Madihin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
TjBot (bicara | kontrib)
k bot kosmetik perubahan
Hmmmdhin (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(32 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{italic title}}
'''Madihin''' (berasal dari kata [[madah]] dalam [[bahasa Arab]] yang berarti "nasihat", tapi bisa juga berarti "pujian") adalah sebuah genre puisi dari [[suku Banjar]]. [[Puisi rakyat anonim]] bergenre Madihin ini cuma ada di kalangan etnis [[Banjar]] di Kalsel saja. Sehubungan dengan itu, definisi Madihin dengan sendirinya tidak dapat dirumuskan dengan cara mengadopsinya dari khasanah di luar folklor Banjar.
{{Infobox music genre
| name = ''Madihin''
| native_name = {{Script|Arab|مديح نبوي}} {{in lang|ar}}
| etymology = {{lang-ar|مديح|madīḥ}}
| other_names = {{Script|Arab|مديحين}} / ''{{lang|bjn|Madihin}}'' {{in lang|bjn}}
| image = Kesenian Madihin.jpg
| alt =
| caption = Pertunjukan ''{{lang|bjn|Madihin}}'' oleh masyarakat Banjar di [[Kalimantan Selatan]], [[Indonesia]].
| stylistic_origins = [[Musik Arab]]
| cultural_origins = [[Budaya Arab]] (inventor budaya)
| instruments = [[tamborin]] atau [[rebana]] (khususnya di Indonesia)
| derivatives =
| subgenres =
| subgenrelist =
| fusiongenres =
| regional_scenes = {{hlist|[[Arab Saudi]]|[[Indonesia]]|[[Yaman]]}}
| local_scenes =
| other_topics =
| footnotes =
| current_year =
}}
'''''{{lang|bjn|Madihin}}''''' {{in lang|bjn}}<ref name="KBBI">{{cite web |title=Cari "''Madihin''" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) |language=id |url= https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/madihin |work=Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia}}</ref> atau dikenali juga sebagai '''''{{lang|ar|Madīḥ nabawī}}''''' {{in lang|ar}} adalah salah satu genre kesenian religius musik Islam, yang berakar dari kebudayaan musik khas Arab. Madihin secara umumnya berupa pembacaan [[syair]] ataupun [[gazal]] (bentuk asli pantun sebelum diterjemahkan) yang didedikasikan untuk mengungkapkan pujian, rasa cinta dan pengabdian kepada nabi [[Muhammad]] (beserta keluarganya). Di Indonesia, penampilan Madihin biasanya diiringi dengan tabuhan [[rebana]] atau [[tamborin]]. Madihin dipercayai telah ada sejak tahun 632 Masehi, masa setelah kematian nabi Muhammad. Di Persia, Madihin juga berasimilasi menjadi genre khas [[Sufisme]] bagi sastra Arab.<ref>{{harvp|Touma|1996|p=161}}</ref>
 
Di [[Indonesia]] secara khusus, yang merupakan negara berpenduduk [[Muslim]] terbesar di dunia, praktik kesenian musik religius Islami semacam ini telah mempengaruhi [[seni tradisional Banjar|kebudayaan musik rakyat]], khususnya bagi kelompok [[etnis Banjar]] yang sebagian besar bermukim di wilayah Banjar di [[Kalimantan Selatan|tenggara Kalimantan]], yang mama secara lokal dikenal sebagai ''{{lang|bjn|Madihin}}'' dalam [[bahasa Banjar]].<ref name="Madihin14">{{cite web |url= https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=146 |title= Madihin |language=id |author=<!--Not stated--> |date=2014 |publisher=Ministry of Education, Culture, Research, and Technology of the Republic Indonesia}}</ref> Sebagai upaya untuk menjaga tradisi tersebut tetap hidup, pemerintah Indonesia telah menetapkan ''Madihin'' sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda Nasional sejak tahun [[2012]],<ref name="Madihin12">{{cite web |url= https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=2412 |title= Aruh Madihin |language=id |author=<!--Not stated--> |date=2012 |publisher=Ministry of Education, Culture, Research, and Technology of the Republic Indonesia}}</ref> yang mana secara umum dikaitkan dengan budaya musik masyarakat etnis Banjar (dan juga kemungkinan [[Orang Arab Indonesia|diaspora Arab di Indonesia]]).<ref name="Madihin14"/><ref name="Madihin12"/>
[[Tajuddin Noor Ganie]] (2006) mendefinisikan Madihin dengan rumusan sebagai berikut : puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai dengan konvensi yang berlaku secara khusus dalam khasanah [[folklor Banjar]] di Kalsel.
 
==== Bentuk fisik ====
 
Masih menurut [[Ganie]] (2006), Madihin merupakan pengembangan lebih lanjut dari pantun berkait. Setiap barisnya dibentuk dengan jumlah kata minimal 4 buah. Jumlah baris dalam satu baitnya minimal 4 baris. Pola formulaik persajakannya merujuk kepada pola sajak akhir vertikal a/a/a/a, a/a/b/b atau a/b/a/b. Semua baris dalam setiap baitnya berstatus isi (tidak ada yang berstatus sampiran sebagaimana halnya dalam pantun Banjar) dan semua baitnya saling berkaitan secara tematis.
 
Madihin merupakan genre/jenis puisi rakyat anonim berbahasa Banjar yang bertipe hiburan. Madihin dituturkan di depan publik dengan cara dihapalkan (tidak boleh membaca teks) oleh 1 orang, 2 orang, atau 4 orang seniman Madihin (bahasa Banjar Pamadihinan). [[Anggraini Antemas]] (dalam Majalah [[Warnasari]] Jakarta, 1981) memperkirakan tradisi penuturan Madihin (bahasa Banjar : [[Bamadihinan]]) sudah ada sejak masuknya agama [[Islam]] ke wilayah [[Kerajaan Banjar]] pada tahun 1526.
 
Biasanya, kesenian madihin dimainkan pada malam hari, namun pada masa sekarang juga dapat lakukan di siang hari sesuai permintaan. Madihin biasanya dimainkan selama 1 sampai 2 jam. Jika dahulu madihin biasa dilakukan di tempat terbuka, seperti halaman atau lapangan yang luas, dengan panggung ukuran 4x3 meter, sekarang madihin sering ditampilkan di dalam gedung pertunjukan.
==== Status Sosial dan Sistim Mata Pencaharian [[Pamadihinan]] ====
 
== Struktur Madihin ==
Dalam pertunjukannya, madihin mempunyai struktur baku bagi semua pemadihin, yaitu:
 
1. Pembukaan, dengan menyanyikan sampiran sebuah pantun yang diawali dengan pukulan tarbang yang disebut pukulan membuka. Pada sampiran ini biasanya menyangkut tema yang akan dibawakan pemadihin.
 
2. Memasang tabi, yakni membawakan syair-syair atau pantun yang isinya menghormati penonton, memberikan pengantar, terima kasih atau permohonan maaf jika nanti ada salah kata dalam membawakan madihin.
 
3. Menyampaikan isi (manguran), yaitu menyampaikan syair atau pantun yang isinya sesuai dengan tema acara atau permintaan panitia. Sebelum isi dari tema madihin dikupas oleh pamadihinan, sampiran pantun di awal harus disampaikan isinya terlebih dahulu (mamacah bunga).
 
4. Penutup, yakni menyampaikan kesimpulan, sambil menghormati penonton, mohon pamit, dan ditutup dengan pantun penutup.
 
== Alat musik pelengkap ==
Dalam penyelenggaraan Madihin, seorang pemadihin akan dilengkapi dengan alat musik seperti berikut :
 
Tarbang
 
Masyarakat Banjar menyebutnya alat musik berupa gendang ini dengan Tarbang, yang menjadikannya satu-satunya alat musik pengiring Madihin. Bentuk gendang yang dimainkan berbeda dalam hal ukuran dan kekencangannya. Setiap pemain (sendiri atau banyak pemadihin) diharuskan memukul gendang saat bermadihin. <ref name=":0" />
 
Tarbang untuk Madihin terbuat dari kayu [[Asam jawa|asam hutan]] atau batang pohon [[Nangka]], kemudian dibungkus dengan kulit [[kambing]] atau kulit [[rusa]] yang diberikan simpul dengan tali dari [[rotan]] dan diberikan pasak kayu yang mengatur kekencangan kulit tarbang tersebut.
 
Bunyi yang dihasilkan hanya ada dua nada, yaitu 'Tak' dan 'Dung'. Nada 'Tak' dihasilkan dari jari kiri yang menekan ujung tepi tarbang bagian kiri dan jari kanan yang memukul ujung tarbang bagian kanan. Sedangkan nada 'Dung' dihasilkan dari jari kiri yang memukul bagian tengah tarbang dan jari kiri yang diam.
 
==== Status Sosial dan SistimSistem Mata Pencaharian [[Pamadihinan]] ====
 
Madihin dituturkan sebagai hiburan rakyat untuk memeriahkan malam hiburan rakyat (bahasa Banjar [[Bakarasmin)]] yang digelar dalam rangka memperintai hari-hari besar kenegaraan, kedaerahan, keagamaan, kampanye partai politik, khitanan, menghibur tamu agung, menyambut kelahiran anak, pasar malam, penyuluhan, perkawinan, pesta adat, pesta panen, saprah amal, upacara tolak bala, dan upacara adat membayar hajat (kaul, atau nazar).
 
Orang yang menekuni profesi sebagai seniman penutur Madihin disebut [[Pamadihinan]]. Pamadihinan merupakan seniman penghibur rakyat yang bekerja mencari nafkah secara mandiri, baik secara perorangan maupun secara berkelompok.
 
Setidak-tidaknya ada 6 kriteria profesional yang harus dipenuhi oleh seorang Pamadihinanpamadihinan, yakni : (1) terampil dalam hal mengolah kata sesuai dengan tuntutan struktur bentuk fisik Madihin yang sudah dibakukan secara sterotipestereotipe, (2) terampil dalam hal mengolah tema dan amanat (bentuk mental) Madihin yang dituturkannya, (3) terampil dalam hal olah vokal ketika menuturkan Madihin secara hapalan (tanpa teks) di depan publik, (4) terampil dalam hal mengolah lagu ketika menuturkan Madihin, (5) terampil dalam hal mengolah musik penggiring penuturan Madihin (menabuh [[gendang Madihin)]], dan (6) terampil dalam hal mengatur keserasian penampilan ketika menuturkan Madihin di depan publik.
 
Tradisi [[Bamadihinan]] masih tetap lestari hingga sekarang ini. Selain dipertunjukkan secara langsung di hadapan publik, Madihin juga disiarkan melalui stasiun radio swasta yang ada di berbagai kota besar di Kalsel. Hampir semua stasiun radio swasta menyiarkan Madihin satu kali dalam seminggu, bahkan ada yang setiap hari. Situasinya menjadi semakin bertambah semarak saja karena dalam satu tahun diselenggarakan beberapa kali lomba Madihin di tingkat kota, kabupaten, dan provinsi dengan hadiah uang bernilai jutaan rupiah.
 
Tidak hanya di Kalsel, Madihin juga menjadi sarana hiburan alternatif yang banyak diminati orang, terutama sekali di pusat-pusat pemukiman etnis Banjar di luar daerah atau bahkan di luar negeri. Namanya juga tetap Madihin. Rupa-rupanya, orang Banjar yang pergi merantau ke luar daerah atau ke luar negeri tidak hanya membawa serta keterampilannya dalam bercocok tanam, bertukang, berniaga, berdakwah, bersilat lidah (berdiplomasi), berkuntaw (seni bela diri), bergulat, berloncat indah, berenang, main catur, dan bernegoisasibernegosiasi (menjadi calo atau makelar), tetapi juga membawa serta keterampilannya bamadihinan (baca berkesenian).
 
Para [[Pamadihinan]] yang menekuni pekerjaan ini secara profesional dapat hidup mapan. Permintaan untuk tampil di depan publik relatif tinggi frekwensinya dan honor yang mereka terima dari para penanggap cukup besar, yakni antara 500 ribu sampai 1 juta rupiah. Beberapa orang di antaranya bahkan mendapat rezeki nomplok yang cukup besar karena ada sejumlah perusahaan kaset, VCD, dan DVD di kota Banjarmasin yang tertarik untuk menerbitkan rekaman Madihin mereka. Hasil penjualan kaset, VCD, dan DVD tersebut ternyata sangatlah besar.
 
Pada zaman dahulu kala, ketika etnis Banjar di Kalsel masih belum begitu akrab dengan sistem ekonomi uang, imbalan jasa bagi seorang Pamadihinan diberikan dalam bentuk natura (bahasa Banjar : [[Pinduduk)]]. Pinduduk terdiri dari sebilah jarum dan segumpal benang, selain itu juga berupa barang-barang hasil pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan.
 
==== Keberadaan Madihin di Luar Daerah Kalsel ====
 
Madihin tidak hanya disukai oleh para peminat domestik di daerah Kalsel saja, tetapi juga oleh para peminat yang tinggal di berbagai kota besar di tanah air kita. Salah seorang di antaranya adalah Pak Harto, Presiden RI di era Orde Baru ini pernah begitu terkesan dengan pertunjukan Madihin humor yang dituturkan oleh pasangan Pamadihinan dari kota Banjarmasin Jon Tralala dan Hendra. Saking terkesannya, beliaudia ketika itu berkenan memberikan hadiah berupa ongkos naik haji plus (ONH Plus) kepada Jon Tralala.
==== Keberadaan Madihin di Luar Daerah Kalsel ====
 
Selain [[Jhon Tralala]] dan Hendra, di daerah KalselKalimantan banyakSelatan sekaliada bermukim Pamadihinan terkenal, antara lain : [[Mat Nyarang]] dan [[Masnah]] pasangan Pamadihinan yang paling senior di kota Martapura), [[Rasyidi]] dan [[Rohana]](Tanjung), [[Imberan]] dan [[Timah]] (Amuntai), [[Nafiah]] dan [[Mastura]] Kandangan), [[Khair]] dan [[Nurmah]] (Kandangan), [[Utuh Syahiban]] Banjarmasin), [[Syahrani]] (Banjarmasin), dan [[Sudirman]](Banjarbaru).
Madihin tidak hanya disukai oleh para peminat domestik di daerah Kalsel saja, tetapi juga oleh para peminat yang tinggal di berbagai kota besar di tanah air kita. Salah seorang di antaranya adalah Pak Harto, Presiden RI di era Orde Baru ini pernah begitu terkesan dengan pertunjukan Madihin humor yang dituturkan oleh pasangan Pamadihinan dari kota Banjarmasin Jon Tralala dan Hendra. Saking terkesannya, beliau ketika itu berkenan memberikan hadiah berupa ongkos naik haji plus (ONH Plus) kepada Jon Tralala.
Madihin mewakili [[Kalimantan Timur]] pada Festival Budaya Melayu.<ref name=":0" />
Selain [[Jhon Tralala]] dan Hendra, di daerah Kalsel banyak sekali bermukim Pamadihinan terkenal, antara lain : [[Mat Nyarang]] dan [[Masnah]] pasangan Pamadihinan yang paling senior di kota Martapura), [[Rasyidi]] dan [[Rohana]](Tanjung), [[Imberan]] dan [[Timah]] (Amuntai), [[Nafiah]] dan [[Mastura]] Kandangan), [[Khair]] dan [[Nurmah]] (Kandangan), [[Utuh Syahiban]] Banjarmasin), [[Syahrani]] (Banjarmasin), dan [[Sudirman]](Banjarbaru).
Madihin mewakili [[Kalimantan Timur]] pada Festival Budaya Melayu.
 
==== [[Datu Madihin]], [[Pulung Madihin]], dan [[Aruh Madihin]] ====
 
Pada zaman dahulu kala, Pamadihinan termasuk profesi yang lekat dengan dunia mistik, karena para pengemban profesinya harus melengkapi dirinya dengan tunjangan kekuatan supranatural yang disebut [[Pulung]]. Pulung ini konon diberikan oleh seorang tokoh gaib yang tidak kasat matakasatmata yang mereka sapa dengan sebutan hormat [[Datu Madihin]].
 
Pulung difungsikan sebagai kekuatan supranatural yang dapat memperkuat atau mempertajam kemampuan kreatif seorang Pamadihinan. Berkat tunjangan Pulung inilah seorang Pamadihinan akan dapat mengembangkan bakat alam dan kemampuan intelektualitas kesenimanannya hingga ke tingkat yang paling kreatif (mumpuni).
Faktor Pulung inilah yang membuat tidak semua orang Banjar di Kalsel dapat menekuni profesi sebagai Pamadihinan, karena Pulung hanya diberikan oleh Datu Madihin kepada para Pamadihinan yang secara genetika masih mempunyai hubungan darah dengannya (hubungan nepotisme).
 
Datu Madihin yang menjadi sumber asal- usul Pulung diyakini sebagai seorang tokoh mistis yang bersemayam di [[Alam Banjuran Purwa Sari]], alam pantheon yang tidak kasat matakasatmata, tempat tinggal para dewa kesenian rakyat dalam konsep kosmologi tradisonal etnis Banjar di Kalsel. Datu Madihin diyakini sebagai orang pertama yang secara geneologis menjadi cikal bakal keberadaan Madihin di kalangan etnis Banjar di Kalsel.
 
Konon, Pulung harus diperbarui setiap tahun sekali, jika tidak, tuah magisnya akan hilang tak berbekas. Proses pembaruan Pulung dilakukan dalam sebuah [[ritus adat]] yang disebut [[Aruh Madihin]]. Aruh Madihin dilakukan pada setiap bulan Rabiul Awal atau Zulhijah. Menurut Saleh dkk (1978:131), Datu Madihin diundang dengan cara membakar dupa dan memberinya [[sajen]] berupa nasi ketan, gula kelapa, 3 biji telur ayam kampung, dan [[minyak likat baboreh]]. Jika Datu Madihin berkenan memenuhi undangan, maka Pamadihinan yang mengundangnya akan kesurupan selama beberapa saat. Pada saat kesurupan, Pamadihinan yang bersangkutan akan menuturkan syair-syair Madihin yang diajarkan secara gaib oleh Datu Madihin yang menyurupinya ketika itu. Sebaliknya, jika Pamadihinan yang bersangkutan tidak kunjung kesurupan sampai dupa yang dibakarnya habis semua, maka hal itu merupakan pertanda mandatnya sebagai Pamadihinan telah dicabut oleh Datu Madihin. Tidak ada pilihan bagi Pamadihinan yang bersangkutan, kecuali mundur teratur secara sukarela dari panggung pertunjukan Madihin
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Bibliografi ==
<!-- The entries in the bibliography are in alphabetical order. Comments show names of named references -->
{{refbegin|indent=yes|30em}}
#<!---->* [[Tajuddin Noor Ganie]], 2006. [[Jatidiri Puisi Rakyat Etnis Banjar Berbentuk Madihin dalam buku Jatidiri Puisi Rakyat Etnis Banjar di Kalsel]], Penerbit [[Rumah Pustaka Folklor Banjar]], Jalan Mayjen Soetoyo S, Gang Sepakat RT 13 Nomor 30, Banjarmasin, 70119).
#<!---->* [[Tajuddin Noor Ganie]], [[Madihin]], Ikon Kecerdasan Linguistik Etnis [[Banjar]] di [[Kalimantan Selatan]]
{{refend}}
 
== RujukanPranala luar ==
* [http://www.youtube.com/watch?v=Wld1k-r-hjo Madihin bubuhan Indragiri Hilir]
# [[Tajuddin Noor Ganie]], 2006. [[Jatidiri Puisi Rakyat Etnis Banjar Berbentuk Madihin dalam buku Jatidiri Puisi Rakyat Etnis Banjar di Kalsel]], Penerbit [[Rumah Pustaka Folklor Banjar]], Jalan Mayjen Soetoyo S, Gang Sepakat RT 13 Nomor 30, Banjarmasin, 70119).
* [http://www.youtube.com/watch?v=tLTjM8PsI38 Madihin oleh John Taralal]
# [[Tajuddin Noor Ganie]], [[Madihin]], Ikon Kecerdasan Linguistik Etnis [[Banjar]] di [[Kalimantan Selatan]]
 
[[Kategori:Seni di Indonesia]]
[[Kategori:Budaya Banjar]]
[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]