Wira Tanu I: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(34 revisi perantara oleh 24 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox officeholder
| honorific-prefix = Raden Aria
| name = Wira Tanu I
| nationality =
| image =
| office
| order = 1
| term_start =
| term_end = 1691
| vicepresident =
| predecessor =
| successor = [[
| order2 =
| term_start2 =
| term_end2 =
| president2 =
| predecessor2 =
| term_start3 =
| term_end3 =
| president3 =
| successor3 =
| birth_date = 1603
| birth_place = Padaleman Sagaraherang, [[Kabupaten Subang|Subang]]
| death_date
| death_place = Cikundul, [[Cikalongkulon, Cianjur]]
| party =
| parents = Raden Aria [[Wangsa Goparana]]
| spouse =
| children = Wiramangala
| profession = [[Raja]], [[Senapati]], [[Ulama]]
| signature = ▼
▲|signature =
}}
[[
'''Raden Aria Wira Tanu''' '''I''' adalah
== Kehidupan Awal ==
Raden Jayasasana adalah putra dari Raden Aria [[Wangsa Goparana]] yang berasal dari [[Sagalaherang, Subang]]. Berdasarkan silsilah, Raden Aria [[Wangsa Goparana]] merupakan anak dari [[Sunan
▲Karena Raden Aria Wangsa Goparana masuk islam, maka ia diusir dari Talaga dan kemudian berkelana dan sampailah ke Kampung Nangkabeurit yang sekarang masuk ke wilayah Kecamatan Sagaraherang Kabupaten Subang. Di sana ia mendirikan sebuah desa dan menjadi Dalem (kepala negeri). Raden Aria Wangsa Goparana memiliki delapan orang anak yaitu :
# Jayasasana
# Wiradiwangsa
Baris 50 ⟶ 47:
# Nyi Murti
Jayasasana sebagai putra pertama Raden Aria Wangsa Goparana terkenal sebagai seorang yang ahli ibadah dan menuntut ilmu. Jayasasana pun disebutkan sering berkhalwat (bertapa) untuk merenung dan bertafakur di tempat
==
=== Kepala Masyarakat ===
▲</gallery>Setelah dewasa, Jayasasana diberikan tanggungjawab oleh ayahnya Dalem Sagaraherang berupa 100 orang rakyat (cacah). Menurut sistem feodalisme saat itu, kekuasaan seorang bangsawan ditentukan oleh banyaknya rakyat yang dipimpin bukan berdasarkan tanah (wilayah). Karena semakin banyak rakyat, maka akan semakin banyak pula wilayah yang ditempati oleh rakyatnya itu.
▲====== Bersama keseratus orang itu, Jayasasana kemudian mencari tempat baru ke daerah pedalaman Jawa Barat saat ini dan sampailah ke sungai Cikundul yang saat ini berada di wilayah kecamatan Cikalong Kulon. Di sini mereka bermukim dan membuka lahan baru. Rakyat Jayasasana berpencar tidak bermukin di satu tempat tapi kebanyakan di Cijagang karena di sanalah pemimpin mereka (Jayasasana) berada. Beberapa tempat yang dihuni rakyat Jayasasana diantaraerpencar, mereka masih berada dalam satu kesatuan rakyat ([[Bahasa Belanda|Belanda]] : Volksgemeenschap) dibawah pnya adalah di dekat sungai seperti di Cibalagung dan di [[Cirata]]. ======
Tugas utama seorang kepala masyarakat seperti Jayasasana adalah mengatur kehidupan dan menegakkan hukum yang berlaku. Selain daripada itu, ia juga bertugas untuk melindungi rakyatnya jika ada keributan, perampokan atau serangan dari wilayah lain. Sehingga kepala masyarakat saat itu lebih tepat disebut sebagai panglima atau senapati dan bukan disebut sebagai dalem. Begitu pun masyarakat Jayasasana yang saat itu masih berada dalam tahap kesenapatian. Secara ''de jure'' karena runtuhnya [[Kerajaan Sunda]] yang beribu kota di [[Pakuan Pajajaran]], sebenarnya wilayah yang saat itu ditempati oleh rakyat Jayasasana berada di bawah kekuasaan [[Kesultanan Banten]],<ref>{{Cite book|last=Sanusi|first=Anwar|last2=Arif|first2=Faisal|last3=Hasyim|first3=Rafan S.|date=2022-12-26|url=https://books.google.com/books?id=8KWkEAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA41&dq=citarum+banten+cirebon&hl=en|title=PERUBAHAN EKSISTENSI SUNGAI DAN PENGARUHNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KOTA CIREBON PADA MASA HINDIA BELANDA TAHUN 1900-1942|publisher=Yayasan Wiyata Bestari Samastra|isbn=978-623-8083-13-8|language=id}}</ref> Namun secara ''de facto'' berada di bawah kekuasaan [[Kesultanan Mataram]] setelah raja [[Rangga Gempol I|Kusumadinata III]] dari [[Kerajaan Sumedang Larang|Sumedang Larang]] menyatakan bergabung dengan Mataram di tahun 1620.<ref>{{Cite book|last=Gani|first=Lutfi Abdul|date=2020-03-01|url=https://books.google.com/books?id=LmfeDwAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA14&dq=Kusumadinata+Mataram+1620&hl=en|title=Ki Luluhur Rekam Jejak Sejarah Raden Aria Wangsakara|publisher=Deepublish|isbn=978-623-02-0863-8|language=id}}</ref> Dikarenakan rakyat Jayasasana yang para leluhurnya berasal dari Talaga yang saat itu menjadi bagian Cirebon, maka dalam beberapa catatan-catatan VOC rakyat Jayasasana sering disebut sebagai rakyat Cirebon.<ref name="Sajarah Cianjur"/>
▲= Meskipun tempat tinggalnya timpinan Jayasasana. Berdasarkan hukum sosiologi mengenai pembentukan masyarakat, dalam kesatuan rakyat Jayasasana akhirnya lahir tata cara dan aturan bermasyarakat yang harus dipatuhi oleh semua rakyat Jayasasana. Tata cara di setiap masyarakat memiliki sifat bersatu sehingga dalam setiap kesatuan masyarakat ada kesatuan hukum (Belanda : rechtsgemenschap) =
=== Menjadi Dalem dan Mendapat Gelar Wira Tanu ===
Runtuhnya
Dalam masa genting seperti itu, beberapa kesatuan masyarakat yaitu
# Cipamingkis
# Cimapag
# Cikalong
# Cibalagung
# [[Cihea]]
# Cikundul
Berbeda dengan [[Bandung]] atau [[Sumedang]], Cianjur merupakan [[kabupaten]] yang pernah berdiri sendiri (merdeka) meskipun secara ''de jure'' masih di bawah [[Mataram]]
=== Penentuan Hari Jadi Cianjur ===
Seperti telah diketahui, Cianjur pada awalnya adalah wilayah Mataram
Pada tanggal 2 Juli 1677, [[
Kemerdekaan yang dicapai sebenarnya hanya de facto
== Masa Senja ==
Setelah lanjut usia
# Raden Aria Wiramangala yang kemudian menjadi penerusnya sebagai [[Wira Tanu II]]
# Raden Aria Martayuda
# Raden Aria Tirta
Baris 94 ⟶ 89:
# Raden Aria Wiradimanggala bergelar Dalem Cikondang
# Raden Aria Suradiwangsa
# Nyi Mas
# Nyi Mas Karangan
# Nyi Mas Bogem
# Nyi Mas Kara
# Nyi Mas Jenggot
Wira Tanu II pada 10 Desember 1691 memindahkan pusat pemerintahan dari Cikundul ke [[Pamoyanan, Cianjur, Cianjur|Pamoyanan]], dimana ia membangun kediamannya di tepian sungai [[Ci Anjur]], sehingga wilayah yang dipimpinnya dikenal dengan nama Cianjur.<ref name=":0" /><ref name=":2" />
== Bantahan terhadap pernikahan dengan jin ==
Ada versi lain yang menyatakan bahwa sebenarnya R. A. Wira Tanu I tidak menikah dengan jin
== Referensi ==
{{reflist}}
{{clr}}
{{kotak mulai}}
{{s-off}}
{{S-new|office}}
{{S-ttl|title=[[Bupati Cianjur]]|years=1681–1691}}
{{s-aft|after=[[Wira Tanu II]]}}
{{Kotak_selesai}}
[[Kategori:
[[Kategori:Tokoh
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Cianjur]]
[[Kategori:Ulama Sunda]]
|