Letusan Samalas 1257: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan visualeditor-wikitext
 
(16 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Use dmy dates|date=March 2023}}
{{dalam penerjemahan|1257 Samalas eruption|bahasa Inggris|en}}
{{Infobox eruption
[[Berkas:Lombok Topography (labelled).png|alt=Peta Pulau Lombok dengan lokasi Samalas di bagian atas|jmpl|upright=1.35|Lokasi kompleks kaldera gunung berapi Samalas di utara Lombok]]
| name = Letusan Samalas 1257
'''Gunung Samalas meletus''' pada tahun 1257 M di [[Pulau Lombok|Lombok]], [[Indonesia]]. Letusan ini diperkirakan mencapai skala 7 dalam ''[[Volcanic Explosivity Index]]''{{efn|''Volcanic Explosivity Index'' (VEI) adalah skala yang mengukur intensitas dari sebuah [[letusan gunung]];{{sfn|Newhall|Self|Robock|2018|p=572}} skala 7 menandakan letusan besar yang menghasilkan setidaknya {{convert|100|km3}} muntahan material vulkanik. Letusan sebesar ini terjadi satu atau dua kali setiap milenium, walaupun sepertinya perkiraan ini lebih kecil dari kenyataan karena kurang lengkapnya rekaman geologis dan sejarah.{{sfn|Newhall|Self|Robock|2018|p=573}}}}, menjadikannya salah satu letusan gunung berapi terbesar pada [[Holosen|masa Holosen]]. Letusan ini menghasilkan [[kolom erupsi]] setinggi puluhan kilometer ke atmosfer serta [[aliran piroklastik]] yang mengubur hampir seluruh Pulau Lombok. Sebagian material piroklastik bahkan mencapai [[Pulau Sumbawa]] di seberang. Aliran piroklastik ini menghancurkan pemukiman-pemukiman penduduk, termasuk [[Pamatan]], yang kala itu menjadi ibu kota sebuah kerajaan di Lombok. Jejak abu dari letusan ini terdeteksi hingga sejauh {{convert|340|km}} di [[Pulau Jawa]]. Total material abu dan bebatuan yang dimuntahkan dalam letusan ini mencapai lebih dari {{convert|10|km3}}.
| image = Rinjani mount.jpg
| image_size =
| caption =
| date = 1257
| start_time =
| volcano = Samalas
| type = [[Letusan Plinian]]
| location = [[Lombok]], [[Kepulauan Nusa Tenggara]], [[Indonesia]]
| coordinates = {{coord|8|24|36|S|116|24|30|E|display=inline,title}}
| VEI = 7<ref name="SI">{{cite web|url=https://volcano.si.edu/volcano.cfm?vn=264030&vtab=Eruptions|title=Rinjani|work=Global Volcanism Program|publisher=[[Smithsonian Institution]]|access-date=22 January 2020}}</ref>
| map = Lombok Topography (labelled).png
| map_size=
| map_caption = Kompleks [[Kaldera|gunung berapi-kaldera]] di utara Lombok
| impact = Penurunan suhu global dan gagal panen, Hancurnya Kerajaan Pamatan di [[Lombok]]
}}
'''Gunung Samalas meletus''' pada tahun 1257 M di [[Pulau Lombok|Lombok]], [[Indonesia]]. Letusan ini diperkirakan mencapai skala 7 dalam ''[[Volcanic Explosivity Index]]''{{efn|''Volcanic Explosivity Index'' (VEI) adalah skala yang mengukur intensitas dari sebuah [[letusan gunung]];{{sfn|Newhall|Self|Robock|2018|p=572}} skala 7 menandakan letusan besar yang menghasilkan setidaknya {{convert|100|km3}} muntahan material vulkanik. Letusan sebesar ini terjadi satu atau dua kali setiap milenium, walaupun sepertinya perkiraan ini lebih kecil dari kenyataan karena kurang lengkapnya rekaman geologis dan sejarah.{{sfn|Newhall|Self|Robock|2018|p=573}}}}, menjadikannya salah satu letusan gunung berapi terbesar pada [[Holosen|masa Holosen]]. Letusan ini menghasilkan [[kolom erupsi]] setinggi puluhan kilometer ke atmosfer serta [[aliran piroklastik]] yang mengubur hampir seluruh Pulau Lombok. Sebagian material piroklastik bahkan mencapai [[Pulau Sumbawa]] di seberang. Aliran piroklastik ini menghancurkan pemukiman-pemukiman penduduk, termasuk [[Pamatan]], yang kala itu menjadi ibu kota sebuah kerajaan di Lombok. Jejak abu dari letusan ini terdeteksi hingga sejauh {{convert|340|km}} di [[Pulau Jawa]]. Total material abu dan bebatuan yang dimuntahkan dalam letusan ini mencapai lebih dari {{convert|10|km3}}.
 
Kejadian ini terekam di dalam naskah [[lontar]] ''[[Babad Lombok]]''. Letusan ini menyisakan sebuah [[kaldera]] besar yang kini berisi [[Danau Segara Anak]]. Aktivitas kegunungapian pada masa berikutnya menciptakan lebih banyak pusat-pusat vulkanis di dalam kaldera tersebut, termasuk Puncak Barujari, yang masih aktif hingga sekarang. Semburan [[aerosol]] yang dihasilkan oleh letusan ini memenuhi udara dan mengurangi radiasi matahari yang menggapai permukaan bumi. Hal ini menyebabkan [[musim dingin vulkanis|pendinginan lapisan atmosfer]] selama beberapa tahun hingga menyebabkan kegagalan panen dan kelaparan di Eropa serta belahan bumi lainnya, meskipun tingkat keparahan anomali temperatur beserta dampaknya masih diperdebatkan. Ada kemungkinan bahwa letusan ini memicu terjadinya [[Zaman Es Kecil]] yang berlangsung selama berabad-abad. Sebelum situs letusan ini diketahui, dalam pengujian terhadap sampel pengeboran es dari berbagai belahan dunia, ditemukan peningkatan besar-besaran deposit [[sulfat]] pada sekitar tahun 1257, yang menjadi bukti kuat adanya letusan gunung berapi di suatu tempat. Barulah pada tahun 2013, ilmuwan menghubungkan catatan sejarah mengenai Gunung Samalas dengan temuan ini.
 
== Geologi ==
Baris 46 ⟶ 62:
== Dampak pada iklim ==
 
=== DataBerdasarkan data aerosol dan paleoklimatologis ===
Jejak sulfat pada sampel es dari berbagai tempat di bumi yang dihubungkan dengan Samalas merupakan jejak sulfat paling kuat selama 1000 tahun terakhir.{{sfn|Kokfelt|Muscheler|Mellström|Struyf|2016|p=2}} Menurut satu perkiraan, jejak ini bahkan merupakan yang paling kuat selama 2500 tahun terakhir.{{sfn|Swingedouw|Mignot|Ortega|Khodri|2017|p=28}} Jejak ini sekitar delapan kali lebih kuat daripada jejak sulfat hasil letusan [[Krakatau]] pada tahun 1883.{{sfn|Hamilton|2013|p=39}} Di belahan bumi utara, jejak sulfat Samalas hanya kalah kuat dari jejak yang dihasilkan oleh letusan [[Laki]] pada tahun 1783/1784;{{sfn|Kokfelt|Muscheler|Mellström|Struyf|2016|p=2}} Jejak sulfat dari sampel es ini telah digunakan sebagai penanda waktu dalam kajian-kajian kronostratografis.<ref name="Boudon2017"/> Sampel es dari [[Illimani]] di Bolivia bahkan juga mengandung [[thallium]]<ref name="Kellerhals2010"/> dan jejak sulfat dari letusan Samalas.<ref name="Knusel2003"/> Sebagai perbandingan, material sulfur yang dimuntahkan oleh letusan [[Gunung Pinatubo|Pinatubo]] pada tahun 1991 hanya sekitar sepersepuluh dari material sulfur yang dimuntahkan oleh letusan Samalas.{{sfn|Fu|Lin|Huang|Feng|2016|p=2862}} Timbunan sulfat dari letusan Samalas telah ditemukan di [[Svalbard]],<ref name="Wendl2015"/> dan luruhan material [[asam sulfat]] dari gunung ini kemungkinan berdampak secara langsung pada [[lahan gambut]] di utara Swedia.{{sfn|Kokfelt|Muscheler|Mellström|Struyf|2016|p=6}} Selain itu, aerosol sulfat yang dihasilkan oleh letusan ini kemungkinan mengekstrak sejumlah besar [[isotop]] [[berilium]] {{chem|10|Be|link=Beryllium-10}} dari [[stratosfer]]; pengekstrakan dan pendepositan material semacam ini pada lapisan es dapat memberi dampak serupa dengan perubahan [[siklus matahari|aktivitas matahari]].{{sfn|Baroni|Bard|Petit|Viseur|2019|p=6}} Massa sulfur dioksida yang dilepaskan oleh letusan ini diperkirakan mencapai sekitar 158&nbsp;±&nbsp;12 juta ton.<ref name="Vidal2016"/> Massa sulfur ini lebih besar daripada yang dilepaskan oleh letusan Tambora, walaupun mungkin saja ini karena letusan Samalas lebih efektif dalam memuntahkan tefra hingga mencapai lapisan stratosfer. Selain itu, magma Samalas kemungkinan memiliki kandungan sulfur yang lebih tinggi.{{sfn|Vidal|Komorowski|Métrich|Pratomo|2015|p=21}} Luruhan material dari letusan ini kemungkinan membutuhkan berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk menjangkau tempat-tempat yang jauh.{{sfn|Campbell|2017|p=113}} Aerosol yang dimuntahkan oleh letusan gunung berapi berskala besar dapat membentuk lapisan tersendiri di stratosfer. Lapisan ini mengurangi sinar yang menjangkau permukaan bumi dan menurunkan temperatur, sehingga dapat berdampak pada berkurangnya hasil panen.{{sfn|Stothers|2000|p=362}} Menurut temuan yang didapat dari kajian sampel es [[Dome C]] di [[Antarktika]], material aerosol sulfat hasil letusan Samalas kemungkinan bertahan dalam konsentrasi tinggi di atmosfer hingga kira-kira tiga tahun, walaupun material aerosol dalam jumlah yang lebih kecil kemungkinan masih bertahan selama beberapa waktu lebih lama.{{sfn|Baroni|Bard|Petit|Viseur|2019|p=21}}
 
Data dari kajian lingkar pohon yang berkaitan dengan dampak letusan ini adalah penurunan pertumbuhan pohon di Mongolia pada tahun 1258–1262,<ref name="Davi2015"/> lingkar-lingkar pohon yang rusak akibat pembekuan pada masa pertumbuhan,<ref name="BaillieMcAneney2015"/> lingkar-lingkar yang terang pada pohon-pohon di Kanada dari tahun 1258 dan [[Siberia]] barat laut dari tahun 1259,<ref name="HantemirovGorlanova2004"/> lingkar-lingkar pohon yang tipis di [[Sierra Nevada (AS)|Sierra Nevada]], California, Amerika Serikat,<ref name="Scuderi1990"/> serta penipisan lingkar pohon selama satu dekade penuh pada pohon-pohon di Norwegia dan Swedia.<ref name="ThunSvarva2018"/> Temuan lainnya yang menunjukkan besarnya dampak letusan ini adalah jejak pendinginan pada sedimen danau di timur laut Tiongkok,<ref name="ChuSun2012" /> jejak musim hujan yang teramat basah di Vietnam,{{sfn|Hamilton|2013|p=40}} dan jejak kekeringan yang ditemukan pada berbagai tempat di [[belahan bumi utara]]<ref name="FeiZhou2016"/> serta pada [[gua|gua-gua]] [[Thailand]].{{efn|Walaupun kekeringan di Thailand tampaknya berlanjut hingga melewati masa ketika dampak aerosol Samalas seharusnya sudah tidak lagi terasa.<ref name="Tan2019" />}}<ref name="Tan2019" /> Penurunan suhu mungkin saja bertahan selama sekitar 4–5 tahun berdasarkan simulasi iklim dan data kajian lingkar pohon.{{sfn|Stoffel|Khodri|Corona|Guillet|2015|p=787}}
 
<!--AnotherEfek effectlain ofdari theperubahan eruption-inducediklim climateakibat changeletusan maymungkin haveadalah beenpenurunan asingkat briefkonsentrasi decreasekarbon indioksida atmosphericdi carbon dioxide concentrationsatmosfer.{{sfn|Brovkin|Lorenz|Jungclaus|Raddatz|2010|p=675}} APenurunan decreaselaju inpertumbuhan thekonsentrasi growthkarbon ratedioksida ofatmosfer atmospherictercatat carbonsetelah dioxideletusan concentrationsPinatubo was1992; recordedbeberapa aftermekanisme theuntuk 1992penurunan Pinatuboatmosfer eruption;yang severaldidorong mechanismsoleh forkonsentrasi volcanicallyvulkanik driven decreases in atmospherictelah diusulkan{{chem|C|O|2}} concentration, havetermasuk beenlautan proposed,yang lebih dingin includingmenyerap colderekstrak oceansdan absorbinglebih extrasedikit melepasnya{{chem|C|O|2}}, and releasing less of it,penurunan decreasedtingkat [[CarbonRespirasi respirationkarbon|respirationrespirasi]] ratesyang leadingmenyebabkan toakumulasi carbonkarbon accumulation in thedi [[biospherebiosfer]],{{sfn|Brovkin|Lorenz|Jungclaus|Raddatz|2010|p=674}} and increased productivity ofdan thepeningkatan biosphereproduktivitas duebiosfer tokarena increasedmeningkatnya scatteredsinar sunlightmatahari andyang thetersebar fertilizationdan ofpemupukan oceanslautan byoleh volcanicabu ashvulkanik.{{sfn|Brovkin|Lorenz|Jungclaus|Raddatz|2010|pp=674–675}}
 
TheSinyal Samalas signalhanya isdilaporkan onlysecara inconsistentlytidak reportedkonsisten fromdari informasi iklim pada [[treelingkaran ringpohon]] climate information,{{sfn|Guillet|Corona|Stoffel|Khodri|2017|p=123}}<ref name="Baillie2015"/> anddan theefek temperaturesuhu effectsjuga were likewise limitedterbatas, probablymungkin becausekarena thekeluaran largesulfat sulfateyang outputbesar alteredmengubah theukuran average size ofrata-rata particlespartikel anddan thusdengan theirdemikian [[radiativepemancaran forcingradiasi]]nya.<ref name="Boucher2015"/> ClimatePemodelan modellingiklim indicatedmenunjukkan thatbahwa theletusan Samalas eruptionmungkin maytelah havemenurunkan reducedsuhu global temperatures by approximatelysekitar {{convert|2|C-change}}, anilai valueyang largelysebagian notbesar replicatedtidak bydireplikasi proxyoleh data proxy.<ref name="Guillet2015"/> BetterPemodelan modellingyang withlebih abaik dengan [[generalmodel circulationsirkulasi modelumum]] that includes ayang detailedmencakup descriptionpenjelasan ofrinci thetentang aerosol indicatedmenunjukkan thatbahwa theanomali principalsuhu temperatureutama anomalyterjadi occurredpada intahun 1258 anddan continuedberlanjut untilhingga 1261.<ref name="Guillet2015"/> ClimateModel modelsiklim tendcenderung to overestimate themelebih-lebihkan climatedampak impactiklim ofdari aletusan volcanicgunung eruptionberapi;{{sfn|Swingedouw|Mignot|Ortega|Khodri|2017|p=30}} onesalah explanationsatu ispenjelasannya thatadalah climatebahwa modelsmodel tendiklim tocenderung assumeberasumsi thatbahwa aerosol [[opticalkedalaman depthoptik]] increasesmeningkat linearlysecara withlinier thedengan quantityjumlah ofbelerang eruptedyang sulfurmeletus.{{sfn|Stoffel|Khodri|Corona|Guillet|2015|p=785}} TheKemungkinan possible occurrence of anterjadinya [[El Niño]] before thesebelum eruptionletusan maykemungkinan havejuga furthertelah reducedikut themengurangi coolingpendinginan.{{sfn|Timmreck|Lorenz|Crowley|Kinne|2009|p=3}}
 
TheLetusan Samalas eruption, togetherbersama withdengan 14thpendinginan centuryabad coolingke-14, isdiperkirakan thoughttelah tomemicu havepertumbuhan setlapisan off a growth of ice caps andes, [[sealautan icees]],<ref name="Brewington2016"/> anddan [[glaciergletser]]s indi Norway advancedNorwegia.<ref name="FaustFabian2016"/> TheKemajuan advanceses ofsetelah ice after theletusan Samalas eruption may havemungkin strengthenedtelah andmemperkuat prolongeddan thememperpanjang climateefek effectsiklim.{{sfn|Kokfelt|Muscheler|Mellström|Struyf|2016|p=6}} LaterAktivitas volcanicvulkanik activitydi inkemudian hari pada 1269, 1278, anddan 1286 anddan thepengaruh effectses oflaut seadi iceAtlantik onUtara theakan Northberkontribusi Atlanticlebih wouldjauh havepada furtherperluasan contributed to ice expansiones.<ref name="Zhong2010"/> TheKemajuan glaciergletser advancesyang triggereddipicu byoleh theletusan Samalas eruptiondidokumentasikan are documented ondi [[Pulau Baffin Island]], wheredi themana advancinges iceyang killedmendekat andtelah thenmembunuh incorporateddan vegetationkemudian memasuki vegetasi, conservingyang itkemudian melestarikannya.<ref name="Robock2013"/> Likewise,Demikian apula, changeperubahan indi [[ArcticKanada CanadaArktik]] fromdari afase warmiklim climatehangat phasemenjadi tolebih adingin colderbertepatan onedengan coincides with theletusan Samalas eruption.<ref name="Gennaretti2014"/>-->
 
=== CatatanBerdasarkan simulasi ===
 
Menurut rekonstruksi tahun 2003, penurunan suhu musim panas akibat letusan ini mencapai {{convert|0.69|C-change}} di belahan bumi selatan dan {{convert|0.46|C-change}} di belahan bumi utara.{{sfn|Oppenheimer|2003|p=422}} Data-data ''proxy''{{efn|Dalam [[paleoklimatologi]], data ''proxy'' adalah bukti fisik yang dapat digunakan untuk mereka ulang keadaan iklim di masa lampau sebagai pengganti data observasi langsung. Data [[inti es]] dan [[lingkar pohon]] termasuk ke dalam jenis data ''proxy''.}} yang lebih mutakhir menunjukkan penurunan suhu hingga {{convert|0.7|C-change}} pada 1258 dan {{convert|1.2|C-change}} pada 1259, tetapi dengan tingkat berbeda-beda tergantung wilayah.{{sfn|Guillet|Corona|Stoffel|Khodri|2017|p=126}} Sebagai perbandingan, ''radiative forcing'' letusan Pinatubo pada tahun 1991 hanya sekitar sepertujuh dari letusan Samalas.<ref name="Lim2015"/> [[Suhu permukaan laut]] juga menurun sebesar {{convert|0.3-2.2|C-change}},<ref name="Chikamoto2016"/> sehingga menyebabkan perubahan pada sirkulasi samudra. Perubahan pada suhu dan [[salinitas]] samudra kemungkinan bertahan hingga satu dekade.<ref name="KimKim2012"/> Tingkat [[Presipitasi (meteorologi)|presipitasi]] maupun [[evaporasi]] menurun, walaupun penurunan evaporasi lebih parah daripada penurunan presipitasi.{{sfn|Fu|Lin|Huang|Feng|2016|p=2859}}
 
Letusan gunung berapi juga dapat menyebarkan [[bromin]] dan [[klorin]] ke stratosfer. Senyawa [[oksida]] dari kedua unsur ini, [[klorin monoksida]] and [[bromin monoksida]] turut berperan dalam mengurai lapisan [[ozon]]. Walaupun kebanyakan bromin dan klorin hasil letusan gunung berapi larut dalam kolom erupsi dan tidak mencapai stratosfer, kuantitas semburan halogen Samalas yang diperkirakan mencapai 227&nbsp;±&nbsp;18 million tonnes of chlorine and up to 1.3&nbsp;±&nbsp;0.3 million tonnes of bromine cukup untuk mereduksi lapisan ozon di stratosfer<ref name="Vidal2016"/> sekalipun hanya sebagian kecil dari semburan tersebut yang mencapai stratosfer.{{sfn|Wade|Vidal|Abraham|Dhomse|2020|p=26657}} Menurut sebuah hipotesis, [[radiasi ultraviolet]] yang timbul akibat berkurangnya lapisan ozon ini kemungkinan menyebabkan penurunan [[kekebalan tubuh]] secara luas pada populasi manusia sehingga berbagai epidemi timbul pada tahun-tahun pascaletusan.{{sfn|Wade|Vidal|Abraham|Dhomse|2020|p=26656}}
<!--
=== Dampak iklim ===
 
Letusan Samalas, bersama dengan letusan [[Kuwae]] pada tahun 1450-an dan [[Gunung Tambora|Tambora]] pada 1815, termasuk ke dalam kejadian penurunan suhu terkuat selama seribu tahun terakhir, bahkan lebih kuat daripada puncak Zaman Es Kecil.<ref name="Neukom2014"/> Setelah musim dingin hangat pada tahun 1257–1258{{efn|Penghangatan musim dingin seringkali terjadi setelah letusan gunung berapi,{{sfn|Newhall|Self|Robock|2018|p=575}} akibat dampak dinamis yang dipicu oleh aerosol sulfat.{{sfn|Lavigne|Degeai|Komorowski|Guillet|2013|p=16746}}<ref name="Baldwin2018" />}}{{sfn|Newhall|Self|Robock|2018|p=575}} yang menyebabkan bunga-bunga [[Viola (plant)|violets]] mekar lebih awal di Prancis,{{sfn|Lavigne|Degeai|Komorowski|Guillet|2013|p=16746}} Eropa mengalami beberapa musim panas yang dingin setelah letusan<ref name="Luterbacher2016"/> serta musim dingin yang lebih panjang dan dan lebih dingin dari biasanya.<ref name="HAGrosjean2015"/>
 
Letusan Samalas terjadi setelah [[Anomali Iklim Abad Pertengahan]],{{sfn|Andres|Peltier|2016|p=5783}} sebuah periode di awal milenium kedua Masehi dengan suhu hangat yang tidak lazim.{{sfn|Andres|Peltier|2016|p=5779}} Pada saat letusan ini terjadi, kestabilan iklim global tengah goyah akibat rentetan letusan gunung berapi pada 1108, 1171, dan 1230. Masa-masa berikutnya juga menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik hingga awal abad ke-20.<ref name="Bradley2016"/> Aktivitas vulkanik eriode antara 1250 dan 1300,<ref name="Zhong2010"/> and is recorded by a [[moraine]] from a glacial advance on [[Disko Island]],{{sfn|Jomelli|Lane|Favier|[[Valerie Masson-Delmotte|Masson-Delmotte]]|2016|p=3}} although the moraine may indicate a pre-Samalas cold spell.{{sfn|Jomelli|Lane|Favier|[[Valerie Masson-Delmotte|Masson-Delmotte]]|2016|p=5}} These volcanic disturbances along with [[positive feedback]] effects from increased ice may have started the Little Ice Age even without the need for changes in solar radiation,{{sfn|Margalef|Álvarez-Gómez|Pla-Rabes|Cañellas-Boltà|2018|p=4}}<ref name="Miller2012"/> this theory is not without disagreement.<ref name="Naulier2015"/> The Little Ice Age was a period of several centuries during the last millennium during which global temperatures were depressed;{{sfn|Andres|Peltier|2016|p=5779}} the cooling was associated with volcanic eruptions.<ref name="WangWang2019" />
 
Other inferred effects of the eruption are:
* The most negative [[Southern Annular Mode]] excursion of the last millennium.{{sfn|Dätwyler|Neukom|Abram|Gallant|2017|p=2336}} The Southern Annular Mode is a climatic phenomenon in the [[Southern Hemisphere]] that governs rainfall and temperatures there{{sfn|Dätwyler|Neukom|Abram|Gallant|2017|pp=2321–2322}} and is usually fairly insensitive towards external factors such as volcanic eruptions, [[greenhouse gas]]es and the effects of [[insolation]] variations.{{sfn|Dätwyler|Neukom|Abram|Gallant|2017|p=2336}}
* Onset of [[El Niño]] conditions during a climate period where [[La Niña]] was more common,{{sfn|Margalef|Álvarez-Gómez|Pla-Rabes|Cañellas-Boltà|2018|p=4}} as the eruption may have induced a moderate to strong El Niño event.{{sfn|Emile-Geay|Seager|Cane|Cook|2008|p=3141}} [[Proxy (climate)|Climate proxies]] such as a wet year in the [[American West]] endorse the occurrence of an El Niño event in the year after the Samalas eruption,<ref name="DuHendy2020" />{{sfn|Emile-Geay|Seager|Cane|Cook|2008|p=3144}} while temperature records from [[corals]] at [[Palmyra Atoll]] indicate that no El Niño was triggered.<ref name="DeeCobb2020" />
* A short term decrease of the intensity of [[tropical cyclones]] caused by a change of the atmospheric temperature structure.<ref name="YanKorty2015"/> [[Paleotempestology]] research in the Atlantic however suggests that the effect of the 13th century volcanic eruptions may have been to redistribute the occurrence of [[hurricane]]s rather than reducing their frequency.<ref name="Wallace2019" />
* Changes in the Atlantic subpolar circulation<ref name="HernándezMartin-Puertas2020" /> and a weakening of the [[Atlantic meridional overturning circulation]] which lasted long after the eruption, possibly aiding in the onset of the Little Ice Age as well.{{sfn|Swingedouw|Mignot|Ortega|Khodri|2017|p=41}}
* A sea level drop in the [[Crusader states]]<ref name="TokerSivan2012" /> of about half a metre, perhaps associated with the [[North Atlantic Oscillation]] and the [[Southern Oscillation]].{{sfn|Newhall|Self|Robock|2018|p=576}}
* A modification of the [[North Atlantic oscillation]], causing it to first acquire positive<ref name="Michel2020" /> and later, in the subsequent decades, more negative values. A beginning decrease in solar activity as part of the [[Wolf minimum]] in the [[solar cycle]] contributed to the later decline.<ref name="FaustFabian2016"/>
* A stronger [[East Asian Monsoon|East Asian winter monsoon]], leading to colder [[sea surface temperature]]s in the [[Okinawa Trough]].<ref name="Knudsen2018" />
* A brief but noticeable excitation in the [[climate pattern]] known as the "[[Pacific Meridional Mode]]".<ref name="Sanchez2019" />
* A decline in [[moisture]] availability in Europe.<ref name="Sousa2020" />
* Warmer winters in the [[Northern Hemisphere]] continents owing to changes in the [[polar vortex]] and the [[Arctic Oscillation]].<ref name="Baldwin2018" />
* Anomalies in [[δ18O|δ<sup>18</sup>O]]{{efn|δ<sup>18</sup>O is the ratio of the [[oxygen-18]] [[isotope]] to the more common [[oxygen-16]] isotope in water, which is influenced by climate.{{sfn|Stevenson|Otto‐Bliesner|Brady|Nusbaumer|2019|p=1535}}}} patterns around the world.{{sfn|Stevenson|Otto‐Bliesner|Brady|Nusbaumer|2019|p=1548}}
* Changes in the terrestrial [[carbon cycle]].<ref name="Zhang2019" />
 
Other regions such as [[Alaska]] were mostly unaffected.<ref name="Guillet2016"/> There is little evidence that tree growth was influenced by cold in what is now the [[Western United States]],<ref name="Arrigo2001"/> where the eruption may have interrupted a prolonged [[drought]] period.<ref name="Herweijer2007"/> The climate effect in Alaska may have been moderated by the nearby ocean.<ref name="Schneider2009"/> In 1259, western Europe and the west coastal North America had mild weather.{{sfn|Guillet|Corona|Stoffel|Khodri|2017|p=126}}
-->
== Dampak sosial dan historis ==
 
Letusan Samalas menyebabkan bencana global pada tahun 1257–1258.<ref name="Reid2016"/> Letusan gunung berapi besar secara umum dapat menyebabkan berbagai bencana seperti [[kelaparan]], termasuk pada wilayah yang jauh dari gunung tersebut, akibat dampak [[iklim]] yang ditimbulkannya.{{sfn|Stothers|2000|p=362}}
 
=== Kerajaan di Lombok dan Bali ===
 
Wilayah [[Kepulauan Indonesia]] bagian barat dan tengah pada saat itu terpecah menjadi kerajaan-kerajaan saingan yang merekam kejadian sejarah mereka dalam berbagai [[prasasti]].{{sfn|Alloway|Andreastuti|Setiawan|Miksic|2017|p=86}} Namun, sedikit sekali catatan sejarah mengenai letusan Samalas yang dapat ditemukan.{{sfn|Alloway|Andreastuti|Setiawan|Miksic|2017|p=98}} Salah satunya adalah ''Babad Lombok'', yang menceritakan bagaimana desa-desa di Lombok luluh-lantak akibat aliran [[abu]], [[gas]], dan [[lahar]] pada sekitar [[abad ke-13]].<ref name="Science2013"/> Naskah ''babad'' lain yang kemungkinan merujuk pada letusan ini adalah ''Babad Sembalun'' dan ''Babad Suwung''.{{sfn|Mutaqin|Lavigne|2019|p=2}}<!--{{efn|The term ''Babad'' refers to Javanese and Balinese chronicles. These ''babads'' are not original works but recompilations of older works that were presumably written around the 14th century.{{sfn|Mutaqin|Lavigne|2019|p=2}}}}--> Dari naskah-naskah ini pulalah nama "Samalas" didapatkan<ref name="Geomagz2016"/>.<!--sementara nama "Suwung" - "quiet and without life" - may, in turn, be a reference to the aftermath of the eruption.{{sfn|Mutaqin|Lavigne|2019|p=4}}-->
<!--
{{quote|text=Mount Rinjani avalanched and Mount Salamas collapsed, followed by large flows of debris accompanied by the noise coming from boulders. These flows destroyed Pamatan. All houses were destroyed and swept away, floating on the sea, and many people died. During seven days, big earthquakes shook the Earth, stranded in Leneng, dragged by the boulder flows, People escaped and some of them climbed the hills.|source={{sfn|Lavigne|Degeai|Komorowski|Guillet|2013|loc=Supporting Information}}|title=''Babad Lombok''}}-->
 
Kota [[Pamatan]], sebuah pusat pemerintahan [[kerajaan]] di Lombok, hancur dan hilang dari catatan sejarah akibat letusan ini. Meski begitu, naskah ''[[babad]]'' menyebut bahwa [[keluarga kerajaan]] berhasil selamat,{{sfn|Hamilton|2013|p=41}} dan tidak ada bukti yang jelas mengenai apakah kerajaan tersebut sepenuhnya hancur akibat letusan.{{sfn|Alloway|Andreastuti|Setiawan|Miksic|2017|p=98}} Ribuan orang diperkirakan meninggal dalam letusan ini{{sfn|Lavigne|Degeai|Komorowski|Guillet|2013|p=16743}} walaupun sebagian penduduk Lombok kemungkinan mengungsi sebelum [[erupsi]] terjadi.{{sfn|Mutaqin|Lavigne|2019|p=9}} Di Bali, jumlah prasasti yang dikeluarkan penguasa setempat menurun setelah letusan.<ref name="Reid2017"/> [[Bali]] dan [[Lombok]] diperkirakan mengalami penurunan penduduk<ref name="Reid2016a"/> yang mungkin berlangsung selama beberapa generasi, sehingga mempermudah Raja [[Kertanegara]] dari [[Singhasari]] untuk menaklukkan Bali pada 1284 tanpa perlawanan berarti.{{sfn|Lavigne|Degeai|Komorowski|Guillet|2013|p=16746}}<ref name="Reid2017"/> Kawasan pantai barat Sumbawa mengalami [[depopulasi]] dan tetap sepi [[penduduk]] hingga saat ini; penduduk setempat kala itu kemungkinan melarang kawasan terdampak letusan untuk ditinggali, dan ingatan akan larangan tersebut terus bertahan hingga akhir-akhir ini.{{sfn|Mutaqin|Lavigne|2019|p=7-8}}
 
=== Oseania dan Selandia Baru ===
 
Sejarah di [[Oseania]] pada umumnya tidak memiliki penanggalan yang pasti, sehingga sulit menentukan rentang waktu dan peran atau dampak dari kejadian tertentu di kawasan tersebut. Meski begitu, terdapat bukti yang menunjukkan adanya berbagai krisis antara tahun 1250 dan 1300 di Oseania, contohnya seperti yang terjadi di [[Pulau Paskah]], yang dapat dikaitkan permulaan [[Zaman Es Kecil]] serta letusan Samalas.{{sfn|Margalef|Álvarez-Gómez|Pla-Rabes|Cañellas-Boltà|2018|p=5}} Pada sekitar tahun 1300, banyak pemukiman di Pasifik yang berpindah tempat, yang kemungkinan terkait dengan penurunan permukaan air laut setelah pertengahan abad ke-13.{{sfn|Newhall|Self|Robock|2018|p=576}}
 
Perubahan iklim yang dipicu oleh letusan Samals dan permulaan Zaman Es Kecil barangkali menyebabkan orang-orang [[Polinesia]] bermigrasi ke arah barat daya pada abad ke-13. Pemukiman pertama di Selandia Baru muncul pada sekitar tahun 1230–1280 [[Masehi|M]]. Kemunculan pemukiman manusia di sana dan kepulauan sekitarnya bisa jadi merupakan akibat dari migrasi ini.<ref name="Anderson2016"/>
 
=== Eropa, Timur Dekat dan Timur Tengah ===
Tarikh-tarikh Eropa menyebutkan keadaan cuaca yang tidak lazim pada 1258.<ref name="Ludlow2017"/> Laporan dari Prancis dan Inggris pada tahun 1258 mengenai fenomena serupa awan yang tak kunjung hilang mengindikasikan adanya kabut kering yang meliputi kawasan tersebut.{{sfn|Stothers|2000|p=363}} Tarikh-tarikh Abad Pertengahan menyebut bahwa pada tahun 1258, musim panasnya bersuhu dingin dan berhujan, sehingga menyebabkan banjir dan kegagalan panen,{{sfn|Lavigne|Degeai|Komorowski|Guillet|2013|p=16742}} dengan suhu dingin antara Februari hingga Juni.<ref name="D'ArrigoJacoby2003"/> Suhu beku terjadi pada musim panas tahun 1259 menurut tarikh-tarikh Rusia.<ref name="HantemirovGorlanova2004"/> Di Eropa dan Timur Tengah, perubahan pada warna atmosfer, badai, suhu dingin, dan cuaca buruk dilaporkan terjadi pada tahun 1258–1259,{{sfn|Dodds|Liddy|2011|p=54}} ditambah dengan permasalahan pertanian yang juga terjadi di kawasn tersebut termasuk Afrika Utara.<ref name="Sánchez2017"/> Di Eropa, curah hujan berlebih, suhu dingin, dan awan yang tebal menyebabkan kerusakan pada hasil tani, sehingga menyebabkan kelaparan yang juga diikuti dengan wabah penyakit,{{sfn|Guillet|Corona|Stoffel|Khodri|2017|p=124}}{{sfn|Hamilton|2013|p=40}} walaupun bencana kelaparan yang terjadi tidak sampai separah [[Kelaparan Besar 1315–1317]].{{sfn|Guillet|Corona|Stoffel|Khodri|2017|p=127}}
<!--
{{quotebox|width=15em|align=right|quote=Swollen and rotting in groups of five or six, the dead lay abandoned in pigsties, on dunghills, and in the muddy streets.|source=<ref name="Gillingham2014"/>|author=[[Matthew Paris]], chronicler of St. Albans}} In northwest Europe, the effects included crop failure, famine, and weather changes.<ref name="Brewington2016"/> A famine in London has been linked to this event;<ref name="WhelleyNewhall2015"/> this food crisis was not extraordinary{{sfn|Campbell|2017|p=91}} and there were issues with harvests already before the eruption.{{sfn|Campbell|2017|p=108}} The famine occurred at a time of political crisis between King [[Henry III of England]] and the English [[magnate]]s.{{sfn|Campbell|2017|p=119}} Witnesses reported a death toll of 15,000 to 20,000 in London. A mass burial of famine victims was found in the 1990s in the centre of London.{{sfn|Hamilton|2013|p=40}} [[Matthew Paris]] of [[St Albans]] described how until mid-August 1258, the weather alternated between cold and strong rain, causing high mortality.<ref name="Gillingham2014"/>
 
The resulting famine was severe enough that grain was imported from Germany and Holland.<ref name="RobertDavid2016"/> The price for cereal increased in Britain,{{sfn|Dodds|Liddy|2011|p=54}} France, and Italy. Outbreaks of disease occurred during this time in the Middle East and England.{{sfn|Stothers|2000|p=366}} During and after the winter of 1258–59, exceptional weather was reported less commonly, but the winter of 1260–61 was very severe in Iceland, Italy, and elsewhere.{{sfn|Stothers|2000|p=364}} The disruption caused by the eruption may have influenced the onset of the [[Mudéjar revolt of 1264–1266]] in [[Iberia]].<ref name="Sánchez2014"/> The [[Flagellant]] movement, which is first recorded in Italy in 1260, may have originated in the social distress caused by the effects of the eruption, though warfare and other causes probably played a more important role than natural events.{{sfn|Stothers|2000|pp=367–368}}
 
====Long term consequences in Europe and the Near East====
 
Over the long term, the cooling of the North Atlantic and sea ice expansion therein may have impacted the societies of Greenland and Iceland{{sfn|Harrison|Maher|2014|pp=156–157}} by restraining navigation and agriculture, perhaps allowing further climate shocks around 1425 to [[History of Greenland#Norse failure|end]] the existence of the [[Norsemen|Norse]] settlement in Greenland.{{sfn|Harrison|Maher|2014|p=180}} Another possible longer term consequence of the eruption was the [[Byzantine Empire]]'s loss of control over western [[Anatolia]], because of a shift in political power from Byzantine farmers to mostly [[Turkic peoples|Turkoman]] [[Pastoralism|pastoralists]] in the area. Colder winters caused by the eruption would have impacted agriculture more severely than pastoralism.<ref name="Xoplaki2016"/>
 
===Four Corners region, North America===
 
The 1257 Samalas eruption took place during the [[Pueblo III Period]] in southwestern North America, during which the [[Mesa Verde]] region on the [[San Juan River (Colorado River)|San Juan River]] was the site of the so-called [[cliff dwelling]]s. Several sites were abandoned after the eruption, which had cooled the local climate.<ref name="Matson2016"/> The Samalas eruption{{sfn|Salzer|2000|p=308}} was one among several eruptions during this period which may have triggered climate stresses, which in turn caused strife within the society of the [[Ancestral Puebloans]]; possibly they left the northern [[Colorado Plateau]] as a consequence.{{sfn|Salzer|2000|pp=312–314}}
 
===Altiplano, South America===
 
In the [[Altiplano]] of South America, a cold and dry interval between 1200 and 1450 has been associated with the Samalas eruption and the 1280 eruption of Quilotoa volcano in Ecuador. The use of rain-fed agriculture increased in the area between the [[Salar de Uyuni]] and the [[Salar de Coipasa]] despite the climatic change, implying that the local population effectively coped with the effects of the eruption.<ref name="Cruz2017"/>
 
===Northeast Asia===
Problems were also recorded in China, Japan, and Korea.{{sfn|Hamilton|2013|p=40}} In Japan, the ''[[Azuma Kagami]]'' chronicle mentions that rice paddies and gardens were destroyed by the cold and wet weather,{{sfn|Guillet|Corona|Stoffel|Khodri|2017|p=125}} and the so-called [[Shôga famine]] may have been aggravated by bad weather in 1258 and 1259.{{sfn|Guillet|Corona|Stoffel|Khodri|2017|p=127}} Other effects of the eruption include a total darkening of the Moon in May 1258 during a [[lunar eclipse]],{{sfn|Timmreck|Lorenz|Crowley|Kinne|2009|p=1}} a phenomenon also recorded from Europe; volcanic aerosols reduce the amount of sunlight scattered into Earth's shadow and thus the brightness of the eclipsed Moon.{{sfn|Alloway|Andreastuti|Setiawan|Miksic|2017|p=96}} The effects of the eruption may also have hastened the decline of the [[Mongol Empire]], although the volcanic event is unlikely to have been the sole cause,{{sfn|Newhall|Self|Robock|2018|p=576}} and may have shifted its centre of power towards the Chinese part dominated by [[Kublai Khan]] which was more adapted to cold winter conditions.<ref name="HaoZheng2020" />
-->
 
== Lihat pula ==
* [[Zaman Es Kecil]]
* [[Letusan Tambora 1815]]
 
== Catatan ==
{{notelist}}
 
Baris 171 ⟶ 259:
* {{cite journal| url=http://jrscience.wcp.muohio.edu/climatepdfs02/climimpts1258volcaclimchg00.pdf| title=Climatic and demographic consequences of the massive volcanic eruption of 1258| last1=Stothers| first1=Richard B.| journal=Climatic Change| year=2000| volume=45| issue=2| pages=361–374| doi=10.1023/A:1005523330643| ref=harv| access-date=2019-05-19| archive-date=2019-06-02| archive-url=https://web.archive.org/web/20190602035934/http://jrscience.wcp.muohio.edu/climatepdfs02/ClimImpts1258VolcaClimChg00.pdf| dead-url=yes}}
* {{cite journal| title=Impact of explosive volcanic eruptions on the main climate variability modes| last1=Swingedouw| first1=Didier| last2=Mignot| first2=Juliette| last3=Ortega| first3=Pablo| last4=Khodri| first4=Myriam| last5=Menegoz| first5=Martin| last6=Cassou| first6=Christophe| last7=Hanquiez| first7=Vincent| journal=Global and Planetary Change| date=March 2017| volume=150| pages=24–45| doi=10.1016/j.gloplacha.2017.01.006| ref=harv| issn=0921-8181| bibcode=2017GPC...150...24S| hdl=2117/100745}}
* {{cite journal| url=https://pdfs.semanticscholar.org/be6c/9c985a544426cd374d47f5ff7638094adafb.pdf| title=Limited temperature response to the very large AD 1258 volcanic eruption| last1=Timmreck| first1=Claudia| last2=Lorenz| first2=Stephan J.| last3=Crowley| first3=Thomas J.| last4=Kinne| first4=Stefan| last5=Raddatz| first5=Thomas J.| last6=Thomas| first6=Manu A.| last7=Jungclaus| first7=Johann H.| journal=Geophysical Research Letters| date=6 November 2009| volume=36| issue=21| page=L21708| doi=10.1029/2009GL040083| ref=harv| bibcode=2009GeoRL..3621708T| hdl=11858/00-001M-0000-0011-F8A3-9| access-date=2019-05-19| archive-date=2019-02-09| archive-url=https://web.archive.org/web/20190209123957/https://pdfs.semanticscholar.org/be6c/9c985a544426cd374d47f5ff7638094adafb.pdf| dead-url=yes}}
* {{cite journal| url=https://www.researchgate.net/publication/280739917| title=Dynamics of the major plinian eruption of Samalas in 1257 A.D. (Lombok, Indonesia)| last1=Vidal| first1=Céline M.| last2=Komorowski| first2=Jean-Christophe| last3=Métrich| first3=Nicole| last4=Pratomo| first4=Indyo| last5=Kartadinata| first5=Nugraha| last6=Prambada| first6=Oktory| last7=Michel| first7=Agnès| last8=Carazzo| first8=Guillaume| last9=Lavigne| first9=Franck| last10=Rodysill| first10=Jessica| last11=Fontijn| first11=Karen| author12=Surono| journal=Bulletin of Volcanology| date=8 August 2015| volume=77| issue=9| page=73| doi=10.1007/s00445-015-0960-9| ref=harv| bibcode=2015BVol...77...73V}}
{{refend}}