Syamsuddin As-Sumatrani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Iqbalhafidh (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(8 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Syeikh Syamsuddin Ibn Abdullah As-Sumatrani''' adalah seorang ulama besar Aceh yang hidup pada Abad ke-16 dan ke-17 Masehi. Beliau merupakan murid dari seorang Ulama yang dikenal dengan nama [[Hamzah al-Fansuri|Hamzah al-Fansur]]<nowiki/>i. Beliau menguasai bahasa Melayu-Jawi, Parsi dan Arab. Antara cabang ilmu yang dikuasainya ialah ilmu tasawuf, fiqh, sejarah, mantiq, tauhid, dan lain-lain. Meskipun secara pasti tidak diketahui kelahiran beliau namun dari namanya menunjukkan bahwa beliau merupakan Ulama yang berasal dari [[Kesultanan Samudera Pasai|Pasai]] (Aceh).<ref>{{Cite news|url=http://aceh.tribunnews.com/2012/01/15/mengenal-shamsuddin-as-sumatrany|title=Mengenal Shamsuddin As Sumatrany - Serambi Indonesia|date=2012-01-15|newspaper=Serambi Indonesia|language=id-ID|access-date=2018-09-23}}</ref>. Beliau meninggal dunia dalam pertempuran dengan portugis di Melaka pada pada tahun 1040 H/ 1630 M dan dikebumikan di Kampung Ketek, [[Melaka]].<ref>{{Cite web|url=http://aceh.tribunnews.com/2012/01/15/mengenal-shamsuddin-as-sumatrany|title=Mengenal Shamsuddin As Sumatrany|date=2012-01-15|website=Serambi Indonesia|language=id-ID|access-date=2018-09-30}}</ref><ref>{{Citation|title=makam Sheikh Syamsuddin Al Sumatrani di Melaka|url=https://www.youtube.com/watch?v=L86dG8UQSio|accessdate=2023-08-18|language=id-ID}}</ref><ref>{{Cite web|title=Makam Syekh Syamsuddin As Sumatrani di Melaka, Bukti Sejarah Keperkasaan Aceh|url=https://aceh.tribunnews.com/2020/02/11/makam-syekh-syamsuddin-as-sumatrani-di-melaka-bukti-sejarah-keperkasaan-aceh|website=Serambinews.com|language=id-ID|access-date=2023-08-18}}</ref> Dalam kitab [[Bustanus Salatin|Bustanul Salatin]] karya [[Nuruddin al-Raniri|Syeikh Nurruddin ar-Raniri]] juga diperoleh keterangan bahwa Syamsuddin wafat pada hari ke-12 bulan Rajab tahun 1039 H/1630 M.<ref>{{Cite journal|last=Suwondo|first=Tirto|date=1998-12-01|title=Syamsuddin As-Sumatrani: Riwayat, Karya, Ajaran, Kecaman, dan Pembelaannya|url=https://zenodo.org/record/1256222|journal=Zenodo|language=en|doi=10.5281/zenodo.1256222}}</ref>.
 
== Riwayat Hidup ==
Baris 6:
Dalam catatan orang Eropa yang berjumpa Syeikh Syamsuddin bin Abdullah As Sumatrani seperti yang ditulis oleh [[Frederick de Houtman]] dalam bukunya Cort Verhael van’t Wedervaren is Frederick de Houtman, Tot Atchein (1603)<ref>{{Cite web|url=http://dx.doi.org/10.1163/2451-9537_cmrii_com_26842|title=Cort verhael vant gene wedervaren is Frederick de Houtman tot Atchein int eylandt Sumatra in den tijdt van ses ende twintich maenden die hy aldaer gevanghen is gheweest|website=Christian-Muslim Relations 1500 - 1900|access-date=2018-09-30}}</ref> menyatakan, Syeikh Shamsuddin bi Abdullah As Sumatrany sebagai penasihat agung Sultan Saidil Mukammil. Syeikh ini sempat mengajak dia masuk Islam.
 
Pengaruh Syeikh Shamsuddin dalam kerajaan Aceh Darussalam dicatat juga oleh Sir James Lacaster ketika berkunjung ke Aceh pada tahun 1602. Dalam bukunya The Voyages of Sir James Lascaster,<ref>{{Cite journal|date=2017-05-15|title=The Voyages of Sir James Lancaster to Brazil and the East Indies, 1591-1603|url=http://dx.doi.org/10.4324/9781315551531|doi=10.4324/9781315551531}}</ref>, Lacaster menyebut Syeikh Shamsuddin sebagai “a man of great estimation with the king and the peoples (seorang pria yang memiliki pengaruh besar terhadap raja dan rakyat). ” James Lacaster bahkan ditanyakan oleh Syeikh Shamsuddin, ''“Sir, what reasons shall we show to the king, from you whereby he may grants these things which you have demanded to be granted by him'' (Alasan apa yang akan kami tunjukkan kepada raja, agar dia mengabulkan permintaan Anda).”
 
Sampai akhir hayatnya beliau merupakan seorang Qadhi di [[Kesultanan Aceh]], sebelum akhirnya meninggal dunia dalam pertempuran melawan penjajah portugis di Melaka.<ref>{{Cite web|url=https://aceh.tribunnews.com/2020/02/11/makam-syekh-syamsuddin-as-sumatrani-di-melaka-bukti-sejarah-keperkasaan-aceh|title=Makam Syekh Syamsuddin As Sumatrani di Melaka, Bukti Sejarah Keperkasaan Aceh|website=Serambi Indonesia|language=id-ID|access-date=2020-02-11}}</ref>
 
== Syeikh Syamsuddin dan Syeikh Nuruddin ==
[[Nuruddin al-Raniri|Syeikh Nuruddin]] pertama sekali datang di Aceh pada tahun 1637 M, 7 tahun setelah Syeikh Syamsuddin meninggal dunia. Syeikh Syamsuddin tidak pernah mengenal Syeikh Nuruddin, namuntetapi dalam beberapa tulisan ilmuwan barat sering ditulis adanya perselisihan antara dua ulama Aceh ini, sampai berujung kepada pembakaran kitab karangan Syeikh Syamsuddin. Namun bukti kejadian ini sampai saat ini masih diragukan kebenarannya.
 
Dalam beberapa kitab karangan Syeikh Nuruddin mengkritisi dengan bijak pemahaman Syeikh Syamsuddin dan mencoba menjelaskan secara lebih mendalam sesuatu yang kurang dapat difahami oleh orang awam pada masa itu, seperti dalam beberapa kitab karangan beliau.<ref>{{Cite web|url=https://daerah.sindonews.com/read/1303528/29/4-ulama-aceh-yang-sangat-berpengaruh-1525621216|title=4 Ulama Aceh yang Sangat Berpengaruh|website=SINDOnews.com|language=id-ID|access-date=2020-02-11}}</ref>
Baris 18:
Karya-karya Syamsuddin Sumatrani ada yang ditulis dalam bahasa Arab dan bahasa Melayu (Jawi). antara karyanya adalah seperti berikut:
 
# Jawhar al-Haqa’iq (30 halaman; berbahasa Arab), merupakan karyanya yang paling lengkap yang telah disunting oleh Van Nieuwenhuijze. Kitab ini menyajikan pengajaran tentang [[martabat tujuh]] dan jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
# Risalah Tubayyin Mulahazhat al-Muwahhidin wa al-Mulhidin fi Dzikr Allah (8 halaman; berbahasa Arab). Karya yang telah disunting oleh Van Nieuwenhuijze ini, walaupun sedikit sahaja halamannya tetapi cukup penting kerana mengandungi penjelasan tentang perbezaan pandangan antara kaum yang mulhid dengan yang bukan mulhid.
# Mir’at al-Mu’minin (70 halaman; berbahasa Melayu). Karyanya ini menjelaskan ajaran tentang keimanan kepada Allah, para rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, para malaikat-Nya, hari akhirat, dan kadar-Nya. Jadi pengajarannya dalam karya ini membicarakan butir-butir akidah, sejalan dengan faham Ahlus Sunnah wal Jama’ah (tepatnya Asy’ariah-Sanusiah).
Baris 29:
 
== Referensi ==
{{reflist}}{{Ulama-Nusantara-bio-stub}}
 
[[Kategori:{{Ulama Aceh]]}}
 
[[Kategori:TokohUlama Aceh Utara]]
[[Kategori:Cendekiawan Muslim]]
[[Kategori:Tokoh dari Aceh]]
[[Kategori:Sejarah Aceh]]
[[Kategori:Ulama Sunni]]
[[Kategori:Sufisme]]
[[Kategori:Tasawuf]]
[[Kategori:Ulama Nusantara]]
[[Kategori:Tokoh dari Aceh Utara]]