Hartojo Andangdaja: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Andriana08 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k top: Bot: ProyekWiki Biografi, removed orphan tag
 
(11 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Hartojo Andangdjaja''' ({{lahirmati|[[Solo]], [[Jawa Tengah]]|4|7|19301933|[[Solo]], [[Jawa Tengah]]|30|8|1990}}) adalah sastrawan [[Indonesia]] angkatan 1966. Mengawali karirnyakariernya sebagai penulis lepas, kemudian mengasuh sejumlah media massa sebagai redaktur. Ia menulis karya-karya sastra dalam bentuk fiksi dan kritik sastra. Esainya, ''Pola-Pola Pantun Dalam Persajakan Modern'' menerima hadiah dari majalah ''Sastra'' asuhan [[H.B. Jassin]] (1962).<ref>[http://www.tamanismailmarzuki.co.id/tokoh/andangdjaja.html Website resmi Taman Ismail Marzuki] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150402162509/http://www.tamanismailmarzuki.co.id/tokoh/andangdjaja.html |date=2015-04-02 }}, diakses 28 Februari 2015</ref>
 
== Kehidupan pribadi ==
Hartojo lahir dan tumbuh di Solo, Jawa Tengah. Pendidikan dasar dan menengahnya di lingkungan sekolah Islam [[Muhammadiyah]] [[Surakarta]]. Pendidikan terakhirnya adalah Muallimin Muhammadiyah Solo, yang kemudian hari berganti nama menjadi Sekolah Guru Muhammadiyah Solo, sejajar dengan PGSLP (Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama), jurusan Bahasa Indonesia, tahun [[1953]]. Pendidikannya tersendat-sendat akibat penjajahan Jepang dan perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia. Setamat dari sekolah guru, ia mengajar di beberapa sekolah swasta SLTP dan SMA di Solo ([[1953]]–[[1956]]). Sambil mengajar ia mengajukan lamaran menjadi guru pegawai negeri. Lamarannya pun diterima dan ia ditugaskan menjadi guru SLTP Negeri [[Pasaman]], [[Sumatera Barat]]. Selain itu, ia juga menjadi tenaga honorer di SMA Negeri Simpang Empat, Pasaman, Sumatera Barat ([[1957]]–[[1962]]). Ketika terjadi peristiwa PRRI Permesta awal tahun 1960-an di Sumatera Barat, ia dituduh berpihak pada republik sehingga ia memilih menyelamatkan diri dengan meninggalkan tanah [[Minang]], tanpa sempat mengurus kepindahan tugas mengajarnya dari kedua sekolahan tersebut.<ref>[http://media.kompasiana.com/buku/2012/12/20/world-writers-390-hartojo-andangdjaja-517503.html Media-Kompasiana] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150402093745/http://media.kompasiana.com/buku/2012/12/20/world-writers-390-hartojo-andangdjaja-517503.html |date=2015-04-02 }}, diakses 28 Februari 2015</ref>
Ia tidak langsung pulang ke Solo, melainkan memilih singgah dan bekerja di Jakarta bergabung dengan majalah Si Kuntjung. Bersama rekan-rekan seniman yang lainnya, pada tahun 1963 ia ikut mencetuskan dan menandatangani Manifes Kebudayaan. Setelah terjadi pelarangan Manifes Kebudayaan pada tahun 1964, hidupnya kembali terancam oleh Lekra-PKI yang anti-Manifes. Ia kembali meninggalkan sumber nafkahnya di majalah Si Kuntjung dan kemudian pulang ke kampung halamannya, Tegal Kembang, Laweyan, Solo. Setelah peristiwa G30S/PKI usai, barulah ia kembali mendapat pekerjaan sebagai guru di STN (Sekolah Teknik Negeri) Kartasura dan SLTP Batik Solo. Kisah hidupnya sebagai seorang guru ditulis dalam sajaknya ''Dari Seorang Guru Kepada Murid-Muridnya'' (dimuat dalam majalah Cerpen Tahun I Nomor 7, 1967).<ref>[http://www.amazon.com/Hartojo-Andangdjaja/e/B001JOFGSM Amzon: Hartojo Andangdaja] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160925051018/https://www.amazon.com/Hartojo-Andangdjaja/e/B001JOFGSM |date=2016-09-25 }}, diakses 28 Februari 2015</ref>
 
Beberapa puisinya pun pernah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing dan terbit di [[Amerika Serikat]] dan [[Jepang]]. Satu-satunya buku kumpulan puisi tunggal yang dimilikinya adalah ''Buku Puisi'' (1973) yang memuat sebanyak 36 sajak dan diterbitkan oleh Dunia Pustaka Jaya atas prakarsa Ajip Rosidi.<ref>[http://www.worldcat.org/identities/lccn-n93904243/ World Cat: Hartojo Andangdaja] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20181029115421/http://www.worldcat.org/identities/lccn-n93904243/ |date=2018-10-29 }}, diakses 28 Februari 2015</ref>
Salah satu karya esainya bertajuk ''Pola-Pola Pantun Dalam Persajakan Modern'' (dimuat dalam majalah Sastra Nomor 6 Tahun II, 1962, hlm. 31–34), pernah memenangkan hadiah dari majalah Sastra asuhan [[H.B. Jassin]]. Esai kemudian dimuat pula dalam buku ''Sejumlah Majalah Sastra'' (1982) susunan Satyagraha Hoerip (Jakarta: Sinar Harapan), dan dimuat pula dalam buku ''Dari Sunyi ke Bunyi: Kumpulan Esai Tentang Puisi'' ([[1991]]) dengan pengantar [[Goenawan Mohamad]] (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti).
 
Selain sebagai penulis puisi dan esai, ia pernah menjadi redaktur beberapa majalah antara lain ''Merpati'' (Solo, 1948), ''Tjitra'' (Solo, [[1952]]–[[1954]]), Si ''Kuntjung'' (Jakarta, 1962–1964), ''Madyantara'' (Solo, [[1974]]), dan ''Relung Pustaka'' ([[Solo]], [[1970]]-an). Ketika masih berada di Solo, Hartojo bersama D.S. Moeljanto pernah pula memimpin ruang seni dan sastra Simposium dalam majalah ''Dwiwarna'' (1953–1954). Selain bergerak di bidang tulis-menulis, ia pun pernah mencoba bekerja di perusahaan swasta di Solo hingga tahun 1972. Karena perusahaan tempatnya bekerja itu macet, ia pun berhenti bekerja dan pindah bekerja di perusahaan batik, namun jenis pekerjaan ini pun tidak sesuai dengan cita-cita dan harapannya.<ref>[http://narasastra.wix.com/narasastra#!Dari-Ara-Tentang-1-Hartojo-Andangdjaja/colb/54c138620cf2ad5dc6c703e9 Narassastra: Dari ara tentang Hartojo Andangdadja] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160304233826/http://narasastra.wix.com/narasastra#!Dari-Ara-Tentang-1-Hartojo-Andangdjaja/colb/54c138620cf2ad5dc6c703e9 |date=2016-03-04 }}, diakses 28 Februari 2015</ref>
Setelah mencoba menekuni pekerjaan lain di luar bidang tulis menulis, dan semuanya tidak ada yang cocok, sejak tahun 1976 ia memutuskan untuk kembali menekuni karirnyakariernya di bidang penulisan esai dan penerjemahan. Sebagai seorang partikeliran atau swasta, ia cukup tinggal di rumahnya, bahu-membahu dengan istrinya, sambil sesekali mengunjungi perpustakaan dan toko buku, ke kantor pos mengirimkan karya-karyanya ke berbagai majalah, surat kabar, dan penerbitan, serta mengambil wesel honororium tulisannya. Menjelang akhir hayatnya, ia sering sakit-sakitan, digerogoti asma-bronchitis. Dalam kondisi yang sakit-sakitan itu dia beruntung selalu ditemani oleh Istida, istrinya, dan kedua anaknya, Haris Wijayanto dan Fitri Wijayanti.
 
== Karya ==
KarirKarier kepenulisannya sendiri dimulai sejak duduk di bangku sekolah menengah di Solo. Mula-mula tulisannya dimuat dalam majalah ''Pantja Raya'', akhir tahun [[1940]]-an. Kemudian pada tahun 1950-an tulisan-tulisannya, puisi dan esai, mulai menghiasi majalah-majalah lokal dan nasional seperti ''Kisah, Tjitra, Seniman, Revolusi Pemuda, Madyantara, Arena, Pembangoenan, Merpati, Mimbar Indonesia, Horison, Budaya Jaya, Sastra, Cerpen, Warna Sari, Tempo, Si Kuntjung, Relung, Pustaka, KAMI, Pos Minggu, Kompas, Haluan'', dan ''Sinar Harapan''. Selain menulis puisi, ia pun menulis cerita pendek dan karya drama. Namun, dibidang genre puisilah bakat dan minatnya berkembang subur. Sebagai seorang penyair, ia telah menghasilkan ratusan puisi. Bahkan sejumlah puisi karyanya pernah pula menghiasi beberapa buku antologi, antara lain:
* ''Simponi Puisi'' (Solo, 1954, antologi puisi bersama DS. Moeljanto)
* ''Manifestasi'' (antologi puisi bersama Taufiq Ismail, Goenawan Mohamad, dan lain-lain, 1963)
Baris 22:
* ''Tonggak 2: Antologi Puisi Indonesia Modern'' (susunan Linus Suryadi A.G., 1987)*
* ''Dari Fansuri ke Handyani'' (susunan Taufiq Ismail dkk, 2001)
* ''Horison Sastra Indonesia 1 Kitab Puisi'' (susunan Taufiq Ismail dkk, 2002).
 
== Terjemahan ==
Buku-buku hasil terjemahannya pada umumnya diterbitkan oleh Dunia Pustaka Jaya. Buku-buku sastra hasil terjemahannya membuka cakrawala baru dalam khazanah sastra terjemahan di Indonesia. Sambutan khalayak pembaca sastra di Indonesia pun sangat antusias dan positif dengan ditandai buku-buku tersebut dapat terbit kembali dan cetak ulang. Berbekal pengetahuan dan penguasaannya berbagai bahasa asing, seperti Inggris, Belanda, Benggali, Tagalok, Jepang, dan Arab, ia pun mampu menerjemahkan beberapa buku ke dalam bahasa Indonesia, antara lain:
* ''Tukang Kebun'' (sajak-sajak romantik Rabindranath Tagore, pujangga terbesar dari India, 1976)
Baris 33:
* ''Puisi Arab Modern (beberapa puisi dari penyair Bahrain, Saudi Arabia, Aden, Irak, Suriah, Lebanon, Pakistan, Mesir, Libia, Tunisia, dan Marokko, 1984).
 
== Lihat pula ==
 
* [[H.B. Jassin]]
* [[Slamet Sukirnanto]]
Baris 40 ⟶ 41:
* [[Piek Ardijanto]]
 
== Referensi ==
 
{{reflist}}
{{Authority control}}
{{bio-stub}}
 
[[Kategori:Sastrawan Indonesia]]
[[Kategori:Seniman Indonesia]]