Panembahan Ratu I: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: halaman dengan galat kutipan
Herryz (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh Daeng Hanif (bicara) ke revisi terakhir oleh 125.164.21.129
Tag: Pengembalian
 
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 42:
* [[Surabaya]] berhasil dikuasai
* [[Kediri]] berhasil dikuasai
* Parahyangan sebelah timur (Galuh) berhasil dikuasai
 
Pada masa pemerintahan Panembahan Ratu, kesultanan Cirebon berhasil mempertahankan hubungan baik antara [[kesultanan Banten]] dengan [[kesultanan Mataram]] yang saling bermusuhan, hal itu disebabkan adanya hubungan keluarga antara [[kesultanan Banten]] dengan kesultanan Cirebon yang masih sama-sama keturunan [[sunan Gunung Jati]] sementara dengan kesultanan Mataram hubungan persahabatan yang erat telah dijalin antara Panembahan Ratu dengan [[Danang Sutawijaya]] penguasa Mataram pertama.
Baris 59:
 
==== Peristiwa Harisbaya dan konflik dengan Sumedang Larang ====
Konflik antara kesultanan Cirebon dengan [[Kerajaan Sumedang Larang]] terjadi dikarenakan adanya [[Peristiwa Harisbaya]] pada tahun 1585<ref name="iskandar1" /> (namun sejarahwan Uka Candrasasmita memperkirakan bahwa peristiwa Harisbaya terjadi pada 1588<ref name="uka1" />). Pada masa itu [[Prabu Geusan Ulun]] dari kerajaan Sumedang Larang diyakini melarikan Harisbaya, selir Panembahan Ratu yang berasal dari Madura. Menurut [[Babad Sumedang]], raja [[Rangga Gempol I|Kusumadinata III]] atau Suriadiwangsa adalah anak Harisbaya dari pernikahannya dengan Panembahan Ratu,<ref>Thresnawaty S, Euis. 2011. Sejarah Kerajaan Sumedang Larang. [[Bandung]] : Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung</ref> kelak Suriadiwangsa menjadi penguasa Sumedang yang bersekutu dengan Mataram dalam [[Penaklukan Surabaya oleh Mataram|Penaklukan Surabaya]].
 
== Ekonomi ==
Baris 104:
 
== Kematian ==
Setelah berkuasa ±79 tahun, Panembahan Ratu wafat di tahun 1649, setelah terjangkit suatu wabah penyakit setelah ia pulang dari kunjungannya kepada Sultan Agung di keraton Mataram.<ref name=":1" /><ref name="titik2">Pudjiastuti, Titik. 2015. Menyusuri Jejak Kesultanan Banten. [[Jakarta]]: Wedatama Widya Sastra</ref> Ia dimakamkan di komplek pemakaman [[Astana Gunung Sembung]] yang sekarang terletak di [[Gunungjati, Cirebon|Kec. Gunungjati]], [[Kabupaten Cirebon|Kab. Cirebon]].<ref name=":0" /> Takhta sultan Cirebon diwariskan kepada cucunya, Pangeran Karim yang naik takhta dengan gelar [[Panembahan Ratu II]], dikarenakan anak Panembahan Ratuanaknya, Adiningkusuma, telah wafat lebih dahulu.<ref name=":2" /> Sebelum wafat, ia berpesan terhadap cucunya untuk tetap menjaga kenetralan Cirebon terhadap permusuhan yang ada antara Banten dan Mataram.<ref name="titik2" />
 
== Rujukan ==