Pendidikan Pastoral Klinis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PT23Francisca (bicara | kontrib)
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Referensi: Bot: Merapikan artikel
 
(39 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{inuseOrphan|15date=Oktober Maret2016}}
 
Pelayanan'''Pendidikan pastoral klinis''' bermula dari keyakinan bahwa pelayanan pastoral adalah pelayanan [[gereja]] yang sangat penting dan dibutuhkan saat ini, di manatengah krisis yang bersifat multi-dimensional masih mengancam kehidupan kita di Indonesia, baik yang bersifat [[sosial]], seperti [[konflik]] antar-kelompok, maupun individual, seperti tekanan jiwa atau [[stress]] mental yang dialami banyak orang.<ref name=”Susanto”"Susanto53">Daniel Susanto.2009.Clinical Pastoral Education:Sebuah Model Pendidikan Pastoral di Indonesia.Jakarta:Sekolah Tinggi Teologi Jakarta.Hlm.53.</ref> Situasi ini memanggilmendorong gereja untuk lebih meningkatkan pelayanan pastoralnya, sebabdalam melaluiupaya pelayananmenolong pastoral,orang seseorang dapat ditolong untukagar mendapatkan kesembuhan, topangan, bimbingan, dan pendamaian.<ref name=”Susanto”>Hlm.53.<"Susanto53"/ref> NamunSampai disayangkansaat bahwaini, pelayanan pastoral yang dilakukan gereja-gereja di [[Indonesia]] sampai saat ini masih belum sepenuhnya mengena,optimal karena penyiapanjumlah tenaga-tenaga pelayan pastoral kurang memadai.<ref name=”Susanto”>Hlm.54.</ref> Selain jumlah yang sangat terbatas, tenaga-tenaga ini hanyadan disiapkanpersiapan secara akademis-teoretis dengan pemahaman [[refleksi]] [[teologis]] yang tidak berangkat dari [[realitas]] kehidupan sehari-hari.<ref name=”Susanto”"Susanto54">Susanto, 2009. Hlm.54.</ref> Akibatnya, banyak pelayantenaga pelayanan pastoral yang hanya menguasai teori namun tidak terampil dalam melayani, dan banyak rumusan teologi pastoral yang kurang relevan dengan [[kebutuhan]] orang-orang yang dilayani. <ref name=”Susanto”>Hlm.54.<"Susanto54"/ref>
 
[[Berkas:Early_life_of_Christ_in_the_Bowyer_Bible_print_21_of_21._healing_of_a_paralytic_by_Jesus._Vos.png|jmpl]]
Pelayanan pastoral adalah pelayanan [[gereja]] yang sangat penting dan dibutuhkan saat ini, di mana krisis yang bersifat multi-dimensional masih mengancam kehidupan kita di Indonesia, baik yang bersifat [[sosial]], seperti [[konflik]] antar-kelompok, maupun individual, seperti tekanan jiwa atau [[stress]] mental yang dialami banyak orang.<ref name=”Susanto”>Daniel Susanto.2009.Clinical Pastoral Education:Sebuah Model Pendidikan Pastoral di Indonesia.Jakarta:Sekolah Tinggi Teologi Jakarta.Hlm.53.</ref> Situasi ini memanggil gereja untuk lebih meningkatkan pelayanan pastoralnya, sebab melalui pelayanan pastoral, seseorang dapat ditolong untuk mendapatkan kesembuhan, topangan, bimbingan, dan pendamaian.<ref name=”Susanto”>Hlm.53.</ref> Namun disayangkan bahwa pelayanan pastoral yang dilakukan gereja-gereja di [[Indonesia]] sampai saat ini masih belum sepenuhnya mengena, karena penyiapan tenaga-tenaga pelayan pastoral kurang memadai.<ref name=”Susanto”>Hlm.54.</ref> Selain jumlah yang sangat terbatas, tenaga-tenaga ini hanya disiapkan secara akademis-teoretis dengan pemahaman [[refleksi]] [[teologis]] yang tidak berangkat dari [[realitas]] kehidupan sehari-hari.<ref name=”Susanto”>Hlm.54.</ref> Akibatnya, banyak pelayan pastoral yang hanya menguasai teori namun tidak terampil dalam melayani, dan banyak rumusan teologi pastoral yang kurang relevan dengan [[kebutuhan]] orang-orang yang dilayani. <ref name=”Susanto”>Hlm.54.</ref>
 
== Latar Belakang ==
Untuk mengatasi kelemahan [[pendidikan]] pastoral yang sangat bersifat akademis-teoretis ini, seorang [[pendeta]] dan dua orang [[dokter]] di [[Amerika Serikat]] memulai suatu model pendidikan pastoral baru, yang kemudian disebut dengan ''Clinical Pastoral Education'' (disingkat '''CPE''').<ref name=”Susanto”>Hlm.54.<"Susanto54"/ref> Pendidikan ini bersifat [[klinis]], artinya langsung melibatkan diri dalam [[kehidupan]] orang-orang yang dilayani, jadi dalam pendekatan ini seseorang belajar pastoral pertama-tama dari ''living human documents'' ([[manusia]]), dan bukan dari [[buku]] atau kuliah-kuliah tertentu.<ref name=”Susanto”>Hlm.54.<"Susanto54"/ref> Beberapa [[tokoh]] yang pada akhirnya disebut sebagai perintis '''CPE''', antara lain: William S. Keller, [[Anton Boisen]], dan Richard C. Cabot.<ref name=”Susanto”"Susanto55">Susanto, 2009. Hlm.55.</ref> Sebenarnya ketiga tokoh tersebut merintis '''CPE''' sebagai reaksi atas pendidikan teologi [[tradisional]] di Amerika Serikat pada waktu itu yang masih bersifat intelektualistis.<ref name=”Susanto”>Hlm.55.<"Susanto55"/ref> Mereka menyadari bahwa mahasiswa-mahasiswa teologi sebenarnya perlu [[belajar]] [[pastoral]] secara klinis, dan mahasiswa-mahasiswa teologi ini perlu mempelajari pelayanan pastoral dari ''living human documents'' dan tidak hanya dari buku atau kuliah-kuliah saja.<ref name=”Susanto”>Hlm.55.<"Susanto55"/ref>
 
== Tujuan '''CPE''' ==
==Latar Belakang==
Tujuan umum '''CPE''' sama dengan tujuan pendidikan pastoral pada umumnya, yaitu menyiapkan orang untuk dapat melakukan pelayanan pastoral.<ref name=”Susanto”>Hlm.55.<"Susanto55"/ref> '''CPE''' ini juga memiliki beberapa tujuan khusus, yaitu:<ref name=”Susanto”"Susanto56">Susanto, 2009. Hlm.56.</ref>
Untuk mengatasi kelemahan [[pendidikan]] pastoral yang sangat bersifat akademis-teoretis ini, seorang [[pendeta]] dan dua orang [[dokter]] di [[Amerika Serikat]] memulai suatu model pendidikan pastoral baru, yang kemudian disebut dengan ''Clinical Pastoral Education'' (disingkat '''CPE''').<ref name=”Susanto”>Hlm.54.</ref> Pendidikan ini bersifat [[klinis]], artinya langsung melibatkan diri dalam [[kehidupan]] orang-orang yang dilayani, jadi dalam pendekatan ini seseorang belajar pastoral pertama-tama dari ''living human documents'' ([[manusia]]), dan bukan dari [[buku]] atau kuliah-kuliah tertentu.<ref name=”Susanto”>Hlm.54.</ref> Beberapa [[tokoh]] yang pada akhirnya disebut sebagai perintis '''CPE''', antara lain: William S. Keller, [[Anton Boisen]], dan Richard C. Cabot.<ref name=”Susanto”>Hlm.55.</ref> Sebenarnya ketiga tokoh tersebut merintis '''CPE''' sebagai reaksi atas pendidikan teologi [[tradisional]] di Amerika Serikat pada waktu itu yang masih bersifat intelektualistis.<ref name=”Susanto”>Hlm.55.</ref> Mereka menyadari bahwa mahasiswa-mahasiswa teologi sebenarnya perlu [[belajar]] [[pastoral]] secara klinis, dan mahasiswa-mahasiswa teologi ini perlu mempelajari pelayanan pastoral dari ''living human documents'' dan tidak hanya dari buku atau kuliah-kuliah saja.<ref name=”Susanto”>Hlm.55.</ref>
# Menolong orang menyadari identitas pastoralnya
# Menolong orang mengembangkan keterampilan pastoralnya
# Menolong orang memahami dirinya sendiri
# Menolong orang meningkatkan pertumbuhan pribadinya
# Menolong orang meningkatkan hubungannya dengan orang lain
# Menolong orang meningkatkan hubungannya dengan [[Tuhan]]
# Menolong orang bekerja bersama dengan orang-orang dari [[kelompok]] [[profesi]] yang berbeda
# Menolong orang mendapatkan [[pengetahuan]] tentang pelayanan pastoral, khususnya pendampingan pastoral
# Menolong orang untuk melakukan refleksi teologi pastoral
 
==Tujuan Program '''CPE''' ==
Elemen-elemen dasar program '''CPE''', antara lain: :<ref name=”Susanto”"Susanto57">Susanto, 2009. Hlm.57.</ref>
Tujuan umum '''CPE''' sama dengan tujuan pendidikan pastoral pada umumnya, yaitu menyiapkan orang untuk dapat melakukan pelayanan pastoral.<ref name=”Susanto”>Hlm.55.</ref> '''CPE''' ini juga memiliki beberapa tujuan khusus, yaitu:<ref name=”Susanto”>Hlm.56.</ref>
# Pengenalan terhadap program '''CPE''' dan orientasi terhadap [[rumah sakit]] atau tempat, di mana para pelayan pastoral akan melayani
#Menolong orang menyadari identitas pastoralnya
#[[ Perkunjungan]] dan [[percakapan]] atau [[konseling]] pastoral yang dilakukan oleh para pelayan pastoral
#Menolong orang mengembangkan keterampilan pastoralnya
# Penulisan [[verbatim]] yang dilakukan oleh para pelayan pastoral
#Menolong orang memahami dirinya sendiri
# Pertemuan kelompok kecil untuk membicarakan verbatim yang telah dibuat
#Menolong orang meningkatkan pertumbuhan pribadinya
# Pertemuan [[individual]] dengan [[supervisor]]
#Menolong orang meningkatkan hubungannya dengan orang lain
# [[Seminar]] tentang pokok-pokok yang berkaitan dengan teologi dan pelayanan pastoral
#Menolong orang meningkatkan hubungannya dengan [[Tuhan]]
# Bacaan [[buku]] atau [[artikel-artikel]] tertentu
#Menolong orang bekerja bersama dengan orang-orang dari [[kelompok]] [[profesi]] yang berbeda
#Menolong orang mendapatkan [[pengetahuan]] tentang pelayanan pastoral, khususnya pendampingan pastoral
#Menolong orang untuk melakukan refleksi teologi pastoral
 
=== Situasi Lahiriah=si Sakit ==
==Program CPE==
Ada dua situasi dalam menghadapi orang yang [[sakit]], yaitu [[situasi]] lahiriah dan situasi batiniah.<ref name=”Abineno”"Abineno1">J.L.Ch.Abineno.2003.Pelayanan Pastoral Kepada Orang-Orang Sakit.Jakarta:BPK Gunung Mulia.Hlm.1.</ref>
Elemen-elemen dasar program '''CPE''', antara lain: :<ref name=”Susanto”>Hlm.57.</ref>
#Pengenalan terhadap program '''CPE''' dan orientasi terhadap [[rumah sakit]] atau tempat, di mana para pelayan pastoral akan melayani
#[[Perkunjungan]] dan [[percakapan]] atau [[konseling]] pastoral yang dilakukan oleh para pelayan pastoral
#Penulisan [[verbatim]] yang dilakukan oleh para pelayan pastoral
#Pertemuan kelompok kecil untuk membicarakan verbatim yang telah dibuat
#Pertemuan [[individual]] dengan [[supervisor]]
#[[Seminar]] tentang pokok-pokok yang berkaitan dengan teologi dan pelayanan pastoral
#Bacaan [[buku]] atau [[artikel-artikel]] tertentu
 
=== Situasi BatiniahLahiriah ===
Mengunjungi dan melayani orang sakit yang dirawat di [[rumah]] biasanya akan lebih banyak keuntungannya daripada mengunjungi dan melayani orang sakit di rumah sakit, karena pelayan pastoral bertemu dan dapat mengadakan [[kontak]] dengan [[anggota-anggota]] lain dari [[keluarga]] orang yang sakit itu.<ref name=”Abineno”>Hlm.1.<"Abineno1"/ref> Akan tetapi mengunjungi dan melayani orang sakit yang dirawat di rumah juga memiliki kesulitan tersendiri, karena kehadiran seorang pendeta atau pelayan pastoral bisa disalahtafsirkan dan disalahgunakan oleh keluarga.<ref name=”Abineno”>Hlm.2.<"Abineno2"/ref> [[Kunjungan]] dan pelayanan yang dilakukan di rumah sakit juga memiliki kesulitannya tersendiri, bukan karena adanya [[peraturan]] dari rumah sakit, tetapi karena situasi di rumah sakit itu sendiri yang memiliki temponya tersendiri, sehingga pelayan pastoral tidak boleh mengganggu tempo tersebut.<ref name=”Abineno”"Abineno2">J.L.Ch.Abineno.1999.Pelayanan Pastoral Kepada Orang Berduka.Jakarta:BPK Gunung Mulia. Hlm.2.</ref>
 
=== Situasi siBatiniah Sakit===
Yang dimaksudkan dengan situasi batiniah adalah situasi orang yang sedang sakit itu sendiri.<ref name=”Abineno”>Hlm.4.<"Abineno4"/ref> Orang yang sakit adalah orang yang merasa dirinya dibuat menjadi [[pasif]], sehingga memiliki [[harapan]] untuk [[sembuh]], dan orang sakit ini memiliki kesulitan [[fisik]] serta ketidakstabilan [[psikis]].<ref name=”Abineno”"Abineno4">J.L.Ch.Abineno.1999.Pelayanan Pastoral Kepada Orang Berduka.Jakarta:BPK Gunung Mulia. Hlm.4.</ref> Orang yang sedang sakit ini bisa saja diibaratkan bahwa orang tersebut sedang mengalami [[kedukaan]], meskipun kedukaan yang dirasakan tidak seperti orang yang mengalami kedukaan saat ditinggal oleh orang yang dikasihinya, karena kedukaan itu seringkalisering kali diartikan sebagai [[penderitaan]], dan kata kedukaan ini dapat dikaitkan deengan sesuatu yang kita atau seseorang alami sebagai suatu [[kerugian]].<ref name=”Abineno”>J.L.Ch.Abineno.1999.Pelayanan Pastoral Kepada Orang Berduka.Jakarta:BPK Gunung Mulia.Hlm.1.<"Abineno1"/ref>
Ada dua situasi dalam menghadapi orang yang [[sakit]], yaitu [[situasi]] lahiriah dan situasi batiniah.<ref name=”Abineno”>J.L.Ch.Abineno.2003.Pelayanan Pastoral Kepada Orang-Orang Sakit.Jakarta:BPK Gunung Mulia.Hlm.1.</ref>
 
== Fungsi Pastoral ==
===Situasi Lahiriah===
{{reflist}}Ketika hendak melakukan pelayanan kepada orang sakit, baik yang dirawat di rumah maupun di rumah sakit, maka pelayan pastoral harus memperhatikan dan mengenal terlebih dahulu [[klien]] atau [[pasien]] yang hendak dikunjungi, karena setiap orang itu [[unik]] dan memiliki khas masing-masing, jadi dibutuhkan [[cara]] dan [[metode]] yang berbeda juga ketika hendak melakukan pastoral.<ref name=”Hall”"Hall">Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey.1993.Psikologi Kepribadian 1;Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).Yogyakarta:Kanisius.Hlm.5.</ref> William A. Clebsch dan Charles R. Jaekle mengatakan bahwa ada empat [[fungsi]] dasar pastoral yang telah dilakukan disepanjang [[sejarah]] gereja, yaitu: menyembuhkan (''healing''), menopang (''sustaining''), membimbing (''guiding''), dan mendamaikan (''reconciling''). <ref name=”Susanto”"Susanto31">Daniel Susanto.2008.Pelayanan Pastoral Holistik.Jakarta:Majelis Jemaat GKI Menteng.Hlm.31.</ref> Kemudian Howard Clinebell menambahkan fungsi yang kelima, yaitu memelihara (''nurturing'').<ref name=”Susanto”>Hlm.31.<"Susanto31"/ref>
Mengunjungi dan melayani orang sakit yang dirawat di [[rumah]] biasanya akan lebih banyak keuntungannya daripada mengunjungi dan melayani orang sakit di rumah sakit, karena pelayan pastoral bertemu dan dapat mengadakan [[kontak]] dengan [[anggota-anggota]] lain dari [[keluarga]] orang yang sakit itu.<ref name=”Abineno”>Hlm.1.</ref> Akan tetapi mengunjungi dan melayani orang sakit yang dirawat di rumah juga memiliki kesulitan tersendiri, karena kehadiran seorang pendeta atau pelayan pastoral bisa disalahtafsirkan dan disalahgunakan oleh keluarga.<ref name=”Abineno”>Hlm.2.</ref> [[Kunjungan]] dan pelayanan yang dilakukan di rumah sakit juga memiliki kesulitannya tersendiri, bukan karena adanya [[peraturan]] dari rumah sakit, tetapi karena situasi di rumah sakit itu sendiri yang memiliki temponya tersendiri, sehingga pelayan pastoral tidak boleh mengganggu tempo tersebut.<ref name=”Abineno”>Hlm.2.</ref>
 
===Situasi Batiniah===
Yang dimaksudkan dengan situasi batiniah adalah situasi orang yang sedang sakit itu sendiri.<ref name=”Abineno”>Hlm.4.</ref> Orang yang sakit adalah orang yang merasa dirinya dibuat menjadi [[pasif]], sehingga memiliki [[harapan]] untuk [[sembuh]], dan orang sakit ini memiliki kesulitan [[fisik]] serta ketidakstabilan [[psikis]].<ref name=”Abineno”>Hlm.4.</ref> Orang yang sedang sakit ini bisa saja diibaratkan bahwa orang tersebut sedang mengalami [[kedukaan]], meskipun kedukaan yang dirasakan tidak seperti orang yang mengalami kedukaan saat ditinggal oleh orang yang dikasihinya, karena kedukaan itu seringkali diartikan sebagai [[penderitaan]], dan kata kedukaan ini dapat dikaitkan deengan sesuatu yang kita atau seseorang alami sebagai suatu [[kerugian]].<ref name=”Abineno”>J.L.Ch.Abineno.1999.Pelayanan Pastoral Kepada Orang Berduka.Jakarta:BPK Gunung Mulia.Hlm.1.</ref>
 
 
==Fungsi Pastoral==
Ketika hendak melakukan pelayanan kepada orang sakit, baik yang dirawat di rumah maupun di rumah sakit, maka pelayan pastoral harus memperhatikan dan mengenal terlebih dahulu [[klien]] atau [[pasien]] yang hendak dikunjungi, karena setiap orang itu [[unik]] dan memiliki khas masing-masing, jadi dibutuhkan [[cara]] dan [[metode]] yang berbeda juga ketika hendak melakukan pastoral.<ref name=”Hall”>Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey.1993.Psikologi Kepribadian 1;Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).Yogyakarta:Kanisius.Hlm.5.</ref> William A. Clebsch dan Charles R. Jaekle mengatakan bahwa ada empat [[fungsi]] dasar pastoral yang telah dilakukan disepanjang [[sejarah]] gereja, yaitu: menyembuhkan (''healing''), menopang (''sustaining''), membimbing (''guiding''), dan mendamaikan (''reconciling''). <ref name=”Susanto”>Daniel Susanto.2008.Pelayanan Pastoral Holistik.Jakarta:Majelis Jemaat GKI Menteng.Hlm.31.</ref> Kemudian Howard Clinebell menambahkan fungsi yang kelima, yaitu memelihara (''nurturing'').<ref name=”Susanto”>Hlm.31.</ref>
 
 
==Referensi==
{{reflist}}
 
== Referensi ==
 
[[Kategori:Pastoral]]
[[Kategori:KlinisIstilah Kristen]]
[[Kategori:Pendidikan]]