Adiwijaya dari Pajang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Herryz (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh Daeng Hanif (bicara) ke revisi terakhir oleh Tarusbawa
Tag: Pengembalian
(27 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Redirect|Joko Tingkir|kegunaan lain|Joko}}{{Infobox religious biography
Dalam tradisi [[Jawa]] '''Mas Karèbèt''' atau biasa disebut '''Jaka/Joko Tingkir''' adalah pendiri sekaligus [[raja]] atau [[sultan]] pertama dari [[kesultanan Pajang|kesultanan]]
| honorific-prefix =
atau [[kerajaan Pajang]] yang memerintah dari tahun 1568-1582 dengan nama '''Sultan Adiwijaya'''.
| name = Mas KarèbètKarebet <br>
( Sultan Hadiwijaya )
| image =
| heiralt =
| caption =Lukisan Potret Raden Fatah
| religion = [[Islam]]
| denomination = [[Sunni]]
| successorknown_for = [[AryaWali PangiriSongo]]
| birth_name =Mas Karebet
| birth_date = 1549
| birth_place = [[Pengging]], [[Kesultanan Demak]]
| death_date = 1582
| death_place = [[Kesultanan Pajang]]
| issuechildren = =* [[Prabuwijaya]]/[[Pangeran Benawa]]
| father = [[Ki Ageng Pengging|Raden]] [[Kebo KenangaKenongo]]
| mother = [[Nyai Ratu Mandoko]] binti [[Sunan Kalijaga]]
| spouse =Ratu Mas Cempaka binti [[Sultan Trenggana]]
|predecessor=[[Sunan Prawoto]]|successor=[[Sayyid Yusuf Anggawi]] <br>
( Raden Pratanu Madura )|office1=Pendiri Kesultanan Pajang|term_start1=1554|term_end1=1582|predecessor1=[[Arya Penangsang]] <br>
( Sultan Demak Terakhir )|successor1=[[Arya Pangiri]]|title=|region=}}
 
Dalam tradisi [[Jawa]] '''Mas Karèbèt''' atau biasasering disebut '''Jaka/Joko Tingkir''' adalah seorang pendiri sekaligus [[rajasultan]] atau [[sultanraja]] pertama dari [[kesultanan Pajang|kesultanan]] atau [[kerajaan Pajang]] yang memerintah dari tahun 1568-1582 dengan bergelar '''Sultan Adiwijaya''' atau '''Hadiwijaya'''.
{{Infobox raja
| name = Mas Karèbèt
| title = Sultan Hadiwijaya/Adiwijaya
| image =
| caption =
| succession = Raja kerajaan Pajang pertama
| reign = 1568-1582
| coronation = 1568 di [[Giri Kedaton]] oleh [[Sunan Prapen]]
| full name = Mas Karèbèt
| predecessor = [[Arya Penangsang]]
| successor = [[Arya Pangiri]]
| suc-type =
| heir =
| queen =
| consort =
| spouse 1 =
| spouse 2 =
| spouse 3 =
| issue =* [[Prabuwijaya]]/[[Pangeran Benawa]]
| royal house =
| dynasty =
| royal anthem =
| father = [[Raden]] [[Kebo Kenanga]]
| mother = Nyi Ageng Pengging
| birth_date = 1549
| birth_place = Pengging
| death_date = 1582
| death_place =
| date of burial =
| place of burial = Makam Joko Tingkir/Butuh, [[kabupaten Sragen]]
| religion = [[Islam]]
}}
 
Nama aslinya adalah '''Mas Karèbèt''', Lahir pada tanggal 18 Jumadilakhir tahun Dal mangsa VIII menjelang subuh. Diberi nama "Mas Karebet" karena ketika dilahirkan, ayahnya Ki Kebo Kenanga dari Pengging [[Ki Ageng Pengging]] sedang menggelar pertunjukan [[wayang beber]] dan dalangnya adalah Ki Ageng Tingkir.{{efn|Kedua nama "Ki Ageng" ini bukanlah nama asli tetapi nama sebutan yang terkait dengan asal daerah keduanya. Pengging adalah daerah di wilayah [[Boyolali]] sekarang dan [[Tingkir]] merupakan salah satu kecamatan di [[Salatiga]].}} Namun suara wayang yang "kemebret" tertiup angin membuat bayi itu diberi nama "Mas Karebet". Kedua ki ageng ini adalah murid [[Syekh Siti Jenar]]. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia. Sepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh memberontak terhadap Kerajaan Demak. Sebagai pelaksana hukuman ialah Sunan Kudus. Setelah kematian suaminya, Nyai Ageng Pengging jatuh sakit dan meninggal pula. Sejak itu, Mas Karebet diambil sebagai anak angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir) sejak saat itu masa remajanya lebih dikenal dengan nama "Jaka Tingkir".
== Asal-usul ==
Nama aslinya adalah '''Mas Karèbèt''', Lahir pada tanggal 18 Jumadilakhir tahun Dal mangsa VIII menjelang subuh. Diberi nama "Mas Karebet" karena ketika dilahirkan, ayahnya Ki Kebo Kenanga dari Pengging [[Ki Ageng Pengging]] sedang menggelar pertunjukan [[wayang beber]] dan dalangnya adalah Ki Ageng Tingkir.{{efn|Kedua nama "Ki Ageng" ini bukanlah nama asli tetapi nama sebutan yang terkait dengan asal daerah keduanya. Pengging adalah daerah di wilayah [[Boyolali]] sekarang dan [[Tingkir]] merupakan salah satu kecamatan di [[Salatiga]].}} Namun suara wayang yang "kemebret" tertiup angin membuat bayi itu diberi nama "Mas Karebet".Kedua ki ageng ini adalah murid [[Syekh Siti Jenar]]. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia.
 
Mas Karebet gemar bertapa, berlatih bela diri dan kesaktian, sehingga tumbuh menjadi pemuda yang tangguh, tampan dan dijuluki Jaka Tingkir. Guru pertamanya adalah Kebo Kenongo (Ki Ageng Pengging) ayahnya sendiri dan Muhammad Kabungsuan (Ki Ageng Pengging sepuh) kakek Adiwijaya. Ki Ageng Pengging Sepuh ini adalah anak bungsu dari Syeikh Jumadil Kubro, tapi jalur spiritualnya menuju ke Syeikh Siti Jenar. Selain ayah dan Kakek, ia juga belajar dengan kakek dari Ibu, yaitu [[Sunan Kalijaga]]. Ia juga juga berguru pada [[Ki Ageng Sela]], dan dipersaudarakan dengan ketiga cucu Ki Ageng Sela yaitu, [[Ki Juru Martani]], [[Ki Ageng Pemanahan]], dan [[Ki Panjawi]]. Disamping tampan dan jagoan, sayangnya pemuda Jaka Tingkir alias Mas Karebet ini juga sedikit 'nakal' alias mata keranjang. Jaka Tingkir kemudian berguru pada Ki Ageng Banyubiru atau Ki Kebo Kanigoro (saudara tua ayahnya / kakak mendiang ayahnya). Dalam perguruan ini ada murid yang lain, yaitu Mas Manca, Mas Wila, dan Ki Wuragil.
Sepuluh tahun kemudian, [[Ki Ageng Pengging]] dihukum mati karena dituduh memberontak terhadap [[Kerajaan Demak]]. Sebagai pelaksana hukuman ialah [[Sunan Kudus]]. Setelah kematian suaminya, Nyai Ageng Pengging jatuh sakit dan meninggal pula. Sejak itu, Mas Karebet diambil sebagai anak angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir) sejak saat itu masa remajanya lebih dikenal dengan nama "[[Jaka Tingkir]]".
 
Mas Karebet gemar bertapa, berlatih bela diri dan kesaktian, sehingga tumbuh menjadi pemuda yang tangguh, tampan dan dijuluki Jaka Tingkir. Guru pertamanya adalah Kebo Kenongo ([[Ki Ageng Pengging]]) ayahnya sendiri dan Muhammad Kabungsuan ([[Ki Ageng Pengging Sepuh|Ki Ageng Pengging sepuh]]) kakek Adiwijaya. Ki Ageng Pengging Sepuh ini adalah anak bungsu dari Syeikh Jumadil Kubro, tapi jalur spiritualnya menuju ke Syeikh Siti Jenar.
 
 
Selain ayah dan Kakek, ia juga belajar dengan kakek dari Ibu, yaitu [[Sunan Kalijaga]]. Ia juga juga berguru pada [[Ki Ageng Sela]], dan dipersaudarakan dengan ketiga cucu Ki Ageng Sela yaitu, [[Ki Juru Martani]], [[Ki Ageng Pemanahan]], dan [[Ki Panjawi]]. Disamping tampan dan jagoan, sayangnya pemuda Jaka Tingkir alias Mas Karebet ini juga sedikit 'nakal' alias mata keranjang. Jaka Tingkir kemudian berguru pada Ki Ageng Banyubiru atau Ki Kebo Kanigoro (saudara tua ayahnya / kakak mendiang ayahnya). Dalam perguruan ini ada murid yang lain, yaitu Mas Manca, Mas Wila, dan Ki Wuragil.
 
== Silsilah Jaka Tingkir ==
Baris 60 ⟶ 43:
'''Joko Tingkir''' putra dari '''Ki Kebo Kenongo''' putra dari '''Ki Ageng Pengging Sepuh (Andayaningrat/Jaka Sengara/Muhammad Kabungsuan)''' putra dari Syeikh Jumadil Kubro. ([[Jamaluddin Akbar al-Husaini]])
 
ayahnya, Kebo Kenongo menikah dengan Nyai Ratu Mandoko putri dari [[Sunan Kalijaga]] dengan Syarifah Zaenab binti [[Raden Abdul Jalil|Syeikh Siti Jenar]]
 
Sedangkan kakeknya, Andayaningrat menikah dengan Ratu Pembayun putri dari prabu [[Brawijaya|Brawijaya V]] raja [[Majapahit]].
Baris 94 ⟶ 77:
Maka, Adiwijaya pun mengadakan sayembara. Barangsiapa dapat membunuh [[Aryo Penangsang]] akan mendapatkan tanah [[Pati]] dan mentaok/[[Mataram]] sebagai hadiah.
 
Sayembara diikuti kedua cucu [[Ki Ageng Sela]], yaitu [[Ki Ageng Pemanahan]] dan Ki Panjawi. Dalam perang itu, [[Ki Juru Martani]] (kakak ipar [[Ki Ageng Pemanahan]]) berhasil menyusun siasat cerdik sehingga sehingga Sutawijaya (Anak Ki Ageng Pemanahan) dapat menewaskan [[Arya Penangsang]] setelah menusukkan Tombak Kyai Plered ketika Aryo Penangsang menyeberang Bengawan Sore dengan mengendarai Kuda Jantan Gagak Rimang.
 
Setelah peristiwa tahun 1549 tersebut, Pusat kerajaan tersebut kemudian dipindah ke [[Pajang]] dengan Adiwijaya sebagai raja pertama. Demak kemudian dijadikan Kadipaten dengan anak Sunan Prawoto yang menjadi Adipatinya.
Baris 147 ⟶ 130:
 
== Pengganti ==
Adiwijaya memiliki beberapa orang anak. Putri-putrinya antara lain dinikahkan dengan Panji Wiryakrama Surabaya, Raden Pratanu Madura, dan Arya Pamalad Tuban. Adapun putri yang paling tua dinikahkan dengan [[Arya Pangiri]] bupati [[Demak]]. Arya Pangiri sebenarnya adalah anak rajasultan Demak Sunan Prawoto, yang seharusnya memang Arya Pangiri sebagai penerusmeneruskan garis suksesi [[SultanKesultanan Demak]] dahulu.<ref>[[M. C. Ricklefs|Ricklefs, M. C.]], ''A History of Modern Indonesia since c. 1200'', Palgrave MacMillan, New York, 2008 (terbitan ke-4), ISBN 978-0-230-54686-8</ref> Putrinya yang bernama [[Glampok Raras]] menikah dengan [[Panembahan Ratu I]] dan menjadi permaisuri [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]].<ref>{{Cite web|title=Perkawinan Panembahan Ratu Dengan Putri Glampok Raras|url=https://www.historyofcirebon.id/2019/10/perkawinan-panembahan-ratu-dengan-putri.html|website=Sejarah Cirebon|language=id|access-date=2023-02-02}}</ref>
 
[[Arya Pangiri]] didukung Panembahan Kudus (Sayyid Amir Khan, Pengganti [[Sunan Kudus]]) untuk menjadi rajasultan. [[Pangeran Benawa]] sang "[[putra mahkota]]" saat itu disingkirkan namun masih diberi jabatan menjadi bupati Jipang. [[Arya Pangiri]] pun lalu menjadi raja barusultan di [[Pajang]] dengan nama tahtagelar Ngawantipura.
 
== Catatan ==
[[Arya Pangiri]] didukung Panembahan Kudus (Sayyid Amir Khan, Pengganti [[Sunan Kudus]]) untuk menjadi raja. [[Pangeran Benawa]] sang "[[putra mahkota]]" disingkirkan menjadi bupati Jipang. [[Arya Pangiri]] pun menjadi raja baru di [[Pajang]] dengan nama tahta Ngawantipura.
{{notelist}}
 
== Referensi ==