Nano Suratno: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- + ) |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(11 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Person
|
|birthname = Nano Suratno
|
|
|
|image =Nano Suratno (foto dokumen Indonesia Proud).jpg
|imagesize=280px
Baris 26:
* HDX Award (1990).
* HDX Award tingkat Nasional (1992)
|years active =
|name=Nano Suratno}}
'''Nano Suratno''' lahir di Garut, Jawa Barat, ({{lahirmati|[[Garut]]|4|4|1944|[[Bandung]]|29|11|2010}}) adalah seniman dan musisi yang mencurahkan sebagian hidupnya pada perkembangan kesenian dan kebudayaan Sunda.
== Kehidupan Awal ==
Nano Suratno lahir di Pasar Kemis, Tarogong, Garut, Jawa Barat, pada 4 April 1944. Sejak umur lima tahun sudah dibawa mengadu nasib ke Bandung. Kedua orang-tuanya, Iyan S dan Nyi Nonoh termasuk keluarga pecinta seni, walaupun sehari-harinya sebagai wiraswastawan. Di lingkungan keluarga, sejak kecil Nano dianggap memiliki kemampuan menyanyi yang diwarisi dari kakek dan buyutnya yang juga dalang wayang.
Kelebihan ini yang mendorong kakaknya menganjurkan agar sang adik memasuki konservatori. Karena minatnya yang besar kepada musik karawitan, setelah lulus SMP, ia melanjutkan ke Konservatori Karawitan (Kokar) di Bandung (1961). Setelah tamat, ia mengajar di SMPN 1 Bandung (1965-1970) kemudian pindah ke Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) (1970-1995) dimana dia pernah menjabat Ketua Jurusan Karawitan dan Wakil Kepala SMKI. Beberapa tahun kemudian melanjutkan kuliah ke Akademi Seni Tari (ASTI) Bandung dan Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Jurusan Karawitan Sunda, sampai selesai.
Baris 39:
== Karier ==
=== Karier bermusik ===
Nano mulai mencipta lagu sejak tahun 1963 sampai akhir hayatnya dengan kumpulan hampir duaratus album.
Jika Mang Koko, gurunya, mempunyai komposisi Sunda dan Belanda juga mengkritik berbagai ketidakberesan dalam masyarakat, Nano juga, tetapi di samping itu seakan-akan mentertawakan diri sendiri, yang sering terjebak dalam situasi yang lucu. Cara ini dibawakannya dalam pergelaran yang disebut ''prakpilingkung'' (keprak, kacapi, suling, angklung). Hasilnya, pada Festival Komponis Muda Indonesia I yang diselenggarakan oleh [[Dewan Kesenian Jakarta]] (1979), komposisinya, ''Sang Kuriang,'' mendapat perhatian sebagai komposisi yang sarat dengan kekuatan akar etnis karawitan Sunda yang penuh inovasi pengembangan.
Nano pun sukses dalam pagelaran karawitan ''Gending Sangkuriang'' di Festival Komponis Muda yang diselenggarakan di [[Taman Ismail Marzuki]] tahun [[1979]] diapresiasi dengan pujian positif. Ia juga dikenal sebagai penulis sajak dan cerita pendek berbahasa Sunda. Karyanya pernah di muat dalam majalah [[Mangle]], [[Hanjuang]], dan lainnya. Cerita pendeknya dikumpulkan dengan judul ''Nu Baralik Manggung'' (Yang pulang sehabis pertunjukan).
1979, Nano membuat komposisi ''Umbul-Umbul'' yang ditayangkan pada televisi nasional dengan membawa tujuhpuluhlima orang dan memainkan limabelas ragam komposisi musik Sunda.
=== Prestasi ===
Pada tahun 1980 salah satu karyanya, yaitu ''Karawitan Gending Sangkuriang'' pernah disertakan di
Pada bulan Oktober 1999, di Jepang, ia memainkan lagu ciptaannya yang berjudul “''Hiroshima''“, yang dibuat khusus untuk memenuhi permintaan Wali Kota Hiroshima yang mengenalnya sebagai pencipta lagu. Selain itu, ia diundang oleh departemen musik Universitas Santa Cruz untuk mengajar dan membuat pergelaran dalam ''Spring Performance'' (1990). Popularitasnya semakin menanjak setelah album-album rekaman kasetnya banyak diminati oleh masyarakat, diantaranya ''Kalangkang'' (''Bayangan,'' 1989), lewat suara [[Nining Meida]] yang sekaligus mengorbitkan nama penyanyi itu, ''Kalangkang'' dalam versi pop Sunda yang dipopulerkan [[Detty Kurnia]] meraih penghargaan BASF Award (1989), dan setahun kemudian meraih penghargaan HDX Award yang terjual dua juta kopi.
Tiga tahun kemudian ''Cinta Ketok Magic'' (1992), melalui suara penyanyi dangdut [[Evie Tamala]] meledak di pasaran sehingga mendapat HDX Award tingkat Nasional. Meskipun lagu-lagu ciptaannya berjenis karawitan, namun dengan cepat memperoleh penggemar di seluruh Indonesia, bukan hanya dari kalangan orang Sunda saja, apalagi setelah lagu-lagu itu dijadikan pop Sunda. Selain itu, Ia juga membuat lagu untuk ''Gending Karesmen'' bersama [[Wahyu Wibisana]], [[Rahmatullah Ading Affandie]], dan lainnya. ''Gending Karesmen'' ciptaannya antara lain ''Deugdeug Pati Jaya Perang'', ''Raja Kecit'', ''1 Syawal di Alam Kubur'', ''Perang'', dan sebagainya.
Baris 56:
== Diskografi ==
Selama hidupnya, kang Nano telah menghasilkan lebih dari 400 karya dan 200 album yang beredar di pasaran.
== Karya tulis ==
|