Wira Tanu I: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Raden Darus (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(16 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox officeholder
| honorific-prefix = Raden Aria
| name = Wira Tanu I
| nationality = [[Cianjur]]
| image = R.A-Wiradatanu-I.jpg
| office= [[Kabupaten Cianjur| = Bupati Cianjur]]
| order = 1
| term_start = 16811677
| term_end = 1691
| vicepresident =
| predecessor =
| successor = [[R.A. Wira Tanu II]]
| order2 =
| term_start2 =
| term_end2 =
| president2 =
| predecessor2 =
| term_start3 =
| term_end3 =
| president3 =
| successor3 =
| birth_date = 1603
| birth_place = Padaleman Sagaraherang, [[Kabupaten Subang|Subang]]
| death_date = = 1691
| death_place = Cikundul, [[Cikalongkulon, Cianjur]]
| party =
|nationality =
| parents = Raden Aria [[Wangsa Goparana]]
|party =
| spouse =
| children = Wiramangala, <br>Martayuda, Tirta, <br>Natadimanggala, <br>Wiradimanggala, Suradiwangsa, <br>Suriadiwangsa<br>Nyi Mas Kaluntar, <br>Nyi Mas Karangan, <br>Nyi Mas Bogem, <br>Nyi Mas Kara, <br>Nyi Mas Jenggot
| profession = [[Raja]], [[Senapati]], [[Ulama]]
| signature =
|religion = [[Islam]]
|signature =
}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Regent van Tjiandjoer en zijn echtgenote voor hun huis in een auto van het merk Opel TMnr 60019212.jpg|jmpl|400 px| [[Pendopo]] ''regent'' (Kabupaten) Cianjur taun 1915-1925]]
'''Raden Aria Wira Tanu''' '''I''' adalah Dalemseorang dalem ([[bupati]]kepala nagari) pendiriyang mendirikan kabupaten [[Cianjur]] di abad ke-17 sekaligus Rajaraja Gagang. Raden Aria Wira TanuIa bernama asli ''Jayalalana'Jayasasana''' atau ''Jayasasana'Jayalalana'''. Wira Tanu I juga dijuluki sebagai '''Dalem Cikundul''' dikarenakan pernah menjadi dalem di daerah Cikundul (sekarang [[Cikalongkulon, Cianjur|Cikalongkulon]]).
 
== Kehidupan Awal ==
Raden Jayasasana adalah putra dari Raden Aria [[Wangsa Goparana]] yang berasal dari [[Sagalaherang, Subang]]. Berdasarkan silsilah, Raden Aria [[Wangsa Goparana]] merupakan anak dari [[Sunan wanaperihWanaperih]] (R.Raden Aria Kikis) yang merupakan raja dari [[Kerajaan Talaga Manggung]] (sekarang [[Kabupaten Majalengka|Majalengka]]), anak dari Rd.Raden Ragamantri alias Sunan Parung Gangsa/Prabu Pucuk Umum, anak dari Munding Sari Ageung. Munding Sari merupakan salah satu anakcicit dari [[Prabu Siliwangi]] yang ketika runtuhnya PajajaranKerajaan Sunda pada tahun 1579 memilih untuk kabur ke daerah Talaga tepatnya di sukukaki gunung[[Gunung CeremeCeremai]].
 
Rd.Di masa mudanya, Raden Aria Wangsa GofaranaGoparana berkelana dan sampailahsampai kedi Kampungkampung Nangkabeurit yang sekarang masuk ke wilayah Kecamatankecamatan SagaraherangSagalaherang, [[Kabupaten Subang]]. Di sana ia mendirikan sebuah desa dan menjadi Dalemdalem (kepala negerinagari). Raden Aria Wangsa Goparana memiliki delapan orang anak yaitu :
# Jayasasana
# Wiradiwangsa
Baris 48 ⟶ 47:
# Nyi Murti
 
Jayasasana sebagai putra pertama Raden Aria Wangsa Goparana terkenal sebagai seorang yang ahli ibadah dan menuntut ilmu. Jayasasana pun disebutkan sering berkhalwat (bertapa) untuk merenung dan bertafakur di tempat - tempat sunyi. Menurut legenda, suatu waktu ketika Jayasasana sedang bertapa, ia kedatangan [[jin]] Muslimmuslim yang merupakanberwujud gadis cantik. Jin ini tertarik dengan Jayasasana dan kemudian mereka menikah serta memiliki tiga orang anak, yaitu Suryakancana, Indang Kancana atau Indang Sukaesih dan Andaka Wirasujagat.<ref name="Sajarah Cianjur"/>
 
== BerdirinyaPendirian CianjurNagari Cikundul ==
=== Kepala Masyarakat ===
Setelah dewasa, Jayasasana diberikan tanggungjawab oleh ayahnya Dalem SagaraherangSagalaherang berupa 100 orang rakyat (cacah). Menurut sistem feodalisme saat itu, kekuasaan seorang bangsawan ditentukan oleh banyaknya rakyat yang dipimpin (populasi) bukan berdasarkan tanah (luas wilayah). Karena semakin banyak rakyat, maka akan semakin banyak pula wilayah yang ditempati oleh rakyatnya itu.
 
Bersama keseratus orang itu, Jayasasana kemudian mencari tempat bermukim baru ke daerah pedalaman [[Jawa Barat]] saat ini dan sampailah ke daerah sungai Cikundul yang sekarang berada di wilayah kecamatan [[Cikalong Kulon, Cianjur|Cikalong Kulon]]Cikalongkulon. Di sinisana mereka mulai bermukim dan membuka lahan baru. Rakyat Jayasasana hidup secara berpencar, tidak bermukinbermukim di satu tempat tetapi kebanyakan bermukim di bermukimdaerah [[Cijagang, karenaCikalongkulon, disanalahCianjur|Cijagang]] pemimpinkarena merekadisanalah (Jayasasana) berada. Beberapa tempat yang dihuni oleh rakyat Jayasasana diantaranya adalahterletak di dekattepian sungai seperti di Cibalagung dan di [[Cirata]].<ref>{{Cite book|date=1986|url=https://books.google.com/books?id=ZvdRAQAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Jayasasana+Cijagang&q=Jayasasana+Cijagang&hl=en|title=Wajah pariwisata Jawa Barat|publisher=Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Tingket I Jawa Barat|isbn=978-979-8075-00-1|language=id}}</ref>
 
Meskipun tempat tinggalnya terpencar, mereka masih berada dalam satu kesatuan komunitasmasyarakat ([[Bahasa Belanda|Belanda]]: ''Volksgemeenschap'') di bawah pimpinan Jayasasana. Berdasarkan hukum sosiologi mengenai pembentukan masyarakat, dalam kesatuan rakyat Jayasasana akhirnya lahir tata cara dan aturan bermasyarakat yang harus dipatuhi oleh semua rakyat Jayasasana. Tata cara di setiap masyarakat memiliki sifat bersatu sehingga dalam setiap kesatuan masyarakat adajuga ditemukan suatu kesatuan hukum (''Rechtsgemenschap'').
 
Tugas utama seorang kepala masyarakat seperti Jayasasana adalah mengatur kehidupan dan menegakkan hukum yang berlaku. Selain daripada itu, ia juga bertugas untuk melindungi rakyatnya jika ada keributan, jika ada perampokan atau jika ada serangan dari wilayah lain. Sehingga kepala masyarakat saat itu lebih tepat disebut sebagai Panglimapanglima atau Senapatisenapati dan bukan disebut sebagai Dalemdalem. BegitupunBegitu denganpun masyarakat Jayasasana yang saat itu masih berada dalam tahap kesenapatian. Secara ''de jure'' karena runtuhnya [[Kerajaan Sunda]] yang beribukotaberibu kota di [[Pakuan Pajajaran]], sebenarnya wilayah yang saat itu ditempati oleh Rakyatrakyat Jayasasana berada di bawah kekuasaan [[Kesultanan MataramBanten]],<ref>{{Cite book|last=Sanusi|first=Anwar|last2=Arif|first2=Faisal|last3=Hasyim|first3=Rafan S.|date=2022-12-26|url=https://books.google.com/books?id=8KWkEAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA41&dq=citarum+banten+cirebon&hl=en|title=PERUBAHAN EKSISTENSI SUNGAI DAN PENGARUHNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KOTA CIREBON PADA MASA HINDIA BELANDA TAHUN 1900-1942|publisher=Yayasan Wiyata Bestari Samastra|isbn=978-623-8083-13-8|language=id}}</ref> Namun secara ''de facto'' berada di bawah kekuasaan [[Kesultanan KasepuhanMataram]] disetelah Cirebonraja karena[[Rangga statusGempol CirebonI|Kusumadinata III]] dari [[Kerajaan Sumedang Larang|Sumedang Larang]] menyatakan bergabung dengan Mataram di abadtahun ke1620.<ref>{{Cite book|last=Gani|first=Lutfi Abdul|date=2020-1803-01|url=https://books.google.com/books?id=LmfeDwAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA14&dq=Kusumadinata+Mataram+1620&hl=en|title=Ki adalahLuluhur negaraRekam bawahanJejak (vassal)Sejarah Raden Aria Wangsakara|publisher=Deepublish|isbn=978-623-02-0863-8|language=id}}</ref> Dikarenakan rakyat Jayasasana yang para leluhurnya berasal dari Mataram.Talaga Makayang daripadasaat itu menjadi bagian Cirebon, maka dalam beberapa catatan-catatan VOC rakyat Jayasasana sering disebut sebagai rakyat Cirebon.<ref name="Sajarah Cianjur"/>
 
=== Menjadi Dalem dan Mendapat Gelar Wira Tanu ===
Runtuhnya Pajajaran[[Kerajaan Sunda]] menyebabkan beberapa daerah merdeka dan menyebabkan beberapa kerajaan berusaha mengklaim wilayah bekas Pajajaranwilayahnya termasuk [[kerajaan SumedangKesultanan LarangBanten]] di bawah Prabu [[GeusanTirtayasa dari Banten|Sultan UlunTirtayasa]] yang menurut klaimnya bahwamengklaim seluruh bekas wilayah PajajaranSunda adalahsebagai wilayah SumedangBanten.<ref Larangname=":0">{{Cite web|date=2022-07-23|title=Hikayat Cianjur: Berawal dari Kadaleman Cikundul, Pernah Diincar Kesultanan Banten|url=https://www.merdeka.com/histori/hikayat-cianjur-berawal-dari-kadaleman-cikundul-pernah-diincar-kesultanan-banten.html|website=merdeka.com|language=en|access-date=2023-06-26}}</ref> Dalam rangka menegakkan klaimnya, PrabuSultan Geusan UlunTirtayasa kemudian menyelenggarakan serangkaian kampanye militer untuk menaklukan wilayah-wilayah yang tidak tunduk pada klaimnya. Untuk mengatasi kampanye militer Sumedang LarangBanten, CirebonMataram dibawah sultan [[Amangkurat I]] kemudian memperkuat pertahanan, diantaranya adalah di wilayah Cimapag yang saat itu wilayah Cimapag termasuk ke dalam wilayah tanggungjawab Jayasasana. Maka CirebonMataram kemudian mengangkat Jayasasana sebagai senapati atau panglima dengan gelar Wira Tanu (Wira Tanu artinya Panglimapanglima atau Senapatisenapati).
 
Dalam masa genting seperti itu, beberapa kesatuan masyarakat yaitu :
# Cipamingkis di bawah pimpinan Nalamerta;
# Cimapag di bawah pimpinan Nyiuh Nagara;
Baris 70 ⟶ 69:
# [[Cihea]] di bawah pimpinan Wastu Nagara; dan
# Cikundul di bawah pimpinan Jayasasana dengan gelar Wira Tanu
bersepakatBersepakat untuk menyatakan bahwa wilayahnya bersatu menjadi satu negeri yang bernama Cianjur dan sepakat untuk mengangkat Jayasasana (yang sudah mendapat gelar Wira Tanu) untuk menjadi Dalemdalem. Karena sudah diangkat sebagai dalem (tidak lagi hanya senapati) Wira Tanu kemudian menggunakan gelar Aria, sehingga nama lengkapnya menjadi Raden Aria Wira Tanu.<ref name=":0" />
 
Berbeda dengan [[Bandung]] atau [[Sumedang]], Cianjur merupakan [[kabupaten]] yang pernah berdiri sendiri (merdeka) meskipun secara ''de jure'' masih di bawah [[Mataram]] melalui Cirebon. Ini terjadi karena adaadanya perjanjian[[Pemberontakan antaraTrunajaya]] di tahun 1674 yang menyebabkan Mataram dengankehilangan kendali atas wilayah-wilayahnya yang jauh seperti wilayah yang dipimpin oleh Wira Tanu. Cianjur lalu secara ''de jure'' menjadi bagian dari wilayah [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]] untuksetelah memberikanadanya wilayah[[Perjanjian Jepara|perjanjian]] antara VOC dengan Mataram yang menyatakan pengakuan Mataram terhadap wilayah VOC yang meliputi tepian timur sungai [[Cisadane]]- dan tepian barat sungai [[Citarum]] menjadidi wilayahtanggal VOC19-20 menurutOktober kontrak1677, tanggaldengan 25imbalan Februaribantuan 1677tentara dan persenjataan dari VOC untuk menaklukan Trunajaya.<ref name="Sajarah Cianjur"/><ref name=":1">{{Cite book|last=Sasmita|first=Saleh Dana|last2=Padmadisastra|first2=Sulaiman|last3=Johansyah|first3=Inci|date=1985|url=https://books.google.com/books?id=KZoiAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Perjanjian+Mataram+Cisadane+Citarum&q=Perjanjian+Mataram+Cisadane+Citarum&hl=en|title=Geografi budaya dalam wilayah pembangunan daerah Jawa Barat|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah|language=id}}</ref>
 
=== Penentuan Hari Jadi Cianjur ===
Seperti telah diketahui, Cianjur pada awalnya adalah wilayah Mataram melaluisetelah CirebonSumedang Larang bergabung dengan Mataram. Pada tahun 16701674-1677 bisa disebutkan sebagai 73 tahun kebebasankemerdekaan dari kekuasaan Mataram, hal ini terjadi karenadikarenakan pada tahun 16701674 klaimkendali Mataram atas wilayah-wilayahnya sudah berkurangmelemah karena fokus berperang dengan VOCTrunajaya, sedangkan pada tahun 1677 Mataram secara yuridis telah menyerahkanmengakui kekuasaannyawilayah di antara wilayahsungai Cisadane-Citarum kepadasebagai wilayah VOC.<ref name=":1" /> Namun karena keterbatasan VOC, VOC belum bisa menjajah wilayah yang didapatnya dari Mataram secara intensif. Jadi meskipun secara de facto wilayah tersebut merdeka tetapi setelah tahun 1677 secara de jure status merekawilayah Wira Tanu adalah jajahan VOC.
 
Pada tanggal 2 Juli 1677, [[TrunojoyoRaden Trunajaya|Trunojaya]] menyerbu [[Keraton Plered|istana Plered]] dan [[Amangkurat I]] kabur bersama putranya [[Amangkurat II|Mas Rahmat]]. KesempatanPeristiwa ini dijadikan titik tolak lepasnya wilayah-wilayah jajahan Mataram secara de facto. Berita penyerbuan Trunajaya ini baru sampai ke Cianjur pada tanggal 12 Juli 1677, sehingga secara de facto pada tanggal 12 Juli 1677 Cianjur merdeka dari Mataram.<ref name=":2">{{Cite web|last=Ikhsan|first=Muhammad|date=2021-07-12|title=Kenapa Hari Jadi Cianjur Pada 12 Juli? Begini Penjelasan Sejarahnya - Ayo Bandung|url=https://www.ayobandung.com/regional/pr-79729096/kenapa-hari-jadi-cianjur-pada-12-juli-begini-penjelasan-sejarahnya|website=Kenapa Hari Jadi Cianjur Pada 12 Juli? Begini Penjelasan Sejarahnya - Ayo Bandung|language=id|access-date=2023-06-26}}</ref>
 
Kemerdekaan yang dicapai sebenarnya hanya de facto karena secara de jure, Cianjurdaerah sudahParahyangan beradasebelah dibarat sungai Citarum menjadi wilayah VOC berdasarkan kontrakperjanjian tanggal 2519-20 FebruariOktober 1677. Namun karena VOC belum mampu mengelola daerah jajahannya sehingga Wira Tanu pada waktu itu berhasil menjadi Dalemdalem secara Mandirimandiri tanpa diangkat oleh VOC maupun oleh Rajaraja/Sultansultan yang lain. Sehingga menurut catatan VOC/Belanda, bupati regentdaerah Cianjur yang pertama bukanlah Wira Tanu I tetapi anaknya yaitu Wira Tanu II.<ref name="Sajarah Cianjur"/><ref>{{Cite web|last=Pos|first=Djava|title=Aria Wiratanu II Bupati Cianjur Pertama yang Mendapat Pengakuan VOC|url=http://www.djavapos.com/2020/11/aria-wiratanu-ii-bupati-cianjur-pertama.html|website=djavapos|access-date=2023-06-26}}</ref>
 
== Masa Senja ==
 
Setelah lanjut usia iaWira Tanu menetap di Kp.kampung Majalaya dengandan mendirikan Paguronpondok pesantren untuk menyiarkan Islam sampai ia wafat sekitar tahun 17061691 Masehi, dan dimakamkan di Cikalongkulon. Ia meninggalkan putra-puteri sebanyak 11 orang yaitu:<ref name="silsilah keturunan">[{{Cite web|title=Salinan arsip|url=http://urangcianjur.weebly.com/sejarah.html|archive-url=https://web.archive.org/web/20120503044426/http://urangcianjur.weebly.com/sejarah.html]|archive-date=2012-05-03|dead-url=no|access-date=2012-05-03}}</ref> masing-masing
# Raden Aria Wiramangala yang kemudian menjadi penerusnya sebagai [[Wira Tanu II]]
# Raden Aria Martayuda
# Raden Aria Tirta
Baris 95 ⟶ 94:
# Nyi Mas Kara
# Nyi Mas Jenggot
Wira Tanu II pada 10 Desember 1691 memindahkan pusat pemerintahan dari Cikundul ke [[Pamoyanan, Cianjur, Cianjur|Pamoyanan]], dimana ia membangun kediamannya di tepian sungai [[Ci Anjur]], sehingga wilayah yang dipimpinnya dikenal dengan nama Cianjur.<ref name=":0" /><ref name=":2" />
 
== Bantahan terhadap pernikahan dengan jin ==
Ada versi lain yang menyatakan bahwa sebenarnya R. A. Wira Tanu I tidak menikah dengan jin tetapi menikah dengan seorang wanita yang berasal dari [[India]]. Karena kecantikannya dan langkanya orang-orang zaman itu melihat orang India, maka banyak yang berspekulasi bahwa wanita yang dinikahi oleh Wira Tanu adalah jin. Apalagi setelah anak-anaknya dibawa oleh ibunya dan diberitakan hilang.{{cn}}
 
== Referensi ==
Baris 105:
{{clr}}
{{kotak mulai}}
{{s-off}}
{{Kotak_suksesi |jabatan = [[Bupati Cianjur]] |tahun = 1681 - 1691 |pendahulu = Tidak ada (Pendiri) |pengganti = [[R.A. Wira Tanu II]]}}
{{S-new|office}}
{{S-ttl|title=[[Bupati Cianjur]]|years=1681–1691}}
{{s-aft|after=[[Wira Tanu II]]}}
{{Kotak_selesai}}
 
[[Kategori:TokohBangsawan Sunda]]
[[Kategori:Tokoh Indonesiadari Subang]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Cianjur]]
[[Kategori:Ulama Sunda]]