Lie Eng Hok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ciben tangerang (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
PeragaSetia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(6 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 11:
| birth_place = [[Balaraja]], [[Tangerang]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{Death date and age|1961|12|27|1893|02|07}}
| death_place = [[Semarang|]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]
| death_cause =
| education =
Baris 20:
| notable_works =
| style =
| awards = Perintis Kemerdekaan RI
(SK Menteri Sosial RI No. Pol 111 PK tanggal 22 Januari 1959.)
}}
 
== Biografi ==
Lie lahir di [[Balaraja, Tangerang|Balaraja]], [[Tangerang]], [[Banten]], [[Hindia Belanda]] pada tanggal 7 Februari 1893.<ref name="Peranakan idealis book" /><ref name="Setyautama">{{cite book |last1=Setyautama |first1=Sam |title=Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia = [Yinni Hua zu ming ren ji] |date=2008 |publisher=Kepustakaan Populer Gramedia bekerjasama dengan Chen Xingchu Foundation |location=Jakarta |isbn=9789799101259 |page=169 |edition=1 |language=id}}</ref> Tidak banyak yang diketahui mengenai masa kecil Lie.<ref name="Historia 2020">{{cite web |last1=Pamungkas |first1=M. Fazil |title=Lima Tionghoa di Taman Makam Pahlawan |url=https://historia.id/militer/articles/lima-tionghoa-di-taman-makam-pahlawan-6kXJ1/
|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia |access-date=27 June 2021 |language=id |date=2020-01-27}}</ref>
 
Di masa hidupnya, Lie pernah menjadi wartawan Sin Po. Posisi sebagai wartawan inilah yang membuatnya dekat dengan pencipta lagu kebangsaan "Indonesia Raya" WAgeWage Rudolf Supratman. Dari sahabatnya inilah dia banyak mengenal dan belajar tentang cita-cita kemerdekaan.
 
Hukuman buang ke Digul sudah lazim kala itu bagi para pembangkang terhadap pemerintah kolonial Belanda. Namun Lie tidak gentar. Dia tetap aktif membela Indonesia. Saat di sana, ia menolak untuk berkolaborasi dengan pemerintah Belanda, sehingga ia menjadi salah satu dari beberapa tahanan yang tidak mendapat fasilitas yang layak.
 
Setelah pemberontakan dan dikenakan hukuman, kehidupan ekonomi Lie morat-marit. Karena tak mau bekerja sama dengan Belanda di Digul dia bekerja sebagai tukang tambal sepatu.
Baris 39 ⟶ 40:
Dari sini dia bisa melebarkan pertemanan sekaligus menyerap banyak informasi, yang kemudian dia bagikan kepada kawan-kawan seperjuangan. Tak jarang dia menjadi kurir untuk mereka yang hendak mengirimkan surat kepada sesama pejuang. Bahkan, dia juga sering mencarikan penginapan yang aman bagi kawan-kawanya agar terhindar dari incaran para tentara kolonial.
 
Pada tanggal 22 Desember 1959, ia dianugerahi gelar Perintis Kemerdekaan oleh pemerintah Indonesia. Ketika meninggal dunia pada 27 Desember 1961, ia dimakamkan di pemakaman umum di Semarang. Kemudian 25 tahun kemudian, berdasarkan surat Pangdam IV/Diponegoro No. B/678/X/1986, kerangka Lie Eng Hok dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal, Semarang. Dengan demikian, nama Lie yang semula tidak begitu dikenal, mendapatkan penghargaan sepantasnya. Ia pun menjadi salah satu dari hanya dua orang Tionghoa yang dimakamkan di sana.
 
== Referensi ==
Baris 45 ⟶ 46:
 
{{DEFAULTSORT:Lie, Eng Hok}}
[[CategoryKategori:Kelahiran 1893]]
[[CategoryKategori:Kematian 1961]]
[[CategoryKategori:Tokoh Hindia Belanda]]
[[CategoryKategori:Wartawan Indonesia]]
[[CategoryKategori:Tokoh komunis Indonesia]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]