Mohammad Sjafei: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
→‎Rujukan: clean up
Wagino Bot (bicara | kontrib)
 
(39 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Officeholder
| name = MuhammadMohammad Sjafei
| image = Muhammad Sjafe'i, Kami Perkenalkan (1954), p132.jpg
| caption = MuhammadMohammad Sjafei
| office1 = Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia{{!}}Menteri Pengajaran Republik Indonesia
| order1 = ke-3
| term_start1 = [[12 Maret]] [[1946]]
| term_end1 = [[2 Oktober]] [[1946]]
| president1 = [[Soekarno]]
| predecessor1 = [[Todung Sutan Gunung Mulia]]
| successor1 = [[Soewandi]]
| birth_date = {{birth date|1893|10|31|df=y}}
| birth_place = = Matan, [[Kabupaten Ketapang|Ketapang]], [[Kalimantan Barat]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1969|3|5|1893|10|31|df=y}}
| death_place = [[Jakarta]]
| party =
| spouse = {{marriage|Johanna Sicrie|1954}}<ref>https://books.google.co.id/books?id=b6-cAAAAMAAJ&q=Johanna+sicrie&dq=Johanna+sicrie&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjnlvnQxuXxAhVNAHIKHevNA0AQ6AEwAXoECAgQAw</ref>
| children = 3
| parents = Orang tua kandung:{{br}}Sjafiah{{br}}Orang tua angkat:<br>[[Ibrahim Marah Soetan]]<br>[[Andung Chalijah]]
| residence =
| alma_mater = ''[[Kweekschool]]'', di [[Fort de Kock]]
| occupation = Pendidik dan Pejuang Pergerakan Kemerdekaan Republik Indonesia
|religion office = [[Islam]]Residen Sumatera Barat
| order = Pertama
| predecessor = lihat [[Pendudukan Jepang di Sumatera Barat]]
| president = [[Soekarno]]
| successor = [[Roesad Datuk Perpatih Baringek]]
| term_end = [[15 November]] [[1945]]
| term_start = [[1 Oktober]] [[1945]]
}}
[[Berkas:03 muhammadsjafei.jpg|jmpl|Sjafei sebagai Menteri Pengadjaran]]
'''[[Doktor kehormatan|Dr. (H.C.)]] Muhammad Sjafei''' ({{lahirmati|Matan, [[Kabupaten Ketapang|Ketapang]], [[Kalimantan Barat]]|31|10|1893|[[Jakarta]]|5|3|1969}})<ref>http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/02.Setya%20Raharja%20April%202008.pdf</ref><ref>https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/dokumen/PemikiranPendidikanSyafei.pdf</ref><ref>https://niadilova.wordpress.com/2015/05/25/minang-saisuak-224-mohammad-sjafei-1893-1968/</ref><ref>https://muskitnas.net/2020/05/05/mohammad-sjafei-berani-melawan-arus-pendidikan-kolonial/</ref><ref>https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/11/08/engku-mohammad-syafei-melawan-sistem-pendidikan-belanda-dengan-ins-kayutanam</ref><ref>https://books.google.co.id/books?id=xOiJDwAAQBAJ&pg=PA118&dq=pengalaman+hidup+Mohammad+sjafei&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi3wYCYyuXxAhXY5nMBHdI7Bv4Q6AEwAHoECAsQAw#v=onepage&q=pengalaman%20hidup%20Mohammad%20sjafei&f=false</ref> adalah seorang tokoh pendidikan [[Indonesia]]. Ia merupakan pendiri [[INS Kayutanam]], sebuah lembaga pendidikan menengah swasta yang bercorak khusus di [[Kayu Tanam, 2x11 Kayu Tanam, Padang Pariaman|Kayu Tanam]], [[Kabupaten Padang Pariaman|Padang Pariaman]], yang banyak melahirkan tokoh masyarakat di kemudian hari.
 
'''[[Doktor kehormatan|Dr. (H.C.)]] Mohammad Sjafei''' (Mohammad Syafei) ({{lahirmati|Matan, [[Kabupaten Ketapang|Ketapang]], [[Kalimantan Barat]]|31|10|1893|[[Jakarta]]|5|3|1969}}) adalah seorang tokoh pejuang pergerakan dan pendidikan [[Indonesia]]. Ia merupakan pendiri [[INS Kayutanam]], sebuah lembaga pendidikan menengah swasta yang bercorak khusus di [[Kayu Tanam, 2x11 Kayu Tanam, Padang Pariaman|Kayutanam]], [[Kabupaten Padang Pariaman|Padang Pariaman]], [[Sumatera Barat]] yang banyak melahirkan tokoh masyarakat di kemudian hari<ref>{{Cite book|last=Navis|first=A. A.|date=1996|url=https://books.google.co.id/books?id=b6-cAAAAMAAJ&q=Johanna+sicrie&dq=Johanna+sicrie&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjnlvnQxuXxAhVNAHIKHevNA0AQ6AEwAXoECAgQAw|title=Filsafat dan strategi pendidikan M. Sjafei: Ruang Pendidik INS Kayutanam|publisher=Gramedia Widiasarana Indonesia|isbn=978-979-553-954-4|language=id}}</ref><ref>{{Cite web|last=muskitnas|title=Mohammad Sjafei: Berani Melawan Arus Pendidikan Kolonial – Museum Kebangkitan Nasional|url=https://muskitnas.net/2020/05/05/mohammad-sjafei-berani-melawan-arus-pendidikan-kolonial/|language=id-ID|access-date=2022-11-24}}</ref><ref>{{Cite web|date=2015-05-24|title=Minang Saisuak #224 – Mohammad Sjafei (1893 – 1969)|url=https://niadilova.wordpress.com/2015/05/25/minang-saisuak-224-mohammad-sjafei-1893-1968/|website=Dr. Suryadi {{!}} LIAS - SAS Indonesië, Universiteit Leiden, Belanda|language=en|access-date=2022-11-24}}</ref><ref>{{Cite book|last=Kahin|first=Audrey R.|date=2005|url=https://books.google.co.id/books?id=v0y4-dp9uEEC&pg=PA113#v=onepage&q&f=false|title=Dari pemberontakan ke integrasi Sumatera Barat dan politik Indonesia, 1926-1998|publisher=Yayasan Obor Indonesia|isbn=978-979-461-519-5|language=id}}</ref>.
 
== Masa muda ==
 
=== Latar belakang ===
Terdapat berbagai sumber berbeda yang berbicara mengenai tempat dan tanggal lahir Engku Mohammad Syafei. Mengutip Suryadi Sunuri sebagaimana catatan dari beberapa sumber, Engku Mohammad Syafei lahir di [[Ketapang (kota)|Ketapang]], [[Kalimantan Barat]] pada tahun 1893. Beberapa sumber lainnya di dalam tulisan itu menyebut bahwa tahun kelahirannya adalah 1896<ref>Lihat tulisan Suryadi Sunuri di tulisannya berjudul ''Minang Saisuak #194 – Intelektual Minang: Ibrahim Gelar Mara Soetan'' di <nowiki>https://niadilova.wordpress.com/2014/10/20/minang-saisuak-194-intelektual-minang-ibrahim-gelar-mara-soetan/</nowiki> Tulisan ini juga muncul di rubrik Minang Saisuak, Koran Singgalang hari Minggu, 19 Oktober 2014.</ref>. AA Navis menyebutkan bahwa Engku Mohammad Syafei lahir pada tanggal 31 Oktober 1893<ref>Keterangan ini sulit diterima mengingat ibu kandung Engku Mohammad Syafei adalah seorang yang buta huruf seperti kebanyakan orang Indonesia di awal Abad ke 20 M. AA Navis menyebut bahwa bisa saja tanggal yang digunakan Engku Mohammad Syafei adalah tanggal yang sama dia diangkat anak oleh Inyiak Ibrahim Marah Sutan dan Anduang Chalidjah, karena “Sjafei gemar memakai tanggal-tanggal atau angka yang berhubungan dengan sejarahnya. Bahkan, nomor mobilnya pun diberi angka demikian”. Lihat AA Navis. ''Filsafat Dan Strategi Pendidikan M. Sjafei: Ruang Pendidik INS Kayutanam''. Jakarta: Grasindo, hlmn.</ref>. Sedangkan Audrey R. Kahin menyebut bahwa Engku Mohammad Syafei adalah guru kelahiran Kalimantan Barat pada tahun 1893<ref>Lihat Kahin, Audrey. R. ''Dari Pemberontakan ke Integrasi: Sumatera Barat dan Politik Indonesia, 1926-1998''. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hlmn. 113.</ref>. Syafiah, ibu kandung dari Engku Mohammad Syafei tidak memperkirakan hari dan tanggal kelahiran Engku Mohammad Syafei. Namun, dari keterangan dari Syafiah dan sanak saudaranya, Engku Ibrahim Marah Sutan mengambil tahun 1893 sebagai tahun kelahiran Engku Mohammad Syafei<ref name=":2" />. Walau pun terdapat banyak perbedaan mengenai tanggal dan tahun kelahiran Engku Mohammad Syafei, namun sumber-sumber yang berbeda ini menyebutkan bahwa tempat kelahiran beliau adalah di [[Ketapang (kota)|Ketapang]], [[Kalimantan Barat]].
 
=== Keluarga ===
Engku Mohammad Syafei adalah anak angkat dari Anduang Khalijah dan Engku [[Ibrahim Marah Soetan|Ibrahim Marah Sutan]]. Mereka bertemu saat Marah Sutan bertugas mengajar di [[Kota Pontianak|Pontianak]]. Engku Mohammad Syafei yang saat itu masih lagi anak-anak bertemu di sekolah tempat Engku [[Ibrahim Marah Soetan|Ibrahim Marah Sutan]] mengajar. Engku Mohammad Syafei datang ke sana bukan sebagai murid untuk belajar tapi untuk menjajakan makanan/kue kecil yang dibuat oleh ibunya. Sambil menjajakan makanan tadi, Syafei kecil ikut mencuri dengar dan menyimak pelajaran yang diberikan oleh Engku [[Ibrahim Marah Soetan|Ibrahim Marah Sutan]] dari balik jendela kelas. Bahkan, Syafei kecil pun ikut bersuara di balik tembok ruangan ketika seisi kelas diajak bernyanyi oleh Marah Sutan. Sifat demikian membuat Sutan tertarik akan sosok Syafei kecil dan mencari tahu mengenai anak kecil ini<ref>Lihat AA Navis. ''Filsafat Dan Strategi Pendidikan M. Sjafei: Ruang Pendidik INS Kayutanam''. Jakarta: Grasindo, hlmn 13-14.</ref>.
 
Singkat cerita, Syafei kecil yang sudah tidak berayah ini diangkat anak oleh pasangan Anduang Khalijah dan Engku [[Ibrahim Marah Soetan|Ibrahim Marah Sutan]]. Sebenarnya selain Engku Mohammad Syafei, Anduang Khalijah dan Engku [[Ibrahim Marah Soetan|Ibrahim Marah Sutan]] juga telah memiliki anak-anak angkat lainnya. Tetapi, ada sesuatu yang lain di dalam diri Syafei kecil yang membuat kedua orang tua yang tidak memiliki anak kandung ini untuk berketetapan hati mengangkat Engku Mohammad Syafei sebagai anak mereka.
 
Engku Mohammad Syafei menikah dengan Ibu Joanna Sicrie dan memilki tiga orang anak.
 
=== Pendidikan ===
Mengutip [[Surya Suryadi|Suryadi Sunuri]], majalah Pandji Poestaka memuat secara lengkap riwayat pendidikan Engku Mohammad Syafei setelah Anduang Khalijah dan Engku [[Ibrahim Marah Soetan|Ibrahim Marah Sutan]] mengangkatnya sebagai anak. Pada tahun 1904, di usia sepuluh tahun Engku Mohammad Syafei belajar di Sekolah Melayu di [[Kabupaten Pidie|Pidie]], [[Aceh]]. Pada pertengahan tahun 1907, Engku Mohammad Syafei pindah ke Sekolah Melayu di [[Kota Pontianak|Pontianak]]. Setahun kemudian, beliau dikirim oleh orang tua angkatnya ke [[Sekolah raja|Sekolah Raja]] atau ''[[SMA Negeri 2 Bukittinggi|Kweekschool]]'' di Fort de Kock (Bukittinggi) setelah berhasil lulus di ujian masuk sekolah bergengsi ini yang juga adalah almamater Engku Ibrahim Marah Sutan<ref>Lihat tulisan Suryadi Sunuri di ''Minang Saisuak #224 – Mohammad Sjafei (1893 – 1969)''<nowiki>https://niadilova.wordpress.com/2015/05/25/minang-saisuak-224-mohammad-sjafei-1893-1968/</nowiki></ref>.
 
Engku Mohammad Syafei tamat belajar di sekolah guru itu pada tahun 1914 dan langsung diangkat menjadi guru di [[Sekolah Kartini|Kartini School]] di [[Batavia|Betawi]] atau Jakarta. Di sekolah ini juga bekerja sebagai guru Engku Ibrahim Marah Sutan dan saudara angkatnya Engku Sukardi. Selain mengajar, Engku Mohammad Syafei juga ikut kursus menggambar bersama guru menggambar terkenal, Tuan De Graaf. Kursus menggambar ini beliau selesaikan dalam delapan belas bulan. Engku Mohammad Syafei juga mengisi waktu dengan mengambil ujian bahasa Belanda ''(Acte Nederlandsche)'' dan lulus dengan predikat baik<ref>Idem</ref>. Selain itu, di luar kegiatan sekolah nya Engku Mohamamd Syafei ikut terlibat aktif dalam berbagai kegiatan politik memperjuangkan usaha kemerdekaan negara Republik Indonesia. Kesadaran ini telah tumbuh sedari beliau bersekolah di Sekolah Raja di Bukittinggi. Engku Ibrahim Marah Sutan selalu mengirimkan majalah dan tulisan politik dari para pengurus [[National Indische Partij|Indische Partij]]<ref>Lihat AA Navis. ''Ruang Pendidikan INS Dulu, Kini, dan Esok. Kerjasama Lembaga Pengembangan Pendidikan INS dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (UNIT EP3M) Pesantren Ciganjur''. Jakarta: 1986. hlmn. 16</ref>. Dalam bukunya, Dasar-Dasar Pendidikan, Engku Mohammad Syafei menjelaskan sejak dari tahun 1912 beliau telah mempelajari buku/tulisan dari [[Tjipto Mangoenkoesoemo|Dr. Cipto Mangunkusmo]], [[Ki Hadjar Dewantara|R.M. Suardi Suryadiningrat]], [[Ernest Douwes Dekker|Douwes Dekker]] (Dr. Setia Budi, kemenakan dari [[Eduard Douwes Dekker|Multatuli]]), para pendiri dan pemimpin dari [[National Indische Partij|Indische Partij]] dan pimpinan gerakan kemerdekaan Indonesia lainnya<ref>Sjafei, Moh. 1968. Dasar-Dasar Pendikan. Padang: INS Kayutanam. hlm. 133-134.</ref>.
 
Engku Mohammad Syafei dan Engku Ibrahim Marah Sutan kemudian menjadi pengurus aktif dari Partai Insulinde (partai turunan dari Indische Partij) dan kemudian Budi Utomo<ref>Sjafei, Moh. 1968. Dasar-Dasar Pendikan. Padang: INS Kayutanam, hlm 133-136.</ref>. Terlebih lagi kediaman Engku Ibrahim Marah Sutan di Jakarta menjadi tempat pertemuan orang-orang pergerakan untuk berdiskusi dan untuk pendidikan politik. Sebagai seorang intelektual Minangkabau dan pengurus partai politik pergerakan kemerdekaan Indonesia, Engku Ibrahim Marah Sutan percaya bahwa hanya melalui pendidikan lah bangsa Indonesia berhasil mencapai kemerdekaannya. Oleh karena itu, Engku Ibrahim Marah Sutan berusaha mengirimkan anaknya sekolah sejauh mungkin hingga ke negeri Belanda.
 
=== Belajar ke negeri Belanda ===
[[Berkas:Engku Mohammad Syafei before his departure to the Netherlands.jpg|jmpl|Potrait Engku Mohammad Syafei sebelum keberangkatan belajar ke negeri Belanda]]
[[Berkas:Engku Mohammad Syafei and his Indonesian colleagues in the Netherlands.jpg|jmpl|Engku Mohammad Syafei di negeri Belanda berpose bersama teman-teman pelajar Indonesia di sana. Engku M. Syafei berdiri di belakang (berpangku tangan), di kanannya (berkacamata) Malikoes (pendidikan guru). Tiga orang di kirinya berturut-turut: Soearno (agak pendek) (pendidikan arsitektur), Hermin (BB/Indologi), dan Soedjono (hukum/Meester). Yang duduk, dari kiri ke kanan: Mas Aloei (Boekhouder Gemeente Semarang yang sedang verlof di Belanda), Ismail (pendidikan guru), dan Prio (juga pendidikan guru).]]
Menurut AA Navis yang mengutip majalah Budaya Jaya, sebenarnya yang ingin dikirimkan oleh Engku [[Ibrahim Marah Soetan|Ibrahim Marah Sutan]] adalah Engku Sukardi, salah seorang anak angkat lainnya. Namun karena situasi dunia saat itu setelah [[Perang Dunia I|Perang Dunia Pertama]] dan keadaan Engku Sukardi yang telah berkeluarga membuat biaya pengiriman Engku Sukardi belajar ke negeri [[Belanda]] menjadi mahal sekali. Hal ini diakali oleh Engku [[Ibrahim Marah Soetan|Ibrahim Marah Sutan]] dengan menjadi guru bahasa Melayu di Kursus Melayu Gunung Sahari, [[Batavia|Betawi]]<ref>Lihat tulisan berjudul M. Safe’I ke Eropa di majalah Boedi Tjaniago No. 7 Tahun 1, 1922, hlm. 2-4</ref>. Namun, penghasilan dari memberikan pelajaran bahasa Melayu untuk orang asing ini tidak banyak membantu. Untuk menghemat uang , tak jarang keluarga Anduang Khalijah dan Engku [[Ibrahim Marah Soetan|Ibrahim Marah Sutan]] makan nasi dan garam saja<ref>AA Navis mengutip Majalah Budaya Jaya, No. 132 Tahun 1979, dalam bukunya Filsafat dan Strategi pendidikan M. Syafei Ruang Pendidikan INS Kayutanam. Jakarta: Grasindo, 1996 halaman 11-12. Kutipan ini bisa dilihat dalam Ajisman ''Dinamika Perkembangan INS Kayutanam 1926-1998''. Padang: BPSNT Padang Ekspress. 2012. hlmn 25-26.</ref>.
 
Pada tanggal 31 Mei 1922, Engku Mohammad Syafei berangkat ke Belanda untuk belajar pendidikan kerajinan tangan dengan menumpang kapal Oranje menuju [[Genova|Genoa]], [[Italia]]. Pelepasan keberangkatan Engku Mohammad Syafei diadakan dengan meriah di [[Sekolah Kartini|Kartini School]], sekolah tempat beliau mengajar pada tanggal 25 April 1922<ref name=":0">Lihat tulisan berjudul M. Safe’I ke Eropa di majalah Boedi Tjaniago No. 7 Tahun 1, 1922, hlm. 2-4.</ref><ref>{{Cite web|date=2015-08-30|title=Minang Saisuak #233 – Moehammad Sjafei di Belanda (1924)|url=https://niadilova.wordpress.com/2015/08/31/minang-saisuak-233-moehammad-sjafei-di-belanda-1924/|website=Dr. Suryadi {{!}} LIAS - SAS Indonesië, Universiteit Leiden, Belanda|language=en|access-date=2022-11-24}}</ref>. Pada acara yang sama, Engku Sukardi saudara angkat Engku Mohammad Syafei berpidato ikut melepas<ref name=":0" />. Kepergian Engku Mohammad Syafei ke [[Belanda]] adalah untuk melihat dinamika kenapa dan bagaimana sebuah negeri kecil yang daratannya lebih rendah dari permukaan air laut di Eropa Barat itu bisa maju dan kuat serta mampu menguasai [[Nusantara]] begitu lamanya.
 
Di negeri [[Belanda]], Engku Mohammad Syafei ingin menelisik industri kerajinan apa saja yang menunjang kemajuan mereka. Engku Mohammad Syafei juga berkesempatan mengunjungi sekolah yang didirikan oleh [[:en:Georg Kerschensteiner|Dr. Georg Kerchebsteiner]] di [[München|Munchen]], [[Jerman]]<ref>Lihat Ajisman ''Dinamika Perkembangan INS Kayutanam 1926-1998''. Padang: BPSNT Padang Ekspress. 2012. Hlm. 27</ref>. Sekolah ini juga mengajarkan pelajaran kerajinan tangan serta sistem sosial berdasarkan kecintaan terhadap sesama.
 
Bagi Engku Mohammad Syafei, pelajaran kerajinan tangan dan pendidikan kerajinan tangan itu berbeda. Menurut beliau, kursus atau pelatihan singkat dapat menyediakan pelajaran kerajinan tangan untuk keterampilan kerja. Sifat dari kegiatan singkat ini hanya akan menghasilkan para pekerja siap pakai tapi tidak memiliki sifat atau kamauan untuk berubah dari dari sendiri. Pendidikan kerajinan tangan lebih dari itu. Pendidikan ini berfungsi membangkitkan minat kerajinan dan kemauan untuk bekerja<ref name=":2" />.
 
Engku Mohammad Syafei selain belajar pendidikan kerajinan tangan juga berkesempatan untuk mengajar di sekolah rendah di Mook Hoek, [[Rotterdam]]. Kesempatan itu digunakan oleh beliau untuk praktek mengajar di tengah-tengah anak didik Belanda<ref name=":2" /><ref name=":1">{{Cite web|date=2015-05-24|title=Minang Saisuak #224 – Mohammad Sjafei (1893 – 1969)|url=https://niadilova.wordpress.com/2015/05/25/minang-saisuak-224-mohammad-sjafei-1893-1968/|website=Dr. Suryadi {{!}} LIAS - SAS Indonesië, Universiteit Leiden, Belanda|language=en|access-date=2022-11-24}}</ref><ref>Suryadi Sunuri mengutip tulisan Pandji Poestaka bahwa ''“Toean Mohd. Sjafe’i sekarang ada dinegeri Belanda sedang menoentoet berbagai-bagai ‘ilmoe. Maksoednja jang teroetama kenegeri Belanda, boekanlah hendak mentjahari acte, akan tetapi akan mentjahari pengetahoean jang lebih dalam, bagaimana tjaranja djalan mendidik anak-anak, djoega mempeladjari kunst, seperti; pekerdjaan tangan, biola dan gambar. Oentoek beladjar mendidik, ia telah diberi izin mengadjar pada sekolah rendah di Mook Hoek (Rotterdam). Moedah-moedahan segala tjita-tjita toean Mohd. Sjafe’i itoe terkaboel hendaknja jang kemoedian hari dapatlah beliau membimbing bangsa dan tanah airnja kepada djalan ketjerdasan dan kepandaian.”'' Lihat tulisan Suryadi Sunuri di ''Minang Saisuak #233 – Moehammad Sjafei di Belanda (1924)'' <nowiki>https://niadilova.wordpress.com/2015/08/31/minang-saisuak-233-moehammad-sjafei-di-belanda-1924/</nowiki></ref>. Waktu yang kosong digunakan oleh beliau melihat pusat-pusat industri dan sekolah kerajinan tangan. Selain itu, Engku Mohammad Syafei juga aktif dalam organisasi pelajar Indonesia [[Perhimpunan Indonesia|''De'' ''Indische'' ''Vereeniging''/Perhimpunan Hindia]] (yang kemudian berubah menjadi ''De'' ''Indonesische'' ''Vereeniging''/Perhimpunan Indonesia). Di organisasi ini beliau berteman dengan para pelajar Indonesia lainnya yang juga tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia seperti [[Mohammad Hatta|Mohammad hatta]], Subarjo, dan [[Soekiman Wirjosandjojo|Sukiman]]<ref name=":1" />.
 
Engku Mohammad Syafei kembali ke [[Hindia Belanda|Indonesia]] pada tahun 1925. Pada tanggal 7 April 1926 Engku Mohammad Syafei sampai di [[Kota Padang|Padang]]. Keinginan untuk mendirikan sekolah ini dibicarakan dengan Engku Abdul Rachman, yang merupakan kemenakan dari Engku [[Ibrahim Marah Soetan|Ibrahim Marah Sutan]]. Sedari awal Engku Abdul Rachman dan Engku Ibrahim berusaha menyelenggarakan sebuah sekolah yang mereka cita-citakan di [[Minangkabau]]<ref name=":2">{{Cite book|last=Ajisman|first=dkk;|date=2012|url=https://pustaka.kebudayaan.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=8917&keywords=bunga+rampai+sumatera+barat|title=Bunga Rampai: Sejarah Sumatera Barat (Sumatera Barat Dari Zaman Jepang Hingga Era Reformasi)|publisher=BPSNT Padang Press|isbn=978-602-8742-54-2|language=Indonesia}}</ref>.
 
== Perjuangan, pergerakan, dan kontribusi besar bagi Republik Indonesia ==
[[Berkas:Moh. Sjafei, eks. Menteri Pengajaran (1946-1946).jpg|jmpl|Sjafei sebagai Menteri Pengajaran]]
 
=== '''Perjuangan politik pra-kemerdekaan''' ===
Sepanjang [[12 Maret]] [[1946]] hingga [[2 Oktober]] [[1946]], ia menjabat sebagai [[Daftar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia|Menteri Pengajaran Indonesia]] pada [[Kabinet Sjahrir II]] menggantikan [[Todung Sutan Gunung Mulia]].<ref>Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia: Jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia, Balai Pustaka</ref>
Sebagai anak angkat dari [[Ibrahim Marah Soetan|Ibrahim Marah Sutan]], seorang aktivis kemerdekaan dan intelektual besar [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] yang paham bahwa bangsa Indonesia harus berjuang melalui pendidikan dari dan untuk mereka sendiri, Mohammad Syafei telah menjadi bagian dari kerja-kerja politik perjuangan kemerdekaan. Bersama ayahnya, Engku Mohammad Syafei menjadi anggota aktif [[National Indische Partij|De Indische Partij]] dan partai penerusnya, [[Insulinde (partai politik)|Insulinde]].
 
Selain itu, selama masa-masa tugas belajar di negeri [[Belanda]], Engku Mohamamd Syafei ikut bergabung dalam wadah pergerakan mahasiswa Indonesia di Belanda, [[Perhimpunan Indonesia|''De'' ''Indische'' ''Vereeniging''/Perhimpunan Hindia]]. Melalui organisasi mahasiswa ini, Engku Mohammad Syafei bertemu dan berkenalan dengan para aktivis Indonesia yang sama-sama belajar di [[Belanda]]. Pertemanan dan koneksi ini kemudian hari membawa Engku Mohammad Syafei aktif dalam usaha pergerakan kemerdekaan di tanah air, usaha-usaha bersama menjaga kemerdekaan, dan kemudian mengisi kemerdekaan.
Muhammad Sjafei merupakan tokoh masyarakat di [[Sumatra Barat]] meskipun ia berdarah [[Suku Jawa|Jawa]] asal [[Kabupaten Kediri|Kediri]]. Ia di[[Anak angkat|angkat anak]] dan sangat disayang oleh [[Ibrahim Marah Soetan]], seorang tokoh pendidik pada awal abad ke-20, ketika Ibrahim bertugas sebagai pendidik di [[Kota Pontianak|Pontianak]], [[Kalimantan Barat]].<ref name="niadilova.blogdetik.com">[https://niadilova.wordpress.com/2014/10/20/minang-saisuak-194-intelektual-minang-ibrahim-gelar-mara-soetan/ "Minang Saisuak #194 - Intelektual Minang: Ibrahim Gelar Mara Soetan"] ''[[Surya Suryadi]] - [[Harian Singgalang|Singgalang]]'', Minggu, [[19 Oktober]] 2014. Diakses 15-07-2021.</ref>
 
=== Perjuangan pendidikan bangsa Indonesia melalui INS Kayutanam ===
Ia kemudian disekolahkan ke ''[[Kweekschool]]'' atau Sekolah Raja di [[Fort de Kock]] (Bukit Tinggi) sepanjang tahun 1908 hingga 1914. Lalu pada tahun 1922 ia melanjutkan pendidikan ke [[Belanda]] dan kembali ke [[Tanah Air]] pada tahun 1926.<ref name="google.co.id">[https://books.google.co.id/books?id=Hkl-py_iRvMC&pg=PA21&lpg=PA21&dq=Muhammad+Sjafei&source=bl&ots=3turuYzfmf&sig=Y98Sj1_7r8fIbvigyYvoS-kQXKk&hl=en&sa=X&ei=PuiyVLPBO5bluQTVmYKQAw&redir_esc=y#v=onepage&q=Muhammad%20Sjafei&f=false "Schools and Politics: The Kaum Muda Movement in West Sumatra (1927-1933)"] ''[[Taufik Abdullah]] - Equinox Publishing''. Diakses 12-01-2015.</ref>
Kontribusi besar dari Engku Mohammad Syafei dan selalu dikenang adalah pendirian sekolah bersejarah [[INS Kayutanam]] di desa kecil bernama Kayutanam. Nama harum sekolah INS Kayutanam dalam lembaran sejarah Indonesia tidak terlepas dari orisinalitas konsep pendidikan yang diajukan Engku Mohammad Syafei yang tidak hanya melawan kelaziman pendidikan jaman [[Hindia Belanda|kolonial]] di mana sekolah adalah tempat untuk menghasilkan pegawai rendahan di dalam sistem pemerintahan kolonial yang jelas sangat merugikan [[bangsa Indonesia]], tapi juga sebuah konsep pendidikan yang bertujuan untuk menggali dan membentuk identitas manusia Indonesia itu sendiri<ref>{{Cite book|last=Cribb|first=R. B.|last2=Kahin|first2=Audrey|date=2004|url=https://books.google.co.id/books/about/Historical_Dictionary_of_Indonesia.html?id=SawyrExg75cC&redir_esc=y|title=Historical Dictionary of Indonesia|publisher=Scarecrow Press|isbn=978-0-8108-4935-8|language=en}}</ref>.
 
Mengutip Thalib Ibrahim yang merupakan salah seorang murid tamatan pertama INS Kayutanam menandaskan bahwa konsep pendidikan di Ruang Pendidik INS adalah untuk membentuk manusia aktif dan kreatif berdasarkan Pancasila yang mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa, yang di setiap perbuatannya insyaf dan sadar bahwa alam-bumi dan makhluk insani ciptaan Tuhan selalu tumbuh dan bergerak<ref>Lihat Ibrahim, Thaleb. ''Pendidikan Mohd. Sjafei INS Kayutanam''. Jakarta: Mahabudi Jakarta, hlm. 4.</ref>. Oleh karena itu, sistem pendidikan yang diterapkan di Ruang Pendidik INS Kayutanam adalah sistem pendidikan yang melahirkan manusia yang selalu aktif dan kreatif. Sistem pendidikan yang menghasilkan manusia yang pasif adalah mengingkari adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Sjafei terlibat dalam kabinet [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI) sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan merangkap Menteri Kesehatan.<ref>{{cite book|author=Syamdani|year=2009|URL=https://books.google.co.id/books?id=R9u37gzZMlUC&pg=PA115|title=PRRI, Pemberontakan atau Bukan?|place=Yogyakarta|page=115|publisher=Media Pressindo|ISBN=978-979-788-032-3}}</ref>
 
Menurut [[A.A. Navis|AA Navis]] model pendidikan di sekolah INS adalah model sekolah kerja di mana terdapat perpaduan seimbang antara pengajaran teori dan praktik keterampilan yang berbeda dari model sekolah-sekolah di negeri Barat. Pendidikan nya ini murni hasil olah pikir Engku Mohammad Syafei yang didasarkan pada hasil teroka Engku Mohammad Syafei atas alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Penekanan nilai-nilai pendidikan ini, menurut AA Navis ada dari nilai-nilai pendidikan alam Indonesia dan dari filsafat alam dan budaya sosial bangsa Indonesia<ref>Lihat AA Navis. ''Ruang Pendidikan INS Dulu, Kini, dan Esok. Kerjasama Lembaga Pengembangan Pendidikan INS dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (UNIT EP3M) Pesantren Ciganjur''. Jakarta: 1986, hlm. 41.</ref>.
Atas jasa-jasanya dalam pendirian [[INS Kayutanam]], pada tahun 2019 beliau dianugerahkan [[Bintang Budaya Parama Dharma]] dari Presiden [[Joko Widodo]].<ref>{{Cite web|date=2019-08-15|title=Presiden Jokowi Anugerahkan Tanda Kehormatan bagi 29 Tokoh|url=https://www.presidenri.go.id/siaran-pers/presiden-jokowi-anugerahkan-tanda-kehormatan-bagi-29-tokoh/|website=Presiden RI|language=id-ID|access-date=2021-11-29}}</ref>
 
Lebih lanjut, AA Navis menyebut bahwa konsep pendidikan [[INS Kayutanam|Ruang Pendidik INS Kayutanam]] ini terwujud secara utuh di masa-masa awal kemerdekaan dan menghasilkan lulusan-lulusan yang berkontribusi besar dalam usaha perebutan kemerdekaan dan pembangunan negara bangsa di masa awal kemerdekaan. Namun, seiring berjalannya waktu dikarenakan oleh kondisi dan situasi saat perubahan waktu itu terjadi konsep pendidikan Ruang Pendidik INS Kayutanam di masa awal kemerdekaan sulit untuk diterapkan<ref>Idem., hlmn 42.</ref>.
== Penghargaan ==
 
Setidaknya terdapat dua alasan menurut AA Navis. Pertama, tidak mudahnya untuk menjabarkan kembali konsep pemikiran pendidikan Engku Mohammad Syafei sesuai dengan tantangan jaman saat itu. Para pengurus mengalami kesulitan dalam menerjemahkan gagasan pendidikan Engku Mohammad Syafei ke dalam suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan dengan filsafat, sistem aktif kreatif, dan tujuan INS yang dicita-citakan oleh Engku Mohammad Syafei. Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia membawa perubahan-perubahan besar dan cepat dalam kehidupan masyarakat yang mengakibatkan hilangnya kebutuhan masyarakat atas pendidikan yang ditawarkan oleh [[INS Kayutanam]].
 
=== Masa pendudukan Jepang ===
Selain dikenal sebagai tokoh pendidikan dan pengajar yang mumpuni dengan mendirikan [[INS Kayutanam]], Engku Mohammad Syafei muda juga ikut terlibat langsung dalam pergerakan merebut kemerdekaan sekembalinya dari negeri Belanda di tahun 1925. Pada masa pendudukan Jepang, Engku Mohammad Syafei ditunjuk sebagai ketua ''[[Chuo Sangi-In|Chuo Sang-In]]'' Sumatera Tengah yang berkedudukan di [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]]<ref>Badan ''Chuo Sang-In'' adalah sebuah dewan pertimbangan bentukan pemerintah pendudukan Jepang yang bertugas memberi nasihat ke pada pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia dalam hal-hal seperti pengembangan kepemerintahan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, pendidikan, dan kesehatan.</ref><ref>Lihat Reid, Anthony. ''“The Birth of the Republic of Sumatra” Indonesia 12(12): 21-46''. Oktober 1971.</ref><ref>{{Cite book|last=Kahin|first=George McTurnan|date=2003|url=https://books.google.co.id/books?redir_esc=y&hl=pt-PT&id=WDgBBzWQ2DAC&q=sjafei#v=snippet&q=sjafei&f=false|title=Nationalism and Revolution in Indonesia|publisher=SEAP Publications|isbn=978-0-87727-734-7|language=en}}</ref><ref name=":3">{{Cite journal|last=Kahin|first=Audrey|date=1974|title=Some Preliminary Observations on West Sumatra during the Revolution|url=https://www.jstor.org/stable/3350695|journal=Indonesia|issue=18|pages=77–117|doi=10.2307/3350695|issn=0019-7289}}</ref>. Ketika Jepang menyerah ke pada [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|Sekutu]], Engku Mohamamd Syafei membacakan naskah proklamasi di Bukittinggi pada 29 Agustus 1945. Naskah proklamasi ini adalah naskah yang sama dibacakan [[Soekarno]] dan Mohammad Hatta di Jakarta pada 17 Agustus 1945<ref name=":3" />.
 
=== Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui diplomasi kebudayaan Indonesia ===
[[Berkas:Gedung Ruang Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Padang Panjang di Padang Panjang.png|jmpl|Gedung Ruang Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Padang Panjang di Padang Panjang yang kemudian menjadi Gedung Pertemuan Mohammad Syafei di Padang Panjang.]]
Pada masa awal kemerdekaan, kegiatan belajar dan mengajar tidak serta-merta dapat dilangsungkan begitu saja. Situasi dan kondisi saat itu tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan pendidikan, segala perhatian dan usaha tercurah untuk menjaga kemerdekaan. INS Kayutanam pada waktu itu menjadi pusat pergerakan di Sumatera Barat, termasuk pusat diplomasi kebudayaan Indonesia.
 
Sebagai sebuah usaha untuk mendukung diplomasi pengakuan kemerdekaan Indonesia, Engku Mohammad Syafei mendirikan Ruang Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan di Padang Panjang. Institusi ini menjadi sendi utama diplomasi pendidikan dan kebudayaan Indonesia di Sumatera Barat dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan pendidikan dan kesenian seperti perpustakaan, museum kerajinan tangan daerah, sandiwara rakyat, sendratari, dan berbagai bentuk kesenian lain nya. Sasaran nya adalah tamu dari Jawa dan para rombongan tamu negara asing yang hendak berkunjung ke [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]], Ibukota Indonesia saat itu. Tujuannya adalah agar para tamu pemerintah pusat dan wakil presiden yang berkunjung ke [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]] dapat dijamu dan melihat eksistensi bahwa Republik Indonesia masih ada dan memiliki kebudayaan khas.
 
Dikarenakan sangat sulit nya untuk mengumpulkan segala bahan untuk mendirikan Gedung Ruang Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan dan menyelenggarakan kegiatan, maka semua bahan dan alat yang dibutuhkan dibawa dari kampus [[INS Kayutanam]]. Alat-alat pertukangan dan lima puluh orang siswa dibawa ke [[Kota Padang Panjang|Padang Panjang]] untuk menyiapkan gedung ini dan persiapan mobilisasi perang berupa pembuatan senjata dan amunisi yang nanti hasil nya akan dibagikan ke pada seluruh rakyat nanti.
 
=== Masa-masa usaha mengisi kemerdekaan Indonesia ===
[[Berkas:03 muhammadsjafei.jpg|jmpl|Sjafei sebagai Menteri Pengadjaran]]Setelah kemerdekaan, Engku Mohammad Syafei ikut aktif dalam membangun Republik Indonesia. Di masa awal kemerdekaan, Engku Mohammad Syafei diangkat sebagai [[Residen Sumatera Barat]]. Jabatan ini tidak lama dipegang, segera pada Oktober 1945 Engku Mohammad Syafei memilih mengundurkan diri. Sepanjang 12 Maret 1946 hingga 2 Oktober 1946, Engku Mohammad Syafei diminta mengurusi bidang pendidikan dengan menjadi [[Daftar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia|Menteri Pengajaran Indonesia]] pada [[Kabinet Sjahrir II]] menggantikan [[Todung Sutan Gunung Mulia]]<ref>Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia: Jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia, Balai Pustaka</ref>. Pada Pemilu 1955, Engku Mohammad Syafei ikut terjun berpolitik, namun tidak terpilih menjadi anggota parlemen karena kekurangan suara.
 
Pada peristiwa pergolakan daerah [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia|Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)]] yang berlangsung dari 1958-1961, situasi dan kondisi memaksa Engku Mohammad Syafei untuk bergabung dengan gerakan ini dengan menjadi Menteri Pendidikan dan Kesehatan PRRI<ref name=":2" /><ref>{{Cite journal|last=van der Kroef|first=Justus M.|date=1957|title=Instability in Indonesia|url=https://www.jstor.org/stable/3024060|journal=Far Eastern Survey|volume=26|issue=4|pages=49–62|doi=10.2307/3024060|issn=0362-8949}}</ref>. Walau pun perang hanya berlangsung selama tiga tahun, namun kegiatan belajar di sekolah INS Kayutanam terlantar cukup lama. Selama masa perang saudara itu, kampus INS Kayutanam mengalami kerusakan yang cukup parah. Pada tahun 1968, Engku Mohammad Syafei kembali ke [[Kayu Tanam, 2x11 Kayu Tanam, Padang Pariaman|Kayutanam]] untuk membangun [[INS Kayutanam|INS]] yang terlantar akibat perang. Selain membangun dunia pendidikan melalui [[INS Kayutanam]], Engku Mohammad Syafei juga turut membantu pendirian Sekolah Tinggi Hukum Pancasila di [[Kota Padang|Padang]], yang kemudian hari menjadi [[Fakultas Hukum Universitas Andalas]].
 
== Wafat ==
Engku Mohammad Syafei meninggal dunia pada 5 Maret 1969 di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] ketika berupaya mengumpulkan donasi pembangunan kembali [[INS Kayutanam]]. Beliau meninggalkan seorang istri, Joanna Sicrie dan tiga orang anak yang masih kecil. Jenazahnya diterbangkan ke Padang dan dimakamkan di samping ibu angkatnya, Andung Khalijah di kompleks sekolah [[INS Kayutanam]]. <gallery>
Berkas:Name signpost to Engku M. Syafei's graveyard.jpg|Plang nama menuju kuburan Anduang Khalijah dan anak angkatnya, Engku Mohamamd Syafei
Berkas:Makam Anduang Chalijah dan Engku Mohammad Syafei.jpg|Makam Anduang Khalijah berdampingan dengan Engku Mohammad Syafei di komplek sekolah INS Kayutanam.
Berkas:The inscription about M. Syafei's and his mother's grave.jpg|Prasasti yang menjelaskan pemugaran makam Anduang Khalijah dan Engku Mohammad Syafei
</gallery>
 
== Engku Mohammad Syafei sebagai Tokoh Pendidikan Nasional dan Pahlawan Nasional ==
Kontribusi besar Engku Mohammad Syafei ke pada Republik Indonesia tidak hanya ada melalui sekolah INS Kayutanam yang beliau rintis dan dirikan di Nagari Kayutanam, Sumatera Barat. Sekembalinya beliau menuntut ilmu di negeri Belanda sepanjang tahun 1922 hingga 1925, beliau memfokuskan diri untuk mendirikan sebuah sekolah untuk anak-didik Indonesia dengan sistem pendidikan yang sesuai dengan jati diri luhur bangsa Indonesia.
 
Ajisman mencatat bahwa dalam usaha-usaha beliau mendirikan sekolah ini beliau menolak berbagai bentuk tawaran pekerjaan yang tentunya dapat membuat beliau dan orang tua beliau hidup dengan mapan. Tawaran pekerjaan itu adalah sebagai redaktur di ''[[Balai Pustaka|Volkslecuur]]'' (kemudian berubah menjadi Balai Poestaka) dan tawaran posisi dosen bahasa Indonesia di [[Universitas Leiden]] dengan gaji 4000 gulden dan tiket pulang-pergi ke Hindia Belanda<ref name=":2" />. Pada 31 Oktober 1926, Engku Mohammad Syafei mendirikan [[INS Kayutanam|'''''Indonesische-Nederlandsche School''''' (INS) di Kayutanam]], Sumatera Barat. Sekolah menjadi nasional, dan merupakan reaksinya terhadap pendidikan kolonial waktu itu, yang hanya bertujuan untuk mempersiapkan anak-anak pribumi menjadi pegawai rendahan Belanda. Tujuan pendidikan yang diamanatkan Mohammad Syafei adalah anak didik yang berketerampilan dan punya daya kreatif melalui tiga komponen utama yaitu memberdayakan tenaga agar murid bisa bekerja, memberdayakan otak agar murid bisa berpikir, dan memberdayakan jiwa agar murid bisa merasa.
 
Keberadaan [[INS Kayutanam]] serupa dengan sekolah-sekolah nasionalis lainya, seperti [[Sekolah Taman Siswa|Taman Siswa]], yang menjadikan sekolah sebagai tempat mengasah pikiran sehingga lahir generasi kritis dan sadar akan nasib bangsa. Pada waktu itu sekolah dan politik tidak bisa dipisahkan, karena ia hadir di tengah pergerakan nasional. Nilai-nilai yang hadir di masa perjuangan tersebut sepantasnya diteruskan kepada generasi bangsa di era digital, sehingga peka terhadap kemaslahatan orang banyak (bangsa).
 
Jasa-jasa Engku Mohammad Syafei di bidang pendidikan tidak hanya sampai dalam pendirian sekolah menengah. Beliau juga tercatat sebagai tokoh yang mempelopori berdirinya Sekolah Tinggi Hukum Pancasila di Padang (Perguruan Tinggi Pertama di Sumatera, kemudian lebur menjadi [[Fakultas Hukum Universitas Andalas|Fakultas Hukum]], setelah berdirinya [[Universitas Andalas]] 1956).
 
Engku Mohmmad Syafei dikenal tidak hanya sebagai tokoh pendidik yang berpikiran moderen dalam zaman penjajahan, namun juga dikenal sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang berada di garis depan pemimpin Sumatera. Ia pernah menjadi Ketua Dewan Sumatera (masa pendudukan Jepang). Pada masa awal kemerdekaan dipercaya memerankan diri atas nama bangsa Indonesia di Sumatera membacakan lagi teks proklamasi 17 Agustus 1945, sekaligus menyatakan:
 
{{Cquote|“Maka kami Bangsa Indonesia di Sumatera dengan ini mengakui Kemerdekaan Indonesia seperti dimaksud dalam Proklamasi di atas dan menjunjung keagungan kedua pemimpin Indonesia itu”.}}
 
Teks ini dibacakan pada pada tanggal 29 Agustus 1945. Mohammad Syafei dipercaya pula menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia daerah (KNID) dan kemudian menjadi [[Daftar Gubernur Sumatera Barat|Residen pertama Sumatera Barat]].
 
== Penghargaan ==
* ''[[Doktor|Doctor]] [[Honoris Causa]]'' dari [[Universitas Negeri Padang|IKIP Padang]] (1968).
* [[Bintang Budaya Parama Dharma]] dari Presiden [[Joko Widodo]] (2019)<ref>{{Cite web|date=2019-08-15|title=Presiden Jokowi Anugerahkan Tanda Kehormatan bagi 29 Tokoh|url=https://www.presidenri.go.id/siaran-pers/presiden-jokowi-anugerahkan-tanda-kehormatan-bagi-29-tokoh/|website=Presiden RI|language=id-ID|access-date=2021-11-29}}</ref>.
 
== Galeri ==
<gallery>
Berkas:Kweekschool voor inlandse onderwijzers te Fort de Kock, KITLV 2981.tiff|Gambar salah satu sudut Sekolah Raja/''Kweekschool'' di Fort de Kock (Bukittinggi) pada tahun 1915 (sekarang sekolah ini menjadi SMA Negeri 2 Bukittinggi). Engku Mohammad Syafei dan Engku Ibrahim Marah Sutan belajar di sini. Engku Mohammad Syafei tamat pendidikan guru di sekolah ini pada tahun 1914.
Berkas:Weltevreden - Kartinischool, KITLV 1406171.tiff|Gambar Sekolah Kartini atau ''Kartinischool'' di kawasan Weltevreden, Batavia (sekarang kawasan Sawah Besar, Jakarta), tempat di mana Engku Mohammad Syafei bekerja sebagai salah seorang guru dan di saat yang sama belajar bersiap untuk melanjutkan studi ke Belanda.
</gallery>
 
== Rujukan ==
Baris 47 ⟶ 138:
{{Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia}}
 
{{DEFAULTSORT:Sjafei, MuhammadMohammad}}
 
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh SumatraSumatera Barat]]
[[Kategori:Tokoh dari Ketapang]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
Baris 58 ⟶ 148:
[[Kategori:Tokoh Orde Lama]]
[[Kategori:Penerima Bintang Budaya Parama Dharma]]
[[Kategori:Tokoh pendidikan Indonesia]]