Jeruklegi Kulon, Jeruklegi, Cilacap: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k tentang sejarah desa jeruklegi kulon Tag: VisualEditor mengosongkan halaman [ * ] |
k ~ |
||
(4 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 21:
Dahulu kala wilayah Desa Jeruklegi termasuk dalam Adipati Bono Keling, dimana daerah tersebut terdapat kademangan yang dipimpin oleh Ki Demang Wangsengrana yang merupekan putra dari Tumenggung Sawenggangpati Bin Pangeran Suta Chandra yang juga merupakn keturunan dari Adipati Bono Keling, Tumenggung Sawenggangpati menjabat sebagai Yudanegara dari Kerajaan Mataram.
Setelah Ki Demang Wansengrana wafat, jabatan Demang digantikan oleh Putra Pertama beliau ya itu Ki Demang Pancamanis yang sekarang makamnya trdapat di Desa Cilibang. Setelah Ki Demang Pancamanis wafat, Jabatan Demang di jeruklegi digantikan oleh puteranya yang ketiga yaitu Sutanangga. Silsilah selanjutnya dari Kademangan Jeruklegi dapat dilihat pada bagan dibawah ini
Adipati Bono Keling
Baris 45:
Setelah Setradiwirya, Penatus Desa Jeruklegi Kulon dijabat oleh Partodimedjo ( 1913-1923) yang merupakan penduduk asli Desa Jeruklegi Kulon yang berdomisili di Grumbul Wanasri. Pada waktu Pemerintahan Desa Jeruklegi Kulon dijabat oleh Partodimedjo pusat pemerintah Desa berada di Grumbul Wanasri dimana pada waktu itu jumlah penduduk baru 15 KK dengan perincian 9 KK berada di Grumbul Wanasri dan 6 KK terdapat di Grumbul Pengasinan.
Pada tahun 1923 sampai dengan 1932 Pemetintahan desa dijabat oleh Santawidjaya yang berdomisili di Cilibang.
Pada masa Pemerintahan Santawidjaya, tanah Desa Jeruklegi Kulon yang berbatasan dengan Desa Perapagan seluas Kurang lebih 70 Ha disewakan kepada Perkebunan milik bangsa barat yang hak guna Usahanya dikeluarkan oleh Pemerintahan Belanda pada tahun 1929. Disamping tanah sewa disana juga terdapat tanah mentah ( TM ) seluas 6.25 Ha yang sekarang dimiliki oleh PT. Jeruklegi.
Baris 57:
Pada tahun 1942 pada saat Indonesia diduduki oleh tentara Jepang terjadi Kemarau panjang selama kurang lebih 9 bulan yang menyebabkan terjadi bencana kekeringan dan kelaparan yang mengakibatkan banyak kematian di desa Jeruklegi Kulon. Hal ini dikarenakan mata Pencaharian Penduduk yang hanya mengandalkan pada bidang pertanian saja. Sehingga jumlah penduduk berkurang dari 104 KK manjadi hanya 30 KK . Kemudian pada tahun 1947 desa Jeruklegi Kulon kembali kedatangan para Transmigrasi dari Wonosari Gunung Kidul yang ditempatkan ditempat yang pertama yaitu di Grumbul Wanasri. Selanjutnya secara bergelombang dating juga pendatang juga dari Kabupaten Kebumen, Banyumas dan Purbalingga.
Tahun 1950 sampai dengan 1969 Pemerintahan dijabat oleh Partoguno. Pemerintahan dibagi menjadi tiga Kebaon
Jumlah Penduduk pada awal pemerintahan Partoguno berjumlah kurang lebih 97 KK, akibat pemberontakan DI pada tahun 1951 – 1960 menyebabkan Grumbul Wanasri dan Grumbul Lengkong ditinggal Penghuninya yang menyebabkan kedua grumbul tersebut kembali menjadi Hutan Ilalang karena yang tersisa hanya grumbul Pengasinan dengan Jumlah Penduduk kurang lebih 35 KK. Setelah pemberontakan DI dapat dipatahkan oleh Pemerintahan RI. Pada tahun 1963 Grumbul wanasri sudah dapat dihuni kembali dan grumbul Cikuyah berubah nama menjadi grumbul Danasri dengan penduduk baru berjumlah 17 KK. Grumbul Lengkong berubah nama menjadi grumbul Wanadadi yang berpenduduk 10 KK. Jumlah penduduk Desa Jeruklegi Kulon pada waktu itu kurang lebih 62 KK.
Pada dasarnya Desa Jeruklegi Kulon sebelum tahun 1960 tanah dikuasai oleh tuan tanah karena kebanyakan tanah – tanah tersebut tidak bertuan karena ditinggalkan oleh pemiliknya pada waktu
Berdasarkan UU No. 10 tahun 1960 tentang UUPA dan UUPBH yang berbunyi bahwa pemilik tanah dibatasi maksimal 9 Ha untuk tanah datar dan 7 Ha untuk sawah dan selebihnya diserahkan kepada Pemerintah atau yang lebih dikenal dengan sebutan tanah kelebihan, maka di Deja Jeruklegi Kulon terjadi penertiban kepemilikan tanah yang diurus oleh pemiliknya dibantu oleh Aparat Desa.
Baris 67:
Setelah terjadi penertiban kepemilikan tanah, maka banyak tanah yang masih kosong. Disamping jumlah penduduk Desa Jeruklegi kulon juga masih sedikit. Sehingga atas prakarsa Kepala Desa yang pada waktu itu masih dijabat oleh Partoguno yang dibantu olehpara bau berusaha mendatangkan penduduk dari luar Daerah yang selanjutnya untuk masing-masing KK diberi tanah garapan berserta pemukiman yang masing-masing pemohon mendapat bagian kurang lebih 0,5 Ha ( 5.000 m2 ) dengan syarat memohon kepada pemerintah . setelah berita tersebut tersebar maka berdatanglah secara bergelombang penduduk dari Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Kebumen Provinji Jawa Barat maupun dari Yogyakarta.sehingga jumlah penduduk menjadi 1.985 Jiwa atau 401 KK.
Kemudian tahun 1969 sampai dengan 1971 pemerintah Desa dijabat oleh Sanredja
Baru setelah tahun 1971 diangkatlah seorang Kepala Desa yang bernama Djokodjumeno yang merupakan Kepala Desa termuda di Kabupaten Cilacap pada saat itu. Pusat Pemerintahan Desa berpindah dari Grumbul Pengasinan menjadi di Grumbul Danasri. Pada masa itu keadaan masyarakat masih merupakan keluarga
Karena terjadi sesuatu hal, maka Djokodjumeno diberhentikan dengan hormat oleh pemerintah dan digantikan oleh sukisno (1977-1780) seorang pendatang dari Kabupaten Banyumas yang statusnya merupakan Pejabat Sementara ( Pjs. ). Masalah yang mengemuka pada masa itu adalah tentang kepemilikan tanah yang belum jelas batas-batasnya sehingga sempat menjadi permasalahan yang rumit dan penyelesaianya memakan waktu yang relative lama ( Kurang lebih 7 bulan ) dengan melibatkan 60 tenaga kerja setiap hari untuk menertibkan administrasi Pertanahan.
Pada tahun 1980 diangkatlah seorang Kepala Desa yang bernama K. Hadimasturi seorang pendatang dari Kabupaten Banyumas. Walaupun pembangunan desa telah mengalami kemajuan namun bukan berarti penduduk desa Jeruklegi kulon kehidupanaya sudah makmur. Karena pada kenyataanya masih banyak warga desa yang berada dibawah garis Kemiskinan. Untuk itu untuk meningkatkan kesejahteraan Penduduk
Kerjasama dengan Pemerintah menghasilkan perbaikan DAS Citanduy kurang lebih 550 Ha, perbaikan tanah kritis ( penghijauan ) serta terasering dan pembuatan Cekdam di Grumbul Pengasinan I dan Grumbul Cikembulan. Sedangkan kerjasama dengan lembaga-lembaga non Pemerintah ( yayasan) antara lain
Pembangunan lainya adalah dibangunya jembatan kali ciurang yang merupan Program AMD ( Abri Masuk Desa ), adanya pembangunan jalan macadam di grumbul Pengasinan ( Jalan Jati ) dengan Panjang 500 m dan lebar 3 m, Jalan Katilayu di Pengasinan dengan Panjang 250 m dan lebar 3 m. kesemua jalan tersebut merupakan bantuan dari pemerintah serta swadaya Masyarakat. Jadi total jalan yang dibangun adalah 9045 m.
Disamping pembangunan jalan didesa Jeruklegi Kulon juga mengalami pembangunan di bidang pendidikan. Hal ini ditunjukan dengan berdirinya Sekolah Dasar Pengasinan I yang sekarang menjadi SD Negeri Jeruklegi kulon 3, Sekolah Dasr Lengkong yang sekarang menjadi SD Negeri Jeruklegi Kulon 5 dan SD Negeri Jeruklegi Kulon 6. Pembangunan lain yang mengalami kemajuan pada masa itu adalah pembangunan dibidang Keagamaan yaitu dengan berdirinya beberapa masjid, antara lain: kerjasama dengan yayasan Al Irsyad menghasilkan Masjid digrumbul Pengasinan I dengan Luas 9 x 15 m diatas tanah wakaf seluas 2300 m2, Swadaya dari masyarakat menghasilkan Masjid Al Ikhsan di Dusun II yang luasnya 7 x 4 m2 diatas tanah wakaf seluas 400 m2
Pada tahun 1990 berakhirlah mas jabatan K. Hadimasturo, yang kemudian digantikan oleh Wartam ( 1990-1999) seorang pendatang dari Banyumas, pada masa pemerintahan Kepala Desa
Pada tahun 1999 berakhirlah masa jabatan Wartam yang kemudian digantikan oleh Lasimun Wijaya ( 1999-2012 ) yang berasal dari Cilacap. Jumlah penduduk 6725 jiwa dengan jumlah KK 1400.
Selama Pemerintahan Kepala Desa Lasimun Wijaya, pembangunan yang telah
Pembangunan Pagar Klir Permanen, panjang 30 m di depan Balai Desa wilayah Kadus IV dengan Biaya swadaya masyarakat, renovasi kantor Desa 10 x 5 m2 yang merupakan biaya BPD/K dan Swadaya Masyarakat, Pembangunan Jembatan Kali Kebon agung dengan ukuran 4 m x 6 m dengan biaya dari PPK ( Program Pembangunan Kecamatan ) dan Swadaya Masyarakat.
Pelebaran Lapangan Sepak Bola yang berada di Kemit ( Kadus IV ) dengan biaya dari swadaya masyarakat dan bantuan dari PT Semen Cibinong Cilacap, Pembangunan Jalur Air minum Grumbul Lengkong 900 m dan Grumbul Pengasinan 300 m dengan biaya dari swadaya masyarakat dan pemerintah daerah
Pembangunan Jalur Air Minum PDAM Seluas 1400 m dan lebar 3 m diwilayah kadus IV yang berasal dari swadaya murni, pembangunan turap lapangan Olahraga dengan panjang 50 m dan lebar 2 m di kemit ( Kadus IV ) sepanjang berasal dari bantuan P2MPD, Pengaspalan Jalan Johar ( Kadus V ) sepanjang 50 m dan lebar 3 m yang berasal dari bantuan Pemerintah Daerah dan Swadaya masyarakat, Pengaspalan jalan Kemit ( kadus IV ) sepanjang 250 m dan lebar 3 m yang berasal dri bantuan Pemerintah Daerah dan Swadaya Masyarakat, Pembangunan Turap dan pengaspalan jalan di waringin sepanjang 100 m yang merupakan hasil dari swadaya masyarakat, pemabnunan baru ( Makadam ) jalan laban doyong ( Kadus II ) sepanjang 850 m dengan lebar 3 m yang berasal dari bantuan Pemerintah Daerah dan swadaya masyarakat, berdirinya masjid al mujahidin ukuran 9 x 11 m2 yang berdiri diatas tanah wakaf 300 m2 yang berasal dari swadaya murni masyarakat.
Baris 135:
2.1.2. Sumber Daya Alam
Desa Jeruklegi Kulon merupakan salah satu desa di Kecamatan Jeruklegi Kabupaten CILACAP, Provinsi Jawa Tengah, memilik luas
1. Sebelah Utara, berbatasan dengan Desa Cilibang
Baris 147:
Secara Administratif, wilayah Desa Jeruklegi kulon terdiri dari 6 ( Enam ) Dusun, dan 50 ( Lima puluh ) Rukun Tetangga.
Secara umum Tipologi Desa Jeruklegi Kulon terdiri dari persawahan, perladangan, perkebunan, peternakan dan home indrustri kecil.
Topografis Desa Jeruklegi Kulon secara umum termasuk daerah wilayah dataran rendah, dan berdasarkan ketinggian wilayah Desa Jeruklegi Kulon
Penggunaan lahan Desa Jeruklegi Kulon dapat dilihat pada tabel 1.1 dan 1.2 sebagai berikut
(diisi sesuai hasil pendataan terkini)
sumber
{{kelurahan-stub}}
|