Sangkot Marzuki: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.9.2
Wagino Bot (bicara | kontrib)
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Sangkot Marzuki, National Library of Indonesia, 2018-06-29 01.jpg|jmpl|Sangkot Marzuki pada tahun 2018]]
'''Prof. Dr. Sangkot Marzuki, M.Sc., Ph.D., D.Sc.''' ('''Sangkot Marzuki'''; {{lahirmati|[[Kota Medan|Medan]], [[SumatraSumatera Utara]]|2|3|1944}}) adalah Direktur [[Lembaga Eijkman]] pada tahun 1992-2014 dan Presiden [[Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia|Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI)]]. Sebagai seorang peneliti, Sangkot menekuni bidang biogenesis dan kelainan genetik manusia. Beliau menenempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran [[Universitas Indonesia]] ([[1968]]), [[Universitas Mahidol]], Bangkok, Thailand (M.Sc., 1971) dan [[Universitas Monash]], Australia (Ph.D., 1976).<ref>[http://events.globallandscapesforum.org/blue-carbon-summit/speaker/sangkot-marzuki/ Speaker Profile: Sangkot Marzuki], Global Landscapes Forum: Blue Carbon Summitt. Diakses 1 Juli 2018.</ref>
 
Setelah berkarya di Australia selama 17 tahun, Sangkot kembali ke Indonesia tahun 1992 untuk membangun [[Lembaga Eijkman]] dan meningkatkan penelitian terkait diversifikasi genom manusia dan penyakit menular di Indonesia. Dia menerima berbagai penghargaan atas kontribusinya di dunia sains. Diantaranya adalah [[Bintang Mahaputera Utama|Bintang Mahaputra Utama]] RI pada tahun 2009.<ref>[https://theconversation.com/profiles/sangkot-marzuki-247631 Sangkot Marzuki], The Conversation Media Group Ltd. Diakses pada 1 Juli 2018.</ref>
 
== Pendirian Lembaga Eijkman ==
Cikal bakal Lembaga Eijkman adalah Laboratorium Penelitian untuk Patologi dan Bakteriologi di Batavia yang telah berdiri sejak 1888. Direktur pertama laboratorium ini, [[Christiaan Eijkman]], melakukan penelitian mengenai hubungan penyakit beri-beri dengan kekurang vitamin B1, yang membuatnya memenangkan [[Penghargaan Nobel]] pada 1929. Namun karena krisis politik dan ekonomi pada tahun 1966, laboratorium ini ditutup.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://www.eijkman.go.id/about/history/|title=About - History|last=|first=|date=|website=Eijkman Institute for Molecular Biology|access-date=14 September 2019|archive-date=2019-07-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20190728060553/http://www.eijkman.go.id/about/history/|dead-url=yes}}</ref><ref name=":1">{{Cite web|url=https://theconversation.com/sains-sekitar-kita-kisah-sangkot-marzuki-perintis-riset-biologi-molekuler-di-indonesia-100672|title=Sains Sekitar Kita: Kisah Sangkot Marzuki, perintis riset biologi molekuler di Indonesia|last=Nurhasim|first=Ahmad|date=30 Juli 2018|website=The Conversation|access-date=14 Septmeber 2019}}</ref>
 
Pada tahun 1990, Sangkot Marzuki yang saat itu mengepalai laboratorium biologi molekuler di Universitas Monash, mendapat fax dari Menteri Riset dan Teknologi Indonesia saat itu, [[B. J. Habibie|Prof. B.J. Habibie]]. Isinya meminta Sangkot Marzuki untuk pulang dan membangun laboratorium biologi molekuler di Indonesia. Sebagai upaya untuk membuatnya bersedia, B.J. Habibie mengundangnya pada acara Perayaan Kemerdekaan di Istana.<ref name=":1" /> Dalam sebuah percakapan di kantor menteri, Sangkot Marzuki mengingatkan B.J. Habibie bahwa tahun itu merupakan tepat 100 tahun sejak penemuan Eijkman tentang vitamin B1 dan beri-beri di Laboratorium Penelitian untuk Patologi dan Bakteriologi.
Baris 32:
[[Kategori:Tokoh dari Medan]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Utama]]
 
 
{{Indo-bio-stub}}