Tumbuhan dan hewan terdomestikasi di Austronesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(45 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
Salah satu dari [[migrasi manusia awal]] paling utama adalah [[pendudukan]] [[Sejarah maritim|maritim]] [[pulau|pulau-pulau]] di wilayah [[Indo-Pasifik]] oleh [[Suku bangsa Austronesia|orang-orang Austronesia]], yang diyakini bermula sekitar setidaknya 5.500 hingga 4.000 [[Sebelum Sekarang|tahun yang lalu]] (3500 hingga 2000 SM). Bersamaan dengan migrasi ini, '''tumbuhan dan hewan yang sudah terdomestikasi, separuh terdomestikasi, atau yang digunakan untuk bahan pangan''' ikut diangkut di atas perahu-perahu [[Cadik|bercadik]] and [[katamaran]]. Hal ini memungkinkan masyarakat Austronesia mula-mula untuk berkembang dengan pesat di [[Asia Tenggara Maritim]], [[Oseania Dekat]] ([[Melanesia]]), [[Oseania Jauh]] ([[Mikronesia]] dan [[Polinesia]]), [[Madagaskar|Madagascar]], serta [[Kepulauan Komoro]].<ref name="Bellwood2004">{{Cite book|last=Bellwood|first=Peter|editor-last=Glover|editor-last2=Bellwood|editor-first2=Peter|title=Southeast Asia: From Prehistory to History|chapter=The origins and dispersals of agricultural communities in Southeast Asia|publisher=RoutledgeCurzon|year=2004|pages=21–40|isbn=9780415297776|chapter-url=http://faculty.washington.edu/plape/pacificarchaut12/Bellwood%202004.pdf}}</ref><ref name="Reilly2012">{{Cite book|last=Reilly|first=Kevin|title=Volume I: Prehistory to 1450|series=The Human Journey: A Concise Introduction to World History|volume=1|chapter=|publisher=Rowman & Littlefield Publishers, Inc.|year=2012|pages=207–209|isbn=9781442213869|url=https://books.google.com.ph/books?id=ADW-Yc1sC8oC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false}}</ref>
 
Spesies-spesies yang dibawa mencakup [[Daftar tumbuhan hasil domestikasi|tanaman]] dan [[Daftar hewan terdomestikasi|hewan]] yang diyakini berasal dari kebudayaan [[Kebudayaan Hemudu|Hemudu]] dan [[Kebudayaan Majiabang|Majiabang]] yang merupakan kampung halaman hipotetis bangsa Austronesia purba di [[Tiongkok Daratan|Tiongkok daratan]],<ref name="Liu2012">{{Cite book|last=Liu|first=Li|last2=Chen|first2=Xingcan|title=The Archaeology of China: From the Late Paleolithic to the Early Bronze Age|chapter=Emergence of social inequality – The middle Neolithic (5000–3000 BC)|doi=10.1017/CBO9781139015301.007|series=Cambridge World Archaeology|publisher=Cambridge University Press|year=2012|page=204|isbn=9780521644327|chapter-url=https://books.google.com.ph/books?id=oX6gs6TAZdEC&lpg=PR1&pg=PA204#v=onepage&q&f=false}}</ref> serta tanaman dan hewan lainnya yang diperkirakan didomestikasikan untuk pertama kali di [[Republik Tiongkok|Taiwan]], [[Asia Tenggara Maritim]], dan [[Pulau Papua|Papua]].<ref name="Bourke2009">{{Cite book|last=Bourke|first=Richard Michael|editor-last=Bourke|editor-last2=Harwood|editor-first2=Tracy|title=Food and Agriculture in Papua New Guinea|chapter=History of agriculture in Papua New Guinea|publisher=ANU E Press|year=2009|pages=10–26|isbn=9781921536618|doi=10.22459/FAPNG.08.2009|chapter-url=http://press-files.anu.edu.au/downloads/press/p53311/pdf/history.pdf}}</ref><ref name="Denham2011">{{Cite journal|last=Denham|first=Tim|date=OctoberOktober 2011|title=Early Agriculture and Plant Domestication in New Guinea and Island Southeast Asia|journal=Current Anthropology|volume=52|issue=S4|pages=S379–S395|doi=10.1086/658682}}</ref> Beberapa di antara tanaman ini juga dikenal sebagai "'''tanaman-tanaman kano'''", terutama dalam konteks migrasi [[Polinesia]].<ref>W. Arthur Whistler (1991). [https://www.researchgate.net/profile/Art-Whistler/publication/356732147_Polynesian_Plant_Introductions/links/61a95436092e735ae2d7f8e7/Polynesian-Plant-Introductions.pdf "Islands, Plants, and Polynesians—An Introduction to Polynesian Ethnobotany."] National Tropical Botanical Garden c/o Botany Department University of Hawaii Honolulu, Hawaii 96822.</ref><ref name="Kitalong2011">{{Cite book|last=Kitalong|first=Ann Hillmann|last2=Ballick|first2=MichaelJ.|last3=Rehuher|first3=Faustina|last4=Besebes|first4=Meked|last5=Hanser|first5=Sholeh|last6=Soaladaob|first6=Kiblas|last7=Ngirchobong|first7=Gemma|last8=Wasisang|first8=Flora|last9=Law|first9=Wayne|editor-last=Liston|editor-last2=Clark|editor-first2=Geoffrey|editor-last3=Alexander|editor-first3=Dwight|title=Pacific Island Heritage: Archaeology, Identity & Community|series=Terra Australis|volume=35|chapter=Plants, people and culture in the villages of Oikull and Ibobang, Republic of Palau|publisher=ANU E Press|year=2011|pages=63–84|isbn=9781921862489|chapter-url=https://books.google.com.ph/books?id=mwn4Q-vmHmYC&lpg=PP1&pg=PA63#v=onepage&q&f=false}}</ref><ref name="Theroux2002">{{Cite journal|last=Theroux|first=Paul|date=DecemberDesember 2002|title=The Hawaiians|journal=National Geographic|volume=202|issue=6|pages=2–41}}</ref>
 
== Tanaman ==
Baris 9:
[[Berkas:Starr_020803-0119_Aleurites_moluccana.jpg|jmpl|Dedaunan, bunga, dan buah kemiri (''[[Kemiri|Aleurites moluccanus]]'') dari [[Maui]]]]
Kemiri (''[[Kemiri|Aleurites moluccanus]]'') pertama kali didomestikasikan di Asia Tenggara Maritim. Peninggalan arkeologi berupa kemiri yang sudah dipanen telah ditemukan dari situs-situs di [[Pulau Timor|Timor]] dan [[Pulau Morotai|Morotai]] di timur [[Indonesia]], yang masing-masingnya diperkirakan berasal dari 13.000 dan 11.000 [[Sebelum Sekarang|tahun yang lalu]].
<ref name="BlenchFruits">{{Cite journal|last=Blench|first=Roger|date=2004|title=Fruits and arboriculture in the Indo-Pacific region|url=https://journals.lib.washington.edu/index.php/BIPPA/article/viewFile/11869/10496|journal=Bulletin of the Indo-Pacific Prehistory Association|volume=24|issue=The Taipei Papers (Volume 2)|pages=31–50}}</ref> Bukti arkeologis dari penanaman kemiri juga ditemukan di situs-situs [[Neolitikum]] kebudayaan Toala di [[Sulawesi]] yang berasal dari kisaran 3.700 hingga 2.300 [[Sebelum Sekarang|tahun yang lalu]].<ref name="Simanjuntak2006">{{Cite book|first=Truman|last=Simanjuntak|editor-last=Simanjuntak|editor-first2=M.|editor-last2=Hisyam|editor-first3=Bagyo|editor-last3=Prasetyo|editor-first4=Titi Surti|editor-last4=Nastiti|title=Archaeology: Indonesian Perspective : R.P. Soejono's Festschrift|chapter=Advancement of Research on the Austronesian in Sulawesi|publisher=Indonesian Institute of Sciences (LIPI)|series=|year=2006|pages=223–231|isbn=9789792624991|chapter-url=https://books.google.com.ph/books?id=dSFfD0dpdS4C&lpg=PP1&pg=PA223#v=onepage&q&f=false}}</ref><ref name="Hasanuddin2018">{{Cite book|last=Hasanuddin|editor-last=O'Connor|editor-first2=David|editor-last2=Bulbeck|editor-first3=Juliet|editor-last3=Meyer|title=The Archaeology of Sulawesi: Current Research on the Pleistocene to the Historic Period|chapter=Prehistoric sites in Kabupaten Enrekang, South Sulawesi|publisher=ANU Press|series=terra australis|volume=48|year=2018|doi=10.22459/TA48.11.2018.11|pages=171–189|isbn=9781760462574|chapter-url=http://press-files.anu.edu.au/downloads/press/n4569/html/ch11.xhtml}}</ref> Kemiri disebarluaskan ke Kepulauan Pasifik oleh penjelajah-penjelajah awal Austronesia dan menjadi spesies ternaturalisasi di pulau-pulau bergunung api.<ref name="Larrue2010">{{Cite journal|last=Larrue|first=Sébastien|last2=Meyer|first2=Jean-Yves|last3=Chiron|first3=Thomas|date=2010|title=Anthropogenic Vegetation Contributions to Polynesia's Social Heritage: The Legacy of Candlenut Tree (''Aleurites moluccana'') Forests and Bamboo (''Schizostachyum glaucifolium'') Groves on the Island of Tahiti|url=https://archive.org/details/sim_economic-botany_2010-12_64_4/page/329|journal=Economic Botany|volume=64|issue=4|pages=329–339|doi=10.1007/s12231-010-9130-3}}</ref><ref name="Weisler2015">{{Cite journal|last=Weisler|first=Marshall I.|last2=Mendes|first2=Walter P.|last3=Hua|first3=Quan|date=2015|title=A prehistoric quarry/habitation site on Moloka'i and a discussion of an anomalous early date on the Polynesian introduced candlenut (kukui, ''Aleurites moluccana'')|url=https://www.pacificarchaeology.org/index.php/journal/article/view/162|journal=Journal of Pacific Archaeology|volume=6|issue=1|pages=37–57}}</ref><ref name="Kirch1989">{{Cite journal|last=Kirch|first=Patrick V.|date=1989|title=Second Millennium B.C. Arboriculture in Melanesia: Archaeological Evidence from the Mussau Islands|journal=Economic Botany|volume=43|issue=2|pages=225–240|doi=10.1007/BF02859865}}</ref>
[[Berkas:2015_Baha_Liurai_-_candle_nut_sticks.JPG|kiri|jmpl|Para wanita menyiapkan obor kemiri dalam festival Baha Liurai di [[Babulo (Uato-Lari)|Babulo]], [[Timor Leste]]]]
Kemiri mempunyai kegunaan yang sangat luas dan setiap bagian pohonnya dapat dimanfaatkan manusia. Kemiri terutama dibudidayakan untuk diambil minyaknya yang terkandung dalam biji. Kemiri digunakan secara luas untuk penerangan, sebelum diperkenalkannya sumber cahaya lain, oleh karena itu dinamakan ''candlenut'' dalam [[bahasa Inggris]]. Bijinya ditusuk pada pelepah kelapa yang kemudian dibakar. Setiap biji kemiri membutuhkan waktu sekitar tiga menit untuk terbakar dan dengan demikian rangkaian ini dapat bertindak sebagai obor. Tradisi pembuatan obor kemiri ini dapat ditemui baik di [[Asia Tenggara]] maupun [[Oseania]]. Minyak kemiri yang diekstraksi dari kacangnya juga dapat digunakan langsung pada lampu. Minyak kemiri juga dapat menjadi bahan pembuatan sabun, salep, dan sebagai pengawet alat pancing. Pemanfaatan tradisional lainnya termasuk penggunaan kayu untuk membuat kano kecil dan karya seni ukir; getahnya untuk membuat pernis dan resin; kulit bijinya untuk hiasan (terutama sebagai ''[[Lei (Hawaii)|lei]]''), kail ikan, mainan, dan pembuatan pewarna hitam; kulit kayunya untuk obat dan serat; dan lain sebagainya. Beberapa varietas kemiri yang tidak beracun juga digunakan sebagai [[rempah-rempah]] atau bahan pangan di Asia Tenggara dan Pasifik.<ref name="ElevitchManner2006">{{cite book|first1=Craig R.|last1=Elevitch|first2=Harley I.|last2=Manner|editor1-first=Craig R.|editor1-last=Elevitch|title =Traditional Trees of Pacific Islands: Their Culture, Environment, and Use|chapter =''Aleurites moluccana'' (kukui)|publisher =Permanent Agricultural Resources (PAR)|year =2006|pages=41–56|isbn =9780970254450|chapter-url =https://books.google.com/books?id=2Grw4g0-h54C&pg=PT57}}</ref>
 
Kata untuk kemiri direkonstruksi ke dalam bahasa [[Bahasa Proto-Melayu-Polinesia|Proto-Melayu Polinesia]] sebagai ''*kamiri'', dengan [[Kata kerabat|keturunan]] modern yang mencakup kata ''kamiri'' dalam bahasa [[Bahasa Hanunó'o|Hanunó'o]], [[Bahasa Iban|Iban]], and [[Bahasa Sunda|Sunda]]; ''kemiri'' dalam bahasa [[Bahasa Jawa|Jawa]] dan [[Bahasa Melayu|Melayu]]; serta ''kamii'' dalam bahasa [[Bahasa Tetun|Tetun]]. Akan tetapi, kosakata Oseania untuk kemiri diyakini berasal dari kata rekonstruksi bahasa [[Bahasa Proto-Austronesia|Proto-Austronesia]] ''*CuSuR'' yang lalu menjadi ''*tuhuR'' dalam bahasa Proto-Melayu-Polinesia, dengan makna asli "terangkai bersama, serupa manik-manik", yang merujuk pada perakitan obor kemiri. Kata ini menjadi ''*tuRi'' dalam bahasa [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia Tengah–Timur|Proto-Melayu-Polinesia Tengah-Timur]] dan Proto-Oseanik sebelum kemudian [[Reduplikasi|direduplikasi]]. Keturunan modernnya mencakup ''tui-tui'' dalam bahasa [[Bahasa Fiji|Fiji]], [[Bahasa Tonga|Tonga]], Rarotonga, dan [[Bahasa Niue|Niue]], serta ''kui-kui'' atau ''kukui'' dalam bahasa [[Bahasa Hawaii|Hawaii]].<ref name="blusttrusell">{{Cite journal|last=Blust|first=Robert|last2=Trussel|first2=Stephen|date=2013|title=The Austronesian Comparative Dictionary: A Work in Progress|url=https://www.researchgate.net/publication/265931196|journal=Oceanic Linguistics|volume=52|issue=2|pages=493–523|doi=10.1353/ol.2013.0016}}</ref>
Baris 22 ⟶ 23:
=== ''Amorphophallus paeoniifolius'' (suweg) ===
[[File:Elephant Yam (Amorphophallus paeoniifolius) (8678202305) cropped.jpg|thumb|[[Suweg]] di [[Taman Negara]], [[Malaysia]]]]
[[Suweg]] (''[[Suweg|Amorphophallus paeoniifolius]]'') dimanfaatkan sebagai makanan di [[Asia Tenggara Kepulauan]], [[Asia Tenggara Daratan]], dan [[Asia Selatan]]. Pada mulanya, tanaman ini diyakini berasal dari [[India]], di mana tanaman ini paling banyak dimanfaatkan sebagai sumber makanan dewasa ini. Namun, kajian genetika pada tahun 2017 menunjukkan bahwa populasi suweg di India memiliki keragaman genetik yang lebih rendah dibandingkan dengan populasi suweg di Asia Tenggara Kepulauan, sehingga suweg kini dipercaya sebagai tanaman asli Asia Tenggara dan menyebar ke arah barat ke [[Thailand]] dan India, sehingga memicu tiga peristiwa domestikasi independen. Dari Asia Tenggara Kepulauan, suweg juga menyebar lebih jauh ke barat hingga [[Madagaskar]], dan ke arah timur hingga pesisir [[Papua Nugini]] dan [[Oseania]] melalui migrasi [[orang Austronesia]]. Meskipun tanaman ini mungkin telah menyebar ke selatan hingga [[Australia]] tanpa campur tangan manusia.<ref name="Santosa2017">{{cite journal |last1=Santosa |first1=Edi |last2=Lian |first2=Chun Lan |last3=Sugiyama |first3=Nobuo |last4=Misra |first4=Raj Shekhar |last5=Boonkorkaew |first5=Patchareeya |last6=Thanomchit |first6=Kanokwan |last7=Chiang |first7=Tzen-Yuh |title=Population structure of elephant foot yams (Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson) in Asia |journal=PLOS ONE |date=28 Juni 2017 |volume=12 |issue=6 |pages=e0180000 |doi=10.1371/journal.pone.0180000|pmid=28658282 |pmc=5489206 |bibcode=2017PLoSO..1280000S |doi-access=free }}</ref><ref name="McClatchey2012">{{cite journal |last1=McClatchey |first1=Will C. |title=Wild food plants of Remote Oceania |journal=Acta Societatis Botanicorum Poloniae |date=2012 |volume=81 |issue=4 |pages=371–380 |doi=10.5586/asbp.2012.034 |url=https://pbsociety.org.pl/journals/index.php/asbp/article/viewFile/asbp.2012.034/984}}</ref><ref name="Horrocks2013">{{cite journal |last1=Horrocks |first1=M |last2=Nieuwoudt |first2=MK |last3=Kinaston |first3=R |last4=Buckley |first4=H |last5=Bedford |first5=S |title=Microfossil and Fourier Transform InfraRed analyses of Lapita and post-Lapita human dental calculus from Vanuatu, Southwest Pacific |journal=Journal of the Royal Society of New Zealand |date=13 November 2013 |volume=44 |issue=1 |pages=17–33 |doi=10.1080/03036758.2013.842177|s2cid=128880569 }}</ref>
 
Suweg adalah salah satu dari empat spesies utama [[Araceae|aroid]] (talas-talasan) yang dibudidayakan oleh orang Austronesia sebagai sumber [[Amilum|pati]], bersama tanaman sejenis seperti [[bira]] (''Alocasia macrorrhizos''), [[talas]] (''Colocasia esculenta)'', dan daluga (''Cyrtosperma merkusii''), di mana masing-masing memiliki beragam varietas yang telah dibudidayakan. Namun, suweg adalah tumbuhan yang paling jarang dikonsumsi di antara mereka berempat dan kemungkinan besar hanya dimakan saat terjadi kelaparan, karena suweg mengandung lebih banyak kristal rafid yang menyebabkan iritasi jika tidak diolah dengan benar.<ref name="McClatchey2012"/><ref name="Matthews1995"/><ref name="McLean2014"/>
 
=== ''Artocarpus'' ===
Banyak spesies ''[[Artocarpus]]'' yang dibudidayakan secara tradisional atau dipanen dari populasi semi-domestikasi atau liar di Asia Tenggara Kepulauan dan [[Mikronesia]] untuk makanan, kayu, obat tradisional, dan kegunaan lainnya. Termasuk di antaranya ''[[Mentawa|Artocarpus anisophyllus]]'' ([[mentawa]]),<ref name="Lim2012">{{cite book|last1=Lim|first1=T.K.|title =Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants|url=https://archive.org/details/ediblemedicinaln00050limt|publisher =Springer|year =2012|isbn = 9789048186617}}</ref> ''[[Nangka|Artocarpus heterophyllus]]'' ([[nangka]]),<ref name="Orwa2009-3">{{cite book |last1=Orwa |first1=C. |last2=Mutua |first2=A. |last3=Kindt |first3=R. |last4=Jamnadass |first4=R. |last5=Anthony |first5=S. |title=Artocarpus heterophyllus|series=Agroforestree Database:a tree reference and selection guide v.4.0 |date=2009 |publisher=World Agroforestry |url=http://www.worldagroforestry.org/treedb/AFTPDFS/Artocarpus_heterophyllus.PDF}}</ref> ''[[Cempedak|Artocarpus integer]]'' ([[cempedak]]),<ref name="de Almeida-Lopes2018">{{cite book|last1=Mônica M.|first1=de Almeida-Lopes|last2=de Souza|first2=Kellina O.|last3=Ebenezer|first3=de Oliveira-Silva|editor1-first =Sueli|editor1-last=Rodrigues|editor2-first =Ebenezer|editor2-last=de Oliveira-Silva |editor3-first =Edy Sousa|editor3-last=de Brito|title =Exotic Fruits: Reference Guide|chapter =Cempedak—''Artocarpus champeden''|publisher =Academic Press|year =2018|doi=10.1016/B978-0-12-803138-4.00017-4|pages=121–127|isbn =9780128031384}}</ref> ''Artocarpus lacucha'' (lakucan),<ref name="Orwa2009">{{cite book |last1=Orwa |first1=C. |last2=Mutua |first2=A. |last3=Kindt |first3=R. |last4=Jamnadass |first4=R. |last5=Anthony |first5=S. |title=Artocarpus lakoocha|series=Agroforestree Database:a tree reference and selection guide v.4.0 |date=2009 |publisher=World Agroforestry |url=http://www.worldagroforestry.org/treedb/AFTPDFS/Artocarpus_lakoocha.PDF}}</ref> ''Artocarpus mariannensis'' (sukun mariana),<ref name="Orwa2009-2">{{cite book |last1=Orwa |first1=C. |last2=Mutua |first2=A. |last3=Kindt |first3=R. |last4=Jamnadass |first4=R. |last5=Anthony |first5=S. |title=Artocarpus mariannensis|series=Agroforestree Database:a tree reference and selection guide v.4.0 |date=2009 |publisher=World Agroforestry |url=http://www.worldagroforestry.org/treedb/AFTPDFS/Artocarpus_mariannensis.PDF}}</ref> ''[[Terap|Artocarpus odoratissimus]]'' ([[terap]]),<ref name="Abu Bakar2018">{{cite book|last1=Abu Bakar |first1=Fazleen Izzany |last2=Abu Bakar |first2=Mohd Fadzelly|editor1-first =Sueli|editor1-last=Rodrigues|editor2-first =Ebenezer|editor2-last=de Oliveira-Silva |editor3-first =Edy Sousa|editor3-last=de Brito|title =Exotic Fruits: Reference Guide|chapter =Tarap—''Artocarpus odoratissimus''|publisher =Academic Press|year =2018|doi=10.1016/B978-0-12-803138-4.00041-1|pages=413–418|isbn =9780128031384}}</ref> ''Artocarpus treculianus'' (tipuho),<ref name="Madulid2011">{{cite news |last1=Madulid |first1=Domingo A. |title=''Artocarpus treculianus'' |url=https://www.philstar.com/other-sections/gardening/2011/08/06/713485/artocarpus-treculianus |access-date=14 January 2019 |work=Philippine Native Plants |agency=The Philippine Star |date=6 Agustus 2011}}</ref> dan lain-lain. Spesies terpenting yang berkaitan dengan ekspansi Austronesia adalah ''[[Kluwih|Artocarpus camansi]]'' ([[kluwih]]) dan ''Artocarpus altilis'' ([[sukunSukun (pohon)|sukunArtocarpus altilis]]'' (sukun).<ref name="Ragone2006">{{cite book|first1=Diane|last1=Ragone|editor1-first=Craig R.|editor1-last=Elevitch |title=Species Profiles for Pacific Island Agroforestry |chapter=''Artocarpus camansi'' (breadnut) |publisher=Permanent Agriculture Resources (PAR) |year=2006 |chapter-url=https://raskisimani.files.wordpress.com/2013/01/a-camansi-breadnut.pdf}}</ref>
 
[[File:Artocarpus integer Fruit and Tree.JPG|thumb|Buah [[cempedak]] (''Artocarpus integer'') di [[Malaysia]]]]
Baris 35 ⟶ 36:
Menurut kajian [[Pembuatan profil DNA|penyidikan DNA]], nenek moyang ''Artocarpus altilis'' yang tumbuh di alam liar adalah ''Artocarpus camansi'' yang memiliki biji, yang berasal dari [[Pulau Papua|Papua]], [[Kepulauan Maluku]], dan [[Filipina]]. ''A. camansi'' didomestikasi dan dibiakkan secara selektif di [[Polinesia]], sehingga menghasilkan ''Artocarpus altilis'' yang sebagian besar tidak berbiji. Sukun mikronesia juga menunjukkan bukti hibridisasi dengan tanaman asli ''Artocarpus mariannensis'', sedangkan sebagian besar kultivar Polinesia dan Melanesia tidak. Hal ini menunjukkan bahwa Mikronesia awalnya dikolonisasi secara terpisah dari Polinesia dan Melanesia melalui dua peristiwa migrasi berbeda yang kemudian saling bertemu di Mikronesia bagian timur.<ref name="Ragone2006"/><ref name="zerega">{{cite journal|author1=Zerega, N. J. C. |author2=Ragone, D. |author3=Motley, T.J. |name-list-style=amp|year=2004|title=The complex origins of breadfruit (''Artocarpus altilis'', Moraceae): Implications for human migrations in Oceania|journal=American Journal of Botany|volume=91|issue=5|pages=760–766|doi=10.3732/ajb.91.5.760|pmid=21653430}}</ref><ref name="Matisoo-Smith2015">{{cite journal |last1=Matisoo-Smith |first1=Elizabeth A. |title=Tracking Austronesian expansion into the Pacific via the paper mulberry plant |journal=Proceedings of the National Academy of Sciences |date=3 November 2015 |volume=112 |issue=44 |pages=13432–13433 |doi=10.1073/pnas.1518576112|pmid=26499243 |pmc=4640783 |bibcode=2015PNAS..11213432M |doi-access=free}}</ref>
[[File:Artocarpus altilis.jpg|thumb|Sukun (''Artocarpus altilis'') di [[Hawaii]]]]
Kata [[Bahasa Proto-Melayu-Polinesia|Purwa-Melayu-Polinesia]] yang direka ulang untuk sukun adalah ''*kuluʀ'', yang menjadi *kulur dalam [[Bahasa Proto-Oseanik|bahasa Purwa-Oseanik]] dan ''*kulu'' dalam bahsa Purwa-Polinesia. [[Kata kerabat]] modern termasuk ''kulur'' atau ''kelur'' dalam [[bahasa Sunda]] dan [[Bahasa Melayu|Melayu]]; ''kulu'' dalam [[bahasa Aceh]]; ''kurur'' dalam [[bahasa Iban]]; ''kulo'' atau ''kolo'' dalam [[bahasa Cebuano]]; ''kula'' dalam [[bahasa Muna]]; ''ulu'' dalam bahasa Mussau; ''gulu'' dalam bahasa Kapingamarangi; ''kulu'' dalam bahasa Wayan Fiji; ''kuro'' dalam bahasa Emae; ''kuru'' dalam bahasa Tuamotu, Takuu, dan Rarotonga; ''ʻuru'' dalam [[bahasa Tahiti]]; ''ʻulu'' dalam [[bahasa Samoa]] dan [[Bahasa Hawaii|Hawaii]]; dan ''kuru'' dalam [[bahasa Maori]]. Perhatikan bahwa dalam bahasa Māori, kuru hanya disebutkan dalam tradisi, tetapi tidak mengacu pada tanaman tersebut karena sukun gagal tumbuh di [[Selandia Baru]].<ref name="Osmond1998"/><ref name="temarareo2">{{cite web|url=http://www.temarareo.org/PPN-Kulu.html|title=*Kulu|work=Te Mära Reo: The Language Garden|publisher=Benton Family Trust}}</ref><ref name="McLean2014">{{cite book|first1=Mervyn|last1=McLean|title =Music, Lapita, and the Problem of Polynesian Origins|publisher = Polynesian Origins|year =2014|isbn =9780473288730|url =http://polynesianorigins.org/chapter-11-food-plants/}}</ref><ref name="Blust1989">{{cite journal |last1=Blust |first1=Robert |title=Austronesian Etymologies: IV |url=https://archive.org/details/sim_oceanic-linguistics_winter-1989_28_2/page/111 |journal=Oceanic Linguistics |date=1989 |volume=28 |issue=2 |pages=111–180 |doi=10.2307/3623057|jstor=3623057 }}</ref><ref name="Hull2000">{{cite journal |last1=Hull |first1=Geoffrey |title=Historical phonology of Tetum |journal=Studies in Languages and Cultures of East Timor |date=2000 |volume=3 |issue=2000 |pages=158–212 |url=https://www.researchgate.net/publication/316379707}}</ref> Perlu diketahui juga bahwa sukun diyakini hanya mencapai Asia Tenggara bagian barat ([[Pulau Jawa|Jawa]], [[Pulau Sumatra|Sumatra]], dan [[Semenanjung Malaya]]) selama beberapa abad terakhir, sebagai hasil perdagangan dengan Kepulauan Maluku.<ref name="Blench2008-fruit"/>
 
Kata penting lainnya yang direka ulang untuk sukun adalah ''*maRi'' atau ''*mai'' dalam bahasa Purwa-Oseanik. Ini adalah akar kata umum untuk sukun di Mikronesia, Papua bagian utara dan barat, [[Kepulauan Solomon]], [[Kepulauan Admiralty]], Pulau Santo Matthias, [[Kaledonia Baru]], dan sebagian Pasifik Tengah. Istilah itu sendiri mungkin awalnya ditujukan untuk ''Artocarpus mariannensis'', bukan ''Artocarpus altilis''. Kata kerabat termasuk ''māi'' dalam bahasa Pohnpei, Mokil, dan Ngatik; ''mai'' dalam [[bahasa Palau]], [[Bahasa Satawal|Satawal]], dan [[Bahasa Tuvalu|Tuvalu]]; ''mais'' dalam [[bahasa Puluwat]]; ''maiyah'' dalam bahasa Yap; dan ''mei'' dalam [[bahasa Tonga]], [[Bahasa Niue|Niue]], dan Marquesa.<ref name="Osmond1998"/><ref name="temarareo2"/><ref name="McLean2014"/>
 
==== ''Artocarpus heterophyllus'' (nangka) ====
[[Nangka]] (''[[Nangka|Artocarpus heterophyllus]]'') didomestikasi secara mandiri di Asia Selatan dan Asia Tenggara, terbukti dengan fakta bahwa nama buah di Asia Tenggara tidak diserap dari [[bahasa Sanskerta]]. Buah ini mungkin pertama kali didomestikasi oleh orang Austronesia di Jawa atau Semenanjung Melayu. Kata nangka dalam [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat|bahasa Purwa-Melayu-Polinesia Barat]] direka ulang menjadi ''*laŋkaq''. Kata kerabat modern termasuk ''nangka'' dalam [[bahasa Sunda]], [[Bahasa Jawa|Jawa]], [[Bahasa Melayu|Melayu]], [[Bahasa Bali|Bali]], dan [[Bahasa Cebuano|Cebuano]]; ''langka'' dalam [[bahasa Tagalog]], [[Bahasa Pangasinan|Pangasinan]], [[Rumpun bahasa Bikol|Bikol]], dan [[Bahasa Ilokano|Ilokano]]; ''lanka'' dalam [[bahasa Chamorro]]; ''nakan'' dalam [[bahasa Kelabit]]; ''nangke'' dalam [[bahasa Wolio]]; ''dangka'' dalam bahasa Ibaloi; dan ''laka'' dalam [[bahasa Lundayeh]]. Namun, perlu diketahui bahwa buah ini baru diperkenalkan ke [[Guam]] oleh pemukim dari [[Filipina]] ketika keduanya telah dijajah oleh [[Kekaisaran Spanyol|Spanyol]].<ref name="Blench2008-fruit">{{cite book|first1=Roger|last1=Blench|editor1-first=Toshiki|editor1-last=Osada|editor2-first=Akinori|editor2-last=Uesugi|title =Occasional Paper 4: Linguistics, Archaeology and the Human Past|chapter =A history of fruits on the Southeast Asian mainland|publisher =Indus Project|year =2008|pages=115–137|isbn =9784902325331|chapter-url =http://www.rogerblench.info/Archaeology/SE%20Asia/OP4_Blench%20Fruits%20paper%20offprint.pdf}}</ref><ref name="blusttrusell"/>
 
=== Bambusoideae (bambu) ===
[[File:Bamboo forest, Taiwan.jpg|thumb|Hutan bambu di [[Pulau Taiwan|Taiwan]]]]
Berbagai spesies [[bambu]] (subkeluarga Bambusoideae) ditemukan di seluruh [[Asia Tenggara Kepulauan]], [[Asia Tenggara Daratan]], [[Asia Timur]], dan [[Asia Selatan]]. Di wilayah Austronesia, berbagai jenis bambu memiliki nama yang beragam, begitu pula benda yang dibuat dari bambu itu sendiri. Berbagai kegunaannya adalah sebagai bahan bangunan, kail ikan, alat musik, pisau, wadah air dan makanan, dan sebagainya. [[Rebung]] atau tunas bambu juga merupakan bahan pangan di Asia Tenggara. Beberapa spesies bambu dibawa oleh pemukim Austronesia saat mereka menjajah kepulauan Pasifik. Di antaranya adalah ''ʻohe'' (''Schizostachyum glaucifolium''), [[bambu ampel]] (''[[Bambu ampel|Bambusa vulgaris]]''), dan [[bambu duri]] (''[[Bambu duri|Bambusa bambos]]'').<ref name="temarareo3"/><ref name="Bellwood2009inBentley">{{cite book|first1=Peter|last1=Bellwood|editor1-first=R. Alexander|editor1-last=Bentley|editor2-first=Herbert D.G.|editor2-last=Maschner|editor3-first=Christopher|editor3-last=Chippindale|title =Handbook of Archaeological Theories|chapter =Archaeology and the Origins of Language Families|publisher =AltaMira Press|year =2009|pages=225–244|isbn =9780759100336|chapter-url =https://books.google.com/books?id=JlXFBKQjgisC&pg=PA225}}</ref>
 
Kata-kata [[Bahasa Proto-Austronesia|Purwa-Austronesia]] yang direka ulang untuk menyebut bambu meliputi ''*qauR'', ''*kawayan'', ''*buluq'', dan ''*betung''. Yang terakhir masuk dalam bahasa Purwa-Melayu-Polinesia dan Purwa-Oseanik sebagai ''*bitung'', dengan [[kata kerabat]] termasuk ''awi bitung'' dalam [[bahasa Sunda]]; ''bitu'' dalam [[bahasa Fiji]]; dan ''pitu'' dalam [[bahasa Tonga]]. Namun, sebagian besar istilah untuk bambu di Polinesia berasal dari ''*kofe'' dalam bahasa Purwa Pasifik Selatan-Tengah (asalnya dari ''*kofe'', "akar" dalam bahasa Purwa-Polinesia). Kata kerabat modern termasuk ''kofe'' dalam [[bahasa Tonga]] dan [[Bahasa Niue|Niue]]; ''kohe'' dalam [[bahasa Tokelau]], Marquesa, Tuamotu, dan [[Bahasa Maori|Māori]]; ''koʻe'' dalam bahasa Rarotonga; ''ʻofe'' dalam [[bahasa Samoa]] dan [[Bahasa Tahiti|Tahiti]]; dan ''ʻohe'' dalam [[bahasa Hawaii]]. Beberapa kata juga bergeser maknanya untuk menyebut tanaman serupa bambu; terutama di pulau-pulau di mana mereka tidak diperkenalkan atau tidak bertahan hidup, seperti di [[Selandia Baru]].<ref name="blusttrusell"/><ref name="temarareo3">{{cite web|url=http://www.temarareo.org/PPN-Kofe.html|title=*Kofe|work=Te Mära Reo: The Language Garden|publisher=Benton Family Trust}}</ref><ref name="Fowler2005">{{cite journal |last1=Fowler |first1=Cynthia |s2cid=37057768 |title=Why is maize a sacred plant? Social history and agrarian change in Sumba |journal=Journal of Ethnobiology |date=2005 |volume=25 |issue=1 |pages=39–57 |doi=10.2993/0278-0771(2005)25[39:WIMASP]2.0.CO;2 |url=https://digitalcommons.wofford.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1021&context=facultypubs }}</ref>
Baris 50 ⟶ 51:
=== ''Broussonetia papyrifera'' (daluang) ===
[[File:Starr 061106-1467 Broussonetia papyrifera.jpg|thumb|Pembuatan kain ''kapa'' di [[Maui]], [[Hawaii]]]]
[[Daluang]] (''[[Daluang|Broussonetia papyrifera]]''), atau dikenal sebagai "pohon kain tapa" di Pasifik, berasal dari daerah beriklim subtropis di Asia Daratan dan merupakan salah satu bukti terbaik untuk hipotesis "Keluar dari Taiwan" yang terpopuler mengenai ekspansi Austronesia. Berbagai penelitian genetik telah menelusuri asal-usul populasi daluang di wilayah Pasifik Jauh hingga ke [[Pulau Taiwan|Taiwan]] melalui Papua dan [[Sulawesi]]. Di Filipina, yang berada di tengah jalur ekspansi, daluang yang ada sebagian besar merupakan turunan dari introduksi modern pada tahun 1935. Diduga, daluang hasil introduksi kuno punah pada zaman prasejarah karena digantikan oleh kain tenunan tangan, mengingat daluang pada umumnya hanya bisa hidup melalui budi daya oleh manusia. Namun, ketiadaannya di Filipina semakin menegaskan asal-usulnya di Taiwan, dan bukan di Asia Tenggara Maritim. Selain itu, populasi daluang di Papua juga menunjukkan masuknya genetik dari ekspansi lain yang berasal dari Indochina dan [[Tiongkok Selatan]].<ref name="Chang2015"/><ref name="Seelenfreund2010">{{cite journal |last1=Seelenfreund |first1=Daniela |last2=Clarke |first2=Andrew C. |last3=Oyanedel-Giaverini |first3=Naria Factina |last4=Piña-Muñoz |first4=Ricardo |last5=Lobos |first5=Sergio |last6=Matisoo-Smith |first6=Lisa |last7=Seelenfreund |first7=A. |title=Paper mulberry (''Broussonetia papyrifera'') as a commensal model for human mobility in Oceania: Anthropological, botanical and genetic considerations |journal=New Zealand Journal of Botany |date=September 2010 |volume=48 |issue=3–4 |pages=231–247 |doi=10.1080/0028825X.2010.520323|hdl=10533/143279 |s2cid=83993320 }}</ref><ref name="González-Lorca">{{cite journal |last1=González-Lorca |first1=J. |last2=Rivera-Hutinel |first2=A. |last3=Moncada |first3=X. |last4=Lobos |first4=S. |last5=Seelenfreund |first5=D. |last6=Seelenfreund |first6=A. |title=Ancient and modern introduction of ''Broussonetia papyrifera'' ([L.] Vent.; Moraceae) into the Pacific: genetic, geographical and historical evidence |journal=New Zealand Journal of Botany |date=2 April 2015 |volume=53 |issue=2 |pages=75–89 |doi=10.1080/0028825X.2015.1010546|s2cid=54664583 }}</ref>
[[File:Broussonetia papyrifera fruits.jpg|thumb|left|Buah daluang]]
Daluang sendiri diyakini sebagai tanaman serat yang paling banyak diangkut pada zaman prasejarah bersamaan dengan perluasan wilayah Austronesia, dibandingkan banyak tanaman komensal lainnya di [[Oseania]]. Daluang terdapat di hampir setiap pulau atau gugusan pulau di Polinesia, termasuk [[Pulau Paskah|Rapa Nui]] dan [[Aotearoa]]. Beberapa populasi daluang punah baru-baru ini setelah berhenti dibudidayakan, seperti di [[Kepulauan Cook]] dan [[Mangareva]], meskipun catatan dan spesimen kain kulit kayu serta [[herbarium]] yang dikumpulkan bangsa Eropa selama Masa Kolonial masih tersimpan dan terawat di museum. Daluang diperbanyak oleh orang Polinesia melalui [[reproduksi vegetatif]] dengan stek dan tunas akar. Mereka jarang dibudidayakan dari biji karena kebanyakan telah dipanen sebelum memunculkan bunga, ketika diameter batangnya mencapai sekitar {{convert|1|in|cm|abbr=on}}, seperti yang dijelaskan oleh catatan Eropa pada abad ke-18. Juga tidak diketahui apakah tumbuhan liar berkembang biak secara seksual karena tumbuhan tersebut bersifat [[Dioecious|dioecious]] dan memerlukan spesimen jantan dan betina untuk berada di satu pulau yang sama.<ref name="Chang2015">{{cite journal |last1=Chang |first1=Chi-Shan |last2=Liu |first2=Hsiao-Lei |last3=Moncada |first3=Ximena |last4=Seelenfreund |first4=Andrea |last5=Seelenfreund |first5=Daniela |last6=Chung |first6=Kuo-Fang |title=A holistic picture of Austronesian migrations revealed by phylogeography of Pacific paper mulberry |journal=Proceedings of the National Academy of Sciences |date=2015 |volume=112 |issue=44 |pages=13537–13542 |doi=10.1073/pnas.1503205112|pmid=26438853 |pmc=4640734 |bibcode=2015PNAS..11213537C |doi-access=free }}</ref><ref name="Seelenfreund2010"/>
Baris 74 ⟶ 75:
=== ''Calophyllum inophyllum'' (nyamplung) ===
[[File:Starr 060422-7872 Calophyllum inophyllum.jpg|thumb|[[Nyamplung]] di Wai{{okina}}anapanapa, [[Maui]], [[Hawaii]]]]
[[Nyamplung]] (''[[Nyamplung|Calophyllum inophyllum]]'') adalah tumbuhan berkayu asli Asia tropis yang tersebar luas di dunia. Tanaman ini terkenal karena kemampuannya untuk tumbuh hingga ukuran besar di pantai berpasir atau berbatu di kawasan pulau dan pesisir, serta perilakunya menghasilkan batang besar yang melengkung di atas air yang menjadi sarana penyebaran benihnya melalui arus laut.<ref name="OrwaCalophyllum">{{cite book|first1=C.|last1=Orwa |first2=A.|last2=Mutua|first3=R.|last3=Kindt|first4=S.|last4=Anthony|title = Agroforestree Database:a tree reference and selection guide version 4.0|chapter =''Calophyllum inophyllum''|publisher =World Agroforestry|year =2009|chapter-url =http://www.worldagroforestry.org/treedb/AFTPDFS/Calophyllum_inophyllum.PDF}}</ref><ref name="Damon2016">{{cite book|first1=Frederick H. |last1=Damon|title =Trees, Knots, and Outriggers: Environmental Knowledge in the Northeast Kula Ring|chapter =A Story of ''Calophyllum'': From Ecological to Social Facts|publisher =Berghahn Books|year =2016|pages=180–246|isbn =9781785332333|chapter-url =https://books.google.com/books?id=AObACwAAQBAJ&pg=PA180}}</ref> Kayu pohon nyamplung banyak dimanfaatkan dalam pembuatan [[perahu cadik]] tradisional Austronesia yang berukuran besar yang mereka gunakan untuk berkelana hingga ke Oseania dan Madagaskar.<ref name="Damon2016"/>
 
Spesies lain dari genus ''[[Calophyllum]]'' juga digunakan dengan cara yang sama, seperti ''[[Kapur naga|Calophyllum soulattri]]'', ''Calophyllum peekelii'', dan ''Calophyllum goniocarpum''. Kayu dari tanaman bergenus ini sulit untuk dibentuk namun itu yang membuatnya lebih kuat serta lebih cocok untuk dibuat menjadi bentuk yang rumit. Pentingnya pohon nyamplung sama dengan pentingnya pohon [[ek]] dalam pembuatan kapal dan industri perkayuan di Eropa. <ref name="Damon2016"/> Di banyak wilayah Polinesia, pepohonan nyamplung yang ditanam di ''marae'' dianggap keramat karena merupakan tempat tinggal roh. Kayu nyamplung juga diukir menjadi benda keagamaan seperti ''tiki''.<ref name="Dweck2002">{{cite journal |last1=Dweck |first1=A.C. |last2=Meadows |first2=T. |title=Tamanu (''Calophyllum inophyllum'') – the African, Asian, Polynesian and Pacific Panacea |journal=International Journal of Cosmetic Science |date=2002 |volume=24 |issue=6 |pages=341–348 |url=https://pinkhorizons.com/content/Tamanu.2.pdf |doi=10.1046/j.1467-2494.2002.00160.x |pmid=18494888 |s2cid=21847865 |access-date= |archive-url=https://web.archive.org/web/20190119174227/https://pinkhorizons.com/content/Tamanu.2.pdf |archive-date=19 January 2019 |url-status=dead }}</ref><ref name="Halpern2002">{{cite book|first1=Georges M. |last1=Halpern|first2=Peter|last2=Weverka|title =The Healing Trail: Essential Oils of Madagascar|publisher =Basic Health Publications, Inc.|year =2002|pages=43–50|isbn =9781591200161|url =https://books.google.com/books?id=595byAiZLygC&pg=PA43}}</ref> Nyamplung juga banyak disinggung dalam nyanyian dan cerita rakyat Polinesia.<ref name="Allen2002">{{cite book|first1=James A.|last1=Allen|editor1-first=J.A.|editor1-last=Vozzo|title =Tropical Tree Seed Manual|chapter =''Calophyllum inophyllum''|publisher =US Department of Agriculture Forest Service|volume = 721 |series =Agriculture Handbook|year =2002|pages=357–359|chapter-url =https://www.fs.fed.us/psw/publications/allen/psw_2002_allen002.pdf}}</ref>
Baris 88 ⟶ 89:
=== ''Cananga odorata'' (kenanga) ===
[[File:Cananga_flower.JPG|thumb|left|Bunga ''[[Kenanga|Cananga odorata]]'']]
''[[Kenanga|Cananga odorata]]'', dengan bunganya yang besar dan harum, banyak digunakan sebagai hiasan. Spesies ini diketahui berasal dari [[Filipina]].<ref name="POWO_72580-1">{{cite web |title=''Cananga odorata'' (Lam.) Hook.f. & Thomson |work=Plants of the World Online |publisher=Royal Botanic Gardens, Kew|url=https://powo.science.kew.org/taxon/urn:lsid:ipni.org:names:72580-1 |access-date= }}</ref> Tidak diketahui apakah kenanga juga tanaman asli Polinesia dan Melanesia atau tanaman introduksi.<ref name="encyclopedia">{{cite book |editor-last1=Gillespie |editor-first1=Rosemary |editor-last2=Clague |editor-first2=David |last=Whistler |first=W. Arthur |chapter=Ethnobotany |title=Encyclopedia of Islands |url=https://archive.org/details/encyclopediaofis0000unse_k5w8 |date=2009 |publisher=University of California Press |location=Berkeley |isbn=978-0-520-25649-1}}</ref>
 
=== ''Citrus'' ===
Baris 96 ⟶ 97:
=== ''Cocos nucifera'' (kelapa) ===
[[File:Historical Introduction of Coconuts (Gunn, Baudouin,& Olsen, 2011).png|thumb|Sejarah introduksi kelapa dari habitat asalnya di [[Asia Selatan]] dan [[Asia Tenggara]]<ref name="Gunn2011"/><ref name="Lutz">{{cite web |last1=Lutz |first1=Diana |date=24 Juni 2011|title=Deep history of coconuts decoded |url=https://source.wustl.edu/2011/06/deep-history-of-coconuts-decoded/ |website=The Source |access-date=}}</ref><ref name="Brouwers2011">{{cite web |last1=Brouwers |first1=Lucas |date=1 Agustus 2011|title=Coconuts: not indigenous, but quite at home nevertheless |url=https://blogs.scientificamerican.com/thoughtomics/httpblogsscientificamericancomthoughtomics20110801coconuts-not-indigenous-but-quite-at-home-nevertheless/ |website=Scientific American |access-date=}}</ref>]]
Wilayah antara [[Asia Barat Daya]] dan [[Melanesia]] merupakan tempat asal [[kelapa]] (''[[Kelapa|Cocos nucifera]]''), di mana kelapa memiliki keragaman genetik terbesar.<ref name="Perera2009">{{cite book|first1=Perera|last1=Lalith|first2=Perera|last2=Suriya A.C.N.|first3=Bandaranayake|last3=Champa K.|first4=Harries|last4=Hugh C.|editor1-first = Johann|editor1-last =Vollmann|editor2-first =Istvan|editor2-last =Rajcan|title =Oil Crops|chapter =Coconut|publisher =Springer|year =2009|pages=370–372|isbn =9780387775937|chapter-url =https://books.google.com/books?id=Y_heb_lB3qoC&pg=PA370 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160420235327/https://books.google.com/books?id=Y_heb_lB3qoC&pg=PA370&dq=|archive-date=20 April 2016}}</ref><ref name="Chan2006">{{cite book|first1=Edward|last1=Chan|first2=Craig R.|last2=Elevitch|editor1-first=Craig R.|editor1-last=Elevitch|title =Species Profiles for Pacific Island Agroforestry|chapter =''Cocos nucifera'' (coconut)|publisher =Permanent Agriculture Resources (PAR)|year =2006|chapter-url =http://www.agroforestry.net/images/pdfs/Cocos-coconut.pdf}}</ref><ref name="Baudouin2008">{{cite journal |last1=Baudouin |first1=Luc |last2=Lebrun |first2=Patricia |s2cid=19529408 |title=Coconut (''Cocos nucifera'' L.) DNA studies support the hypothesis of an ancient Austronesian migration from Southeast Asia to America |journal=Genetic Resources and Crop Evolution |date=26 Juli 2008 |volume=56 |issue=2 |pages=257–262 |doi=10.1007/s10722-008-9362-6 }}</ref><ref name="Gunn2011">{{cite journal |last1=Gunn |first1=Bee F. |last2=Baudouin |first2=Luc |last3=Olsen |first3=Kenneth M. |last4=Ingvarsson |first4=Pär K. |title=Independent Origins of Cultivated Coconut (''Cocos nucifera'' L.) in the Old World Tropics |journal=PLOS ONE |date=22 Juni 2011 |volume=6 |issue=6 |pages=e21143 |doi=10.1371/journal.pone.0021143|pmid=21731660 |pmc=3120816 |bibcode=2011PLoSO...621143G |doi-access=free }}</ref> Sebuah penelitian pada tahun 2011 mengidentifikasi dua subpopulasi kelapa yang sangat terdiferensiasi secara genetis, satu berasal dari [[Asia Tenggara Kepulauan]] (kelompok Pasifik) dan yang lainnya dari pinggiran selatan [[Anak Benua India]] (kelompok Indo-Atlantik). Kelompok Pasifik adalah satu-satunya kelompok yang menunjukkan gejala genetik dan fenotipik yang mengarah pada domestikasi; termasuk ukuran buah yang lebih kecil, penyerbukan sendiri, dan bentuk buah "niu vai" yang bulat dengan rasio endosperma terhadap tempurung yang lebih besar. Persebaran kelapa Pasifik sesuai dengan wilayah hunian para penjelajah Austronesia yang menunjukkan bahwa penyebarannya sebagian besar merupakan hasil introduksi manusia.<ref name="Gunn2011"/><ref name="Crowther2016"/>
[[File:Rangiroa, Tuamotus.jpg|thumb|left|Rerimbunan nyiur di Pulau Rangiroa, [[Kepulauan Tuamotu]], [[Polinesia Prancis]]]]
Hal paling mencolok terlihat di [[Madagaskar]], sebuah pulau yang mulai dihuni oleh pelaut Austronesia pada sekitar 2.000 hingga 1.500 yang lalu. Populasi kelapa di pulau tersebut menunjukkan adanya percampuran genetik antara kedua subpopulasi yang menunjukkan bahwa kelapa Pasifik dibawa oleh pemukim Austronesia yang kemudian kawin silang dengan kelapa lokal Indo-Atlantik.<ref name="Gunn2011"/><ref name="Crowther2016">{{cite journal |last1=Crowther |first1=Alison |last2=Lucas |first2=Leilani |last3=Helm |first3=Richard |last4=Horton |first4=Mark |last5=Shipton |first5=Ceri |last6=Wright |first6=Henry T. |last7=Walshaw |first7=Sarah |last8=Pawlowicz |first8=Matthew |last9=Radimilahy |first9=Chantal |last10=Douka |first10=Katerina |last11=Picornell-Gelabert |first11=Llorenç |last12=Fuller |first12=Dorian Q. |last13=Boivin |first13=Nicole L. |title=Ancient crops provide first archaeological signature of the westward Austronesian expansion |journal=Proceedings of the National Academy of Sciences |date=14 Juni 2016 |volume=113 |issue=24 |pages=6635–6640 |doi=10.1073/pnas.1522714113|pmid=27247383 |pmc=4914162 |bibcode=2016PNAS..113.6635C |doi-access=free }}</ref>
Baris 102 ⟶ 103:
Kata untuk "kelapa" dalam [[Rumpun bahasa Austronesia|bahasa-bahasa Austronesia]] berasal dari ''*niuʀ'' dalam [[bahasa Proto-Melayu-Polinesia]]. [[Kata kerabat]] modern termasuk ''niyog'' dalam [[bahasa Tagalog]]; ''niyok'' dalam [[bahasa Chamorro]]; ''nyiur'' dalam [[bahasa Melayu]]; ''nuu'' dalam [[bahasa Tetum]]; ''nu'' dalam bahasa Drehu; ''nii'' dalam [[bahasa Kiribati]]; ''niu'' dalam [[bahasa Hawaii]], [[Bahasa Samoa|Samoa]], [[Bahasa Tonga|Tonga]], [[Bahasa Fiji|Fiji]], dan [[Bahasa Rapa Nui|Rapa Nui]]; dan ''nio'' dalam [[bahasa Malagasi]].<ref name="Osmond1998"/><ref name="Blust1988">{{cite journal |last1=Blust |first1=Robert |title=The Austronesian Homeland: A Linguistic Perspective |journal=Asian Perspectives |date=1988 |volume=26 |issue=1 |pages=45–67 |url=https://scholarspace.manoa.hawaii.edu/bitstream/handle/10125/16918/AP-v26n1-45-67.pdf?sequence=1}}</ref><ref name="Elbert1964">{{cite journal |last1=Elbert |first1=Samuel H. |title=Hawaiian reflexes of Proto-Malayo-Polynesian and Proto-Polynesian reconstructed forms |journal=The Journal of the Polynesian Society |date=1964 |volume=73 |issue=4 |pages=399–410 |url=http://www.jps.auckland.ac.nz/document//Volume_73_1964/Volume_73%2C_No._4/Hawaiian_reflexes_of_Proto-Malayo-Polynesian_and_Proto-Polynesian_reconstructed_forms%2C_by_Samuel_H._Elbert%2C_p_399_-_410/p1}}</ref><ref name="Blust2014">{{cite journal |last1=Blust |first1=Robert |title=Some Recent Proposals Concerning the Classification of the Austronesian Languages |journal=Oceanic Linguistics |date=2014 |volume=53 |issue=2 |pages=300–391 |doi=10.1353/ol.2014.0025 |s2cid=144931249 |url=https://www.researchgate.net/publication/279031484}}</ref><ref name="Ahuja2014">{{cite journal |last1=Ahuja |first1=S.C. |last2=Ahuja |first2=Siddharth |last3=Ahuja |first3=Uma |title=Coconut – History, Uses, and Folklore |journal=Asian Agri-History |date=2014 |volume=18 |issue=3 |pages=221–248 |url=http://asianagrihistory.org/vol-18/coconut-18-3.pdf |archive-url=https://web.archive.org/web/20170810233110/http://asianagrihistory.org/vol-18/coconut-18-3.pdf |url-status=dead |archive-date=10 Agustus 2017 }}</ref>
[[File:JfDwarfCoconut treesPhilippinesfvf 07.JPG|thumb|Kelapa kerdil di [[Luzon]], menunjukkan morfologi bulat ''niu vai'' khas kelapa Pasifik]]
Studi genetik terhadap kelapa juga telah mengonfirmasi populasi kelapa [[Amerika Pra-Kolumbus|pra-Kolumbus]] di [[Panama]] di [[Amerika Selatan]]. Namun, populasi ini bukanlah tanaman asli dan menunjukkan hambatan genetik akibat [[efek pendiri]]. Sebuah penelitian pada tahun 2008 menunjukkan bahwa kelapa di [[Benua Amerika]] secara genetik memiliki kekerabatan paling dekat dengan kelapa di Filipina, dan tidak dengan populasi kelapa lain di dekatnya (termasuk Polinesia). Informasi demikian menunjukkan bahwa kelapa tidak diperkenalkan secara alami, misalnya melalui arus laut. Para peneliti menyimpulkan bahwa buah ini dibawa oleh para pengelana Austronesia awal ke sana setidaknya sejak 2.250 tahun yang lalu, dan mungkin menjadi bukti adanya kontak pra-Kolumbus antara budaya Austronesia dan budaya Amerika Selatan, meskipun arahnya berlawanan dengan hipotesis awal seperti yang diajukan Heyerdahl. Hal ini semakin diperkuat oleh bukti kontak botani serupa lainnya, seperti kemunculan [[ubi jalar]] asli Amerika pada budaya Oseania selama masa pra-kolonial.<ref name="Baudouin2008"/><ref name="Brouwers2011"/><ref name=Ward>{{cite journal | last1 = Ward | first1 = R. G. | last2 = Brookfield | first2 = M. | year = 1992 | title = Special Paper: the dispersal of the coconut: did it float or was it carried to Panama? | url = https://archive.org/details/sim_journal-of-biogeography_1992-09_19_5/page/467 | journal = Journal of Biogeography | volume = 19 | issue = 5| pages = 467–480 | doi=10.2307/2845766| jstor = 2845766 }}</ref> Selama masa kolonial, kelapa Pasifik diperkenalkan lebih jauh ke [[Meksiko]] dari [[Hindia Timur Spanyol]] dengan [[galiung Manila]].<ref name="Gunn2011"/>
 
Berbeda dengan kelapa Pasifik, kelapa Indo-Atlantik umumnya diintroduksi oleh pedagang Arab dan Persia ke pesisir [[Afrika Timur]]. Kelapa Indo-Atlantik juga diangkut ke [[Samudra Atlantik]] oleh kapal-kapal Portugis dari koloni mereka di [[India]] dan [[Sri Lanka]]; dan pertama kali diperkenalkan ke pesisir [[Afrika Barat]], kemudian ke [[Kepulauan Karibia]] dan pantai timur [[Brasil]]. Semua introduksi ini terjadi dalam beberapa abad terakhir, relatif baru dibandingkan dengan introduksi kelapa Pasifik.<ref name="Gunn2011"/>
Baris 108 ⟶ 109:
=== ''Colocasia esculenta'' (talas) ===
[[File:Taro fields.JPG|thumb|Ladang talas di [[Kauai]]]]
[[Talas]] atau keladi (''[[Talas|Colocasia esculenta]]''), kadang-kadang disebut sebagai "talas sejati", adalah salah satu tanaman budi daya paling tua yang sudah didomestikasi sebelum ekspansi orang Austronesia.<ref name="Denham2011"/> Talas ditemukan secara luas di daerah tropis dan subtropis di Asia Selatan, Asia Timur, Asia Tenggara, Papua Nugini, dan Australia bagian utara dan sangat polimorfik, di mana taksonomi dan perbedaan talas liar dan talas domestikasi sulit dilacak. Talas diyakini didomestikasi secara mandiri beberapa kali di tempat berbeda, diduga di [[Papua Nugini]], [[Asia Tenggara Daratan]], dan [[India Timur Laut]], sebagian besar didasarkan pada perkiraan habitat asli spesimen liarnya.<ref name="Kreike2004">{{cite journal |last1=Kreike |first1=C.M. |last2=Van Eck |first2=H.J. |last3=Lebot |first3=V. |s2cid=21917510 |title=Genetic diversity of taro, ''Colocasia esculenta'' (L.) Schott, in Southeast Asia and the Pacific |journal=Theoretical and Applied Genetics |date=20 Mei 2004 |volume=109 |issue=4 |pages=761–768 |doi=10.1007/s00122-004-1691-z|pmid=15156282 }}</ref><ref name="Lebot2009">{{cite book|first1=Vincent |last1=Lebot|title =Tropical Root and Tuber Crops: Cassava, Sweet Potato, Yams and Aroids|publisher =CABI|series =Crop Production Science in Horticulture|volume=17|year =2009|pages=279–280|isbn =9781845936211|url =https://books.google.com/books?id=rFwyrKRSMUMC&pg=PA279}}</ref><ref name="Chaïr2016">{{cite journal |last1=Chaïr |first1=H. |last2=Traore |first2=R. E. |last3=Duval |first3=M. F. |last4=Rivallan |first4=R. |last5=Mukherjee |first5=A. |last6=Aboagye |first6=L. M. |last7=Van Rensburg |first7=W. J. |last8=Andrianavalona |first8=V. |last9=Pinheiro de Carvalho |first9=M. A. A. |last10=Saborio |first10=F. |last11=Sri Prana |first11=M. |last12=Komolong |first12=B. |last13=Lawac |first13=F. |last14=Lebot |first14=V. |last15=Chiang |first15=Tzen-Yuh |title=Genetic Diversification and Dispersal of Taro (''Colocasia esculenta'' (L.) Schott) |journal=PLOS ONE |date=17 June 2016 |volume=11 |issue=6 |pages=e0157712 |doi=10.1371/journal.pone.0157712 |pmid=27314588 |pmc=4912093 |bibcode=2016PLoSO..1157712C |doi-access=free }}</ref> Namun, penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa talas liar mungkin memiliki sebaran asli yang jauh lebih besar daripada yang telah diduga sebelumnya, di mana talas liar mungkin juga berasal dari wilayah lain di sekitar Asia Tenggara.<ref name="Matthews2015">{{cite journal |last1=Matthews |first1=Peter J. |last2=Nguyen |first2=Van Dzu |last3=Tandang |first3=Daniel |last4=Agoo |first4=E. Maribel |last5=Madulid |first5=Domingo A. |title=Taxonomy and ethnobotany of ''Colocasia esculenta'' and ''C. formosana'' (Araceae): implications for the evolution, natural range, and domestication of taro |journal=Aroideana |date=2015 |volume=38E |issue=1 |url=http://www.aroid.org/aroideana/getarticle.php?key=MDM4NzExMw==T |access-date=|archive-date=19 Januari 2019 |archive-url=https://web.archive.org/web/20190119174306/http://www.aroid.org/aroideana/getarticle.php?key=MDM4NzExMw==T |url-status=dead }}</ref><ref name="Matthews2012">{{cite book|last1=Matthews|first1=P.J.|last2=Agoo|first2=E.M.G.|last3=Tandang|first3=D.N.|last4=Madulid|first4=D.A.|editor1-first=Matthew|editor1-last=Spriggs|editor2-first=David|editor2-last=Addison|editor3-first=Peter J.|editor3-last=Matthews|title=Irrigated Taro (''Colocasia esculenta'') in the Indo-Pacific: Biological, Social and Historical Perspectives|chapter=Ethnobotany and Ecology of Wild Taro (''Colocasia esculenta'') in the Philippines: Implications for Domestication and Dispersal|publisher=National Museum of Ethnology, Osaka|series=Senri Ethnological Studies (SES)|volume=78|year=2012|pages=307–340|isbn=9784901906937|chapter-url=https://www.doc-developpement-durable.org/file/Culture-plantes-alimentaires/FICHES_PLANTES/taro/Ethnobotany%20and%20Ecology%20of%20Wild%20Taro.pdf|archive-date=19 Januari 2019|archive-url=https://web.archive.org/web/20190119121312/https://www.doc-developpement-durable.org/file/Culture-plantes-alimentaires/FICHES_PLANTES/taro/Ethnobotany%20and%20Ecology%20of%20Wild%20Taro.pdf|url-status=dead}}</ref>
[[File:TaroAKL.jpg|thumb|left|Tanaman talas di [[Auckland|Tāmaki Makaurau, Aotearoa]]]]
[[File:968Foods Cuisine of Bulacan Philippines 41.jpg|thumb|Umbi talas yang dijual di Filipina]]
Baris 125 ⟶ 126:
=== ''Cordia subcordata'' (jati emas) ===
[[File:Cordia subcordata (4822100731).jpg|thumb|Tanaman [[jati emas]] yang sedang berbunga di [[Oahu]]]]
[[Jati emas]] (''[[Jati emas|Cordia subcordata]]'') merupakan pohon kayu yang penting dengan sifat kayu yang ringan, bertekstur halus, dan agak lunak yang ideal untuk diukir. Kayunya paling sering digunakan untuk membuat aneka perkakas seperti cangkir, mangkuk, dan wadah lainnya; serta hiasan berukir dan alat musik di seluruh Austronesia. Kayunya mudah terbakar dan biasa digunakan di Papua Nugini sebagai kayu bakar. Dalam beberapa budaya, kayunya juga dapat digunakan untuk membuat dayung dan lunas perahu.<ref name="FridayOkano2006"/><ref name="Ono2013">{{cite book|first1=Rintaro|last1=Ono|first2=David J.|last2=Addison|editor1-first=Rintaro|editor1-last=Ono|editor2-first=Alex|editor2-last=Morrison|editor3-first=David J.|editor3-last=Addison|title =Prehistoric Marine Resource Use in the Indo-Pacific Regions|chapter =Historical Ecology and 600 Years of Fish Use on Atafu Atoll, Tokelau|publisher =ANU E Press|series =terra australis|volume=39|year =2013|isbn =9781925021264|chapter-url =http://press-files.anu.edu.au/downloads/press/p260281/html/ch03.xhtml?referer=368&page=6#toc_marker-7}}</ref> Bijinya juga bisa dimakan, meski hanya sebagai alternatif saat kekurangan pangan. Bagian lainnya juga dapat digunakan untuk pengobatan tradisional dan untuk membuat pewarna. Seperti ''Calophyllum inophyllum'', jati emas umumnya ditanam di situs suci seperti ''marae''. Mereka memiliki makna budaya dan agama di beberapa budaya seperti di [[Kiribati]] dan [[Kepulauan Karimunjawa|Karimunjawa]] di [[Indonesia]]. Di Hawaii, sudah menjadi tradisi untuk menanam jati emas di pekarangan rumah dan menggunakan bunga jingga cerahnya sebagai ''[[Lei (Hawaii)|lei]]''.<ref name="FridayOkano2006"/><ref name="Sudarmin2015">{{cite journal |last1=Sudarmin |first1=M.Si |last2=Pujiastuti |first2=Sri Endang |title=Scientific Knowledge Based Culture and Local Wisdom in Karimunjawa for Growing Soft Skills Conservation |journal=International Journal of Science and Research |date=2015 |volume=4 |issue=9 |pages=598–604 |url=https://www.ijsr.net/archive/v4i10/SUB158567.pdf}}</ref><ref name="Boerger2009">{{cite book|first1=Brenda H.|last1=Boerger|title =Proceedings of the Seventeenth Annual Symposium About Language and Society, Austin|chapter =Trees of Santa Cruz Island and their Metaphors|series =Texas Linguistic Forum|volume=53|year =2009|pages=100–109|chapter-url =http://salsa.ling.utexas.edu/proceedings/2009/11_TLS53_Boerger.pdf}}</ref><ref name="KahnCoil2006">{{cite journal |last1=Kahn |first1=Jennifer G. |last2=Coil |first2=James H. |title=What House Posts Tell Us about Status Difference in Prehistoric Society: An Interpretation of Charcoal Analysis, Sacred Woods and Inter-site Variability |journal=The Journal of the Polynesian Society |date=2006 |volume=115 |issue=4 |pages=319–352 |url=http://www.jps.auckland.ac.nz/docs/Volume115/Volume%20115,%20No.%204/3%20What%20house%20posts.pdf}}</ref>
 
Jati emas, seperti kebanyakan pohon yang disukai masyarakat Austronesia, tumbuh dengan baik di tanah berpasir, tanah liat, dan berbatu serta merupakan komponen umum di hutan pantai dan hutan bakau. Jati emas dulunya dianggap sebagai spesies pendatang, tetapi kini diketahui bahwa spesies ini merupakan spesies asli di sebagian besar pulau dan pesisir Indo-Pasifik, dan berkembang biak secara alami melalui bijinya yang ringan. Namun demikian, mereka masih menjadi spesies introduksi di beberapa pulau, dengan ditanam bersama tumbuh bersama pohon-pohon lainnya seperti di atol-atol di Mikronesia.<ref name="FridayOkano2006">{{cite book|first1=J.B.|last1=Friday|first2=Dana|last2=Okano|editor1-first=Craig R.|editor1-last=Elevitch|title =Species Profiles for Pacific Island Agroforestry|chapter =''Cordia subcordata'' (kou)|publisher =Permanent Agriculture Resources (PAR)|year =2006|chapter-url =http://www.primitiveways.com/Cordia-kou.pdf}}</ref><ref name="Pebble2008">{{cite book|first1=Matthew|last1=Pebble|editor1-first=Geoffrey Richard|editor1-last=Clark|editor2-first=Sue|editor2-last=O'Connor|editor3-first=Bryan Foss|editor3-last=Leach|title =Islands of Inquiry: Colonisation, Seafaring and the Archaeology of Maritime Landscapes|chapter =No fruit on that beautiful shore: What plants were introduced to the subtropical Polynesian islands prior to European contact?|publisher =ANU E Press|series =terra australis|volume=29|year =2008|pages=227–251|isbn =9781921313905|chapter-url =http://press-files.anu.edu.au/downloads/press/p26551/pdf/ch153.pdf}}</ref><ref name="Millerstrom2008">{{cite journal |last1=Millerstrom |first1=Sidsel |last2=Coil |first2=James H. |title=Pre-Contact Arboriculture and Vegetation in the Marquesas Islands, French Polynesia: Charcoal Identification and Radiocarbon Dates from Hatiheu Valley, Nuku Hiva |journal=Asian Perspectives |date=2008 |volume=47 |issue=2 |pages=330–351 |url=https://core.ac.uk/download/pdf/5105563.pdf|doi=10.1353/asi.0.0005 |s2cid=161160463 }}</ref>
Baris 133 ⟶ 134:
Kumpulan kata serumpun lainnya dapat direkonstruksi menjadi ''*toRu'' dalam [[bahasa Proto-Oseanik]], dengan kata serumpun termasuk ''to-tor'' dalam bahasa Nehan; ''to-tol'' dalam bahasa Petats; ''tou'' dalam [[bahasa Fiji]], [[Bahasa Tonga|Tonga]], dan Rarotonga; dan ''kou'' dalam [[bahasa Hawaii]].<ref name="blusttrusell"/><ref name="Green2007">{{cite book|first1=Valerie J.|last1=Green|first2=Roger C.|last2=Green|editor1-first=Patrick V.|editor1-last=Kirch|editor2-first=Jean-Louis|editor2-last=Rallu|title =The Growth and Collapse of Pacific Island Societies: Archaeological and Demographic Perspectives|url=https://archive.org/details/growthcollapsepa00kirc|url-access=limited|chapter =An Accent on Atolls in Approaches to Population Histories of Remote Oceania|publisher =University of Hawai'i Press|year =2007|pages=[https://archive.org/details/growthcollapsepa00kirc/page/n248 232]–256|isbn =9780824831349}}</ref>
 
Istilah hasil reka ulang yang lebih tua adalah ''*qaNuNaŋ'' dalam [[bahasa Proto-Austronesia]], meski istilah ini tidak spesifik untuk jati emas dan dapat merujuk pada anggotatanaman genus lainsemarga yang buahnya lengket, terutama [[kendal (tumbuhan)|kendal]] (''Cordia dichotoma'') dan kanunang (''Cordia myxa''). Kata ini juga tidak menjangkau bahasa-bahasa Oseanik. Kata serumpun termasuk ''həhngə'' dalam [[bahasa Tsou]]; ''anúnang'' dalam [[bahasa Isnag]]; ''anúnang'' dalam [[bahasa Cebuano]] dan Hanunó'o; ''nonang'' dalam [[bahasa Maranao]]; ''enunang'' dalam [[Rumpun bahasa Manobo|bahasa Manobo]]; ''anonang'' dalam [[bahasa Mansaka]]; ''nunang'' dalam [[bahasa Minangkabau]], [[Bahasa Sasak|Sasak]], [[Bahasa Manggarai|Manggarai]], dan [[Bahasa Rembong|Rembong]]; dan ''onunang'' dalam [[bahasa Mongondow]].<ref name="blusttrusell"/>
 
=== ''Cordyline fruticosa'' (andong) ===
[[File:Plant dsc07298.jpg|thumb|upright|Andong merah di [[Réunion]]]]
[[Andong (tumbuhan)|Andong]], atau sering disebut juga ti atau hanjuang (''[[Andong (tumbuhan)|Cordyline fruticosa]]'') adalah tanaman mirip palem yang dapat tumbuh setinggi {{convert|3|to|4|m|ft|abbr=on}} dengan daun berbentuk memanjang yang melebar di pangkal dan melancip di ujung dan tersusun secara spiral di ujung batang yang ramping. Tanaman ini memiliki beragam variasi warna, mulai dari merah, hijau, dan kuning. Tempat asalnya tidak diketahui, tetapi diyakini berasal dari wilayah [[Bangladesh]], [[Asia Tenggara Daratan]], [[Tiongkok Selatan]], [[Pulau Taiwan|Taiwan]], [[Asia Tenggara Kepulauan]], [[Papua]], dan Australia Utara. Tanaman ini memiliki keanekaragaman morfologi tertinggi di Papua dan telah dibudidayakan secara luas di sana. Andong dan anggota lain genus ''[[Cordyline]]'' sering salah diidentifikasi sebagai anggota famili [[Dracaena]] karena sistem klasifikasi di masa lalu yang telah usang.<ref name="Hinkle2007">{{cite journal |last1=Hinkle |first1=Anya E. |title=Population structure of Pacific ''Cordyline fruticosa'' (Laxmanniaceae) with implications for human settlement of Polynesia |journal=American Journal of Botany |date=May 2007 |volume=94 |issue=5 |pages=828–839 |doi=10.3732/ajb.94.5.828|pmid=21636452 }}</ref><ref name="CABI-ti">{{cite web|url=https://www.cabi.org/isc/datasheet/11866|title=''Cordyline fruticosa'' (ti plant) |first1=Simpson|last1=Philip|date=9 September 2012|work=Invasive Species Compendium|publisher=Centre for Agriculture and Bioscience International |access-date=19 January 2019}}</ref>
[[File:Cordyline fruiticosa 'Firebrand' 3.jpg|thumb|Andong merah di [[Singapura]]]]
Andong diperkenalkan ke seluruh Oseania oleh [[orang Austronesia]], di mana tanaman ini mencapai [[Hawaii]], [[Selandia Baru]], dan [[Pulau Paskah]] pada titik terjauhnya. Varietas andong yang sangat penting di [[Polinesia]] adalah varietas berdaun hijau besar yang ditanam untuk diambil rimpangnya yang dapat dimakan. Berbeda dengan varietas andong di [[Asia Tenggara]] dan [[Oseania Dekat]], varietas ini hampir seluruhnya mandul di kawasan Oseania Jauh. Perkembangannya hanya bisa dilakukan dengan metode [[setek]] dari batang atau rimpangnya. Ada dugaan bahwa hal ini disebabkan oleh seleksi buatan, mungkin karena rimpang yang dihasilkan lebih besar dan kurang berserat sehingga lebih cocok untuk dimakan.<ref name="Hinkle2007"/><ref name="Hinkle2004">{{cite journal |last1=Hinkle |first1=Anya E. |title=The distribution of a male sterile form of ti (''Cordyline fruticosa'') in Polynesia: a case of human selection? |journal=The Journal of the Polynesian Society |date=2004 |volume=113 |issue=3 |pages=263–290 |url=http://www.jps.auckland.ac.nz/docs/Volume113/jps_v113_no3_2004/2%20The%20distribution%20of%20a%20male.pdf}}</ref><ref name="Borland2009">{{cite book|first1=Borland|last1=Trisha|title =UCB Moorea Class: Biology and Geomorphology of Tropical Islands|chapter =''Cordyline fruticosa'': the distribution and continuity of a sacred plant|publisher =University of California|series =Student Research Papers, Fall 2009|year =2009|chapter-url =http://www.moorea-ucb.org/uploads/6/6/8/3/6683664/final_paper_borland.pdf}}</ref>
Baris 143 ⟶ 144:
Andong mempunyai banyak kegunaan tetapi yang paling terkenal adalah sebagai salah satu tanaman penting dalam kepercayaan [[animisme]] asli Austronesia, bersama dengan tanaman ara (''[[Ficus]] spp.''). Andong secara luas dianggap memiliki kekuatan mistis atau spiritual dalam berbagai budaya Austronesia (dan juga [[Orang Asli Papua|Papua]]). Di antara banyak kelompok etnis di Austronesia, tanaman ini dianggap suci. Andong secara luas diyakini dapat menampung roh sehingga berguna dalam menyembuhkan penyakit "kehilangan roh" dan mengusir roh jahat. Andong digunakan dalam pakaian dan ornamen dalam ritual, serta sebagai penanda batas. Varietas merah dan hijau juga umumnya mewakili aspek dualistik dalam budaya dan agama sehingga penggunaannya pun berbeda dalam ritual. Spesimen andong merah umumnya melambangkan darah, perang, dan pertalian antara orang hidup dan orang mati; sedangkan tanaman andong hijau umumnya melambangkan perdamaian dan pengobatan.<ref name="Ehrlich2000">{{cite journal |last1=Ehrlich |first1=Celia |title='Inedible' to 'edible': Firewalking and the ti plant [''Cordyline fruticosa'' (L.) A. Chev.] |journal=The Journal of the Polynesian Society |date=2000 |volume=109 |issue=4 |pages=371–400 |url=http://www.jps.auckland.ac.nz/document//Volume_109_2000/Volume_109%2C_No._4/%26apos%3BInedible%26apos%3B_to_%26apos%3Bedible%26apos%3B%3A_Firewalking_and_the_ti_plant_%5BCordyline_fruticosa_%28L.%29_A._Chev.%5D%2C_by_Celia_Ehrlich%2C_p_371-400/p1}}</ref><ref name="Ehrlich1989">{{cite journal |last1=Ehrlich |first1=Celia |title=Special problems in an ethnobotanical literature search: ''Cordyline terminalis'' (L.) Kunth, the "Hawaiian ti plant" |journal=Journal of Ethnobiology |date=1989 |volume=9 |issue=1 |pages=51–63 |url=https://ethnobiology.org/sites/default/files/pdfs/JoE/9-1/Ehrlich.pdf}}</ref><ref name="Rappaport1989">{{cite book|first1=Roy A. |last1=Rappaport|title =Pigs for the Ancestors: Ritual in the Ecology of a New Guinea People, Second Edition|publisher =Waveland Press|year =1989|pages=19, 125, 231|isbn = 9781478610021|url =https://books.google.com/books?id=sY4bAAAAQBAJ}}</ref><ref name="Hinkle2004"/> Andong juga banyak digunakan sebagai obat tradisional, pewarna, dan hiasan di seluruh Austronesia dan Papua.<ref name="Lense2012">{{cite journal |last1=Lense |first1=Obed |title=The wild plants used as traditional medicines by indigenous people of Manokwari, West Papua |journal=Biodiversitas |date=1 April 2012 |volume=13 |issue=2 |pages=98–106 |doi=10.13057/biodiv/d130208}}</ref> Penggunaan mereka dalam ritual di Asia Tenggara telah menurun seiring masuknya agama Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen, meski di beberapa wilayah masih digunakan atau bahkan disertakan dalam ritual agama baru.<ref name="Ehrlich2000"/>
 
Di [[Polinesia]], andong berdaun hijau digunakan untuk membungkus makanan, melapisi lubang fermentasi sukun, dan rimpangnya dipanen dan diolah menjadi bubur manis atau minuman mirip madu. Di [[Hawaii]], akarnya juga dicampur dengan air dan difermentasi menjadi [[minuman beralkohol]] yang disebut ''okolehao''.<ref name="Hinkle2007"/><ref name="Simpson1997"/><ref name= "unsavory">{{cite news |last=Lanier |first=Clint |url= https://www.eater.com/drinks/2016/11/10/13503738/okolehao-hawaii |title=Okolehao, the Sweet Hawaiian Moonshine With an Unsavory Past |work=[[Eater.com|Eater]] |date=10 November 2016 |access-date=}}</ref><ref name="Griffith1847">{{cite book|first1=Robert Eglesfeld |last1=Griffith|title =Medical Botany|publisher =Lea and Blanchard|year =1847|page=655|url =https://books.google.com/books?id=xEobAAAAYAAJ&pg=PA655}}</ref> Serat yang diperoleh dari daun dapat dijadikan tali pengikat dan perangkap burung.<ref name="Simpson1997">{{cite journal |last1=Simpson |first1=Philip |title=Are Cabbage Trees Worth Anything? Relating Ecological and Human Values in the Cabbage Tree, tī kōuka. |journal=The Journal of New Zealand Studies |date=1 Januari 1997 |volume=7 |issue=1 |doi=10.26686/jnzs.v7i1.395 }}</ref> Pemanfaatan andobgandong sebagai makanan, yang awalnya dianggap sebagai tanaman suci dan tabu, diyakini merupakan inovasi dalam budaya Polinesia yang berani sebagai tanggapan atas bencana kelaparan.<ref name="Ehrlich2000"/>
[[File:Traditional stilt houses in Bangaan of the Ifugao people.jpg|thumb|Tanaman andong merah di halaman rumah adat orang Ifugao di [[Banaue, Ifugao|Banaue]], [[Filipina]]]]
Dalam kepercayaan anitisme di [[Filipina]], andong biasanya digunakan oleh ''babaylan'' (dukun wanita) saat melakukan ritual perantaraan atau penyembuhan. Kepercayaan umum dalam budaya Filipina adalah bahwa tanaman ini memiliki kemampuan untuk menampung roh. Di kalangan masyarakat Ifugao di Luzon Utara, tanaman ini ditanam di sekitar teras-teras sawah dan perkampungan untuk menangkal roh jahat serta menandai batas lahan pertanian. Daun merahnya dipercaya dapat menarik roh dan dipakai ketika ritual penting sebagai bagian dari hiasan kepala atau dimasukkan ke dalam lengan. Di masa lalu, tanaman ini juga dipakai pada tarian upacara yang disebut ''bangibang'', yang dibawakan oleh pria dan wanita untuk mengenang pejuang yang tewas dalam pertempuran atau pertarungan. Andong juga digunakan untuk menghias benda-benda ritual.<ref name="van Schooneveld2018">{{cite news |last1=van Schooneveld |first1=Inge |title=Punnuk rice harvest ritual celebrates the Earth's abundance |url=https://sinchi-foundation.com/news/punnuk-rice-harvest-ritual/ |access-date= |work=Sinchi |date=18 Juli 2018}}</ref><ref name="de Guzman2018">{{cite news |last1=de Guzman |first1=Daniel |title=Flora De Filipinas: A Short Overview of Philippine Plant Lore |url=https://www.aswangproject.com/flora-de-filipinas-a-short-overview-of-philippine-plant-lore/ |access-date= |work=The Aswang Project |date=6 Juli 2018}}</ref><ref name="Hapao">{{cite book|title =Harvest Rituals in Hapao|publisher =International Information and Networking Centre for Intangible Cultural Heritage in the Asia-Pacific Region under the auspices of UNESCO (ICHCAP)|series =Social Practices, Rituals and Festive Events|url =http://www.ichcap.org/kor/ek/sub3/pdf_file/domain3/057_Harvest_Rituals_in_Hapao.pdf|access-date =|archive-date =9 September 2018|archive-url =https://web.archive.org/web/20180909073802/http://www.ichcap.org/kor/ek/sub3/pdf_file/domain3/057_Harvest_Rituals_in_Hapao.pdf|url-status =dead}}</ref><ref name="Balangcod2009">{{cite journal |last1=Balangcod |first1=T.D. |last2=Balangcod |first2=A.K. |title=Underutilized Plant Resources in Tinoc, Ifugao, Cordillera Administrative Region, Luzon Island, Philippines |journal=Acta Horticulturae |date=Januari 2009 |issue=806 |pages=647–654 |doi=10.17660/ActaHortic.2009.806.80}}</ref> Di kalangan [[orang Palawan]], tanaman andong ditanam di pekuburan untuk mencegah jiwa orang mati berubah menjadi roh jahat.<ref name="Novellino2001">{{cite journal |last1=Novellino |first1=Dario |title=Palawan Attitudes Toward Illness |journal=Philippine Studies |date=2001 |volume=49 |issue=1 |pages=78–93 |url=http://www.philippinestudies.net/files/journals/1/articles/1653/public/1653-1752-1-PB.pdf}}</ref>
Baris 150 ⟶ 151:
Di [[Nusantara]], tanaman andong digunakan sama seperti di Filipina. Di kalangan masyarakat [[Suku Dayak|Dayak]], [[Suku Sunda|Sunda]], [[Suku Dayak Kayan|Kayan]], [[Suku Dayak Kenyah|Kenyah]], Berawan, [[Suku Dayak Iban|Iban]], dan [[Suku Mongondow|Mongondow]], andong merah digunakan sebagai penangkal roh jahat dan penanda batas. Andong juga digunakan dalam ritual-ritual seperti pengobatan dan penguburan dan sangat umum ditanam di [[hutan larangan]] dan tempat keramat lainnya.<ref name="Ehrlich2000"/><ref name="Gunawan">{{cite book|author=Gunawan|title =4th International Conference on Global Resource Conservation & 10th Indonesian Society for Plant Taxonomy Congress|chapter =Study Ethnobotany Andong Plants of the Genus Cordyline in the Dayaknese of Meratus Lok Lahung Village, Loksado, South Borneo|publisher =Brawijaya University|year =2013|chapter-url =http://proceedingicgrc.ub.ac.id/index.php/procicgrc/article/view/11}}</ref> Suku Dayak juga mengekstrak pewarna hijau alami dari tanaman andong.<ref name="Rahayu2016">{{cite journal |last1=Rahayu |first1=Mulyati |last2=Rustiami |first2=Himmah |last3=Rugayah |title=Ethnobotanical Study of Sasak Ethnic, East Lombok, West Nusa Tenggara |journal=Journal of Tropical Biology and Conservation |date=2016 |pages=85–99 |url=https://www.ums.edu.my/ibtpv2/files/07-JTBC13-005-915.pdf}}</ref> Dalam ritual penyembuhan masyarakat [[Suku Mentawai|Mentawai]], roh baik dipikat dengan nyanyian dan sesajian untuk kemudian masuk ke dalam batang andong yang kemudian diberikan pada orang yang sakit.<ref name="Loeb1929">{{cite journal |last1=Loeb |first1=E.M. |title=Shaman and Seer |journal=American Anthropologist |date=1929 |volume=31 |issue=1 |pages=60–84 |doi=10.1525/aa.1929.31.1.02a00050 }}</ref> Di kalangan masyarakat [[Suku Sasak|Sasak]], daun andong hijau digunakan sebagai bagian persembahan kepada makhluk halus oleh para dukun ''belian''.<ref name="Rahayu2016"/> Bagi masyarakat [[Suku Badui|Kanekes]], andong hijau melambangkan raga, sedangkan andong merah melambangkan jiwa. Keduanya digunakan dalam ritual penanaman [[padi]].<ref name="Hakim2006">{{cite book |last1=Hakim |first1=Nurul |series=MSc Forest and Nature Conservation Policy |issue=FNP 80436|title=Cultural and Spiritual Values of Forests in Bady Region, Banten, Indonesia |date=2006 |publisher=Wageningen University|url=http://edepot.wur.nl/184594}}</ref><ref name="Iskandar2017">{{cite journal |last1=Iskandar |first1=Johan |last2=Iskandar |first2=Budiawati S. |title=Various Plants of Traditional Rituals: Ethnobotanical Research Among The Baduy Community |journal=Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education |date=15 Maret 2017 |volume=9 |issue=1 |pages=114 |doi=10.15294/biosaintifika.v9i1.8117}}</ref> Andong juga ditempatkan di pekuburan. Di kalangan orang [[Suku Bali|Bali]] dan [[Suku Batak Karo|Karo]], andong ditanam di dekat desa atau tempat suci keluarga di hutan keramat.<ref name="Domenig">{{cite book|first1=Gaudenz|last1=Domenig|editor1-first=Rosemarijn |editor1-last=Hoefte|editor2-first=Henk Schulte |editor2-last=Nordholt|title =Religion and Architecture in Premodern Indonesia: Studies in Spatial Anthropology|series =Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde|volume=294|publisher =BRILL|year =2014|page=74|isbn =9789004274075|url =https://books.google.com/books?id=MDNnAwAAQBAJ&pg=PA74}}</ref><ref name="Sumantera1999">{{cite journal |last1=Sumantera |first1=I. Wayan |title=Plants Intertwined with Culture |journal=Roots |date=1999 |volume=1 |issue=19 |url=https://www.bgci.org/education/article/0431/ |access-date= |archive-url=https://web.archive.org/web/20190119230959/https://www.bgci.org/education/article/0431/ |archive-date=19 Januari 2019 |url-status=dead }}</ref> Di kalangan masyarakat [[Suku Toraja|Toraja]], tanaman andobg merah digunakan dalam ritual dan sebagai hiasan alat-alat ritual. Di dunia roh, tanaman andong dipercaya memiliki wujud sirip dan ekor roh. Di dunia materi, andong dipakai untuk menarik perhatian roh. Daun merah juga melambangkan darah dan kehidupan serta kejantanan.<ref name="Nooy-Palm1979">{{cite book|first1=Hetty |last1=Nooy-Palm|title =The Sa'dan-Toraja: A Study of Their Social Life and Religion|publisher =Springer|series =Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde|volume=87|year =1979|page=225|isbn =9789401771504|url =https://books.google.com/books?id=_DX0CAAAQBAJ&pg=PA225}}</ref><ref name="Volkman1985">{{cite book|first1=Toby Alice |last1=Volkman|title =Feasts of Honor: Ritual and Change in the Toraja Highlands|publisher =University of Illinois Press|series =Illinois studies in anthropology|volume=16 |year =1985|isbn =9780252011832|url =https://books.google.com/books?id=y4rIoCxx-CMC}}</ref><ref name="Fox2006House">{{cite book|first1=James J.|last1=Fox|title =Inside Austronesian Houses: Perspectives on Domestic Designs for Living|publisher =ANU E Press|year =2006|page=21|isbn =9781920942847|url =https://books.google.com/books?id=4JavFdIXo3oC&pg=PA21}}</ref> Di kalangan masyarakat [[Suku Dayak Ngaju|Ngaju]], tanaman andong merupakan simbol dari hutan keramat para leluhur. Andong juga berperan penting dalam upacara yang melibatkan dewa-dewa tinggi. Andong dianggap sebagai simbol "Pohon Kehidupan" yang maskulin, sebagai lawan dari tanaman [[Ficus|ara]] yang menyimbolkan "Pohon Kematian" yang feminin.<ref name="Ehrlich2000"/>
[[File:Cordyline fruticosa, flowering.jpg|thumb|Tanaman andong hijau berbunga di [[Tonga]]]]
Di [[Pulau Papua|Papua]], andong umumnya ditanam untuk menunjukkan batas kepemilikan tanah untuk bercocok tanam dan juga ditanam di sekitar rumah upacara laki-laki. Ia juga digunakan dalam berbagai ritual dan umumnya dikaitkan dengan darah dan peperangan.<ref name="Sheridan2016">{{cite journal |last1=Sheridan |first1=Michael |title=Boundary Plants, the Social Production of Space, and Vegetative Agency in Agrarian Societies |journal=Environment and Society |date=1 January 2016 |volume=7 |issue=1 |pages=29–49 |doi=10.3167/ares.2016.070103}}</ref><ref name="West2006">{{cite book |last1=West |first1=Paige |title=Conservation Is Our Government Now: The Politics of Ecology in Papua New Guinea |date=2006 |publisher=Duke University Press |isbn=9780822388067 |page=22 |url=https://books.google.com/books?id=Csdl0u3ooOcC}}</ref><ref name="Morris2006">{{cite book|first1=Brian|last1=Morris|title =Religion and Anthropology: A Critical Introduction|publisher =Cambridge University Press|year =2006|page=249|isbn =9780521852418|url =https://books.google.com/books?id=PguGB_uEQh4C&pg=PA249}}</ref> Di kalangan masyarakat Maring, mereka diyakini sebagai rumah bagi "roh merah" (roh manusia yang tewas dalam pertempuran). Sebelum ritual peperangan diadakan, tanaman andong dicabut dan babi dipersembahkan kepada arwah nenek moyang. Setelah gencatan senjata disepakati, andong kembali di batas tanah yang baru tergantung pada hasil pertempuran. Orang-orang yang terlibat dalam ritual lalu menaruh jiwa mereka ke dalam tanaman. Peperangan tersebut telah diberantas oleh pemerintah Papua Nugini, meski sebagian aspek dari ritual tersebut masih bertahan.<ref name="Rappaport1989"/><ref name="Rappaport1967">{{cite journal |last1=Rappaport |first1=Roy A. |title=Ritual Regulation of Environmental Relations among a New Guinea People |url=https://archive.org/details/sim_ethnology_1967-01_6_1/page/17 |journal=Ethnology |date=1967 |volume=6 |issue=1 |pages=17–30 |citeseerx=10.1.1.460.3366 |doi=10.2307/3772735 |jstor=3772735 }}</ref> Di kalangan masyarakat Ankave, andong merah merupakan bagian dari [[mitos penciptaan]] mereka, di mana diyakini tumbuh di lokasi pembunuhan pertama.<ref name="Bonnemère2018">{{cite journal |last1=Bonnemère |first1=Pascale |title=Actions, Relations and Transformations: The Cycle of Life According to the Ankave of Papua New Guinea |journal=Oceania |date=Maret 2018 |volume=88 |issue=1 |pages=41–54 |doi=10.1002/ocea.5180|url=https://hal.archives-ouvertes.fr/hal-01723919/file/2018_Oceania.pdf }}</ref> Di masyarakat Mendi dan Sulka, andong dijadikan pewarna tubuh, dan daunnya digunakan untuk perhiasan dan ritual penyucian.<ref name="Hill">{{cite thesis |type=MSc |last=Hill|first=Rowena Catherine|date=2011 |title=Colour and Ceremony: the role of paints among the Mendi and Sulka peoples of Papua New Guinea |publisher=Durham University}}</ref> Di kalangan masyarakat Nikgini, daunnya memiliki kemampuan magis untuk membawa keberuntungan dan digunakan dalam ramalan dan dekorasi peralatan upacara.<ref name="Nombo">{{cite book|last1=Nombo |first1=Porer |last2=Leach |first2=James |chapter=Reite Plants: An Ethnobotanical Study in Tok Pisin and English |title =Asia-Pacific Environment Monograph|volume=4|publisher =ANU E Press|year =2010|isbn =9781921666018 |chapter-url =https://core.ac.uk/download/pdf/156621545.pdf}}</ref> Di kalangan masyarakat [[Suku Mee|Kapauku]], tanaman andong merupakan tanaman yang dihormati sebagai tanaman ajaib dan diyakini sebagai makhluk spiritual itu sendiri. Berbeda dengan tanaman ajaib lainnya yang dikendalikan oleh roh lain, tanaman ini memiliki rohnya sendiri dan cukup kuat untuk memerintah makhluk spiritual lainnya. Tanaman andong merah digunakan dalam ritual [[sihir putih]], sedangkan tanaman andong hijau digunakan dalam ritual [[ilmu hitam]]. Andong juga biasa digunakan dalam upacara perlindungan dan pengusiran. Di kalangan masyarakat Baktaman, andong merah digunakan dalam upacara inisiasi, sedangkan andong hijau digunakan untuk penyembuhan. Masyarakat Ok juga memuja tanaman ini sebagai [[totem]] kolektif.<ref name="Ehrlich2000"/>
 
Di pulau-pulau kecil [[Melanesia]], andong dianggap keramat oleh berbagai masyarakat penutur bahasa-bahasa Austronesia dan digunakan dalam ritual memohon perlindungan, ramalan, dan kesuburan.<ref name="Ehrlich2000"/> Di kalangan masyarakat Kwaio, andong merah dikaitkan dengan permusuhan dan balas dendam, sedangkan andong hijau dikaitkan dengan jiwa para leluhur, penanda hutan keramat, dan penangkal kejahatan. Suku Kwaio membudidayakan varietas ini di sekitar perkampungan mereka.<ref name="Keesing2012">{{cite journal |last1=Keesing |first1=Roger M. |title=On not understanding symbols |journal=HAU: Journal of Ethnographic Theory |date=September 2012 |volume=2 |issue=2 |pages=406–430 |doi=10.14318/hau2.2.023|s2cid=143871873 }}</ref> Di kalangan masyarakat Maenge di [[Britania Baru]], daun andong dipakai sebagai rok sehari-hari oleh wanita. Warna dan ukuran daun dapat bervariasi menurut preferensi pribadi dan tren. Kultivar baru dengan warna berbeda diperdagangkan secara teratur dan andong ditanam di dekat desa. Sementara daun andong merah hanya boleh dipakai oleh wanita yang sudah melewati masa pubertas. Andong juga merupakan tanaman terpenting dalam ritual sihir dan penyembuhan Maenge. Beberapa kultivar andong dikaitkan dengan makhluk gaib dan memiliki nama khusus dalam cerita rakyat.<ref name="Panoff2018">{{cite book|first1=Françoise |last1=Panoff|editor1-first=Françoise |editor1-last=Barbira-Freedman |title =Maenge Gardens: A study of Maenge relationship to domesticates|publisher =pacific-credo Publications|year = 2018|doi= 10.4000/books.pacific.690|isbn =9782956398189|url =https://books.openedition.org/pacific/777?lang=en}}</ref> Di [[Vanuatu]], daun ''[[Cordyline]]'', yang dikenal secara lokal dengan nama [[bahasa Bislama|Bislama]] ''nanggaria'', dipasang di ikat pinggang dalam tarian tradisional dengan variasi berbeda yang memiliki makna simbolis tertentu. Tanaman ''Cordyline'' sering ditanam di luar bangunan ''nakamal'' (balai pertemuan).<ref name="Gray2012">{{cite book |last1=Gray |first1=Andrew |title=The Languages of Pentecost Island |date=2012 |publisher=Manples (BFoV) Publishing |isbn=9780956098542}}</ref> Di [[Fiji]], daun andong merah dijadikan rok pada kostum penari dan digunakan dalam ritual yang didedikasikan untuk arwah orang mati. Andong juga ditanam di sekitar bangunan upacara yang digunakan untuk ritual inisiasi.<ref name="Ehrlich2000"/>
Baris 169 ⟶ 170:
 
=== ''Dioscorea'' (ubi) ===
Ubi (''[[Dioscorea|Ubi]] (''Dioscorea spp.'') merupakan kelompok besar tanaman yang dijumpai di seluruh wilayah beriklim [[tropis]] di dunia. Berbagai spesies ubi didomestikasi dan dibudidayakan secara mandiri di [[Asia Tenggara Maritim]] dan [[Pulau Papua|Papua]] untuk diambil [[Umbi|umbinya]] yang mengandung tepung, termasuk [[ubi kelapa]] (''[[Ubi kelapa|Dioscorea alata]]''), [[gembolo]] (''[[Gembolo|Dioscorea bulbifera]]''), [[gadung]] (''[[Gadung|Dioscorea hispida]]''), [[gembili]] (''[[Gembili|Dioscorea esculenta]]''), selog (''Dioscorea nummularia''), [[tomboreso]] (''[[Tomboreso|Dioscorea pentaphylla]]''), dan ubi pensil (''Dioscorea transversa'').<ref name="Barker2017">{{cite journal |last1=Barker |first1=Graeme |last2=Hunt |first2=Chris |last3=Barton |first3=Huw |last4=Gosden |first4=Chris |last5=Jones |first5=Sam |last6=Lloyd-Smith |first6=Lindsay |last7=Farr |first7=Lucy |last8=Nyirí |first8=Borbala |last9=O'Donnell |first9=Shawn |title=The 'cultured rainforests' of Borneo |journal=Quaternary International |date=Agustus 2017 |volume=448 |pages=44–61 |doi=10.1016/j.quaint.2016.08.018|bibcode=2017QuInt.448...44B |url=http://researchonline.ljmu.ac.uk/4693/3/The%20cultured%20rainforests%20of%20Borneo.pdf }}</ref> Dari kesemuanya, hanya ubi kelapa dan gembili yang dibudidayakan dan dimakan secara rutin, sedangkan sisanya hanya dianggap sebagai makanan kelaparan karena beracun sehingga harus diolah dengan tepat sebelum dimakan.<ref name="Bevacqua1994">{{cite journal |last1=Bevacqua |first1=Robert F. |title=Origin of Horticulture in Southeast Asia and the Dispersal of Domesticated Plants to the Pacific Islands by Polynesian Voyagers: The Hawaiian Islands Case Study |journal=HortScience |date=1994 |volume=29 |issue=11 |pages=1226–1229 |url=http://hortsci.ashspublications.org/content/29/11/1226.full.pdf|doi=10.21273/HORTSCI.29.11.1226 }}</ref>
 
Ubi kelapa dan gembili adalah jenis ubi yang paling cocok untuk pengangkutan jarak jauh dengan kapal oleh pelaut Austronesia dan dibawa ke banyak tempat di dalam jangkauan ekspansi Austronesia. ''D. alata'' khususnya, diperkenalkan hingga [[Oseania]] dan [[Selandia Baru]]. Keduanya juga dibawa oleh petualang Austronesia ke [[Madagaskar]] dan [[Komoro]].<ref name="Crowther2016"/><ref name="Beaujard2011">{{cite journal |last1=Beaujard |first1=Philippe |title=The first migrants to Madagascar and their introduction of plants: linguistic and ethnological evidence |journal=Azania: Archaeological Research in Africa |date=August 2011 |volume=46 |issue=2 |pages=169–189 |doi=10.1080/0067270X.2011.580142|s2cid=55763047 |url=https://halshs.archives-ouvertes.fr/halshs-00706173/file/Beaujard.azania2.pdf }}</ref><ref name="WalterLebot2007">{{cite book |last1=Walter |first1=Annie |last2=Lebot |first2=Vincent |title=Gardens of Oceania |date=2007 |publisher=IRD Éditions-CIRAD |isbn=9781863204705 |url=https://books.google.com/books?id=SMYkLkV4iyEC}}</ref>
Baris 175 ⟶ 176:
==== ''Dioscorea alata'' (ubi kelapa) ====
[[File:Dioscorea alata - Purple yam tuber - Mindanao, Philippines.jpg|thumb|Uwi (''Dioscorea alata'') dari [[Mindanao]] di mana varietas budi daya yang dominan berwarna ungu cerah]]
[[Ubi kelapa|Uwi]] atau ubi kelapa (''[[Ubi kelapa|Dioscorea alata]]''), juga dikenal sebagai ubi besar atau ubi air, merupakan salah satu tanaman pokok terpenting dalam budaya Austronesia. Ini merupakan spesies utama yang dibudidayakan di antara genus ''Dioscorea'' terutama karena umbinya yang jauh lebih besar dan mudahnya pengolahan.<ref name="temarareoUbe">{{cite web|url=http://www.temarareo.org/PPN-Qubi.html|title=*Qufi ~ Uwhi, uhi|work=Te Mära Reo: The Language Garden|publisher=Benton Family Trust|access-date=}}</ref> Asal muasalnya tidak diketahui, tetapi bukti arkeologi menunjukkan bahwa ubi jenis ini telah dieksploitasi di Asia Tenggara Kepulauan dan Papua sebelum ekspansi Austronesia. Bibit ubi kelapa diketahui tidak dapat melintasi badan air. Keadaan ini membatasi penyebaran spesies ini ke seberang pulau tanpa campur tangan manusia, sehingga dapat menjadi indikator pergerakan manusia yang baik. Beberapa penulis telah mengusulkan habitat aslinya di Asia Tenggara Daratan walau tanpa bukti yang cukup, sementara spesies ini menunjukkan variabilitas fenotipik tertinggi di Filipina dan Papua Nugini.<ref name="Malapa2005">{{cite journal |last1=Malapa |first1=R. |last2=Arnau |first2=G. |last3=Noyer |first3=J.L. |last4=Lebot |first4=V. |s2cid=35381460 |title=Genetic Diversity of the Greater Yam (Dioscorea alata L.) and Relatedness to D. nummularia Lam. and D. transversa Br. as Revealed with AFLP Markers |journal=Genetic Resources and Crop Evolution |date=November 2005 |volume=52 |issue=7 |pages=919–929 |doi=10.1007/s10722-003-6122-5}}</ref><ref name="Cruz1999">{{cite journal |last1=Cruz |first1=V.M.V. |last2=Altoveros |first2=N.C. |last3=Mendioro |first3=M.S. |last4=Ramirez |first4=D.A. |title=Geographical patterns of diversity in the Philippine edible yam collection |journal=Plant Genetic Resources Newsletter |date=1999 |volume=119 |pages=7–11}}</ref><ref name="Paz1999">{{cite journal |last1=Paz |first1=Victor J. |title=Neolithic Human Movement to Island Southeast Asia: The Search for Archaeobotanical Evidence |journal= Bulletin of the Indo-Pacific Prehistory Association|date=1999 |volume=18 |issue=Melaka Papers Vol. 2 |pages=151–158 |doi=10.7152/bippa.v18i0.11710 |url=https://journals.lib.washington.edu/index.php/BIPPA/article/viewFile/11710/10339}}</ref>
[[File:Dioscorea alata.jpg|thumb|left|''{{okina}}Ufi'' (''Dioscorea alata'') di Vava{{okina}}u, [[Tonga]]]]
Berdasarkan bukti arkeologis dari petak pertanian awal dan sisa-sisa tanaman di situs Rawa Kuk, tanaman ini pertama kali diduga telah didomestikasi di dataran tinggi Papua sekitar 10.000 yang lalu dan menyebar ke Pulau Asia Tenggara melalui kebudayaan Lapita sekitar 4000 tahun yang lampau, bersama dengan ''D. nummularia'' dan ''D. bulbifera''. Sebagai imbalannya, ''D. esculenta'' kemudian diperkenalkan oleh kebudayaan Lapita ke Papua. Terdapat juga bukti terjadinya revolusi pertanian pada periode ini sebagai konsekuensi kontak dengan masyarakat Austronesia, termasuk pengembangan teknik pertanian di [[Sawah|lahan basah]].<ref name="Chaïr2016"/><ref name="Bayliss-Smith2017">{{cite book|first1=Tim|last1=Bayliss-Smith|first2=Jack|last2=Golson|first3=Philip|last3=Hughes|editor1-first=Jack |editor1-last=Golson |editor2-first=Tim |editor2-last=Denham|editor3-first=Philip |editor3-last=Hughes|editor4-first=Pamela|editor4-last= Swadling|editor5-first=John |editor5-last=Muke|title =Ten Thousand Years of Cultivation at Kuk Swamp in the Highlands of Papua New Guinea|chapter =Phase 4: Major Disposal Channels, Slot-Like Ditches and Grid-Patterned Fields|publisher =ANU Press|series =terra australis|volume=46|year =2017|pages=239–268|isbn = 9781760461164|chapter-url =https://books.google.com/books?id=Hlk0DwAAQBAJ&pg=PA239}}</ref>
Baris 192 ⟶ 193:
==== ''Dioscorea bulbifera'' (gembolo) ====
[[File:Indigenous Flowers of the Hawaiian Islands, Plate 29.jpg|thumb|Ilustrasi ''D. bulbifera'' dalam ''Indigenous Flowers of the Hawaiian Islands'' (Frances Sinclair,&nbsp;1885)]]
[[Gembolo]] (''[[Gembolo|Dioscorea bulbifera]]''), juga dikenal sebagai ubi pahit, adalah salah satu spesies ubi yang jarang dibudidayakan. Biasanya hanya dimakan saat terjadi kelaparan di Asia Tenggara Kepulauan, Melanesia, dan Polinesia, karena beracun jika tidak dimasak dengan benar. Namun, jenis ubi ini merupakan salah satu dari tiga jenis ubi yang dibawa oleh orang Austronesia ke Oseania Jauh, yang lainnya adalah ''D. alata'' dan ''D. nummularia''. Bagian tanaman yang dipanen adalah umbi udara yang berukuran kecil karena gembolo jarang menghasilkan umbi besar di dalam tanah.<ref name="McClatchey2012"/><ref name="air yam">{{cite web |title=''Dioscorea bulbifera'' – Air Yam |url=https://wildlifeofhawaii.com/flowers/1965/dioscorea-bulbifera-air-yam/ |website=Hawaiian Plants and Tropical Flowers |date=5 November 2012 |access-date=}}</ref>
 
Istilah rekonstruksi dalam bahasa Proto-Oseankk sebagai ''*pwatika'' atau ''*pʷatik'', dengan kata serumpun termasuk ''puet'' dalam bahasa Lou; ''pati'' dalam bahasa Lamusong; ''posika'' dalam bahasa Boanako; dan ''fasia'' dalam bahasa Kwara'ae. Namun, dalam bahasa Lamusong maknanya telah bergeser menjadi bermakna [[gembili]], sementara dalam bahasa Boanaki, maknanya telah bergeser ke maksud yang lebih umum untuk aneka ubi-ubian. Terdapat pula kata ''*balai'' dalam bahasa Proto-Oseanik yang lebih umum, yang berarti "ubi liar", yang menjadi ''*palai'' dalam bahasa Proto-Mikronesia, dengan kata serumpun termasuk ''parai'' dalam bahasa Rotuma; ''palai'' dalam [[bahasa Tonga]], [[Bahasa Niue|Niue]], dan [[Bahasa Samoa|Samoa]]; dan ''pagai'' dalam bahasa Rennell.<ref name="blusttrusell"/>
Baris 198 ⟶ 199:
==== ''Dioscorea esculenta'' (gembili) ====
[[File:Dioscorea esculenta 001.JPG|thumb|''[[Dioscorea esculenta]]'' di Kebun Botani Universitas Karlsruhe]]
[[Gembili]] atau ubi torak (''[[Gembili|Dioscorea esculenta]]'') merupakan tanaman ubi terpenting kedua di kalangan [[orang Austronesia]]. Seperti halnya ubi kelapa, gembili memerlukan pengolahan yang mudah, tidak seperti spesies ubi pahit lainnya. Namun, umbinya lebih kecil dibandingkan ''D. alata'' dan biasanya berduri.<ref name="Andres2016">{{cite book|first1=C.|last1=Andres|first2=O.O.|last2=AdeOluwa|first3=G.S.|last3=Bhullar|editor1-first=Brian |editor1-last=Thomas|editor2-first= Denis J. |editor2-last=Murphy |editor3-first=Brian G. |editor3-last=Murray|title =Encyclopedia of Applied Plant Sciences|edition=2nd|chapter =Yam (''Dioscorea'' spp.)|publisher =Academic Press |year =2016|pages=435–441|isbn = 9780123948076 |chapter-url =https://www.researchgate.net/publication/312231378}}</ref> Seperti halnya ''D. alata'', tanaman ini diperkenalkan ke [[Madagaskar]] dan [[Komoro]] oleh orang Austronesia, lalu kemudian menyebar ke pantai [[Afrika Timur]].<ref name="BlenchAnderson2010">{{cite book|first1=Roger|last1=Blench|editor1-first=Atholl|editor1-last=Anderson |editor1-link=Atholl Anderson |editor2-first=James H.|editor2-last=Barrett|editor3-first=Katherine V.|editor3-last=Boyle|title =The Global Origins and Development of Seafaring|chapter =Evidence for the Austronesian Voyages in the Indian Ocean|publisher =McDonald Institute for Archaeological Research|year =2010|pages=239–248|isbn =9781902937526|chapter-url =http://www.rogerblench.info/Archaeology/Indian%20Ocean/Austronesians%20in%20East%20Africa%20offprint.pdf}}</ref><ref name="Beaujard2011"/><ref name="Hoogervorst2013">{{cite book|first1=Tom|last1=Hoogervorst|editor1-first=Satish|editor1-last=Chandra|editor2-first=Himanshu|editor2-last=Prabha Ray|title =The Sea, Identity and History: From the Bay of Bengal to the South China Sea|chapter =If Only Plants Could talk...: Reconstructing Pre-Modern Biological Translocations in the Indian Ocean|publisher =Manohar|year =2013|pages=67–92|isbn =9788173049866|chapter-url =http://www.sealinksproject.com/wp-content/uploads/2012/09/Hoogervorst-2013-If-only-plants-could-talk.pdf}}</ref> Tanaman ini juga merupakan tanaman dominan di [[Oseania Dekat]]. Namun, tanaman ini tidak sampai ke pulau-pulau terjauh di Polinesia, serta tidak dijumpai di [[Hawaii]] dan [[Selandia Baru]].<ref name="KirchGreen2001">{{cite book |last1=Kirch |first1=Patrick Vinton |last2=Green |first2=Roger C. |title=Hawaiki, Ancestral Polynesia: An Essay in Historical Anthropology |date=2001 |publisher=Cambridge University Press |isbn=9780521788793 |pages=267 |url=https://books.google.com/books?id=WRapfjQ_iTEC&pg=PA267}}</ref><ref name="Sykes2003">{{cite journal |last1=Sykes |first1=W. R. |title=Dioscoreaceae, new for the adventive flora of New Zealand |journal=New Zealand Journal of Botany |date=Desember 2003 |volume=41 |issue=4 |pages=727–730 |doi=10.1080/0028825X.2003.9512884|s2cid=85828982 }}</ref><ref name="canoeplants">{{cite web |last1=White |first1=Lynton Dove |title=Uhi |url=https://www.canoeplants.com/uhi.html |website=Na Meakanu o Wa'a o Hawai'i Kahiko: The "Canoe Plants" of Ancient Hawai'i |access-date=}}</ref>
 
Bulir pati yang diketahui berasal dari gembili telah ditemukan dari situs arkeologi [[kebudayaan Lapita]] di [[Viti Levu]], [[Fiji]], berumur sekitar 3.050 hingga 2.500 tahun.<ref name="Horrocks2007">{{cite journal |last1=Horrocks |first1=Mark |last2=Nunn |first2=Patrick D. |title=Evidence for introduced taro (''Colocasia esculenta'') and lesser yam (''Dioscorea esculenta'') in Lapita-era (c. 3050–2500cal.yrBP) deposits from Bourewa, southwest Viti Levu Island, Fiji |journal=Journal of Archaeological Science |date=Mei 2007 |volume=34 |issue=5 |pages=739–748 |doi=10.1016/j.jas.2006.07.011|bibcode=2007JArSc..34..739H }}</ref> Sisa ubi ''D. esculenta'' (bersama dengan ''D. alata'', ''D. bulbifera'', ''D. nummularia'', dan ''D. pentaphylla'') juga telah diidentifikasi dari situs Gua Mé Auré di Moindou, [[Kaledonia Baru]], berumur sekitar 2.700 hingga 1.800 tahun.<ref name="Horrocks2008">{{cite journal |last1=Horrocks |first1=M. |last2=Grant-Mackie |first2=J. |last3=Matisoo-Smith |first3=E. |title=Introduced taro (''Colocasia esculenta'') and yams (''Dioscorea'' spp.) in Podtanean (2700–1800 years BP) deposits from Mé Auré Cave (WMD007), Moindou, New Caledonia |journal=Journal of Archaeological Science |date=Januari 2008 |volume=35 |issue=1 |pages=169–180 |doi=10.1016/j.jas.2007.03.001|bibcode=2008JArSc..35..169H }}</ref> Sisa-sisa ''D. esculenta'' juga telah digali dari situs arkeologi di Guam yang berasal dari tahun 1031 M.<ref name="Moore2005"/> ''D. esculenta'' diyakini telah diperkenalkan oleh orang-orang dari kebudayaan Lapita ke Papua sekitar 4.000 tahun yang lalu, bersamaan dengan inovasi agrikultur lainnya seperti pertanian di sawah serta [[Peladangan|ladang berpindah]].<ref name="Osmond1998"/><ref name="Chaïr2016"/><ref name="Bayliss-Smith2017"/> Pada sejumlah situs arkeologi di Papua, temuan ini dikaitkan dengan kemunculan pemukiman padat penduduk di kawasan pantai.<ref name="SwadlingHide2005">{{cite book|first1=Pamela|last1=Swadling|first2=Robin|last2=Hide|editor1-first=Andrew|editor1-last=Pawley|editor2-first=Robert|editor2-last=Attenborough|editor3-first=Jack|editor3-last=Golson|editor4-first=Robin|editor4-last=Hide|title =Papuan pasts: cultural, linguistic and biological histories of Papuan-speaking peoples|chapter =Changing landscape and social interaction: looking at agricultural history from a Sepik–Ramu perspective |publisher =Pacific Linguistics|year =2005|pages=289–327|isbn = 9780858835627|chapter-url =https://openresearch-repository.anu.edu.au/bitstream/1885/80119/8/01_Swadling_Changing_landscape_and_social_2005.pdf}}</ref>
Baris 205 ⟶ 206:
 
==== ''Dioscorea hispida'' (gadung) ====
[[Gadung]] (''[[Gadung|Dioscorea hispida]]''), berasal dari Asia tropis dan Papua. Tanaman ini hanya sedikit dibudidayakan di [[Jawa]]. Di tempat lain, tanaman ini diambil dari alam. Seperti halnya ''D. bulbifera'', tanaman ini mempunyai umbi beracun yang perlu dipersiapkan dengan benar sebelum dapat dimakan, sehingga hanya cocok menjadi makanan kelaparan.<ref>{{cite web |url=http://www.nzdl.org/cgi-bin/library.cgi?e=d-00000-00---off-0hdl--00-0----0-10-0---0---0direct-10---4-------0-1l--11-en-50---20-about---00-0-1-00-0-0-11-1-0utfZz-8-00&cl=CL3.37&d=HASH017e5342c4df6794537cc5ed.37.5&gt=1 |title=Root Crops: Yam |publisher= |date= |access-date=}}</ref> Namun, gadung adalah salah satu spesies ''Dioscorea'' yang teridentifikasi dari situs arkeologi Gua Niah yang berumur <40.000 tahun.<ref name="Barker2011"/><ref name="Oliveira2012">{{cite journal |last1=Oliveira |first1=Nuno Vasco |title=Recovering, Analysing and Identifying ''Colocasia esculenta'' and ''Dioscorea'' spp. from Archaeological Contexts in Timor-Leste |journal=Senri Ethnological Studies |date=2012 |volume=78 |pages=265–284 |doi=10.15021/00002521 }}</ref> Namanya dapat direkonstruksi menjadi ''*gaduŋ'' dalam bahasa Purwa-Melayu-Polinesia-Barat. Kata serumpun modernnya di sebagian besar [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat|bahasa Melayu-Polinesia Barat]] adalah ''gadung'' atau ''gadong'' (juga ''ubi gadung'' atau ''ubi gadong''). Nama-nama tersebut juga dapat merujuk pada sejenis singkong yang sama-sama beracun.<ref name="blusttrusell"/>
 
=== ''Ficus'' (ara) ===
Baris 244 ⟶ 245:
=== ''Morinda citrifolia'' (mengkudu) ===
[[File:2089Santa Cruz Paombong, Bulacan River Districts 19.jpg|thumb|Bunga dan buah mengkudu di [[Bulacan]], [[Filipina]]]]
[[Mengkudu]] atau pace (''[[Mengkudu|Morinda citrifolia]]'') berasal dari [[Asia Tenggara]] hingga [[Pulau Papua|Papua]] dan [[Australia]] bagian utara. Mengkudu tumbuh dengan mudah di pantai dan daerah berbatu. Tanaman ini telah diintroduksi secara luas ke Pasifik. Seluruh bagian tanaman digunakan oleh orang Austronesia untuk pengobatan tradisional dan kayu, tetapi penggunaan tradisional yang paling umum adalah untuk ekstraksi pewarna merah atau kuning. Aroma tumbuhan dan buahnya juga dipercaya dapat mengusir roh jahat. Buahnya bisa dimakan, tapi biasanya hanya dimakan sebagai makanan darurat.<ref name="NelsonNoni">{{cite book|last1=Nelson|first1=Scot C.|editor1-first=Craig R.|editor1-last=Elevitch|title=Species Profiles for Pacific Island Agroforestry|chapter=''Pandanus tectorius'' (pandanus)|publisher=Permanent Agriculture Resources (PAR)|year=2006|chapter-url=https://www.doc-developpement-durable.org/file/Arbres-Fruitiers/FICHES_ARBRES/Morinda%20citrifolia-noni/Morinda%20citrifolia_noni.pdf|access-date=|archive-date=31 Agustus 2021|archive-url=https://web.archive.org/web/20210831140441/https://www.doc-developpement-durable.org/file/Arbres-Fruitiers/FICHES_ARBRES/Morinda%20citrifolia-noni/Morinda%20citrifolia_noni.pdf|url-status=dead}}</ref>
 
Ada beberapa istilah untuk mengkudu yang dapat direkonstruksi. Yang paling tersebar luas adalah kata Proto-Melayu-Polinesia Tengah-Timur ''*ñəñu''. Kata serumpunnya seperti ''lino'' dalam [[bahasa Kapampangan]]; ''nino'' dalam [[bahasa Tagalog]] dan [[Rumpun bahasa Bikol|Bikol]]; ''ninú'' dalam [[bahasa Cebu]]; ''nanom'' atau ''nonom'' dalam bahasa Gedaged; ''nom'' dalam bahasa Takia; ''nonu'' dalam [[bahasa Bima]]; ''nenu-k'' dalam [[bahasa Tetun]]; ''nenu'' dalam bahasa Leti dan [[Bahasa Asilulu|Asilulu]]; dan ''neni'' dalam bahasa Luang. Kata ini menjadi ''*ñoñu'' dalam [[bahasa Proto-Oseanik]], dengan kata serumpun termasuk ''non'' dalam bahasa Nali; ñoñ dalam bahasa Leipon dan Wogeo, ''ñoy'' dalam bahasa Bipi; ''nono'' dalam bahasa Gitua dan Rarotonga; ''non'' dalam [[bahasa Kiribati]]; ''nonu'' dalam [[bahasa Motu]], [[Bahasa Tonga|Tonga]], [[Bahasa Niue|Niue]], Futuna, [[Bahasa Samoa|Samoa]], [[Bahasa Tuvalu|Tuvalu]], Kapingamarangi, Nukuoro, dan Anuta; dan ''noni'' dalam [[bahasa Hawaii]]. Dalam beberapa bahasa, maknanya telah bergeser menjadi "pohon kecil" atau "semak" atau terkait dengan ''Morinda umbellata'' dan ''Morinda bracteata''.<ref name="blusttrusell"/>
Baris 251 ⟶ 252:
 
Ada juga rangkaian kata kerabat yang cakupannya lebih kecil, seperti ''*apatut'' dalam bahasa Purwa-Filipina untuk pohonnya dan ''*gurat'' dan ''*kurat'' dalam Purwa-Oseanik untuk pewarna merah yang dihasilkan dari pohon.<ref name="blusttrusell"/>
 
=== ''Musa'' (pisang) ===
[[File:Starr-061106-1450-Musa x paradisiaca-Iholena variety-Maui Nui Botanical Garden-Maui (24774954041).jpg|thumb|Pisang Iholena di [[Maui]], [[Hawaii]]]]
Pisang (''[[Pisang|Musa]]'' spp.) didomestikasi pertama kali terhadap individu [[partenokarpi]] (tanpa biji) dari ''Musa acuminata banksii'' di [[Pulau Papua]], jauh sebelum kedatangan [[Orang Austronesia|penutur bahasa Austronesia]]. Banyak sisa-sisa pisang telah ditemukan dari situs arkeologi Rawa Kuk yang berumur sekitar 10.000 hingga 6.500 tahun. Dari Papua, pisang domestik menyebar ke arah barat menuju [[Asia Tenggara Kepulauan]]. Mereka terhibridasi dengan subspesies ''[[Musa acuminata]]'' lainnya (yang mungkin didomestikasi secara independen) serta ''[[Pisang batu|Musa balbisiana]]'' di [[Filipina]], Papua bagian utara, dan [[Pulau Halmahera|Halmahera]]. Peristiwa hibridisasi ini menghasilkan kultivar pisang triploid yang umum ditanam hingga kini. Di Asia Tenggara Kepulauan, pisang menjadi salah satu tanaman penting orang Austronesia dan turut disebarkan melalui [[jalur perdagangan]] dan pelayaran maritim kuno ke [[Oseania]], [[Afrika Timur]], [[Asia Selatan]], dan [[Indochina]].<ref name="Denham2011"/><ref name="Perrier2009"/><ref name="Fuller2015">{{cite journal |last1=Fuller |first1=Dorian Q |last2=Boivin |first2=Nicole |last3=Hoogervorst |first3=Tom |last4=Allaby |first4=Robin |title=Across the Indian Ocean: the prehistoric movement of plants and animals |journal=Antiquity |date=2 Januari 2015 |volume=85 |issue=328 |pages=544–558 |doi=10.1017/S0003598X00067934|s2cid=15456546 }}</ref>
[[File:Féi Tahiti.JPG|thumb|[[Pisang Tongka Langit|Pisang ranggap]] di [[Tahiti]]]]
Introduksi kuno ini menghasilkan subkelompok pisang yang sekarang dikenal sebagai pisang sejati, yang mencakup pisang matoke dari Afrika Timur dan pisang Pasifik (subkelompok ''Iholena'' dan ''Maoli-Popo'ulu''). Pisang matoke dari Dataran Tinggi Afrika Timur berasal dari pisang yang diintroduksi ke [[Madagaskar]] mungkin dari wilayah antara [[Jawa]], [[Kalimantan]], dan Papua; sedangkan pisang Pasifik diperkenalkan ke Pasifik dari bagian timur Papua atau [[Kepulauan Bismarck]].<ref name="Denham2011"/><ref name="Perrier2009"/>
 
Gelombang introduksi kedua kemudian membawa pisang ke wilayah lain di Asia tropis, khususnya [[Indochina]] dan [[anak benua India]].<ref name="Denham2011"/><ref name="Perrier2009">{{cite journal |last1=Perrier |first1=Xavier |last2=Bakry |first2=Frédéric |last3=Carreel |first3=Françoise |last4=Jenny |first4=Christophe |last5=Horry |first5=Jean-Pierre |last6=Lebot |first6=Vincent |last7=Hippolyte |first7=Isabelle |title=Combining Biological Approaches to Shed Light on the Evolution of Edible Bananas |journal=Ethnobotany Research & Applications |date=2009 |volume=7 |pages=199–216 |url=http://journals.sfu.ca/era/index.php/era/article/download/362/231|doi=10.17348/era.7.0.199-216 }}</ref>
 
==== ''Musa textilis'' (pisang abaka) ====
Pisang abaka atau pisang manila (''[[Pisang abaka|Musa textilis]]'') ditanam secara tradisional untuk diambil seratnya di [[Filipina]]. Serat ini pernah menjadi salah satu serat terpenting di dunia, yang dihargai karena penggunaannya dalam pembuatan kain yang lembut, berkilau, dan halus. Serat abaka adalah komoditas ekspor mewah Filipina selama Era Kolonial, dan dibawa ke [[Hawaii]] dan [[Amerika Tengah]] oleh orang Eropa. Namun, kini serat abaka telah digantikan oleh serat sintetis seperti [[rayon]] dan [[nilon]].<ref name="Ploetz2007"/>
 
==== ''Musa'' × ''troglodytarum'' (pisang fe'i) ====
[[Pisang Tongka Langit|Pisang fe'i]] (''Musa'' × ''troglodytarum''), juga disebut pisang tongka langit atau pisang ranggap adalah kultivar pisang unik khas [[Melanesia]], [[Kepulauan Maluku]], dan [[Polinesia]]. Berbeda dengan kultivar pisang domestik lainnya yang berasal dari ''Musa acuminata'' dan ''Musa balbisiana'', pisang fe'i diyakini merupakan hibrida yang berasal dari spesies yang sama sekali berbeda. Nenek moyang pisang fe'i yang diusulkan termasuk ''Musa jackeyi'', ''Musa lolodensis'', ''Musa maclayi'', dan ''Musa peekelii'', kesemuanya berasal dari Papua dan pulau-pulau di sekitarnya. Seperti pisang lainnya, pisang ini tersebar ke timur hingga Polinesia dan digunakan sebagai bahan pangan. Namun, pisang ini tidak dijumpai di Asia Tenggara Kepulauan dan hanya mencapai Maluku.<ref name="Ploetz2007">{{cite book|first1=Randy C.|last1=Ploetz|first2=Angela Kay|last2=Kepler|first3=Jeff|last3=Daniells|first4=Scott C.|last4=Nelson|editor1-first=Craig R.|editor1-last=Elevitch|title =Species Profiles for Pacific Island Agroforestry|chapter =Banana and plantain — an overview with emphasis on Pacific island cultivars|publisher =Permanent Agriculture Resources (PAR)|year =2007|chapter-url =http://agroforestry.net/images/pdfs/Banana-plantain-overview.pdf}}</ref>
 
=== ''Oryza sativa'' (padi) ===
{{See also|Revolusi Neolitikum|Sejarah budi daya padi|Tiongkok Neolitikum|Baiyue}}
[[File:Neolithic china.svg|thumb|Peta [[Tiongkok Neolitikum]] (8.500 hingga 1.500 SM)]]
Padi (''[[Padi|Oryza sativa]]'') adalah salah satu makanan pokok [[orang Austronesia]] yang tertua, dan kemungkinan besar telah didomestikasi oleh nenek moyang mereka jauh sebelum ekspansi Austronesia berlangsung. Padi tetap menjadi tanaman utama yang dibudidayakan di [[Asia Tenggara Maritim]] hingga kini.<ref name="Bellwood2011"/>
 
{{multiple image
| align = left
| direction = vertical
| width = 300
| header =
| image1 = Spatial distribution of rice, millet and mixed farming sites with a boundary of rice and millet and possible centers of agriculture.png
| alt1 =
| caption1 =Distribusi spasial padi, jelai, dan lokasi pertanian keduanya di Tiongkok Neolitikum (He dkk., 2017)<ref name="He2017">{{cite journal |last1=He |first1=Keyang |last2=Lu |first2=Houyuan |last3=Zhang |first3=Jianping |last4=Wang |first4=Can |last5=Huan |first5=Xiujia |title=Prehistoric evolution of the dualistic structure mixed rice and millet farming in China |journal=The Holocene |date=7 Juni 2017 |volume=27 |issue=12 |pages=1885–1898 |doi=10.1177/0959683617708455 |url=https://www.researchgate.net/publication/317400332|bibcode=2017Holoc..27.1885H |s2cid=133660098 }}</ref>
| image2 =Likely routes of early rice transfer, and possible language family homelands (archaeological sites in China and SE Asia shown).png
| alt2 =
| caption2 = Perkiraan jalur persebaran padi awal, beserta perkiraan ''[[urheimat]]'' (sekitar 5.500 hingga 2.500 tahun yang lalu). Perkiraan garis pantai pada masa [[Holosen]] awal ditunjukkan dengan warna biru muda. (Bellwood, 2011)<ref name="Bellwood2011"/>
}}
 
Terdapat dua kawasan yang disinyalir merupakan tempat dimulainya domestikasi padi dan pengembangan teknologi agrikultur lahan basah. Yang pertama, dan paling mungkin, berada di hilir [[Sungai Panjang]], yang diyakini sebagai kediaman penutur [[rumpun bahasa Austronesia|bahasa-bahasa Austronesia]] awal yang terkait dengan kebudayaan Kauhuqiao, [[Kebudayaan Hemudu|Hemudu]], [[Kebudayaan Majiabang|Majiabang]], dan [[Kebudayaan Songze|Songze]]. Kebudayaan mereka ditandai dengan inovasi khas Austronesia berupa rumah panggung, ukiran [[giok]], dan teknologi pelayaran. Makanan mereka juga dilengkapi dengan [[akorn]], [[purun tikus]], kacang rubah, dan [[Babi|babi domestik]].<ref name="Bellwood2011">{{cite journal |last1=Bellwood |first1=Peter |title=The Checkered Prehistory of Rice Movement Southwards as a Domesticated Cereal—from the Yangzi to the Equator |journal=Rice |date=9 Desember 2011 |volume=4 |issue=3–4 |pages=93–103 |doi=10.1007/s12284-011-9068-9 |s2cid=44675525 |url=https://core.ac.uk/download/pdf/81529950.pdf}}</ref><ref name="Normile">{{cite journal|last=Normile|first=Dennis|year=1997|title=Yangtze seen as earliest rice site|journal=Science|volume=275|issue=5298|pages=309–310|doi=10.1126/science.275.5298.309|s2cid=140691699}}</ref><ref name="Vaughanetal2008">{{cite journal|last1=Vaughan|first1=DA|last2=Lu|first2=B|last3=Tomooka|first3=N|year=2008|url=https://www.researchgate.net/publication/222526251|title=The evolving story of rice evolution|journal=Plant Science|volume=174|issue=4|pages=394–408|doi=10.1016/j.plantsci.2008.01.016}}</ref><ref name=harris>{{cite book|author=Harris, David R.|title=The Origins and Spread of Agriculture and Pastoralism in Eurasia|publisher=Psychology Press|year=1996|isbn=978-1-85728-538-3|page=565}}</ref><ref name="Zhang2012">{{cite journal |last1=Zhang |first1=Jianping |last2=Lu |first2=Houyuan |last3=Gu |first3=Wanfa |last4=Wu |first4=Naiqin |last5=Zhou |first5=Kunshu |last6=Hu |first6=Yayi |last7=Xin |first7=Yingjun |last8=Wang |first8=Can |last9=Kashkush |first9=Khalil |title=Early Mixed Farming of Millet and Rice 7800 Years Ago in the Middle Yellow River Region, China |journal=PLOS ONE |date=17 Desember 2012 |volume=7 |issue=12 |pages=e52146 |doi=10.1371/journal.pone.0052146|pmid=23284907 |pmc=3524165 |bibcode=2012PLoSO...752146Z |doi-access=free }}</ref><ref name="He2017"/><ref name="Hsieh2011">{{cite journal |last1=Hsieh |first1=Jaw-shu |last2=Hsing |first2=Yue-ie Caroline |last3=Hsu |first3=Tze-fu |last4=Li |first4=Paul Jen-kuei |last5=Li |first5=Kuang-ti |last6=Tsang |first6=Cheng-hwa |title=Studies on Ancient Rice—Where Botanists, Agronomists, Archeologists, Linguists, and Ethnologists Meet |journal=Rice |date=24 Desember 2011 |volume=4 |issue=3–4 |pages=178–183 |doi=10.1007/s12284-011-9075-x|s2cid=37711686 }}</ref>
 
[[File:Banaue Rice Terraces and its statue friend.JPG|thumb|Patung ''hogang'', roh penjaga padi suku Ifugao di [[Teras Sawah Banaue]] di [[Luzon]]]]
Yang kedua terletak di tengah Sungai Panjang, yang dipercaya merupakan tanah air penutur [[Rumpun bahasa Hmong-Mien|bahasa-bahasa Hmong-Mien]] awal yang terkait dengan [[kebudayaan Pengtoushan]] dan [[Kebudayaan Daxi|Daxi]]. Kedua wilayah ini berpenduduk padat dan memiliki hubungan dagang satu sama lain, serta dengan penutur [[Rumpun bahasa Austro-Asia|bahasa-bahasa Austroasiatik]] awal di barat, dan penutur [[Rumpun bahasa Kra-Dai|bahasa-bahasa Kra-Dai]] di selatan, sehingga memfasilitasi penyebaran budi daya padi di seluruh [[Tiongkok Selatan]].<ref name="He2017"/><ref name="Bellwood2011"/>
 
Penyebaran budi daya padi ''japonica'' ke [[Asia Tenggara]] diawali dengan perpindahan orang-orang Austronesia dari [[kebudayaan Dapenkeng]] ke [[Pulau Taiwan|Taiwan]] antara tahun 5.500 hingga 4.000 tahun yang lalu. Situs Nanguanli di Taiwan, berumur sekitar 4.800 tahun telah menghasilkan banyak sisa padi dan [[jelai]] yang terkarbonisasi dalam kondisi tergenang air, yang menunjukkan budi daya padi di lahan basah yang intensif dan budi daya jelai di lahan kering.<ref name="Bellwood2011"/>
 
[[File:Latte1.jpg|thumb|Tiang batu latte (''haligi'') dari [[Hagåtña]], [[Guam]]]]
Dari sekitar 4.000 hingga 2.500 tahun yang lalu, ekspansi Austronesia bermula, dengan pergerakan pemukim dari Taiwan ke selatan menuju [[Luzon]] di utara [[Filipina]], sambil membawa serta teknologi pertanian padi. Dari Luzon, bangsa Austronesia dengan cepat menduduki seluruh [[Nusantara]], bergerak ke barat menuju [[Kalimantan]], [[Semenanjung Melayu]], dan [[Sumatra]]; dan ke selatan sampai [[Sulawesi]] dan [[Jawa]]. Telah ditemukan bukti yang menunjukkan pertanian padi di sawah yang intensif telah dilakukan di Jawa dan [[Pulau Bali|Bali]] sejak 2500 tahun yang lalu, di sekitar [[gunung berapi]] yang tanahnya subur.<ref name="Bellwood2011"/>
 
Namun, padi (beserta [[anjing]] dan [[babi]]) tidak dapat bertahan dalam pelayaran pertama bangsa Austronesia ke [[Mikronesia]] karena jauhnya jarak yang mereka tempuh. Para penjelajah inilah yang menjadi leluhur [[kebudayaan Lapita]]. Pada saat mereka bermigrasi ke selatan menuju [[Kepulauan Bismarck]], mereka telah kehilangan kemampuan bertani padi berikut pemeliharaan babi dan anjing. Namun, pengetahuan mengenai pertanian sawah pada akhirnya diadaptasi dalam budi daya [[talas]]. Kebudayaan Lapita di Bismarck menjalin kembali kontak dengan orang-orang Austronesia lainnya di Asia Tenggara Kepulauan.<ref name="Bellwood2011"/>
 
Kebudayaan Lapita juga bersentuhan dengan para petani awal non-Austronesia ([[Orang Asli Papua|Pribumi Papua]]) dan memperkenalkan teknik pertanian basah kepada mereka. Sebagai gantinya, mereka memperoleh pengetahuan budi daya buah-buahan dan umbi-umbian lokal beserta pengetahuan memelihara anjing dan babi domestik, sebelum kemudian menyebar lebih jauh lagi ke timur ke pulau-pulau kecil di [[Melanesia]] dan [[Polinesia]].<ref name="Bellwood2011"/>
 
Padi, bersama dengan tanaman pangan khas Asia Tenggara lainnya juga diperkenalkan ke [[Madagaskar]], [[Komoro]], dan pesisir [[Afrika Timur]] pada sekitar milenium pertama Masehi oleh para pengelana Austronesia dari [[Kepulauan Sunda Besar]].<ref name="Beaujard2011"/>
 
Pelayaran Austronesia dari Asia Tenggara Kepulauan kemudian berhasil membawa beras ke [[Guam]] selama Zaman Latte (1.100 hingga 300 BP). Guam adalah satu-satunya pulau di [[Oseania]] di mana padi telah ditanam sejak masa prakolonial.<ref name="Carson2012">{{cite journal |last1=Carson |first1=Mike T. |title=An overview of latte period archaeology |journal=Micronesica |date=2012 |volume=42 |issue=1/2 |pages=1–79 |url=https://micronesica.org/sites/default/files/1_carson1-79sm.pdf}}</ref><ref name="Peterson2012">{{cite journal |last1=Peterson |first1=John A. |title=Latte villages in Guam and the Marianas: Monumentality or monumenterity? |journal=Micronesica |date=2012 |volume=42 |issue=1/2 |pages=183–08 |url=https://micronesica.org/sites/default/files/5_smpeterson_pp183-208.pdf}}</ref>
 
=== ''Pandanus'' (pandan) ===
[[File:Lauhala weaver, Pukoo, Molokai (PP-33-6-001).jpg|thumb|Seorang wanita sedang menganyam daun pandan di [[Molokai]], [[Hawaii]] (c. 1913)]]
Pandan (''[[Pandan|Pandanus]]'' spp.) merupakan tanaman budi daya yang penting di Pasifik, nomor dua setelah kelapa dalam hal kegunaan dan penyebarannya. Setiap bagian tumbuhan dapat dimanfaatkan, baik untuk makanan, bahan bangunan, obat tradisional, serta bahan anyaman dalam berbagai kebudayaan di Austronesia. Tumbuhan (khususnya bunganya yang harum) juga memiliki makna spiritual di dalam [[animisme]] Austronesia.<ref name="Baba2016">{{cite journal |last1=Baba |first1=Shigeyuki |last2=Chan |first2=Hung |last3=Kezuka |first3=Mio |last4=Inoue |first4=Tomomi |last5=Chan |first5=Eric |title=''Artocarpus altilis'' and ''Pandanus tectorius'': Two Important Fruits of Oceania with Medicinal Values |journal=Emirates Journal of Food and Agriculture |date=2016 |volume=28 |issue=8 |pages=531 |doi=10.9755/ejfa.2016-02-207}}</ref><ref name="Gallaher2014"/>
 
[[File:Südseeabteilung in Ethnological Museum Berlin 134.JPG|left|thumb|[[Layar capit kepiting]] yang dibuat dari daun pandan pada ''tepukei'', [[perahu cadik]] pengarung lautan dari Temotu, [[Kepulauan Solomon]]]]
Pandan juga sangat penting dalam kemajuan ekspansi Austronesia. Daunnya dapat dianyam menjadi layar kapal cadik Austronesia. Layar ini memungkinkan orang Austronesia melakukan perjalanan jarak jauh. Namun, dalam beberapa kasus, perjalanan ini hanya satu arah. Kegagalan pandan untuk tumbuh di [[Pulau Paskah|Rapa Nui]] dan [[Selandia Baru|Aotearoa]] diyakini telah mengisolasi kedua daerah tersebut dari wilayah Polinesia lainnya.<ref name="Kirch2012">{{cite book|first1=Patrick Vinton|last1=Kirch|title =A Shark Going Inland Is My Chief: The Island Civilization of Ancient Hawai'i|publisher =University of California Press|year =2012|pages=25–26|isbn = 9780520953833|url =https://books.google.com/books?id=CDQy8OOicF4C&pg=PA25}}</ref><ref name="Gallaher2014">{{cite book|first1=Timothy|last1=Gallaher|editor1-first=Lia O'Neill M.A.|editor1-last=Keawe|editor2-first=Marsha|editor2-last=MacDowell|editor3-first=C. Kurt|editor3-last=Dewhurst|title ={{okina}}Ike Ulana Lau Hala: The Vitality and Vibrancy of Lau Hala Weaving Traditions in Hawai{{okina}}i|chapter =The Past and Future of Hala (''Pandanus tectorius'') in Hawaii|publisher =Hawai'inuiakea School of Hawaiian Knowledge; University of Hawai'i Press |year =2014|doi= 10.13140/RG.2.1.2571.4648|isbn =9780824840938 }}</ref>
 
Kata pandan dalam bahasa Austronesia berasal dari kata rekonstruksi [[Bahasa Proto-Austronesia|Purwa-Austronesia]] ''*paŋudaN'', yang menjadi ''*padran'' dalam [[bahasa Proto-Oseanik|Purwa-Oseanik]] dan ''*fara'' dalam [[Bahasa Proto-Polinesia|Purwa-Polinesia]], dua kata terakhir biasanya merujuk secara spesifik pada ''Pandanus tectorius''. Kata serumpun dalam bahasa Austronesia modern antara lain ''pangətanə'' dalam [[bahasa Kanakanavu]]; ''panadan'' dalam [[bahasa Thao]] dan [[Bahasa Bunun|Bunun]]; ''pandan'' dalam [[bahasa Tagalog]] dan [[Bahasa Melayu|Melayu]]; ''pahong'' dalam [[bahasa Chamorro]]; ''pondang'' dalam [[bahasa Ratahan]]; ''pandang'' dalam [[bahasa Manggarai]]; ''fandrana'' dalam [[bahasa Malagasi]]; ''fada-da'' dalam bahasa Lau; ''vadra'' dalam [[bahasa Fiji]]; ''fala'' dalam [[bahasa Samoa]]; ''fā'' dalam [[bahasa Tonga]]; ''fara'' dalam [[bahasa Tahiti]]; ''hala'' dalam [[bahasa Hawaii]]; dan ''whara'' atau ''hara'' dalam [[bahasa Maori]]. Namun, dalam [[Rumpun bahasa Formosa|bahasa-bahasa Formosa]] yang digunakan [[penduduk asli Taiwan]], arti kata tersebut umumnya telah bergeser menjadi "[[nanas]]", tanaman hasil introduksi oleh orang Eropa yang secara fisik mirip. Dalam bahasa Māori juga, maknanya telah bergeser menjadi ''Astelia'' spp. dan ''Phormium tenax'' (''harakeke''), tanaman serupa yang digunakan untuk membuat tenunan, karena pandan tidak bertahan dalam perjalanan ke Aotearoa.<ref name="Wolff2018">{{cite book|first1=John U. |last1=Wolff|title =Proto-Austronesian Phonology with Glossary |volume=II|publisher =Cornell Southeast Asia Program Publications|year =2018|page=927|isbn =9781501735998|url =https://books.google.com/books?id=KSZzDwAAQBAJ&pg=PA927}}</ref><ref name="temarareo">{{cite web|url=http://www.temarareo.org/PPN-Evolution.html|title=The Evolution of Plant Names|work=Te Mära Reo: The Language Garden|publisher=Benton Family Trust|access-date=}}</ref>
 
[[File:Pandanus tectorius fruits Beqa Fiji 1.jpg|thumb|''[[Pandanus tectorius]]'' dan buahnya di Beqa, [[Fiji]]]]
Pandan tumbuh dengan baik di habitat pulau, sangat toleran terhadap garam dan mudah diperbanyak, menjadikannya tanaman ideal bagi para petualang Austronesia awal. Seperti halnya kelapa, tanaman ini banyak tumbuh di sepanjang garis pantai, [[hutan bakau]], dan ekosistem pesisir lainnya. Mereka juga dapat ditemukan di bagian bawah hutan di pedalaman pulau-pulau besar. Jenis lainnya juga dapat ditemukan di hutan dataran tinggi, kemungkinan besar ditanam oleh manusia. Pandan dan kelapa beradaptasi untuk menahan angin kencang yang sering menjadi [[topan]] di Indo-Pasifik. Pusat keanekaragaman pandan terbesar adalah Pasifik bagian barat dan [[Asia Tenggara Kepulauan]]. Genus ini mempunyai sekitar 600 spesies, sementara spesies yang paling penting dan paling tersebar luas dalam budaya Austronesia adalah ''[[Pandan duri|Pandanus tectorius]]'' atau pandan duri.<ref name="Thomson2006"/>
[[File:Kinab-anan Farm basket.jpg|thumb|left|Sebuah ''bayong'', keranjang tradisional Filipina yang dianyam dari ''karagumoy'' (''Pandanus simplex'')]]
''Pandanus tectorius'' di [[Oseania]] menunjukkan bukti budi daya jangka panjang, dengan ratusan kultivar berbeda yang dibiakkan secara selektif yang terutama diperbanyak melalui [[stek]]. Varietas-varietas ini seringkali memiliki nama yang berbeda dalam bahasa lokal dan mempunyai ciri fisik yang berbeda. Varietas ini umumnya dibedakan berdasarkan warna dan apakah buahnya bisa dimakan, serta dapat pula dibedakan berdasarkan hal lain seperti warna dan bentuk daun yang digunakan untuk menenun.<ref name="Thomson2006">{{cite book |last1=Thomson|first1=Lex A.J|last2=Englberger|first2=Lois|last3=Guarino |first3=Luigi|last4=Thaman|first4=R.R.|last5=Elevitch|first5=Craig R.|editor1-first=Craig R.|editor1-last=Elevitch|title =Species Profiles for Pacific Island Agroforestry|chapter =''Pandanus tectorius'' (pandanus)|publisher =Permanent Agriculture Resources (PAR)|year =2006|chapter-url=http://www.agroforestry.net/images/pdfs/P.tectorius-pandanus.pdf}}</ref>
 
Fosil ''Pandanus tectorius'' yang sangat tua telah ditemukan di Hawaii, berusia lebih dari 1,2 juta tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman tersebut pernah sampai di Hawaii (dan kemungkinan besar kepulauan Pasifik lainnya) secara alami melalui buahnya yang ringan. Namun, varietas hasil domestikasi yang dapat dimanfaatkan disebark oleh orang Austronesia dari pulau ke pulau. Apalagi, pandan liar memiliki kristal [[kalsium oksalat]] (rafid) di jaringan buahnya yang menyebabkan gatal dan iritasi jika dimakan mentah sehingga perlu dimasak. Oleh karena itu, varietas yang didomestikasi yang memiliki lebih sedikit rafid (yang juga biasanya lebih sedikit berserat dan lebih bergizi), lebih dihargai dan kemudian diintroduksi.<ref name="Thomson2006"/><ref name="Gallaher2014"/> Terdapat juga bukti fosil buah pandan yang dipanen untuk dimakan di Papua dari situs arkeologi yang berumur sekitar 34.000 hingga 36.000 yang lalu.<ref name="Gallaher2014"/>
 
Spesies pandan penting lainnya yang dimanfaatkan oleh orang Austronesia antara lain ''[[Pandan wangi|Pandanus amaryllifolius]]'', ''[[Pandan laut|Pandanus odorifer]]'', ''[[Cangkuang|Pandanus furcatus]]'', ''Pandanus julianettii'', ''Pandanus simplex'', ''[[Pandanus utilis]]'', ''Pandanus dubius'', dan ''Pandanus whitmeeanus''. ''Pandanus odorifer'' atau pandan laut tersebar luas di [[Mikronesia]] bagian barat hingga Asia Tenggara Kepulauan dan [[Asia Selatan]]. Spesies ini diduga merupakan subspesies dari ''Pandanus tectorius'' yang berhibridisasi.<ref name="Thomson2006"/> ''Pandanus amaryllifolius'' atau pandan wangi adalah spesies penting lainnya yang banyak digunakan sebagai bumbu masakan oleh orang [[Asia Tenggara]] karena daunnya yang harum.<ref name="Castro2006">{{cite book|first1=Irma Remo|last1=Castro|title =A Guide to Families of Common Flowering Plants in the Philippines|publisher =University of the Philippines Press|year =2006|pages=144–145|isbn =9789715425254|url =https://books.google.com/books?id=GZVsCZE3r0UC&pg=PA144}}</ref>
 
=== ''Piper'' ===
Tumbuhan bergenus ''[[Piper]]'' yang dibudidayakan secara luas oleh bangsa Austronesia antara lain sirih (''[[Sirih|Piper betle]]''), kemukus (''[[Kemukus|Piper cubeba]]''), kava (''[[Kava|Piper methysticum]]''), dan cabai jawa (''[[Cabai jawa (tanaman)|Piper retrofractum]]''). Banyak jenis tumbuhan lainnya yang juga dipanen dari alam liar untuk tujuan pengobatan atau keagamaan, termasuk ''Piper caducibracteum'', ''Piper excelsum'', ''[[Sirih merah|Piper ornatum]]'', dan ''[[Karuk|Piper sarmentosum]]''.<ref name="Wiersema">{{cite book|first1=John H. |last1=Wiersema|first2=Blanca |last2=León|title =World Economic Plants: A Standard Reference|edition=2nd|publisher =CRC Press|year =2016|isbn = 9781466576810}}</ref> Lada hitam (''[[Lada|Piper nigrum]]'') dan cabai panjang (''Piper longum'') juga dibudidayakan secara luas di [[Asia Tenggara Kepulauan]] berkat hubungan dagang [[orang Austronesia]] dengan [[India Selatan]] dan [[Sri Lanka]].<ref name="Krishnamurthy2010">{{cite journal |last1=Krishnamurthy |first1=K.S. |last2=Parthasarathy |first2=V.A. |last3=Saji |first3=K.V. |last4=Krishnamoorthy |first4=B. |title=Ideotype concept in black pepper (''Piper nigrum'' L.) |journal=Journal of Spices and Aromatic Crops |date=2010 |volume=19 |issue=1 & 2 |pages=1–13 |url=https://www.researchgate.net/publication/266080832}}</ref>
 
==== ''Piper betle'' (sirih) ====
[[File:Piper betle 3zz.jpg|thumb|Daun [[sirih]]]]
Sirih (''[[Sirih|Piper betle]]'') merupakan salah satu dari dua tumbuhan yang menjadi bahan utama dalam tradisi [[menginang]] selain pinang (''[[Pinang|Areca catechu]]''). Ini adalah salah satu praktik masyarakat Austronesia yang paling banyak ditemui. Cara konsumsinya adalah dengan mengambil sehelai daun sirih, lalu menggunakannya untuk membungkus pinang dan sedikit [[kapur]] (diperoleh dari kulit kerang yang dihaluskan) kemudian dikunyah beberapa saat. Sirih memberikan efek [[stimulan]], menyebabkan sedikit pusing diikuti dengan [[euforia]] dan kewaspadaan. Kebiasaan ini dapat menimbulkan efek ketagihan, merusak gigi dan gusi, serta membuat gigi menjadi merah.<ref name="Zumbroich2007"/><ref name="McLean2014"/>
 
[[File:Betel mortar, Ramu Delta or Manam Island, C-14 dating to 1680-1890 with 95.4% probability, wood, ochre - De Young Museum - DSC01148.JPG|thumb|left|upright|Sebuah lumpang sirih dari Manam Motu, c. 1680 hingga 1890 M]]
Berdasarkan bukti arkeologi, linguistik, dan botani, mengunyah sirih paling erat kaitannya dengan budaya Austronesia, meskipun sudah diadopsi secara luas oleh budaya tetangga pada zaman prasejarah dan sejarah. Habitat asli sirih tidak diketahui, namun ''Areca catechu'' diketahui berasal dari [[Filipina]], di mana tanaman tersebut memiliki keragaman morfologi terbesar serta jumlah spesies endemik yang berkerabat dekat terbanyak. Tidak diketahui kapan keduanya digabungkan, karena pinang sendiri dapat dikunyah karena sifat narkotikanya.<ref name="Zumbroich2007">{{cite journal |last1=Zumbroich |first1=Thomas J. |title=The origin and diffusion of betel chewing: a synthesis of evidence from South Asia, Southeast Asia and beyond |journal=eJournal of Indian Medicine |date=2007–2008 |volume=1 |pages=87–140 |url=https://ugp.rug.nl/eJIM/article/download/24712/22162}}</ref> Namun, di [[Indonesia Timur]], daun dari ''[[Sirih hutan|Piper caducibracteum]]'' liar (dikenal sebagai sirih hutan) juga diambil dan digunakan sebagai pengganti daun sirih.<ref name="Cunningham2011">{{cite book|first1=A.B.|last1=Cunningham|first2=W.|last2=Ingram|first3=W.|last3=DaosKadati|first4=J.|last4=Howe|first5=S.|last5=Sujatmoko|first6=R.|last6=Refli|first7=J.V.|last7=Liem|first8=A.|last8=Tari|first9=T.|last9=Maruk|first10=N.|last10=Robianto|first11=A.|last11=Sinlae|first12=Y.|last12=Ndun|first13=I.|last13=Made Maduarta|first14=D.|last14=Sulistyohardi|first15=E.|last15=Koeslutat|title =Hidden economies, future options: trade in non-timber forest products in eastern Indonesia|publisher =Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR)|year =2011|isbn =9781921738685|url =https://www.aciar.gov.au/file/75681/download?token=Z3LzN2aP}}</ref>
 
Bukti nyata tertua mengenai kebiasaan mengunyah sirih berasal dari Filipina. Khususnya beberapa individu yang ditemukan di lubang pemakaman di situs Gua Duyong di [[Palawan]] yang berusia sekitar 4.630±250 tahun. Gigi rangkanya bernoda, ciri khas seorang penginang. Di kuburan tersebut juga terdapat cangkang ''[[Anadara]]'' yang digunakan sebagai wadah kapur, di mana salah satunya masih berisi kapur. Situs pemakaman di [[Bohol]] yang berasal dari milenium pertama Masehi juga menunjukkan ciri khas noda kemerahan akibat mengunyah sirih. Berdasarkan bukti linguistik tentang bagaimana istilah [[bahasa Proto-Austronesia|Purwa-Austronesia]] ''*buaq'' yang awalnya berarti "buah" kemudian merujuk pada "pinang" dalam [[Bahasa Proto-Melayu-Polinesia|bahasa Purwa-Melayu-Polinesia]], diyakini bahwa mengunyah sirih awalnya berkembang di suatu tempat di Filipina tidak lama setelah permulaan ekspansi Austronesia (~5.000 tahun yang lalu). Dari Filipina, tradisi ini menyebar kembali ke [[Pulau Taiwan|Taiwan]] dan selanjutnya ke seluruh Austronesia.<ref name="Zumbroich2007"/>
 
[[File:Royal ceremonial betel bag (pahapa), East Sumba, Kingdom of Kapunduk, HAA.JPG|thumb|Kantung sirih seremonial (''pahapa''), [[Kabupaten Sumba Timur|Sumba Timur, Kerajaan Kapunduk]], awal abad ke-20]]
Sirih mencapai [[Mikronesia]] sekitar 3.500 hingga 3.000 tahun yang lalu bersama penjelajah Austronesia, berdasarkan bukti linguistik dan arkeologi.<ref name="Heathcote2012">{{cite journal |last1=Heathcote |first1=Gary M. |last2=Diego |first2=Vincent P. |last3=Ishida |first3=Hajime |last4=Sava |first4=Vincent J. |title=An osteobiography of a remarkable protohistoric Chamorro man from Taga, Tinian |journal=Micronesica |date=2012 |volume=43 |issue=2 |pages=131–213}}</ref> Sirih juga ada dalam [[kebudayaan Lapita]], berdasarkan peninggalan arkeologi dari Mussau bertanggal sekitar 3.600 hingga 2.500 BP. Namun, sirih tidak mencapai Polinesia di timur. Ia diyakini berhenti di [[Kepulauan Solomon]] karena adanya penggantian sirih dengan tradisi minum [[kava]] yang diolah dari tumbuhan kerabat ''Piper methysticum''.<ref name="Lebot1989">{{cite journal |last1=Lebot |first1=V. |last2=Lèvesque |first2=J. |title=The Origin and Distribution of Kava (''Piper methysticum'' Forst. F., Piperaceae): A Phytochemical Approach |journal=Allertonia |date=1989 |volume=5 |issue=2 |pages=223–281}}</ref><ref name="blusttrusell"/> Sirih juga menyebar ke [[Afrika Timur]] melalui pemukiman Austronesia di [[Madagaskar]] dan [[Komoro]] sekitar abad ke-7.<ref name="Zumbroich2007"/>
 
Sirih juga menyebar ke budaya-budaya yang pernah berhubungan dengan bangsa Austronesia. Sirih mencapai [[Asia Selatan]] pada 3.500 tahun yang lalu melalui kontak awal pedagang Austronesia dari [[Sumatra]], [[Jawa]], dan [[Semenanjung Melayu]] dengan para penutur [[Rumpun bahasa Dravida|bahasa-bahasa Dravida]] di Sri Lanka dan India selatan. Peristiwa ini juga bertepatan dengan diperkenalkannya tanaman asli [[Asia Tenggara]] seperti ''[[Cendana|Santalum album]]'' dan ''[[Kelapa|Cocos nucifera]]'', serta adopsi teknologi [[perahu cadik]] dan [[layar capit kepiting]] Austronesia oleh [[bangsa Dravida]]. Sirih juga menyebar di [[Asia Tenggara Daratan]] sejak 3.000 hingga 2.500 tahun yang lalu melalui perdagangan dengan [[Kalimantan]], ketika [[Kerajaan Champa]] berdiri di [[Vietnam Selatan]]. Dari sana, sirih menyebar ke utara hingga [[Tiongkok]]. Terakhir, mencapai [[India Utara]] sekitar 500 tahun yang lalu melalui perdagangan di [[Teluk Benggala]]. Dari sana, kemudian menyebar ke barat mencapai [[Persia]] dan [[Cekungan Mediterania|Mediterania]].<ref name="Zumbroich2007"/><ref name="Mahdi1999">{{cite book|last1=Mahdi|first1=Waruno|editor1-last =Blench|editor1-first=Roger|editor2-last=Spriggs|editor2-first= Matthew|title =Archaeology and Language III: Artefacts languages, and texts|chapter =The Dispersal of Austronesian boat forms in the Indian Ocean|volume = 34|publisher =Routledge|series =One World Archaeology |year =1999|pages=144–179|isbn =978-0415100540}}</ref><ref name="Gilboa2016">{{cite journal |last1=Gilboa |first1=Ayelet |last2=Namdar |first2=Dvory |title=On the Beginnings of South Asian Spice Trade with the Mediterranean Region: A Review |journal=Radiocarbon |date=9 February 2016 |volume=57 |issue=2 |pages=265–283 |doi=10.2458/azu_rc.57.18562 |s2cid=55719842 |url=https://journals.uair.arizona.edu/index.php/radiocarbon/article/download/18562/18210}}</ref>
 
Terdapat sebuah klaim lama bahwa tradisi menginang setidaknya berumur 13.000 tahun yang lalu di Rawa Kuk di [[Papua Nugini]], berdasarkan temuan jejak spesimen ''Areca'' sp. Namun, kini diketahui bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh kontaminasi pada sampel. Klaim serupa juga dibuat di lokasi lain yang lebih tua dengan temuan ''Areca'' sp, tetapi tidak ada satu pun yang dapat diidentifikasi secara pasti sebagai ''A. carechu'' serta hubungannya dengan tanaman sirih sangat lemah atau bahkan tidak ada sama sekali.<ref name="Zumbroich2007"/>
 
Ada banyak rangkaian [[kata kerabat]] yang dapat direka ulang dalam bahasa Austronesia yang artinya berkaitan dengan berbagai aspek menginang. Mulai dari mengunyah sesuatu tanpa ditelan, peralatan yang digunakan untuk memanjat pohon pinang, hingga ludah sirih. Satu set kata serumpun yang dapat direkonstruksi untuk sirih adalah ''*Rawed'' dalam bahasa Purwa-Melayu-Polinesia-Barat yang menjadi ''*gawed'' dalam bahasa Purwa-Filipina, dengan kata serumpun termasuk ''gaod'' dalam [[bahasa Yami]], ''gawed'' dalam [[bahasa Itbayat]]; ''gawéd'' dalam [[bahasa Ilokano]]; ''khawád'' dalam [[bahasa Isnag]]; ''gawə́d'' dalam bahasa Casiguran Dumagat; ''kawed'' dalam bahasa Ibaloi; ''lawɨ'd'' dalam bahasa Balangaw; ''lawód'' dalam bahasa Kalagan; dan ''auat'' atau ''awet'' dalam [[bahasa Kenyah Kelinyau]].<ref name="blusttrusell"/>
 
Dua rangkaian kata serumpun lainnya mencapai [[Oseania]]. Yang pertama adalah ''*pu-pulu'' dalam bahasa Purwa-Melayu-Polinesia, yang menjadi ''*[pu-]pulu'' dalam bahasa Purwa-Oseanik. Kata serumpun termasuk ''ulo'' dalam bahasa Mussau ''ulo''; ''pun'' dalam bahasa Loniu; ''pun'' atau ''puepun'' dalam bahasa Bipi; ''ul'' dalam bahasa Lukep; ''ful'' dalam bahasa Takia; ''fu'' dalam bahasa Gedaged fu; ''ulusalaga'' dalam bahasa Manam; dan ''vu-vulu'' dalam bahasa Bugotu. Yang lainnya adalah ''*siqa(r,R)(a)'' dalam bahasa Purwa-Meso-Melanesia dengan kata serumpun termasuk ''sie'' dalam bahasa Kara dan Lihir; Tabar ''sia'' dalam bahasa Tabar; ''sier'' dalam bahasa Patpatar; ''ier'' dalam [[bahasa Kuanua]]; ''hiara'' dalam bahasa Nehan; ''sil'' dalam bahasa Petatrs; ''hia(kuru)'' dalam bahasa Teop; ''(ta)sian'' dalam bahasa Tinputz; ''siɣana'' dalam bahasa Banoni; dan ''hirata'' dalam bahasa Marovo.<ref name="McLean2014"/><ref name="Ross2008Lexicon">{{cite book|first1=Malcolm|last1=Ross|editor1-first=Malcolm|editor1-last=Ross|editor2-first=Andrew|editor2-last=Pawley|editor3-first=Meredith|editor3-last=Osmond|title =The lexicon of Proto Oceanic: The culture and environment of ancestral Oceanic society|chapter =Other cultivated plants|publisher =Pacific Linguistics|volume=3 |year =2008|pages=389–426|isbn =9780858835894|chapter-url =https://openresearch-repository.anu.edu.au/handle/1885/106908}}</ref>
 
==== ''Piper cubeba'' (kemukus) ====
Kemukus (''[[Kemukus|Piper cubeba]]'') berasal dari Asia Tenggara Kepulauan. Namun, seperti halnya ''Piper retrofractum'', tanaman ini hanya dibudidayakan secara luas di [[Kepulauan Sunda Besar]] untuk [[perdagangan rempah]]. [[Orang Jawa]] mempertahankan monopoli perdagangan dengan mensterilkan benih sebelum menjualnya. Baunya menyengat, sering dibandingkan dengan [[merica Jamaika]], cukup berbeda dengan lada-ladaan lainnya. Rasanya juga sedikit pahit. Tanaman ini penting karena telah mencapai [[Yunani]] pada zaman kuno melalui [[Jalur Sutra]]. Kemukus adalah rempah-rempah langka yang berharga di [[Abad Pertengahan|Eropa Abad Pertengahan]] dan [[Timur Tengah]], termasyhur karena memiliki khasiat obat dan magis. Para tabib Arab abad pertengahan biasa menggunakannya untuk berbagai pengobatan, mulai dari mengobati kemandulan hingga penawar racun. Kemukus juga disebutkan dalam cerita ''[[Seribu Satu Malam]]'' serta ''[[Perjalanan Marco Polo]]''. Perdagangannya berkurang selama Era Kolonial ketika [[Imperium Portugal]] melarang impor kemukus guna mempromosikan lada hitam yang diproduksi oleh koloninya sendiri.<ref name="Ravindran2017">{{cite book|first1=P.N.|last1=Ravindran|title =The Encyclopedia of Herbs and Spices|publisher =CABI|year =2017|isbn =9781780643151|url =https://books.google.com/books?id=6pJNDwAAQBAJ}}</ref><ref name="Wiart">{{cite book|last1=Wiart |first1=Christophe|title =Medicinal Plants Of The Asia-pacific: Drugs For The Future?|url=https://archive.org/details/medicinalplantso0000wiar_e7f6 |publisher =World Scientific|year =2006|isbn = 9789814480338}}</ref><ref name="Dalby2002">{{cite book|first1=Andrew |last1=Dalby|title =Dangerous Tastes: The Story of Spices|publisher =University of California Press|year =2002|isbn =9780520236745}}</ref><ref name="Snodgrass2013">{{cite book|first1=Mary Ellen |last1=Snodgrass|title =World Food: An Encyclopedia of History, Culture and Social Influence from Hunter Gatherers to the Age of Globalization: An Encyclopedia of History, Culture and Social Influence from Hunter Gatherers to the Age of Globalization|publisher =Sharpe Reference|year =2013|isbn =9781317451600}}</ref>
 
==== ''Piper excelsum'' (kawakawa) ====
[[File:Kawakawa877.jpg|thumb|Kawakawa di [[Auckland|Auckland, Selandia Baru]]]]
Kawakawa (''Piper excelsum'') adalah pohon kecil atau semak endemik [[Selandia Baru]] dan di [[Pulau Norfolk]] dan [[Pulau Lord Howe]] yang ada di dekatnya. Tanaman ini dieksploitasi oleh pemukim Austronesia berdasarkan pengetahuan sebelumnya tentang [[kava]] karena kava tidak dapat bertahan hidup di iklim yang lebih dingin di [[Aotearoa]]. Nama [[bahasa Maori|Māori]] untuk tumbuhan tersebut, ''kawakawa'', berasal dari kata yang sama untuk kava, tetapi digandakan. Kawakawa merupakan tanaman suci di kalangan [[orang Māori]]. Dilihat sebagai lambang kematian, berpasangan dengan rangiora (''Brachyglottis repanda'') yang merupakan lambang kehidupan. Dahan kawakawa sering digunakan dalam ritual penyucian..<ref name="temarareoKawakawa"/>
 
Namun, kemiripan kawakawa dengan kava asli hanya sepintas saja. Akar kawakawa tidak memiliki sifat psikoaktif. Sebaliknya, kegunaan utama kawakawa adalah untuk pengobatan tradisional.<ref name="temarareoKawakawa">{{cite web|url=http://www.temarareo.org/TMR-Kawa.html|title=Kawa ~ Kawakawa |work=Te Mära Reo: The Language Garden|publisher=Benton Family Trust|access-date=}}</ref>
 
==== ''Piper methysticum'' (kava) ====
Kava (''[[Kava|Piper methysticum]]'') adalah pohon kecil atau semak yang diyakini telah didomestikasi di [[Pulau Papua|Papua]] atau [[Vanuatu]] oleh orang Melanesia. Taman inipercaya sebagai varietas domestik ''Piper subbullatum'' yang berasal dari [[Pulau Papua|Papua]] dan [[Filipina]].<ref name="Ross2008Lexicon"/>
 
[[File:Fijian kava ceremony.jpg|thumb|Upacara persiapan [[kava]] di [[Fiji]]]]
[[File:Starr 040318-0058 Piper methysticum.jpg|thumb|left|upright|Tanaman kava di [[Maui]]]]
Tanaman ini disebarkan oleh orang Austronesia setelah melakukan kunjungan ke seluruh Polinesia. Tanaman ini endemik di Oseania dan tidak ditemukan di wilayah Austronesia lainnya. Kava memiliki makna budaya dan agama yang penting di kalangan orang Polinesia. Akarnya ditumbuk dan dicampur air kemudian disaring melalui ijuk. Cairan abu-abu keruh yang dihasilkan terasa pahit dengan sifat psikoaktif dan narkotika ringan, dengan efek umum berupa mati rasa di sekitar bibir dan mulut. Namun, cairan ini tidak bersifat halusinogen atau membuat ketagihan. Potensi akar tergantung pada umur tanaman. Daun dan akarnya juga bisa dikunyah langsung sehingga menimbulkan efek mati rasa dan relaksasi. Secara tradisional juga dikonsumsi baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam ritual religius. Persebaran kava menjangkau [[Hawaii]], tetapi tidak dengan Aotearoa karena tidak dapat tumbuh.<ref name="Ross2008Lexicon"/><ref name="Lebot1989"/><ref name="temarareoKava">{{cite web|url=http://www.temarareo.org/PPN-Kava.html|title=*Kava ~ *Kavakava |work=Te Mära Reo: The Language Garden|publisher=Benton Family Trust|access-date=15 January 2019}}</ref>
 
Konsumsi kava juga diyakini menjadi alasan mengapa kebiasaan [[menginang]] yang banyak dilakukan di tempat lain, tidak lagi dipraktikkan oleh masyarakat Austronesia di [[Oseania]].<ref name="blusttrusell"/>
 
Menurut Lynch (2002), istilah Purwa-Polinesia yang direkonstruksi untuk tumbuhan, ''*kava'', berasal dari istilah Purwa-Oseanik ''*kawaRi'' dalam arti "akar pahit" atau "akar kuat [digunakan sebagai racun ikan]". Awalnya mengacu pada ''[[Lempuyang|Zingiber zerumbet]]'', yang digunakan untuk membuat minuman pahit psikoaktif ringan serupa dalam ritual Austronesia. Kata serumpun untuk ''*kava'' termasuk ''sa-kau'' dalam bahasa Pohnpei; ''kava'' dalam [[bahasa Tonga]], [[Bahasa Niue|Niue]], [[Bahasa Rapa Nui|Rapa Nui]], Tuamotu, dan Rarotonga; ''ʻava'' dalam [[bahasa Samoa]] dan Marquesa; dan ''ʻawa'' dalam [[bahasa Hawaii]]. Dalam beberapa bahasa, misalnya ''kawa'' dalam [[bahasa Maori]], kata serumpunnya dapat bermakna "pahit", "asam", atau "tajam" seperti rasanya.<ref name="Ross2008Lexicon"/><ref name="Lynch2002"/><ref name="Heathcote2012"/><ref name="McLean2014"/>
 
Di [[Kepulauan Cook]], istilah ''kawakawa'' atau ''kavakava'' yang menunjukkan penggandaan juga diterapkan pada anggota genus ''Pittosporum'' yang tidak berkerabat. Dan dalam bahasa lain seperti Futuna, istilah majemuk seperti ''kavakava atua'' merujuk pada spesies lain yang termasuk dalam genus ''Piper''. Penggandaan bentuk dasar menunjukkan kepalsuan atau kemiripan, dalam arti "kava palsu".<ref name="temarareoKawakawa"/><ref name="temarareoKava"/>
 
==== ''Piper retrofractum'' (cabai jawa) ====
Cabai jawa (''[[Cabai jawa (tanaman)|Piper retrofractum]]'') berasal dari [[Asia Tenggara Kepulauan]] dari [[Filipina]] hingga [[Sumatra]]. Cakupannya di utara juga meluas hingga [[Tiongkok Selatan]], [[Asia Tenggara Daratan]], [[Pulau Taiwan|Taiwan]], dan [[Kepulauan Ryukyu]]. Namun, secara historis tanaman ini hanya dibudidayakan secara luas di [[Pulau Jawa]] dan [[Pulau Bali|Bali]] serta pulau-pulau sekitarnya, untuk perdagangan [[rempah-rempah]]. Di tempat lain, sebagian besar hanya ditanam di halaman belakang rumah. Tumbuhan ini sangat mirip dengan cabai panjang India (''Piper longum'') dan digunakan dengan cara yang sama dalam masakan Asia Tenggara.<ref name="Lim2012"/><ref name="Hoogervorst2013"/>
 
=== ''Saccharum'' (tebu) ===
[[File:Map showing centers of origin of Saccharum officinarum in New Guinea, S. sinensis in China, and S. barberi in India.png|400px|thumb|Peta yang menunjukkan daerah asal ''Saccharum officinarum'' di [[Pulau Papua|Papua]], ''S. sinensis'' di [[Tiongkok Selatan]] dan [[Pulau Taiwan|Taiwan]], dan ''S. barberi'' di [[India]]; panah putus-putus melambangkan introduksi oleh [[orang Austronesia]]<ref name="danielsmenzies1996"/>]]
Terdapat dua pusat domestikasi tebu (''[[Tebu|Saccharum]]'' spp.): satu untuk ''Saccharum officinarum'' oleh [[Orang Asli Papua|orang Papua]] di [[Pulau Papua|Papua]] dan satu lagi adalah ''Saccharum sinense'' oleh [[orang Austronesia]] di [[Pulau Taiwan|Taiwan]] dan [[Tiongkok Selatan]]. Masyarakat Papua dan Austronesia awalnya memanfaatkan tebu sebagai makanan [[Babi|babi domestik]]. Penyebaran ''S. officinarum'' dan ''S. sinense'' terkait erat dengan migrasi orang-orang Austronesia.<ref name="Daniels1993">{{cite journal |last1=Daniels |first1=John |last2=Daniels |first2=Christian |title=Sugarcane in Prehistory |journal=Archaeology in Oceania |date=April 1993 |volume=28 |issue=1 |pages=1–7 |doi=10.1002/j.1834-4453.1993.tb00309.x }}</ref><ref name="Paterson2012">{{cite book|first1=Andrew H. |last1=Paterson|first2=Paul H.|last2=Moore|first3=Tew|last3=Tom L.|editor1-first=Andrew H. |editor1-last=Paterson|title =Genomics of the Saccharinae|chapter =The Gene Pool of ''Saccharum'' Species and Their Improvement|publisher =Springer Science & Business Media|year =2012|pages=43–72|isbn = 9781441959478|chapter-url =https://books.google.com/books?id=F282fp_IMI8C&pg=PA54}}</ref>
 
[[File:JfNueva9610VictoriaMexicoPampangafvf 16.JPG|thumb|left|Ladang [[tebu]] di [[Pampanga]], [[Filipina]]]]
''Saccharum officinarum'' pertama kali didomestikasi di Papua dan pulau-pulau di sebelah timur [[Garis Wallace]] oleh warga Papua, yang merupakan pusat keanekaragaman modern. Mulai dari sekitar 6.000 tahun yang lalu mereka dibiakkan secara selektif dari spesies asli ''Saccharum robustum''. Dari Papua, tebu menyebar ke arah barat ke [[Asia Tenggara Kepulauan]] melalui kontak dengan orang Austronesia, di mana spesies ini berhibridisasi dengan ''[[Gelagah|Saccharum spontaneum]]''.<ref name="Paterson2012"/>
 
Pusat domestikasi kedua adalah daratan Tiongkok bagian selatan dan Taiwan di mana ''S. sinense'' (meskipun penulis lain mengidentifikasinya sebagai S. spontaneum) merupakan salah satu tanaman utama asli masyarakat Austronesia setidaknya sejak 5.500 tahun yang lalu. Introduksi ''S. officinarum'' yang lebih manis mungkin secara bertahap menggantikannya di seluruh wilayah budi dayanya di Asia Tenggara Kepulauan.<ref name="Osmond1998"/><ref name="danielsmenzies1996">{{cite book|editor1-first=Joseph |editor1-last=Needham|first1= Christian|last1= Daniels|first2=Nicholas K. |last2=Menzies|title =Science and Civilisation in China: Volume 6, Biology and Biological Technology, Part 3, Agro-Industries and Forestry|publisher =Cambridge University Press|year =1996|pages=177–185|isbn =9780521419994|url =https://books.google.com/books?id=DzqPvHlFkV4C&pg=PR8}}</ref><ref name="Aljanabi">{{cite book|first1=Salah M.|last1=Aljanabi|editor1-first=M. Raafat|editor1-last=El-Gewely|title =Biotechnology Annual Review|volume=4|chapter =Genetics, phylogenetics, and comparative genetics of ''Saccharum'' L., a polysomic polyploid Poales: Andropogoneae|publisher =Elsevier Science B.V.|year =1998|pages=285–320|isbn =9780444829719|chapter-url =https://books.google.com/books?id=sXuUuIp18n0C&pg=PA285}}</ref><ref name="Baldick2013">{{cite book|first1=Julian|last1=Baldick|title =Ancient Religions of the Austronesian World: From Australasia to Taiwan|publisher =I.B.Tauris|year =2013|page=2|isbn =9780857733573|url =https://books.google.com/books?id=7U6oBAAAQBAJ&pg=PP6}}</ref> Dari Asia Tenggara Kepulauan, ''S. officinarum'' disebarluaskan ke arah timur ke [[Polinesia]] dan [[Mikronesia]] oleh pengelana Austronesia sebagai tanaman kano sekitar 3.500 tahun yang lalu. Spesies ini juga menyebar ke arah barat dan utara sekitar 3.000 tahun yang lalu ke [[Tiongkok]] dan [[India]] oleh para pengelana Austronesia, di mana ianya dihibridisasi dengan ''Saccharum sinense'' dan ''Saccharum barberi''. Dari sana, tebu menyebar lebih jauh ke barat [[Eurasia]] dan [[Cekungan Mediterania|Mediterania]].<ref name="Paterson2012"/><ref name="danielsmenzies1996"/>
 
Kata "tebu" yang direkonstruksi dalam [[bahasa Purwa-Austronesia]] adalah ''*CəbuS'' atau ''*təbuS'', yang berubah menjadi kata [[bahasa Proto-Melayu-Polinesia|Purwa-Melayu-Polinesia]] ''*təbuh'', [[Bahasa Proto-Oseanik|Purwa-Oseanik]] ''*topu'', dan [[Bahasa Proto-Polinesia|Purwa-Polinesia]] ''*to''.<ref name="McLean2014"/><ref name="Blust1984">{{cite journal |last1=Blust |first1=Robert |title=The Austronesian Homeland: A Linguistic Perspective |journal=Asian Perspectives |date=1984–1985 |volume=26 |issue=1 |pages=44–67 |hdl=10125/16918 |url=https://scholarspace.manoa.hawaii.edu/handle/10125/16918}}</ref><ref name="Spriggs2011">{{cite journal |last1=Spriggs |first1=Matthew |title=Archaeology and the Austronesian expansion: where are we now? |journal=Antiquity |date=2 Januari 2015 |volume=85 |issue=328 |pages=510–528 |doi=10.1017/S0003598X00067910 |s2cid=162491927 }}</ref> Kata serumpun modern termasuk ''sibus'' dalam bahasa Hoanya dan [[Bahasa Bunun|Bunun]]; ''cobosə'' atau ''tibóso'' dalam [[bahasa Rukai]]; ''tubó'' dalam [[bahasa Tagalog]]; ''tupu'' dalam [[bahasa Chamorro]]; ''tebu'' dalam [[bahasa Murik]] dan [[Bahasa Melayu|Melayu]]; ''teuwu'' dalam [[bahasa Sunda Kuno]]; ''tiwu'' dalam [[bahasa Sunda|bahasa Sunda Modern]]; ''tobu'' dalam [[bahasa Ansus]]; ''tov'' dalam bahasa Malmariv; ''dovu'' dalam [[bahasa Fiji]]; ''toro'' dalam bahasa Mele-Fila dan Takuu; ''tolo'' dalam [[bahasa Samoa]]; ''ro'' dalam bahasa Tagula; ''cheu'' dalam bahasa Pohnpei; ''to'' dalam [[bahasa Tahiti]]; ''tō'' dalam bahasa Pukapuka, Rarotonga, dan [[Bahasa Tonga|Tonga]]; ''ko'' dalam [[bahasa Hawaii]]; dan ''to'' atau ''ta'' dalam [[bahasa Rapa Nui]].<ref name="McLean2014"/><ref name="blusttrusell"/> Namun, dalam [[bahasa Malagasi]], kosakata untuk "tebu" adalah ''fary'', yang berakar dari kata Purwa-Austronesia ''*pajey'', yang artinya "[[padi]]".<ref name="Adelaar2016">{{cite book|first1=Alexander|last1=Adelaar|editor1-first=Gwyn |editor1-last=Campbell|title =Early Exchange between Africa and the Wider Indian Ocean World|chapter =Austronesians in Madagascar: A Critical Assessment of the Works of Paul Ottino and Philippe Beaujard|publisher =Palgrave Macmillan|series =Palgrave Series in Indian Ocean World Studies|year =2016|pages=77–112|isbn = 9783319338224|chapter-url =https://books.google.com/books?id=XsvDDQAAQBAJ}}</ref>
 
=== ''Syzygium'' ===
Genus ''[[Jambu-jambuan|Syzigium]]'' atau jambu-jambuan memiliki banyak tumbuhan penghasil buah-buahan yang penting di kalangan [[orang Austronesia]]. Sejumlah spesies yang dibudidayakan atau dipanen untuk diambil buahnya termasuk jamblang (''[[Jamblang|Syzygium cumini]]''), jambu mawar (''[[Jambu mawar|Syzygium jambos]]''), lubeg (''Syzygium lineatum''), maire rawa (''Syzygium maire''), jambu bol (''[[Jambu bol|Syzygium malaccense]]''), lipote (''Syzygium polycephaloides''), dan jambu semarang (''[[Jambu semarang|Syzygium samarangense]]''), dan lain-lain. Dua spesies juga merupakan sumber rempah-rempah yang penting: cengkeh (''[[Cengkeh|Syzygium aromaticum]]'') dan daun salam (''[[Salam (tumbuhan)|Syzygium polyanthum]]'').<ref name="Osmond1998"/>
 
==== ''Syzygium malaccense'' (jambu bol) ====
[[File:Starr 070321-6133 Syzygium malaccense.jpg|thumb|Jambu bol di [[Maui]]]]
Jambu bol (''[[Jambu bol|Syzygium malaccense]]'') bersama dengan spesies yang berkerabat dekat seperti jambu air (''[[Jambu air|Syzygium aqueum]]'') dan jambu semarang (''[[Jambu semarang|Syzygium samarangense]]''), merupakan tanaman asli [[Asia Tenggara Kepulauan]] dan dibudidayakan sejak zaman prasejarah. Ketiganya disebarkan oleh orang Austronesia ke Pasifik dan sengaja ditanam.<ref name="BlenchFruits"/><ref name="ElevitchSyz"/>
 
[[File:Syzygium malaccense, flowers.jpg|thumb|left|Bunga jambu bol di [[Tonga]]]]
Tanaman ini dihargai terutama karena buahnya yang melimpah dan dapat dimakan. Kayunya juga dimanfaatkan (biasanya untuk membangun rumah) dan bagian lain dari pohonnya digunakan dalam pengobatan tradisional. Bunganya yang menarik juga dipakai sebagai hiasan rambut pribadi dan pembuatan ''[[Lei (Hawaii)|lei]]''. Tanaman ini terutama diperbanyak melalui [[setek]] oleh penduduk Melanesia dan Polinesia. Perkebunan jambu bol yang ditemukan di Pasifik sering kali merupakan sisa-sisa penanaman kuno, karena biji buahnya terlalu besar untuk disebarkan oleh burung asli. Spesies terkait yang endemik di Kepulauan Pasifik juga digunakan dengan cara yang sama, seperti ''Syzygium corynocarpum'' dan ''Syzygium neurocalyx''.<ref name="BlenchFruits"/><ref name="Dotte-Sarout2016">{{cite journal |last1=Dotte-Sarout |first1=Emilie |s2cid=132637794 |title=Evidence of forest management and arboriculture from wood charcoal data: an anthracological case study from two New Caledonia Kanak pre-colonial sites |journal=Vegetation History and Archaeobotany |date=2016 |volume=26 |issue=2 |pages=195–211|doi=10.1007/s00334-016-0580-0 }}</ref><ref name="ElevitchSyz">{{cite book|first1=W. Arthur|last1= Whistler |first2=Craig R.|last2=Elevitch|editor1-first=Craig R.|editor1-last=Elevitch|title =Traditional Trees of Pacific Islands: Their Culture, Environment, and Use|chapter =''Syzygium malaccense'' (Malay apple) (beach hibiscus)|publisher =Permanent Agricultural Resources (PAR)|year =2006|pages=41–56|isbn =9780970254450|chapter-url =https://raskisimani.files.wordpress.com/2013/01/syzygium-malay-apple.pdf}}</ref>
 
Ada banyak nama jambu bol dalam bahasa Austronesia. Di [[Filipina]], nama buah ini dapat direkonstruksi menjadi ''*makúpa'' dalam bahasa Purwa-Filipina, dengan kata serumpun termasuk ''makúpa'' dalam [[bahasa Ilokano]], Aklanon, dan [[Bahasa Cebuano|Cebuano]]; dan ''makópa'' dalam [[bahasa Tagalog]] dan [[Rumpun bahasa Bikol|Bikol]].<ref name="blusttrusell"/>
 
Di [[Oseania]], terdapat beberapa rangkaian kata kerabat yang dapat direkonstruksi untuk jambu bol dan spesies terkait. Empat di antaranya adalah ''*pokaq'', ''*marisapa'', ''*sakau'', dan ''*cay'', dengan refleks terbatas dan mungkin awalnya merujuk pada spesies lain. Namun, himpunan kata serumpun yang paling tersebar luas dapat direkonstruksi menjadi ''*kapika'' dalam [[bahasa Proto-Oseanik]]. Kata kerabatnya termasuk ''kaviu'' dalam bahasa Mussau; ''ahi'' dalam bahasa Seimat, ''keik'' dalam bahasa Lou; ''gaiva'' dalam bahasa Maenge dan Nakanai; ''kapig'' dalam bahasa Tami; ''àing'' dalam bahasa Yabem; ''gavika'' dalam [[bahasa Motu]]; ''kavika'' dalam bahasa Bola; ''kapika'' dalam bahasa Babatana; ''gaviga'' dalam bahasa Gela; ''ʻafiʻo'' dalam bahasa Kwara'ae; ''ahie'' dalam bahasa Paam; ''kavika'' dalam [[bahasa Niue]], Wayan, Wallis, dan [[Bahasa Fiji|Fiji]]; ''fekika'' dalam [[bahasa Tonga]]; ''kapika'' dalam bahasa Anuta; ''kehika'' dalam bahasa Marquesa; ''keʻika'' dalam bahasa Mangareva; ''ʻahiʻa'' dalam [[bahasa Tahiti]]; ''ʻoohiaʻai'' dalam [[bahasa Hawaii]]; ''kaʻika'' dalam bahasa Rarotonga; ''kahika'' dalam [[bahasa Maori]]. Dalam bahasa Māori, namanya justru merujuk pada ''Metrosideros fulgens'', yang memiliki bunga serupa, karena tumbuhan asli Nusantara ini tidak tumbuh di [[Aotearoa]].<ref name="blusttrusell"/><ref name="Ross2008Lexicon"/>
 
=== ''Tacca leontopetaloides'' (taka) ===
Taka (''[[Taka|Tacca leontopetaloides]]'') adalah tanaman Austronesia kuno lainnya yang berkerabat dekat dengan [[Dioscorea|ubi]]. Taka awalnya berasal dari [[Asia Tenggara Kepulauan]] dan diperkenalkan di seluruh wilayah ekspansi Austronesia, termasuk [[Mikronesia]], [[Polinesia]], dan [[Madagaskar]]. Taka telah diidentifikasi sebagai salah satu tanaman budidaya di situs [[kebudayaan Lapita]] di [[Palau]], yang berumur 3.000 hingga 2.000 tahun yang lalu.<ref name="Farley2018">{{cite journal |last1=Farley |first1=Gina |last2=Schneider |first2=Larissa |last3=Clark |first3=Geoffrey |last4=Haberle |first4=Simon G. |title=A Late Holocene palaeoenvironmental reconstruction of Ulong Island, Palau, from starch grain, charcoal, and geochemistry analyses |journal=Journal of Archaeological Science: Reports |date=December 2018 |volume=22 |pages=248–256 |doi=10.1016/j.jasrep.2018.09.024|bibcode=2018JArSR..22..248F |s2cid=135051639 }}</ref> Taka juga diperkenalkan ke [[Sri Lanka]], [[India Selatan]], dan mungkin juga [[Australia]] melalui kontak dagang.<ref name="Spennemann1994">{{cite journal |last1=Spennemann |first1=Dirk H.R. |title=Traditional Arrowroot Production and Utilization in the Marshall Islands |journal=Journal of Ethnobiology |date=1994 |volume=14 |issue=2 |pages=211–234}}</ref>
 
[[File:Starr 061106-9596 Tacca leontopetaloides.jpg|thumb|Taka di [[Maui]]]]
Taka merupakan makanan pokok minor di kalangan [[orang Austronesia]]. Akarnya akan terasa pahit jika tidak diolah dengan benar, sehingga hanya dibudidayakan sebagai tanaman sekunder setelah tanaman pokok lain seperti [[ubi rambat]] dan [[keladi]]. Taka lebih sering dikonsumsi di Kepulauan Pasifik, di mana tanaman pangan sangat langka, dan tanaman pangan ini diperkenalkan ke hampir semua pulau yang berpenghuni. Mereka dihargai karena kemampuannya untuk tumbuh di pulau-pulau rendah dan [[atol]] dan sering kali menjadi tanaman pangan utama di pulau-pulau dengan kondisi seperti ini. Di pulau-pulau besar, taka biasanya dibiarkan tumbuh liar dan hanya berguna sebagai makanan darurat. Beberapa kultivar telah dikembangkan di Polinesia melalui seleksi buatan selama ribuan tahun. [[Amilum|Pati]] yang diekstrak dari akarnya dengan cara tradisional dapat bertahan lama sehingga dapat disimpan atau dijual.<ref name="Farley2018"/> Patinya bisa dimasak dengan daun untuk membuat agar-agar bertepung.<ref name="Thaman1994">{{cite book|first1=R.R.|last1=Thaman|editor1-first=John|editor1-last=Morrison|editor2-first=Paul|editor2-last=Geraghty|editor3-first=Linda|editor3-last=Crowl|title =Fauna, Flora, Food and Medicine: Science of Pacific Island Peoples|chapter =Ethnobotany of the Pacific Island Coastal Plains|volume=3|publisher =Institute of Pacific Studies|year =1994|pages=147–184|isbn =9789820201064|chapter-url =https://books.google.com/books?id=soqy__Vue6kC&pg=PR9}}</ref> Seiring introduksi tanaman modern, taka jarang dibudidayakan pada masa kini.<ref name="Farley2018"/>
 
Nama-nama taka dalam [[bahasa Austronesia]] mencerminkan fungsi sekundernya sebagai tanaman pangan. Tanaman ini sering kali merupakan penugasan ulang dari nama tanaman pati lainnya, bukan khusus untuk tanaman ini. Biasanya, nama taka berasal dari nama tanaman rumbia (''[[Rumbia|Metroxylon sagu]]''), daluga (''Cyrtosperma merkusii''), dan sukun fermentasi (''[[Sukun (pohon)|Artocarpus altilis]]'').<ref name="Ross2008Lexicon"/>
 
Kata turunan dari ''*sagu'' dalam [[bahasa Proto-Melayu-Polinesia]], termasuk ''sagu'' dalam [[bahasa Chamorro]] dan [[Bahasa Batak Toba|Batak Toba]]. Kata turunan dari ''*mā'' dalam [[bahasa Proto-Polinesia]] ("sukun fermentasi"), termasuk ''māhoaʻa'' dalam [[bahasa Tonga]]; ''maho'' dalam [[bahasa Tokelau]]; ''maoa'' dalam bahasa Anuta; ''māsoʻā'' dalam bahasa Futuna Timur; ''māsoā'' dalam [[bahasa Samoa]]; dan ''māsoa'' dalam [[bahasa Tuvalu]]. Kata turunan dari ''*bulaka'' dalam bahasa Proto-Polinesia (daluga) termasuk ''pulaka'' dalam bahasa Patpatar dan [[Bahasa Kuanua|Kuanua]]. Turunan dari ''biRaq'' (bira) dalam [[bahasa Proto-Austronesia]] termasuk ''(to)piya'' dalam bahasa Äiwoo. Dan yang terakhir, kata turunan dari ''Rabia'' dalam [[bahasa Proto-Oseanik]] (rumbia) antara lain ''yabia'' dalam [[bahasa Fiji]]; dan ''pia'' dalam [[bahasa Pileni]], Rarotonga, dan [[Bahasa Hawaii|Hawaii]].<ref name="Ross2008Lexicon"/>
 
=== ''Talipariti tiliaceum'' (waru) ===
[[File:Fleur de pūrau (hibiscus tiliaceus).jpg|thumb|Bunga waru di Puna'auia, [[Tahiti]]]]
Waru (''[[Waru|Talipariti tiliaceum]]'') adalah pohon yang umum ditemukan di pantai-pantai di kawasan tropis [[Indo-Pasifik]]. Waru banyak digunakan oleh masyarakat Austronesia untuk diambil kayu dan seratnya. Waru mempunyai beberapa subspesies, dua di antaranya endemik di [[Filipina]] dan [[Sulawesi]], dan sisanya tersebar luas di seluruh [[Asia Tenggara]] dan [[Oseania]]. Benih waru tetap dapat bertahan selama berbulan-bulan setelah terapung di laut. Namun, tidak ada sisa tanaman waru yang ditemukan di [[Polinesia]] sebelum kedatangan orang Austronesia, sehingga jelas bahwa tanaman waru adalah hasil introduksi oleh para pengelana Austronesia.<ref name="Prebble2012">{{cite book|first1=Matiu |last1=Prebble|first2=Atholl |last2=Anderson|editor1-first=Atholl |editor1-link=Atholl Anderson |editor1-last=Anderson |editor2-first=Douglas J. |editor2-last=Kennett|title =Taking the High Ground: The archaeology of Rapa, a fortified island in remote East Polynesia|chapter =The archaeobotany of Rapan rockshelter deposits|publisher =ANU E Press|series =terra australis|volume=37|year =2012|pages=77–95|isbn =9781922144256|chapter-url =http://press-files.anu.edu.au/downloads/press/p204851/pdf/ch043.pdf}}</ref><ref name="Dotte-Sarout2017">{{cite journal |last1=Dotte-Sarout |first1=Emilie |last2=Kahn |first2=Jennifer G. |title=Ancient woodlands of Polynesia: A pilot anthracological study on Maupiti Island, French Polynesia |journal=Quaternary International |date=November 2017 |volume=457 |pages=6–28 |doi=10.1016/j.quaint.2016.10.032|bibcode=2017QuInt.457....6D }}</ref>
 
Kayunya lunak dan tidak terlalu tahan lama, sehingga kebanyakan hanya digunakan untuk produk kecil seperti ukiran, tombak, mangkuk, dan gelang. Namun, bahan ini juga tahan terhadap air asin sehingga dapat digunakan untuk membuat kano kecil dan cadik. Kayunya juga disukai untuk membuat api dengan cara gesekan. Serat yang dihasilkan dari kulit kayu banyak digunakan untuk membuat tali pengikat atau sambungan kayu. Kulit kayunya juga digunakan dalam pembuatan [[tempe]] di Asia Tenggara, dan minuman kava di Polinesia. Bunga-bunganya yang elok biasanya dirangkai menjadi ''[[Lei (Hawaii)|lei]] di [[Hawaii]].<ref name="ElevitchHibiscus">{{cite book|first1=Craig R.|last1=Elevitch|first2=Lex A.J.|last2=Thomson|editor1-first=Craig R.|editor1-last=Elevitch|title =Traditional Trees of Pacific Islands: Their Culture, Environment, and Use|chapter =''Hibiscus tiliaceus'' (beach hibiscus)|publisher =Permanent Agricultural Resources (PAR)|year =2006|pages=41–56|isbn =9780970254450|chapter-url =https://raskisimani.files.wordpress.com/2013/01/h-tiliaceus-beach-hibiscus.pdf}}</ref>
 
Istilah waru dapat ditelusuri hingga akar kata ''*baRu'' dalam [[bahasa Proto-Melayu-Polinesia]], yang menjadi ''*paRu'' dalam [[bahasa Proto-Oseanik]] dan ''*kili-fau'' dalam bahasa Proto-Mikronesia. Kata serumpun modern termasuk ''vayu'' dalam [[bahasa Itbayat]]; ''bagó'' dalam [[bahasa Ilokano]]; ''bago'' dalam bahasa Kankanaey; ''pagu'' dalam [[bahasa Chamorro]]; ''balibago'' dalam [[bahasa Tagalog]]; ''malabago'' atau ''maribago'' dalam [[bahasa Cebuano]]; ''bago'' dalam [[bahasa Maranao]]; ''baro'' dalam [[bahasa Ngaju]]; ''baro'' atau ''varo'' dalam [[bahasa Malagasi]]; ''baru'' dalam [[bahasa Melayu]] dan [[Bahasa Makassar|Makassar]]; ''waru'' dalam [[bahasa Jawa]], [[Bahasa Rembong|Rembong]], Mailua, dan [[Bahasa Kambera|Kambera]]; ''bahu'' dalam [[bahasa Sangir]] dan Taliabu; ''hau'' dalam [[bahasa Wetar]]; ''paru'' dalam bahasa Leti; ''haru'' ; ''fahu'' dalam [[bahasa Buru]]; ''paru'' dalam bahasa Gitua; ''var'' atau ''varu'' dalam bahasa Mota; ''nau'' atau ''vau'' dalam bahasa Sye; ''n-hau'' dalam bahasa Anejom; ''vau'' dalam [[bahasa Fiji]]; ''fau'' dalam [[bahasa Tonga]] dan [[Bahasa Samoa|Samoa]]; ''hau'' dalam bahasa Rotuma, Rennell, dan [[Bahasa Hawaii|Hawaii]]; ''whau'' dalam [[bahasa Maori]].<ref name="blusttrusell"/>
 
Selain itu, ada banyak istilah yang berkaitan dengan penggunaan waru untuk tali pengikat dan serat dalam berbagai bahasa Austronesia yang dapat berkerabat dengan mata [[bahasa Proto-Melayu-Polinesia|Purwa-Melayu-Polinesia]] atau [[Bahasa Proto-Austronesia|Purwa-Austronesia]] ''*Calis'' yang artinya "tali".<ref name="blusttrusell"/>
 
=== ''Thespesia populnea'' (waru laut) ===
[[File:Starr 070124-3910 Thespesia populnea.jpg|thumb|[[Waru laut]] di [[Hawaii]]]]
Waru laut (''[[Waru laut|Thespesia populnea]]'') berkerabat dekat dengan [[waru]]. Penampilannya mirip dan tumbuh di habitat yang sama, sehingga sering tertukar satu sama lain. Waru laut juga banyak dimanfaatkan dalam kebudayaan Austronesia, karena menghasilkan serat kayu yang bisa dijadikan tali pengikat dan kayu untuk [[perahu cadik]] ataupun seni ukir Austronesia. Waru laut berasal dari kawasan beriklim tropis di [[Dunia Lama]]. Seperti halnya waru, biji waru laut tetap dapat bertahan selama berbulan-bulan setelah terapung di laut meski tidak ada jejak ''T. populnea'' yang ditemukan di Polinesia yang lebih tua usianya dibandingkan ekspansi Austronesia. Oleh karena itu, waru laut dianggap sengaja diintroduksi oleh pelaut Austronesia.<ref name="Prebble2012"/><ref name="Dotte-Sarout2017"/>
 
Pohonnya dianggap keramat dalam budaya Polinesia, dan umumnya ditanam di situs ''marae'' bersama dengan pohon-pohon seperti ''[[Ficus]]'', ''Fagraea berteroana'', ''[[Cemara laut|Casuarina equisetifolia]]'', dan ''[[Nyamplung|Calophyllum inophyllum]]''.<ref name="Prebble2012"/><ref name="Dotte-Sarout2017"/>
 
Istilah untuk waru laut dapat direka ulang menjadi ''*balu'' dalam [[bahasa Proto-Melayu-Polinesia]], dengan kata serumpun termasuk ''valu'' dalam [[bahasa Itbayat]]; ''válo'' dalam [[bahasa Malagasi]]; ''falu'' dalam [[bahasa Simeulue]]; ''valu'' dalam bahasa Gela; ''haru'' dalam bahasa Arosi; dan ''bal'' dalam bahasa Lonwolwol.<ref name="blusttrusell"/> Istilah lain yang menyebar ke Oseanik adalah ''*banaRu'' dengan kata serumpun mencakup ''banagu'' dalam bahasa Hanunó'o; ''banar'' dalam [[bahasa Kuanua]]; ''banaro'' dalam bahasa Patpatar; ''vanau'' dalam bahasa Mota; dan ''pana'' dalam bahasa Pohnpei.<ref name="blusttrusell"/>
 
Di Polinesia Timur, sebagian besar nama modern dapat direkonstruksi menjadi ''*milo'' dari bahasa Proto-Oseanik Timur, dengan kata serumpun mencakup ''milo'' dalam [[bahasa Tonga]], [[Bahasa Niue|Niue]], [[Bahasa Samoa|Samoa]], dan [[Bahasa Hawaii|Hawaii]]; ''miro'' dalam [[bahasa Rapa Nui]], [[Bahasa Tahiti|Tahiti]], Tuamotu, dan [[Bahasa Maori|Māori]]; dan ''miʻo'' dalam bahasa Marquesa. Di beberapa daerah, artinya telah bergeser menjadi tanaman lain yang memiliki kegunaan serupa, seperti ''Prumnopitys ferruginea'' di [[Selandia Baru]] dan ''Sophora toromiro'' di [[Pulau Paskah]].<ref name="temarareomilo">{{cite web|url=http://www.temarareo.org/PPN-Milo.html|title=*Milo|work=Te Mära Reo: The Language Garden|publisher=Benton Family Trust|access-date=}}</ref>
 
=== Zingiberaceae (temu-temuan) ===
Temu-temuan atau jahe-jahean (keluarga [[Zingiberaceae]]) dibudidayakan secara luas oleh masyarakat Austronesia untuk pangan, obat-obatan, bahan tenun, dan keperluan keagamaan. Spesies yang paling umum dibudidayakan antara lain lengkuas (''[[Lengkuas|Alpinia galanga]]''), temu kunci (''[[Temu kunci|Boesenbergia rotunda]]''), kunyit (''[[Kunyit|Curcuma longa]]''), kecombrang (''[[Kecombrang|Etlingera elatior]]''), dan jahe (''[[Jahe|Zingiber officinale]]''). Spesies lain juga dieksploitasi dalam skala yang lebih kecil atau dipanen dari alam, termasuk kapulaga kerdil (''Alpinia nutans''), panasa (''Amomum acre''), temu putih (''[[Temu putih|Curcuma zedoaria]]''), jiddo (''Hornstedtia scottiana''), gandasuli (''[[Gandasuli|Hedychium coronarium]]''), dan lempuyang (''[[Lempuyang|Zingiber zerumbet]]'').<ref name="Ross2008Lexicon"/><ref name="blusttrusell"/><ref name="Ujang2015">{{cite journal |last1=Ujang |first1=Zanariah |last2=Nordin |first2=Nurul Izza |last3=Subramaniam |first3=Thavamanithevi |title=Ginger Species and Their Traditional Uses in Modern Applications |journal=Journal of Industrial Technology |date=Desember 2015 |volume=23 |issue=1 |pages=59–70 |doi=10.21908/jit.2015.4}}</ref>
 
==== ''Alpinia galanga'' (lengkuas) ====
[[File:YosriLengkuas1.jpg|thumb| Rimpang [[lengkuas]] dari [[Malaysia]]]]
Lengkuas (''[[Lengkuas|Alpinia galanga]]'') berasal dari [[Asia Tenggara]]. Pusat budi daya utamanya pada masa perdagangan rempah-rempah adalah di [[Jawa]], dan saat ini masih dibudidayakan secara luas di [[Asia Tenggara Kepulauan]], terutama di [[Kepulauan Sunda Besar]] dan [[Filipina]]. Lengkuas bernilai karena penggunaannya dalam makanan dan pengobatan tradisional dan dianggap lebih unggul daripada jahe. Baunya menyengat mengingatkan pada [[Lada|lada hitam]]. Kultivar merah dan putih sering kali digunakan secara berbeda, di mana kultivar merah banyak digunakan sebagai obat, dan kultivar putih dijadikan bumbu masakan.<ref name="Hoogervorst2013"/><ref name="Ravindran2004">{{cite book
|last1=Ravindran |first1=P.N. |last2=Pillai |first2=Geetha S. |last3=Babu |first3=K. Nirmal |editor1-first=K.V.|editor1-last=Peter|title =Handbook of Herbs and Spices|volume=2 |chapter =Under-utilized herbs and spices|publisher =Woodhead Publishing|year =2004|isbn =9781855737211}}</ref> Lengkuas juga memiliki daun yang digunakan untuk membuat alat musik ''nanel'' oleh [[orang Kavalan]] di [[Taiwan]].<ref>{{cite thesis |type=PhD |last=Cheng |first=Lancini Jen-Hao |date=2014 |title=Taxonomies of Taiwanese Aboriginal Musical Instruments|publisher=University of Otago|url=https://ourarchive.otago.ac.nz/bitstream/handle/10523/5687/ChengLanciniJ2015PhD.pdf?sequence=5&isAllowed=y}}</ref>
 
Kata lengkuas dapat direkonstruksi menjadi ''*laŋkuas'' dalam [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat|bahasa Proto-Melayu-Polinesia Barat]] dengan kata serumpun termasuk ''langkuás'' dalam [[bahasa Ilokano]]; ''langkáuas'' atau ''langkáwas'' dalam [[bahasa Tagalog]], [[Rumpun bahasa Bikol|Bikol]], [[Bahasa Kapampangan|Kapampangan]], [[Rumpun bahasa Bisayak|Bisaya]], dan [[Rumpun bahasa Manobo|Manobo]]; ''eangkawás'' dalam bahasa Aklanon, ''hongkuas'' dalam bahasa Dusun; ''lengkuas'' dalam [[bahasa Melayu]] dan Idaan; ''langkuas'' dalam [[bahasa Ngaju]]; dan ''engkuas'' dalam [[bahasa Iban]]. Beberapa nama telah mengalami pergeseran semantik di mana merujuk pada spesies ''Alpinia'' lainnya dan juga ''Curcuma zedoaria''.<ref name="blusttrusell"/>
 
==== ''Curcuma longa'' (kunyit) ====
[[File:Starr-170114-6480-Curcuma longa-harvest-Hawea Pl Olinda-Maui (32344662501).jpg|thumb|Kunyit ('''ōlena'') di [[Hawaii]]]]
Terdapat bukti kuat bahwa kunyit (''[[Kunyit|Curcuma longa]]'') serta temu putih (''[[Temu putih|Curcuma zedoaria]]'') didomestikasi secara independen oleh [[orang Austronesia]]. Kunyit mempunyai persebaran yang sangat luas dan nama-nama yang digunakan sejak sebelum kontak dengan pedagang India, ditemukan di seluruh wilayah Austronesia kecuali [[Taiwan]]. Namun, tampaknya tanaman ini awalnya didomestikasi untuk pembuatan pewarna, yang menjadi asal-usul kata untuk warna "kuning" dan "merah" dalam berbagai bahasa Austronesia.<ref name="KikusawaReid">{{cite book|first1=Ritsuko|last1=Kikusawa|first2=Lawrence A.|last2=Reid|editor1-first=Jeff|editor1-last=Siegel|editor2-first=John|editor2-last=Lynch|editor3-first=Diana|editor3-last=Eades|title=Language Description, History and Development: Linguistic indulgence in memory of Terry Crowley|chapter=Proto who utilized turmeric, and how?|publisher=John Benjamins Publishing Company|year=2007|pages=339–352|isbn=9789027292940|chapter-url=https://scholarspace.manoa.hawaii.edu/bitstream/10125/33035/A67.2007.pdf|archive-date=25 November 2021|archive-url=https://web.archive.org/web/20211125193557/https://scholarspace.manoa.hawaii.edu/bitstream/10125/33035/A67.2007.pdf|url-status=dead}}</ref>
 
[[File:Curcuma zedoaria Bluete.jpg|thumb|left|Temu putih (''Curcuma zedoaria'')]]
Tanaman ini banyak dimanfaatkan di [[Filipina]] dan [[Indonesia]] sebagai pewarna tradisional untuk tekstil maupun makanan. Di mana tanaman ini banyak digunakan untuk mewarnai sesajian makanan untuk roh leluhur serta mewarnai tubuh dalam ritual keagamaan atau upacara sosial. Kunyit juga digunakan sebagai bumbu, sebagai obat, dan sebagai makanan. Kegunaan serupa juga ditemukan di pulau-pulau lain yang dihuni oleh bangsa Austronesia, seperti [[Madagaskar]] dan [[Komoro]] di [[Afrika Timur]]. Di [[Mikronesia]], kunyit adalah komoditas dagang yang bernilai yang diperoleh dari [[Pulau Yap]]. Di [[Polinesia]] dan [[Melanesia]], kunyit terutama digunakan sebagai cat tubuh dalam ritual atau sebagai kosmetik. Kedua wilayah tersebut telah terisolasi selama berabad-abad dari pulau-pulau Asia Tenggara lainnya sebelum adanya kontak dengan Eropa.<ref name="KikusawaReid"/><ref name="McClatchey1993">{{cite journal |last1=McClatchey |first1=W. |title=Traditional use of ''Curcuma longa'' (Zingiberaceae) in Rotuma |journal=Economic Botany |date=1993 |volume=47 |issue=3 |pages=291–296 |doi=10.1007/bf02862297|s2cid=20513984 }}</ref>
 
[[File:Turmeric (Curcuma longa) 3.jpg|thumb|Kunyit di [[Singapura]]]]
Ada dua himpunan kata serumpun utama untuk ''C. longa'' dan ''C. zedoaria'' (keduanya menghasilkan pewarna kuning) dalam bahasa-bahasa Austronesia. Yang pertama direkonstruksi sebagai ''*kunij'' dalam [[Bahasa Proto-Melayu-Polinesia|bahasa Purwa-Melayu-Polinesia]] yang awalnya merujuk pada kunyit. Kata serumpunnya termasuk ''kúnig'' dalam [[bahasa Ilokano]], Kankanaey, dan [[Bahasa Isnag|Isnag]]; ''kunəg'' dalam bahasa Bontok; ''ūnig'' dalam bahasa Ifugao; ''kuneg'' dalam bahasa Dumagat Casiguran; ''kunyit'' dalam [[bahasa Iban]] dan [[Bahasa Melayu|Melayu]]; ''hunik'' dalam [[bahasa Batak Toba]]; ''kunir'' dalam [[bahasa Jawa]]; ''kuniʻ'' dalam [[bahasa Sangir]] dan [[Bahasa Tae'|Tae']]; ''kuni'' dalam bahasa Uma; ''kunis'' dalam [[bahasa Rembong]]; ''wuné'' dalam [[bahasa Ngada]]; dan ''wuni'' dalam [[bahasa Manggarai]]. Dalam [[bahasa Malagasi]] dan Betsimisaraka, kata serumpun ''hónitra'' dan ''húnitra'' telah berubah makna menjadi tanaman lain yang digunakan untuk membuat pewarna merah. Kata serumpun lainnya seperti ''kimmúnig'' dalam bahasa Ilokano; ''mo-kuni'' dalam bahasa Uma; dan ''pakuniran'' dalam bahasa Tae'; semuanya memiliki makna "kuning" atau "mewarnai sesuatu yang kuning".<ref name="KikusawaReid"/><ref name="blusttrusell"/>
 
Himpunan serumpun lainnya berasal dari ''*temu'' dari [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat|bahasa Purwa-Melayu-Polinesia-Barat]] yang terekonstruksi, dan awalnya berarti ''C. zedoaria'' yang terutama digunakan sebagai bumbu. Kadang-kadang artinya juga bergeser menjadi jahe dan tanaman sejenis jahe lainnya yang digunakan untuk memasak (bukan produksi pewarna). Kata serumpunnya meliputi ''tamu'' dalam [[bahasa Kapampangan]] dan [[Bahasa Bali|Bali]]; ''támo'' dalam [[bahasa Tagalog]]; ''tamangyan'' dalam [[Rumpun bahasa Bisayak|bahasa Bisaya]]; ''tamohilang'' dalam bahasa Bukidnon; ''tamahilan'' atau ''tamaylan'' dalam [[Rumpun bahasa Bikol|bahasa Bikol]]; ''temu'' dalam [[bahasa Melayu]], [[Bahasa Jawa|Jawa]], dan [[Bahasa Sasak|Sasak]]; ''tammu'' dalam [[bahasa Makassar|Makassar]]; dan ''tamutamu'' dalam [[bahasa Malagasi]]. Namun, dalam bahasa Austronesia lain di Afrika Timur, kata serumpun lainnya memiliki arti "warna kuning", termasuk ''tamutamu'' dalam [[bahasa Bushi]] dan [[Antemoro]]; dan ''manamutamu'' dalam bahasa Antambahoaka dan Antankarana.<ref name="KikusawaReid"/><ref name="blusttrusell"/>
 
Dalam [[bahasa Proto-Oseanik|bahasa Purwa-Oseanik]], ada dua himpunan kata serumpun utama yang berasal dari kata ''*aŋo'' dan ''*deŋ(w)a'' yang direkonstruksi, keduanya tidak ada hubungannya dengan etimologi Purwa-Melayu-Polinesia. Kata terakhir mungkin awalnya merujuk pada zat pewarna yang dihasilkan dari kunyit, sedangkan kata pertama merujuk pada tanaman itu sendiri. Kata serumpun termasuk ''cango'' dalam [[bahasa Fiji]]; dan ''ango'' dalam [[bahasa Tonga]] dan Rennell. Kata serumpun yang berarti "kuning" juga terdapat dalam beberapa bahasa lain di [[Oseania Dekat]].<ref name="KikusawaReid"/><ref name="blusttrusell"/>
 
== Rujukan ==