Womanisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hrara (bicara | kontrib)
Edit
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎top: Bot: Merapikan artikel, removed orphan tag
 
(7 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:"Unity"_-_NARA_-_558865.jpg|al=Black and white drawing of women of African American descent holding a large pot together above their heads|jmpl| Persatuan adalah landasan ideologi ''womanist.'']]
'''''Womanism''Womanisme''' adalah teori sosial yang didasarkan pada sejarah dan pengalaman sehari-hari wanita kulit hitam. Cendekiawan wanita bernama Layli Maparyan (Phillips) mengatakan bahwa teori ini bertujuan untuk menyeimbangkan kembali hubungan manusia dengan lingkungan (alam) dan mendamaikan hidup manusia melalui dimensi spiritual.<ref name=":7">{{Cite book|last=Phillips|first=Layli|date=2006|url=https://books.google.co.id/books?id=ivRKKHfGxxwC&pg=PR42&lpg=PR42&dq=Ogunyemi+womanism&source=bl&ots=yRphONjQ2n&sig=ACfU3U2wX3Qj5h8HsZGY7c8xWRMcbh8UQg&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj49uP2q-32AhVVR2wGHTQIAO0Q6AF6BAg_EAM#v=onepage&q=Ogunyemi%20womanism&f=false|title=The Womanist Reader|location=UK|publisher=Taylor & Francis|isbn=978-0-415-95411-2|pages=7|language=en|url-status=live}}</ref> Penulis [[Alice Walker]] untuk pertama kalinya menggunakan istilah ''womanist'' dalam karya cerpennya bertajuk ''Coming Apart'' di tahun 1979.<ref name=":7" /><ref>{{Cite web|last=Encyclopedia|date=2022|title=Black Womanhood|url=https://www.encyclopedia.com/philosophy-and-religion/other-religious-beliefs-and-general-terms/miscellaneous-religion/black-womanhood#2831200405|website=www.encyclopedia.com|access-date=24 Maret 2022}}</ref><ref>Walker, Alice (1981). "Coming Apart". ''You Can't Keep a Good Woman Down''. New York: Harcourt Brace Jovanovich.</ref> Sejak saat itu, istilah ''womanist'' semakin berkembang, menjadi upaya perlawanan, dan interpretasi konsep-konsep seperti [[feminisme]], laki-laki, dan ''blackness.''<ref name=":7" />
 
== Teori ==
Teori ''womanism'' memandang pentingnya feminitas dan budaya dalam kehidupan wanita. Dalam hal ini, feminitas seseorang tidak dapat dilepaskan dari budaya tempat ia berada.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Chandrika|first=A. M. M.|date=2019|title=Feminism and Emancipation: Influence of Feminist Ideas on Women’s Socio-Economic and Political Liberation in Sri Lanka|url=https://www.scirp.org/journal/paperinformation.aspx?paperid=95882|journal=Sociology Mind|volume=09|issue=04|pages=302–315|doi=10.4236/sm.2019.94020|issn=2160-083X}}</ref> Meski feminisme gelombang ketiga juga mementingkan konsep tersebut melalui [[interseksionalitas]], nyatanya baik teori ''womanism'' maupun feminisme memiliki pernilaian berbeda dalam kerangka teoritis masing-masing.<ref name=":1">{{Cite book|last=Eaton|first=Kalenda|date=2007|url=https://en.id1lib.org/book/870362/8d6aaf|title=Womanism Literature, and the transformation of the Black community|location=New York|publisher=Routledge|isbn=9780415961295|pages=26|url-status=live}}{{Pranala mati|date=Maret 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> ''Womanism'' mendukung gagasan bahwa budaya perempuan bukanlah elemen feminitas, melainkan sebuah ruang bagi feminitas itu sendiri. Dengan demikian, ''blackness'' seorang wanita bukanlah komponen dari feminitasnya. Sebaliknya, ''blackness'' adalah lensa yang membantu wanita dalam memahami feminitasnya.<ref>{{Cite journal|last=Barlow|first=Jameta N.|last2=Johnson|first2=Breya M.|date=2021|title=Listen to Black Women: Do Black Feminist and Womanist Health Policy Analyses|url=https://www.whijournal.com/article/S1049-3867(20)30112-2/fulltext|journal=Women's Health Issues|language=en|volume=31|issue=2|pages=91–95|doi=10.1016/j.whi.2020.11.001}}</ref>
 
Teori ''womanism'' awalnya menyeruak karena pengabaian gerakan feminis terhadap perempuan kulit hitam. Sebagian besar aktivis feminis awal (gelombang 1) di Amerika Serikat kerap mengecualikan wanita non-kulit putih pada saat pemungutan suara. Mereka berpendapat bahwa wanita non-kulit putih tidak menampilkan citra feminin seperti wanita kulit putih dan karena itulah mereka tidak dirasa pantas untuk menjadi bagian gerakan tersebut.<ref>{{Cite book|last=de Stacey & Pinn|first=|year=2010|url=https://archive.org/details/liberationtheolo00pinn|title=Liberation Theologies in the United States: An Introduction|location=Manhattan|publisher=NYU Press|isbn=978-0814727652|pages=23|url-access=|url-status=live}}</ref>
 
[[Gelombang feminisme kedua|Kebangkitan feminisme gelombang kedua]] menciptakan inklusivitas yang lebih baik bagi wanita non-kulit putih. Sayangnya, inklusi ini hanya menyoroti masalah rasial agar fokus gerakan tetap tertuju pada aspek gender. Ketidakselarasan hubungan antara feminis kulit putih dan non-kulit putih akhirnya menimbulkan perpecahan yang menghambat perwujudan gerakan antar ras yang fungsional. Atas kejadian tersebut, terbentuklah feminisme gelombang ketiga yang menyatukan konsep interseksionalitas dan ''womanism''.<ref>{{Cite journal|last=Richardson‐Self|first=Louise|date=2018|title=Woman‐Hating: On Misogyny, Sexism, and Hate Speech|url=https://en.booksc.org/book/68061891/06cc19|journal=Hypatia|language=en|volume=33|issue=2|pages=256–272|doi=10.1111/hypa.12398|issn=0887-5367|access-date=2022-04-05|archive-date=2022-04-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20220405163226/https://en.booksc.org/book/68061891/06cc19|dead-url=yes}}</ref>
 
Pengecualian wanita kulit hitam dari gerakan feminis telah menghasilkan dua interpretasi ''womanism.'' Sejumlah ''womanist'' meyakini bahwa pengalaman wanita kulit hitam terkait isu ''blackness'' tidak sepenuhnya dapat terwakili oleh gerakan feminisme.<ref name=":8">{{Cite journal|last=Schiele|first=Jerome H.|date=2017|title=The Afrocentric paradigm in social work: A historical perspective and future outlook|url=https://www.researchgate.net/publication/310658967_The_Afrocentric_paradigm_in_social_work_A_historical_perspective_and_future_outlook|journal=Journal of Human Behavior in the Social Environment|language=en|volume=27|issue=1-2|pages=15–26|doi=10.1080/10911359.2016.1252601|issn=1091-1359}}</ref> Oleh sebab itu, para ''womanist'' memandang bahwa ''womanism'' adalah konsep independen yang terlepas dari feminisme. Pemikiran ini datang dari feminis kulit hitam yang telah menimbang-nimbang posisi mereka dalam feminisme melalui studi akademis maupun aktivisme.<ref>{{Cite book|last=James & Whiting|date=2000|url=https://en.id1lib.org/book/19209178/1b8531|title=The Black feminist reader|location=Oxford, UK|publisher=Blackwell|isbn=0-631-21006-7|others=|oclc=42652614|url-status=live}}{{Pranala mati|date=Maret 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
 
Namun, tidak seluruh ''womanist'' berpendapat bahwa konsep ''womanism'' berbeda dari feminisme. Alice Walker menjadi pencetus awal ''womanism'' melalui pernyataanya, "''womanism'' untuk feminisme, seperti warna ungu untuk lavender."<ref name=":2">{{Cite book|last=Walker|first=Alice|date=1983|url=https://en.id1lib.org/book/19232683/30297c|title=In Search of Our Mothers' Gardens: Womanist Prose|location=London|publisher=Phoenix|isbn=9780753819609|pages=12|orig-year=|url-status=live}}{{Pranala mati|date=Maret 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Atas pernyataan ini, teori-teori tentang perempuan tampak berkaitan erat, di mana ''womanism'' adalah payung luas tempat feminisme berada.
 
== Asal-usul teoritis ==
Baris 18:
Penulis dan penyair, [[Alice Walker]], untuk pertama kalinya menggunakan istilah ''womanist'' dalam karya cerpennya bertajuk ''Coming Apart'' di tahun 1979 dan juga pada ''In Search of Our Mothers' Gardens: Womanist Prosa'' (1983). Istilah ''womanist'' didefinisikan Walker sebagai feminis kulit hitam atau feminis kulit berwarna. Istilah ini dibubuhkan dalam ucapan warga kulit hitam, dari seorang ibu kepada anak perempuannya, 'Kamu bertingkah feminin' (Inggris: ''You acting womanish'') untuk merujuk perilaku orang dewasa.<ref name=":2" /><ref name=":6">{{Cite journal|last=Clark|first=Elizabeth A.|date=1994|title=Ideology, History, and the Construction of "Woman" in Late Ancient Christianity|url=https://booksc.eu/book/22995876/6f8fa7|journal=Journal of Early Christian Studies|language=en|volume=2|issue=2|pages=155–184|doi=10.1353/earl.0.0121|issn=1086-3184}}</ref> Gadis yang bertingkah feminin menunjukkan perilaku yang keras kepala, berani, dan keterlaluan, serta dianggap melewati batasan norma-norma masyarakat.<ref name=":2" /> Ia kemudian mengatakan bahwa ''womanist'' juga:
{{quote|Seorang wanita yang mencintai wanita lain, secara seksual dan atau nonseksual. Menghargai dan lebih mementingkan budaya wanita, fleksibilitas emosional wanita, dan kekuatan wanita. Berkomitmen untuk kelangsungan hidup dan keutuhan seluruh orang, baik laki-laki dan perempuan. Bukan separatis, kecuali yang terjadi berkala, demi kesehatan. Suka musik. Suka menari. Mencintai bulan. Bersemangat Menyukai perjuangan. Mencintai rakyat. Mencintai dirinya sendiri. Tak begitu memusingkan hal-hal lain. Womanist untuk feminis, seperti ungu untuk lavender }}
Walker menilai bahwa ''womanism'' merupakan payung luas yang didalamnya mencakup feminisme.<ref>{{Cite journal|last=Cheung|first=King-Kok|date=1988|title=“Don't Tell”: Imposed Silences in The Color Purple and The Woman Warrior|url=https://en.booksc.org/book/49523050/eedd53|journal=PMLA/Publications of the Modern Language Association of America|language=en|volume=103|issue=2|pages=162–174|doi=10.2307/462432|issn=0030-8129|access-date=2022-04-05|archive-date=2022-04-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20220405163226/https://en.booksc.org/book/49523050/eedd53|dead-url=yes}}</ref> Fokus teologinya bukan terletak pada [[ketidaksetaraan gender]], tetapi penindasan berbasis ras dan kelas. Walker memandang ''womanism'' sebagai teori atau gerakan yang mempertimbangkan pengalaman wanita kulit hitam, budaya kulit hitam, mitos kulit hitam, kehidupan spiritual, dan suara para wanita kulit hitam.<ref name=":2" /> Ungkapan Walker yang paling banyak dikutip, ''"womanist is to feminist as purple is to lavender",'' menunjukkan bahwa feminisme merupakan elemen yang berada di bawah payung ideologis ''womanism''.<ref name=":6" />
 
Walker juga mendefinisikan kaum wanita sebagai universalis. Filosofi ini tercermin dalam metaforanya tentang taman yang didalamnya seluruh bunga bermekaran. Seorang wanita berperan dalam kelangsungan hidup [[Jantan|pria]] maupun [[Betina|wanita]] dan karena itulah ia menginginkan dunia di mana pria dan wanita dapat hidup berdampingan sembari mempertahankan kekhasan budaya mereka. Penyertaan laki-laki dalam konteks ini akan mampu memberi kesempatan bagi wanita kulit hitam untuk mengatasi penindasan gender tanpa secara langsung menyerang laki-laki.<ref name="collins">{{Cite journal|last=Collins|first=Patricia|year=1996|title=What's In a Time: Womanism, Black Feminism, and Beyond|url=http://www.oregoncampuscompact.org/uploads/1/3/0/4/13042698/whats_in_a_name_-_womanism_black_feminism_and_beyond__patricia_hill_collins_.pdf|journal=The Black Scholar|volume=26|issue=1|pages=9–17|doi=10.1080/00064246.1996.11430765}}</ref>
Baris 48:
 
=== Feminisme kulit hitam ===
Gerakan [[Feminisme kulit hitam|feminis kulit hitam]] dibentuk atas kurangnya keterwakilan perempuan secara rasial dalam Gerakan Perempuan (Inggris: ''Women's Movement'') dan tertindasnya mereka secara seksual oleh [[:en:Black_Liberation_ArmyBlack Liberation Army|''Black Liberation Movement'']].<ref>{{Cite web|last=Saba|first=Paul|date=1974|title=History of the Modern Black Liberation Movement and the Black Workers Congress Summed-Up|url=https://www.marxists.org/history/erol/ncm-1/bwc-history.htm|website=Marxists|access-date=24 Maret 2022}}</ref> Cendekiawan feminis kulit hitam menyatakan bahwa perempuan Afrika-Amerika dirugikan dua kali lipat dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik. Hal ini terjadi karena mereka menghadapi diskriminasi ras dan gender.<ref>{{Cite journal|last=Simien|first=Evelyn M.|date=2004|title=Gender Differences in Attitudes toward Black Feminism among African Americans|url=https://www.researchgate.net/publication/233523789_Gender_Differences_in_Attitudes_Toward_Black_Feminism_Among_African_Americans|journal=Political Science Quarterly|language=en|volume=119|issue=2|pages=315–338|doi=10.2307/20202348}}</ref> Wanita kulit hitam merasa bahwa kebutuhan mereka diabaikan oleh kedua gerakan tersebut dan mereka berjuang untuk mengidentifikasi diri mereka berdasarkan ras atau gender. Wanita Afrika-Amerika yang menggunakan istilah feminisme kulit hitam menyertakan berbagai interpretasi mereka untuk hal tersebut.<ref>{{Cite journal|last=Strongman|first=Saraellen|date=2018|title=The Sisterhood: Black W The Sisterhood: Black Women, Black F omen, Black Feminism, And The W eminism, And The Women's Liberation Movement|url=https://repository.upenn.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=4847&context=edissertations|journal=Publicly Accessible Penn Dissertations|volume=1|issue=2|pages=3061}}</ref>
 
Salah satu interpretasinya menyatakan bahwa feminisme kulit hitam memikul kebutuhan perempuan Afrika-Amerika yang diabaikan oleh gerakan feminisme. Pearl Cleage selaku feminis kulit hitam mendefinisikan femisime sebagai sebuah keyakinan bahwa perempuan adalah manusia yang mampu berpartisipasi dan memimpin dalam berbagai aktivitas, seperti intelektual, politik, sosial, seksual, spiritual, dan ekonomi.<ref name="collins" /> Dengan definisi tersebut, agenda feminisme dipandang menghimpun berbagai isu mulai dari hak politik hingga peluang pendidikan dalam konteks global. Agenda feminis kulit hitam berusaha mengerucutkan masalah ini dan berfokus pada masalah krusial yang dapat diterapkan pada wanita Afrika-Amerika.<ref name="collins" />
Baris 62:
Dalam pengantarnya untuk ''The Womanist Reader'', Layli Phillips berpendapat bahwa sebetulnya wanita kulit hitam merupakan cikal bakal terlahirnya ''womanism''.<ref name=":7" /> Prinsip dasar ''womanism'' didasarkan pada semangat aktivisme yang terekam dalam berbagai literatur sastra. Konsep ini tak ubahnya seperti gerakan perlawanan perempuan agar ia dapat memperluas ruangnya. Tak hanya di komunitas kulit hitam, tetapi juga untuk komunitas non-kulit putih lainnya. "Ungu untuk lavender" ([[Bahasa Inggris|Inggris]]: ''Purple is to lavender)'' digambarkan melalui pengalaman yang dibahas Dimpal Jain dan Caroline Turner.<ref name=":9">{{Cite journal|last=Arya|first=Rina|date=2012|editor-last=|editor-first=|title=Black feminism in the academy|url=https://www.researchgate.net/publication/275507409_Black_feminism_in_the_academy|journal=Equality, Diversity and Inclusion: An International Journal|language=en|volume=31|issue=5|pages=556–572|doi=10.1108/02610151211235523|issn=2040-7149}}</ref>
 
Sejumlah cendekiawan berpendapat bahwa ''womanism'' adalah subkategori dari feminisme, sementara yang lain berpikir sebaliknya. "Ungu untuk lavender" menyiratkan bahwa ''womanism'' adalah payung besar dari feminisme. Melalui ungkapan itu, Dimpal Jain dan Caroline Turner menggambarkan pengalaman diskriminasi yang mereka rasakan sebagai seorang minoritas. Jain adalah orang Asia Selatan, sementara Caroline adalah orang Filipina.<ref name=":10">{{Cite journal|last=Geetha & Thomas|date=2020|title=“Womanist is to feminist as Purple to Lavender” Purple Womanism- A Theoretical Perspective|url=http://www.jctjournal.com/gallery/21-aug-2020.pdf|journal=Journal of Composition Theory|volume=13|issue=8|pages=1-3|access-date=2022-03-31|archive-date=2022-04-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20220411163352/http://www.jctjournal.com/gallery/21-aug-2020.pdf|dead-url=yes}}</ref>
 
Mereka selanjutnya menjabarkan konsep ''"The Politics of Naming"'' yang menjadikannya condong ke arah ''womanism'' dibandingkan feminisme. Jain berkata, "Saya mengetahui bahwa istilah feminisme itu masih diperdebatkan. Namun, saya merasa bahwa feminisme cukup asing dan tidak mewakili diri saya."<ref name=":10" />
Baris 106:
== Referensi ==
<references />
 
[[Kategori:Gender]]
[[Kategori:Feminisme]]