Padukuhan Pringombo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Harus digabung
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k pengalihan
Tag: Pengalihan baru
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{gabung#ALIH ke|[[Natah, Nglipar, Gunungkidul}}]]
 
== LOKASI ==
Padukuhan Pringombo merupakan salah satu [[Desa|padukuhan]] yang terletak di Kalurahan Natah, Kapanewon Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Padukuhan ini terletak sekitar 47 kilometer dari pusat provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan terletak pada ketinggian 767 mdpl yang termasuk salah satu Puncak Tertinggi Gunungkidul Zona Pegunungan Batur Agung Utara setelah Puncak Sriten. Padukuhan ini terletak di Zona Pegunungan Batur Agung Utara yang terkadang tanpa mengenal waktu daerah ini dapat diselimuti oleh kabut awan dingin sehingga kadang dijuluki sebagai dieng van nungki (dieng versi gunung kidul). Selain itu, Padukuhan ini juga biasa disebut dengan Jogja lantai 3.
 
== POPULASI DAN DEMOGRAFI ==
Padukuhan Pringombo memiliki populasi sekitar 200 penduduk. Mayoritas penduduk desa ini adalah petani dan pekerja sektor informal. Penduduknya terdiri dari mayoritas beragama Islam dengan kehidupan masyarakat yang harmonis dan masih menjaga nilai luhur (gotong royong) yang tinggi.
 
== INFRASTRUKTUR ==
Padukuhan Pringombo dilengkapi dengan infrastruktur dasar yang memadai. Terdapat jalan utama berupa cor blok yang menghubungkan desa dengan kota terdekat, serta jaringan listrik dan air bersih yang mencakup seluruh wilayah desa. Desa ini juga memiliki sekolah Paud, masjid, dan beberapa toko kecil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk.
 
== PEREKONOMIAN ==
Perekonomian Padukuhan Pringombo didominasi oleh sektor pertanian. Penduduk desa ini aktif dalam bercocok tanam padi, jagung, kacang, singkong, dan buah-buahan. Beberapa warga juga terlibat dalam kerajinan tangan tradisional, seperti anyaman bambu tenggok dan anyaman bambu kepang. Warga Padukuhan Pringombo juga bekerja dalam bidang umkm seperti gula kelapa, dawet, dan mangling. Selain itu, pariwisata juga berkembang pesat karena keindahan alam dan objek wisata alam yang menarik seperti Puncak Semilir, Kebun Buah Semilir, dan Makam Syekh Ibrahim, Pangeran Purbokusumo dan Purbosejati.
 
== OBJEK WISATA ==
Padukuhan Pringombo menawarkan berbagai objek wisata alam yang menarik. Berikut obyek wisata yang terdapat di Padukuhan Pringombo.
 
=== PUNCAK SUMILIR ===
Puncak Sumilir merupakan puncak tertinggi di Padukuhan Pringombo dan termasuk salah satu Puncak Tertinggi Gunungkidul Zona Pegunungan Batur Agung Utara setelah Puncak Sriten. Tutur legenda di sana mengatakan puncak tersebut disebut “sumilir” karena di Puncak Sumilir suasananya silir, angin agak kencang bertiup. Pemandangan di Puncak Sumilir terbentang luas mulai dari arah timur hingga ke utara terlihat wilayah Klaten, Solo, Wonogiri, Yogyakarta, Sleman, dan Gunung Merapi di bagian utara. Sedangkan saat memandang ke arah selatan akan terlihat pemandangan Cekungan Wonosari hingga Pegunungan Sewu. Saat memandang ke arah selatan inilah dapat terlihat barisan bentukan kerucut karst Gunung Kidul yang sangat menarik untuk dipelajari.
 
=== MAKAM SYEKH IBRAHIM, PANGERAN PURBOKUSUMO & PURBOSEJATI ===
Di sisi utara Puncak Sumilir terdapat makam atau petilasan yang diyakini sebagai makam Pangeran Purbokusumo dan Purbosejati, serta Syekh I brahim. Syekh I brahim merupakan salah satu tokoh penting dalam Perjanjian Giyanti yang merupakan asal-usul berdirinya Kasultanan N gayogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Pangeran Purbokusumo dan Purbosejati merupakan keturunan ke-85 dan 86 dari Raja Majapahit Brawijaya V. Tokoh-tokoh ini juga terkait dengan sisa-sisa pelarian Laskar Majapahit (Pasukan Berkuda “Kuda Sembrani”).
 
=== SONG GEDHE ===
Song Gedhe atau Song Sumilir merupakan sebuah batu besar yang terdapat pada tebing perbukitan sumilir dan membentuk gua yang sangat besar. Song berarti batu dan gedhe berarti besar, jadi song gedhe berarti batu besar. Song Gedhe merupakan tempat petilasan Prabu Purbokusumo dan Purbosejati yang saat itu tengah berseteru dengan Ki Ageng Pandanaran. Berdasarkan cerita tersebut munculah legenda burung merpati dan burung alap-alap. Ikat kepala Prabu Purbokusumo menjadi merpati dan trumpah Ki Ageng Pandanaran menjadi burung alapalap. Saat ini burung alap-alap masih sering terlihat di perbukitan Sumilir setiap penanggalan jawa kapat dan menjadi pertanda musim labuh telah tiba.
 
== BUDAYA DAN TRADISI ==
Padukuhan Pringombo memiliki budaya dan tradisi yang kaya. Penduduk desa secara rutin mengadakan upacara adat dan festival tahunan untuk memperingati berbagai peristiwa penting seperti rasa terima kasih atas hasil panen berupa rasulan. Selain itu, terdapat budaya bantu tetangga yang masih tetap dijaga dan dijunjung tinggi berupa membantu tetangga dengan membawa makanan kepada tetangga yang memiliki hajat.