dan tidak mementingkan diri sendiri, motif Pucuk Rebung mempunyai makna sebuah, pertumbuhan yang kokoh dalam suatu persatuan dan motif [[Bunga Soka Jawa|Bunga Soraja]] mempunyai makna selalu bersyukur atas kelebihan maupun kekuranga yang dimiliki. Keunikan ornamen tradisional rumah. Bumbungan Lima dari aspek makna, tata letak, dan motif ukiran harus tetap dilestarikan dan dikembangkan lagi agar ornamen Bumbungan Lima tidak lagi terancam eksistensinya di era sekarang.<ref>{{Cite journal|last=Putri|first=Rizki Adinda|date=Oktober 2022|title=MENELAAH ORNAMEN RUMAH TRADISIONAL BUMBUNGAN LIMA PADA
ARSITEKTUR RUMAH FATMAWATI SOEKARNO|url=file:///C:/Users/Uinfas/Downloads/314-Article%20Text-2642-1-10-20221109.pdf|journal=Jurnal Patra|volume=4|issue=2|pages=93-96}}</ref>
== Sejarah ==
Rumah ini berdiri di atas tanah 500 meter persegi. Di dalam rumah ini, masih terdapat pakaian asli yang sering dipakai Fatmawati, sedangkan di ruang tamu, terpajang foto-foto Fatmawati bersama dengan Bung Karno serta anak-anak mereka, yaitu [[Guntur Soekarnoputra|Guntur]], [[Megawati Soekarnoputri|Megawati]], [[Rachmawati Soekarnoputri|Rachmawati]], [[Sukmawati Soekarnoputri|Sukmawati]], dan [[Guruh Soekarnoputra|Guruh]]. Di samping itu, tampak pula foto Fatmawati ketika melakukan berbagai kunjungan kenegaraan
==
Pendidikan Fatmawati dimulai saat berusia 6 tahun di sekolah formal Angka II selama satu tahun, yang didirikan oleh organisasi Muhammadiyah. Pada tahun 1930, Fatmawati pindah ke Sekolah Angka I yang dikenal sebagai Hollandsch Inlandsche School (HIS) di Jalan Peramuan, Kondisi ekonomi orang tua Fatmawati mendorong keluarga mereka untuk pindah ke Palembang ketika Fatmawati berada di kelas empat. Fatmawati kemudian disekolahkan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) [[Muhammadiyah]] di Bukit Kecil.Di sekolah baru, Fatmawati menerima pelajaran tambahan seperti menjahit, mengatur meja makan, dan memasak selain pelajaran umum. Setelah tidak lama tinggal di [[Palembang|Palembang,]] saat Fatmawati duduk di kelas lima, keluarganya pindah ke Curup. Tempat tinggalnya jauh dari kota dan sekolah, ditambah kondisi ekonomi yang kurang baik, membuat Fatmawati tidak bisa melanjutkan sekolah. Pada tanggal 14 Februari 1938, Soekarno tiba di Bengkulu dalam pengasingan bersama istri dan dua anak angkatnya. Hassan Din berkunjung ke rumah Soekarno, saling berbagi pengalaman perjuangan, dan Soekarno menawarkan Hassan Din untuk kembali berkunjung di masa mendatang.<ref>{{Cite journal|last=Ulandari|first=Destiara Andini|date=2012|title=PERAN FATMAWATI DALAM MEMPERJUANGKAN KEMERDEKAAN
<references />▼
INDONESIA
(1945-1955)|url=file:///C:/Users/Uinfas/Downloads/9535-21317-1-SM%20(8).pdf|journal=UNY|pages=672-673}}</ref>
== Pernikahan ==
Pertemuan Fatmawati dengan Soekarno berawal ketika Soekarno diasingkan di Bengkulu. Pada saat elajar diasingkan di Bengkulu, Soekarno mengajar di sekolah kolah Muhammadiyah, dan Fatmawati menjadi salah satu diyah murid di sekolah tersebut. Soekarno melihat Fatmawati indah adalah anak yang pintar dan mampu memikat hati Soekarno. Suatu hari pada tahun 1938, Fatmawati bertemu dengan Soekarno. Malam itu Fatmawati tidak pulang ke Curup, kemudian Soekarno menawarkan Fatmawati untuk bersekolah di Rooms Katholik Vakschool bersama anak angkat Soekarno dan Inggit, yaitu Ratna Juami. anda, Dengan segala pertimbangan, akhirnya Fatmawati juga menyetujuinya dan Fatmawati pun tinggal satu rumah 1978). dengan Soekarno, [[Inggit Garnasih|Inggit Garnasih,]] dan Ratna Juami. Kehadiran Fatmawati dikediaman Soekarno indah membawa perubahan dalam kehidupan rumah tangga Soekarno dengan Inggit Garnasih. Perlahan-lahan, Cukup [[Soekarno]] mulai tertarik dan menaruh hati kepada Fatmawati. Hal itu dirasakan oleh Inggit, Inggit merasakan dan perasaan terdalam Soekarno kepada Fatmawati. Suatu Bukit hari ketika Inggit menanyakan perasaan Soekarno erima kepada Fatmawati, Soekarno membantahnya, tetapi Inggit bisa merasakannya,
Pernikahan Fatmawati dengan Soekarno dimulai pada bulan Agustus 1938, ketika Fatmawati mulai tinggal bersama keluarga Soekarno di Bengkulu. Kedekatan Fatmawati dengan keluarga barunya, terutama dengan Soekarno, semakin erat, di mana Soekarno dianggapnya seperti seorang guru. Meskipun keakraban ini menimbulkan kecurigaan Inggit, yang merasa adanya rasa cinta di antara hubungan guru dan murid, Soekarno menjelaskan bahwa hubungan mereka hanyalah sebagian dari guru dan murid. Akhirnya, Fatmawati memutuskan untuk pindah ke rumah neneknya. Meskipun pindah, pertemuan antara Fatmawati dan Soekarno masih sering terjadi di rumah nenek Fatmawati, di mana Soekarno memberikan pelajaran tambahan bahasa Inggris. Ketika Fatmawati berusia 17 tahun, dia diminta menjadi menantu, dan dia mencari saran dari Soekarno mengenai lamaran tersebut.
{{Rumah-stub}}▼
Setelah mendengar penjelasan dan pertanyaan Fatmawati, Soekarno terdiam sejenak, kemudian mengungkapkan perasaannya yang selama ini terpendam. Fatmawati memutuskan menerima pinangan Soekarno dengan syarat bahwa Soekarno harus menceraikan Inggit dengan baik-baik karena Fatmawati tidak menerima poligami dan tidak ingin terlibat dalam persaingan antar istri. Syarat yang diajukan oleh Fatmawati tidak menjadi masalah bagi Soekarno, karena Inggit sendiri lebih memilih bercerai daripada menjadi bagian dari poligami. Perjalanan cinta Fatmawati dan Soekarno penuh dengan ketegangan dan romantika pada masa itu. Pada bulan Juli 1943, Fatmawati menerima telegram dari Soekarno dalam bahasa Jepang, yang berisi permintaan agar mereka menikah, diwakili oleh opseter Sarjono, dan Fatmawati segera berangkat ke Jakarta.<ref>{{Cite journal|last=Pradita|first=Silvy Mei|date=20 Juni 2021|title=FATMAWATI: DARI MUHAMMADIYAH UNTUK NEGARA|url=file:///C:/Users/Uinfas/Downloads/24834-81165-2-PB.pdf|journal=Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah|pages=185-187}}</ref>
== Referensi ==
▲<references />
[[Kategori:Rumah bersejarah di Bengkulu]]
[[Kategori:Bengkulu]]
[[Kategori:Sejarah Bengkulu]]
▲{{Rumah-stub}}
|