Sang Penari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Xqbot (bicara | kontrib)
k Bot: en:Sang Penari adalah artikel bagus; kosmetik perubahan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Merapikan artikel
 
(45 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Film
| movie_namename = Sang Penari
| image = Sang_Penari.jpg
| image_sizecaption = 230pxPoster rilis layar lebar
| caption = poster film
| director = [[Ifa Isfansyah]]
| producer = [[Shanty Harmayn]]
| screenplay = [[Salman Aristo]]<br />Ifa Isfansyah<br />[[Shanty Harmayn]]
| eproducer =
| based_on = '''Novel''':<br />[[Ahmad Tohari]]
| aproducer =
| writer = [[Salman Aristo]]<br />Ifa Isfansyah<br />[[Shanty Harmayn]]<br />'''Novel''':<br />[[Ahmad Tohari]]
| starring = [[Prisia Nasution]]<br />[[Dewi Irawan]]<br />[[Oka Antara]]<br />[[Slamet Rahardjo]]<br />[[Landung Simatupang]]<br />[[Hendro Djarot]]<br />[[Happy Salma]]<br />[[Teuku Rifnu Wikana]]<br />[[Tio Pakusadewo]]<br />[[Lukman Sardi]]
| music = [[Wong Aksan Sjuman]]<br />[[Titi Sjuman]]
| cinematography = [[Yadi Sugandi]]
| editingstudio = [[Salto Films]]
| distributor = [[Salto Films]]
| released = [[10{{film November]] [[date|2011]]|11|10}}
| runtime = 111 menit
| country = {{negara|Indonesia}} [[Indonesia]]
| language = [[Bahasa Indonesia]]<br />[[Bahasa Banyumasan]]
| awards =
| movie_language = [[Bahasa Indonesia]]<br />[[Bahasa Banyumasan]]
| budget =
| gross =
| preceded_by =
| followed_by =
| website =
| amg_id =
| imdb_id =
}}
{{Penghargaan film
|award1=[[Festival Film Indonesia 2011]]
|ket-award1=
* '''Film Bioskop Terbaik'''
* '''Sutradara Terbaik''' : [[Ifa Isfansyah]]
* '''Pemeran Utama Wanita Terbaik''' : [[Prisia Nasution]]
* '''Pemeran Pendukung Wanita Terbaik''' : [[Dewi Irawan]]
}}
'''''Sang Penari''''' (Internasional:secara internasional '''''The Dancer''''') merupakanadalah sebuah [[film drama]] [[Indonesia]] yangtahun dirilis pada [[10 November]] [[2011]] yang disutradarai oleh [[Ifa Isfansyah]], sertadan dibintangi oleh [[Prisia Nasution]] dan [[Oka Antara]] sebagai pemeran utama, serta [[Slamet Rahardjo]], [[Dewi Irawan]] dan [[Hendro Djarot]] sebagai pemeran pendukung. Film ini diadaptasi dari novel trilogi tahun 1982 ''[[Ronggeng Dukuh Paruk]]'' tahun [[1982]] karya [[Ahmad Tohari]], penulis asal [[Banyumas]], [[Jawa Tengah]]. Film''Sang iniPenari'' menceritakan sebuah kisah cinta tragis tentang seorang pemuda desa dengan seorang [[penari ronggeng]] baru di desa kecilnya yang dirundung kemiskinan, kelaparan, dan kebodohan di Indonesia tahunpada 1960-an yang penuh gejolak politik.
 
Film ini merupakan film adaptasi kedua dari novel tersebut setelah film ''[[Darah dan Mahkota Ronggeng]]'' (1983). ''Sang Penari'' membutuhkan dua tahun penelitian untuk menyajikan konteks sejarah dengan lebih baik, termasuk [[Gerakan 30 September]] dan peristiwa [[Pembantaian di Indonesia 1965–1966|pembantaian anti-komunis]] yang mengikutinya. Rincian ini dalam novelnya disensor oleh pemerintahan [[Orde Baru]] kala itu, namuntetapi digambarkan lebih jelas dalam film ini. Walaupun film initersebut berlatar dan disyutingdifilmkan di [[Purwokerto]], [[Jawa Tengah]], kedua pemeran utama film initersebut bukan berasal dari [[etnis Jawa]]. Prisia Nasution, dalam peran debutnya sebagai pemeran utama, adalah [[orang Batak]],; sedangkan Oka Antara adalah [[orang Bali]].
 
Setelah''Sang Penari'' rilisdirilis pada [[10 November]] 2011, Sangdan Penari mendulangmendapatkan pujian kritikus. Tohari menyebutnyamenyebut film tersebut sebagai sebuah adaptasi yang layak untuk karyanya, {{sfn|Kurniasari 2011, Ronggeng 2.0}} sementara Sembiring Labodalih dari ''[[Jakarta Globe]]'' mendeskripsikan elemen sosio-budaya film initersebut layak disebut sebagai sebuah [[tragedi Shakespeare]]. <ref name="JG">{{en}}sfn|Sembiring [http://www.thejakartaglobe.com/entertainment/gripping-drama-shines-light-on-indonesian-dark-past/4798882011, Gripping Drama Shines}} LightFilm ontersebut Indonesiandinominasikan Darkuntuk Past],sepuluh Jakartakategori Globe,penghargaan 21 November 2011.</ref> ''Sang Penari'' berhasil meraih sepuluh nominasidalam [[Festival Film Indonesia 2011]], dan berhasil memenangkan empat [[Piala Citra]]piala, semuanya untuk penghargaan utama, di antaranya adalah penghargaan tertinggitermasuk [[Penghargaan FFI untuk Film Bioskop Terbaik|Film Terbaik]], [[Penghargaan FFI untuk Penyutradaraan Terbaik|Sutradara Terbaik]] untuk [[(Ifa Isfansyah]]), [[Penghargaan FFI untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik|Aktris Terbaik]] untuk [[(Prisia Nasution]],) dan [[Penghargaan FFI untuk Pemeran Pendukung Wanita Terbaik|Aktris Pendukung Terbaik]] untuk [[(Dewi Irawan]]).
 
== Sinopsis ==
Cerita cinta tragis ini terjadi di [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]] tahun 1960-an. Rasus ([[Oka Antara]]) adalah seorang [[tentara]] dari Dukuh Paruk, sebuah desa miskin di daerah [[Banyumas]]. Awal cerita terjadi ketika Rasus kembali dan menyusuri Dukuh Paruk, dan bertemu dengan Sakum ([[Hendro Djarot]]), seorang [[tunanetra]] yang memintanya untuk mencari seseorang bernama Srintil. Cerita kemudian berkilas balik ke Dukuh parukParuk dan hubungan cinta antara Rasus dan Srintil.
 
Dukuh Paruk sempat mengalami masa kelam pada tahun 1953 silam. Santayib, pembuat [[tempe bongkrèk]] Dukuh Paruk, tak sengaja menjual tempe bongkrèk beracun, yang membunuh banyak warga, termasuk Surti ([[Happy Salma]]), ''[[ronggeng]]'' Dukuh Paruk. Penduduk dusun mulai panik dan rusuh, dan dalam kerusuhan tersebut, Santayib dan istrinya melakukan bunuh diri dengan mengonsumsi tempe beracun buatan mereka. Putri dari Santayip, Srintil, selamat dan dibesarkan oleh kakeknya Sakarya ([[Landung Simatupang]]). Sejak insiden itu, Dukuh Paruk seperti kehilangan kehidupannya, tidak ada musik mengalun dan penari ''ronggeng'' lagi di dukuh tersebut.
Baris 48 ⟶ 38:
Sepuluh tahun kemudian, tahun 1963, Srintil ([[Prisia Nasution]]) dan Rasus yang sama-sama yatim piatu adalah teman yang sangat dekat sejak kecil. Rasus sendiri juga menyimpan perasaan cinta pada Srintil. Dengan kondisi Dukuh Paruk yang kelaparan dan mengalami depresi sejak kehilangan sang penari ''ronggeng''. Srintil sendiri senang menari dari kecil. Kemampuan menarinya ternyata seperti mengandung kekuatan magis yang membuat Sakarya yakin bahwa Srintil bisa menjadi ''ronggeng''. Suatu hari Sakarya mendapat pertanda bahwa Srintil akan menjadi ''ronggeng'' besar dan mampu menyelamatkan Dukuh Paruk dari kelaparan. Dia kemudian meyakinkan Srintil untuk menjadi ''ronggeng'' dan meminta Kertareja ([[Slamet Rahardjo]]), [[dukun]] ''ronggeng'' Dukuh Paruk untuk menjadikan Srintil seorang ''ronggeng''. Srintil percaya bahwa dengan menjadi ''ronggeng'', dia bisa membayar dosa kedua orang tuanya dalam insiden tragis sepuluh tahun lalu. Dia kemudian mencoba untuk membuktikan dirinya dengan menari di makam Ki Secamenggala, pendiri Dukuh Paruk. Walaupun gagal meyakinkan Kartareja pada kali pertama, Rasus yang menaruh simpati pada tekad Srintil menolong Srintil dengan memberinya benda temuannya, sebuah pusaka ''ronggeng'' milik Surti, ''ronggeng'' Dukuh Paruk yang telah tiada. Setelah melihat pusaka tersebut, Sakarya akhirnya berhasil meyakinkan Kartareja. Srintil kemudian dipermak dan dirias oleh Nyai Kartareja ([[Dewi Irawan]]) untuk menjadi seorang ''ronggeng''. Sementara itu, seorang aktivis dan anggota [[Partai Komunis Indonesia]], Bakar ([[Lukman Sardi]]) tiba di Dukuh Paruk dan meyakinkan petani Dukuh Paruk untuk bergabung dengan partai komunis, untuk menyelamatkan ''[[wong cilik]]'' (kelas bawah) Dukuh Paruk dari kelaparan, kemiskinan, dan penindasan para tuan tanah yang serakah.
 
Kepopuleran Srintil yang sampai ke Desa Dawuan, membuat Rasus, teman kecil sekaligus orang yang mencintainya, tidak senang dan nyaman. Menjadi ''ronggeng'' berarti bukan hanya dipilih warga dukuh untuk menari, namuntetapi juga untuk menjadi "milik bersama" mereka. Srintil harus melayani banyak lelaki di atas ranjang setelah menari. Setelah keberhasilan Srintil menari di makam Ki Secamenggala, Srintil harus menjalani ritual terakhir sebelum dia benar-benar bisa menjadi ''ronggeng'' yang disebut ''"Bukak Klambu''", di mana keperawanannya akan dijual kepada penawar tertinggi. Hal ini mengecewakan Rasus, yang mengatakan pada Srintil bahwa dia tidak senang dengan keputusannya menjadi ''ronggeng''. Srintil mengatakan bahwa dia akan memberikan keperawanannya kepada Rasus, dan pada hari ''Bukak Klambu'' mereka berhubungan seks di sebuah kandang kambing. Malam itu Srintil juga, Srintil berhubungan seks dengan dua "penawar tertinggi" lainnya dan menjadi ''ronggeng'' sejati.
 
Hancur hatinya, Rasus memutuskan untuk pergi dari Dukuh Paruk, meninggalkan Srintil yang juga patah hati. Dia kemudian bergabung dengan sebuah batalyon [[TNI]] yang bermarkas tak jauh dari Dukuh Paruk, di manatempat ia berteman dengan Sersan Binsar ([[Tio Pakusadewo]]) yang juga mengajarkan dia membaca. Sementara itu, warga Dukuh Paruk yang dirundung kelaparan dan kemiskinan mulai merangkul [[komunisme]] walaupun tidak paham tentang politik. Sepeninggalan Rasus, grup kesenian ''ronggeng'' Dukuh Paruk makin berjaya, dan politik juga mulai menjadi kehidupan Dukuh Paruk. Grup kesenian ''ronggeng'' Dukuh Paruk yang termasuk Kartareja, Sakarya, Sakum, dan Srintil mulai sering diminta partai komunis dalam acara kesenian rakyat agar bisa menarik massa.
 
Namun kemudianterjadi malapetakagejolak politik terjadi di Jakarta pada tahun 1965, dan karena kebodohan mereka tentang politik, warga dukuh Paruk pun ikut terseret karena "keterlibatan" mereka dalam acara-acara kesenian rakyat tersebut. SetelahDua tahun kemudian, setelah terjadinya [[Gerakan 30 September|percobaan kudeta oleh komunis]] yang gagal di [[Jakarta]], Rasus dikirim oleh Sersan Binsar dalam misi untuk "mengamankan" orang-orang partai komunis di daerah tersebut. NamunTetapi, ketika tiba giliran Dukuh Paruk tiba karena ikut terseret ke dalam [[Pembantaian di Indonesia 1965–1966|pembantaian berdarah]] itu, Rasus bergegas kembali, meninggalkan rekan pasukannya ke kampung halamannya untuk mencari dan menyelamatkan cintanya, Srintil. Cinta mereka harus menghadapi akhir yang tragis di tengah-tengah situasi tergelap dalam sejarah politik Indonesia. Rasus menemukan Dukuh ParuknyaParuk telah hancur dan warganya telah hilang sepertikosong ditelantanpa bumipenghuni, hanya menyisakan Sakum yang buta. Sakum meminta Rasus untuk secepatnya mencari Srintil, namuntetapi pencarian Rasus akhirnya sia-sia. Rasus tiba di sebuah [[kamp konsentrasi]] tersembunyi, tepat pada saat Srintil dan warga Dukuh Paruk dibawa oleh kereta pengangkut dan menghilang entah ke mana.
 
Sepuluh tahun kemudian, Rasus berpapasan dengan seorang penari kumal yang mirip dengan Srintil dan seorang penabuh ''[[kendhang]]'' buta yang mirip dengan Sakum di Desa Dawuan. Rasus memberikan pusaka ''ronggeng'' Dukuh Paruk kepada penari tersebut, dan penari tersebut berlalu meninggalkannya. Rasus tersenyum, menandakan dia mengenali penari tersebut sebagai cintanya, Srintil. Film diakhiri dengan sang penari kumal dan si pemusik buta yang menari dan menghilang di cakrawala.
Baris 67 ⟶ 57:
* [[Teuku Rifnu Wikana]] sebagai Darsun, teman Rasus dan Srintil sejak kecil.
 
== Catatan produksiProduksi ==
''Sang Penari'' disutradarai oleh [[Ifa Isfansyah]] .{{sfn|Maryono 2011, Ifa Isfansyah: The man}}. Tim suami istri [[Wong Aksan]] dan [[Titi Sjuman]] terpilih untuk menata musik film ini yang memakan waktu satu setengah bulan. Mereka kemudian mengatakan bahwa mengerjakan musik untuk film ini membuat mereka lebih dekat. {{sfn|The Jakarta Post 2011, Film brings Titi}} [[Shanty Harmayn]], yang sebelumnya mengerjakan film ''[[Pasir Berbisik]]'' (2004), dipilih untuk memproduksi, sementara [[Salman Aristo]], dikenal lewat naskahnya untuk film ''[[Ayat-Ayat Cinta]]'' (2008) dan ''[[Laskar Pelangi]]'' (2009) menangani penulisan naskah. {{sfn|Krismantari 2011, Kurniasari 2011, A vibrant year}} Penulisan naskah ini melewati dua belas konsep /draf dan memakan waktu dua tahun penelitian. {{sfn|Siregar 2011, Film: Dancing through}}
 
''Sang Penari'' didasarkan pada novel ''[[Ronggeng Dukuh Paruk]]'' (1982) yang ditulis oleh [[Ahmad Tohari]]. {{sfn|Kurniasari 2011, A vibrant year}} Walaupun demikian, dalam bagian kredit film ini, dituliskan bahwa film ini "terinspirasi", bukan "diadaptasi" dari novel tersebut. Film ini adalah adaptasi kedua dari novel tersebut, setelah film ''[[Darah dan Mahkota Ronggeng]]'' (1983) yang disutradarai oleh [[Yazman Yazid]] dan dibintangi [[Ray Sahetapy]] dan [[Enny Beatrice]]. {{sfn|Kurniasari 2011, Ronggeng 2.0}} Film ini disyuting kebanyakan di [[Banyumas]], [[Jawa Tengah]]. {{sfn|Kurniasari 2011, Ronggeng 2.0}} Sutradara Ifa Isfansyah berusaha untuk mengcastingmemilih peran utama Srintil di sana, tapitetapi gagal setelah beberapa bulan mencari. {{sfn|Maryono 2011, Ifa Isfansyah: The man}}
 
Isfansyah akhirnya memilih seorang aktris baru, [[Prisia Nasution]] ,{{sfn|Kurniasari 2011, Ronggeng 2.0}}, dan aktor Bali [[Oka Antara]], yang sebelumnya bermain di ''[[Ayat-Ayat Cinta]]'' (2008) dan ''[[Perempuan Berkalung Sorban]]'' (2009), sebagai pemeran laki-laki utama. {{sfn|Kurniasari 2011, Ronggeng 2.0}} Film ini juga menampilkan [[Slamet Rahardjo]], [[Dewi Irawan]], [[Landung Simatupang]], [[Hendro Djarot]], [[Tio Pakusadewo]], [[Lukman Sardi]], dan [[Teuku Rifnu Wikana]] sebagai pemeran pendukung. [[Happy Salma]] juga memiliki cameo sebagai Surti, penari ''[[ronggeng]]'' Dukuh Paruk. {{sfn|Kurniasari 2011, Ronggeng 2.0}} Film ini membutuhkan 3 tahun untuk proses produksi, sedangkan ide untuk memfilmkan novel ini telah dicetuskan 10 tahun sebelumnya. [[Oka Antara]] sendiri harus menjalani proses diet ketat untuk memerankan Rasus, untuk menampilkan "''bagaimana rasanya menjadi bodoh, lapar, dan buta huruf''".
 
== Gaya dan temaPenerimaan ==
''Sang Penari'' menyentuh tema sejarah [[komunisme]] di Indonesia, dengan fokus pada [[Partai Komunis Indonesia|partai komunis]] Indonesia saat menyebarkan ideologi dalam acara kesenian rakyat, dan [[Pembantaian di Indonesia 1965–1966|pembersihan sistematis anggota Partai Komunis]] itu dari 1965-1966 oleh militer Indonesia, yang diduga telah memakan korban beberapa ratus ribu orang. {{sfn|Siregar 2011, Film: Dancing through}} Film ini adalah film Indonesia ketiga yang bertemakan pembunuhan tersebut, menyusul film ''[[Pengkhianatan G30S/PKI]]'' (1984) besutan [[Arifin C. Noer]] dan ''[[Gie]]'' (2005) besutan [[Riri Riza]]. {{sfn|Siregar 2011, Film: Dancing through}} Tohari kemudian mengatakan bahwa jika ia menulis tentang pembunuhan tersebut seperti digambarkan dalam film, pemerintah [[Orde Baru]] yang represif akan menembak dia. <ref name="JG"/>
 
=== Perilisan ===
''Sang Penari'' juga menampilkan banyak kalimat yang diucapkan dalam [[bahasa Banyumasan]], bahasa daerah latar cerita film ini. {{sfn|Subagyo 2011, "Sang Penari", Potret}} Film ini juga menampilkan beberapa aspek budaya Indonesia, termasuk batik {{sfn|Subagyo 2011, "Sang Penari", Potret}} dan [[musik Jawa]].{{sfn|Sembiring 2011, Gripping Drama Shines}}
''Sang Penari'' dirilis pada tanggal 10 November 2011.{{sfn|Maryono 2011, Ifa Isfansyah: The man}} Tohari, yang telah menolak untuk menonton [[Darah dan Mahkota Ronggeng|adaptasi pertamanya]], menikmati ''Sang Penari'' dan dilaporkan menangis terharu. Dia berkomentar bahwa film ini jauh lebih emosional daripada novelnya, dan memberikan persetujuan dan rekomendasi kepada film ini, menganggap film ini sebagai adaptasi layak untuk karyanya.{{sfn|Kurniasari 2011, Ronggeng 2.0}} Triwik Kurniasari, menulis untuk ''[[The Jakarta Post]]'', menggambarkan film itu sebagai "menakjubkan secara artistik" dan bahwa Isfansyah "menerjemahkan dengan lancar saat-saat menakutkan dan upaya jahat yang diambil oleh militer dalam menangani semua terduga pengkhianat".{{sfn|Kurniasari 2011, Ronggeng 2.0}} Labodalih Sembiring menulis untuk ''[[The Jakarta Globe]]'', mengatakan elemen sosial-budaya dalam film ini layak disebut sebuah [[tragedi Shakespeare]] dan menampilkan akting dan penyutradaraan yang baik, tetapi kurang dari segi [[jalur suara]] / soundtrack.{{sfn|Sembiring 2011, Gripping Drama Shines}} Film ini juga layak menjadi rujukan bagi para perempuan, untuk berani dan gigih dalam memperjuangkan prinsip, cita, dan cinta yang diyakini. Sehingga, novel ini perlu ditonton oleh para perempuan Indonesia.
 
=== RilisAnalisis dan penerimaanketemaan ===
''Sang Penari'' menyentuh tema sejarah [[komunisme]] di Indonesia, dengan fokus pada [[Partai Komunis Indonesia|partai komunis]] Indonesia saat menyebarkan ideologi dalam acara kesenian rakyat, dan [[Pembantaian di Indonesia 1965–1966|pembersihan sistematis anggota Partai Komunis]] itu dari 1965-1966 oleh militer Indonesia, yang diduga telah memakan korban beberapa ratus ribu orang.{{sfn|Siregar 2011, Film: Dancing through}} Film ini adalah film Indonesia ketiga yang bertemakan pembunuhan tersebut, menyusul film ''[[Pengkhianatan G30S/PKI]]'' (1984) besutan [[Arifin C. Noer]] dan ''[[Gie]]'' (2005) besutan [[Riri Riza]].{{sfn|Siregar 2011, Film: Dancing through}} Tohari kemudian mengatakan bahwa jika ia menulis tentang pembunuhan tersebut seperti digambarkan dalam film, pemerintah [[Orde Baru]] yang represif akan menembak dia.{{sfn|Sembiring 2011, Gripping Drama Shines}}
''Sang Penari'' dirilis pada tanggal 10 November 2011.{{sfn|Maryono 2011, Ifa Isfansyah: The man}} Tohari, yang telah menolak untuk menonton [[Darah dan Mahkota Ronggeng|adaptasi pertamanya]], menikmati ''Sang Penari'' dan dilaporkan menangis terharu. Dia berkomentar bahwa film ini jauh lebih emosional daripada novelnya, dan memberikan persetujuan dan rekomendasi kepada film ini, menganggap film ini sebagai adaptasi layak untuk karyanya. {{sfn|Kurniasari 2011, Ronggeng 2.0}} Triwik Kurniasari, menulis untuk ''[[The Jakarta Post]]'', menggambarkan film itu sebagai "menakjubkan secara artistik" dan bahwa Isfansyah "menerjemahkan dengan lancar saat-saat menakutkan dan upaya jahat yang diambil oleh militer dalam menangani semua terduga pengkhianat". {{sfn|Kurniasari 2011, Ronggeng 2.0}} Labodalih Sembiring menulis untuk ''[[The Jakarta Globe]]'', mengatakan elemen sosial-budaya dalam film ini layak disebut sebuah [[tragedi Shakespeare]] dan menampilkan akting dan penyutradaraan yang baik, namun kurang dari segi [[jalur suara]] / soundtrack. {{sfn|Sembiring 2011, Gripping Drama Shines}}
 
''Sang Penari'' juga menampilkan banyak kalimat yang diucapkan dalam [[bahasa Banyumasan]], bahasa daerah latar cerita film ini.{{sfn|Subagyo 2011, "Sang Penari", Potret}} Film ini juga menampilkan beberapa aspek budaya Indonesia, termasuk batik dan [[musik Jawa]].{{sfn|Sembiring 2011, Gripping Drama Shines}}{{sfn|Subagyo 2011, "Sang Penari", Potret}}
== Penghargaan ==
 
Film ini memenangi 4 Penghargaan [[Piala Citra]] di [[Festival Film Indonesia 2011]] untuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik ([[Ifa Isfansyah]]), Aktris Terbaik ([[Prisia Nasution]]) dan Aktris Pendukung Terbaik ([[Dewi Irawan]]). Film ini adalah film yang diajukan Indonesia untuk penghargaan ''[[Academy Awards ke-85]]'' untuk kategori [[Film Berbahasa Asing Terbaik (Oscar)|Film Bahasa Asing Terbaik]], namun tidak masuk ke daftar finalis.<ref>{{en}} [http://www.imdb.com/title/tt1989598/trivia "Sang Penari" di laman imdb.com]</ref>{{sfn|de Leon 2012, Indonesia introduces}}
== Penghargaan dan nominasi ==
Film tersebut memenangkan 4 Penghargaan [[Piala Citra]] di [[Festival Film Indonesia 2011]] untuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik ([[Ifa Isfansyah]]), Aktris Terbaik ([[Prisia Nasution]]) dan Aktris Pendukung Terbaik ([[Dewi Irawan]]). Film ini adalah film yang diajukan Indonesia untuk penghargaan [[Academy Awards ke-85]] untuk kategori [[Film Berbahasa Asing Terbaik (Oscar)|Film Bahasa Asing Terbaik]], tetapi tidak masuk ke daftar finalis.<ref>{{en}} [http://www.imdb.com/title/tt1989598/trivia "Sang Penari" di laman imdb.com]</ref>{{sfn|de Leon 2012, Indonesia introduces}}
 
{| class="wikitable" style="font-size: 95%;"
Baris 96 ⟶ 88:
| rowspan="9" | 2011
| Film terbaik{{sfn|Kurniasari 2011, A vibrant year}}
| [[IfaShanty IsfansyahHarmayn]]
|{{Won}}
|-
| Sutradara terbaikTerbaik{{sfn|Kurniasari 2011, A vibrant year}}
| [[Ifa Isfansyah]]
| {{Won}}
|-
| Penulis Skenario terbaikTerbaik{{sfn|Sofyan 2011, Oka Antara Bersaing}}
| [[Salman Aristo]], [[Ifa Isfansyah]], dan [[Shanty Harmayn]]
| {{Nom}}
|-
| Sinematorgrafi terbaikTerbaik{{sfn|Sofyan 2011, Oka Antara Bersaing}}
| [[Yadi Sugandi]]
| {{Nom}}
|-
| Penata artistikArtistik Terbaik terbaik{{sfn|Sofyan 2011, Oka Antara Bersaing}}
| [[Eros Eflin]]
| {{Nom}}
|-
| Pemeran utamaUtama laki-lakiPria terbaikTerbaik{{sfn|Sofyan 2011, Oka Antara Bersaing}}
| [[Nyoman Oka Antara]]
| {{Nom}}
|-
| Pemeran utamaUtama wanitaWanita terbaikTerbaik{{sfn|Kurniasari 2011, A vibrant year}}
| [[Prisia Nasution]]
| {{Won}}
|-
| Pemeran pendukungPendukung laki-lakiPria terbaikTerbaik{{sfn|Sofyan 2011, Oka Antara Bersaing}}
| [[Hendro Djarot]]
| {{Nom}}
|-
| Pemeran pendukungPendukung wanitaWanita terbaikTerbaik{{sfn|Kurniasari 2011, A vibrant year}}
| [[Dewi Irawan]]
| {{Won}}
Baris 134 ⟶ 126:
| [[Academy Awards ke-85|2012]]
|[[Film Berbahasa Asing Terbaik (Oscar)|Film Bahasa Asing Terbaik]]{{sfn|de Leon 2012, Indonesia introduces}}
| Sang Penari
|{{okay|Diajukan}}
|-
|}
 
== Lihat pula ==
* [[Daftar film nominasi Indonesia untuk Film Berbahasa Asing Terbaik (Oscar)]]
* [[Daftar perwakilan pada Penghargaan Akademi ke-85 untuk Film Berbahasa Asing Terbaik]]
 
== Referensi ==
{{reflist|colwidth=30em}}
 
== Daftar pustaka ==
{{refbegin|colwidth=30em}}
* {{cite news
|last=
|first=
|ref={{harvid|The Jakarta Post 2011, Film brings Titi}}
|title=Film brings Titi closer to husband
|trans_title=
|url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/11/04/film-brings-titi-closer-husband.html
|work=The Jakarta Post
|location=Jakarta
|accessdate=24 December 2011
|date=4 November 2011
|archivedate=2011-12-24
|archiveurl=https://www.webcitation.org/64A0xrrwb?url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/11/04/film-brings-titi-closer-husband.html
|dead-url=no
}}
* {{cite news
|work=The Jakarta Post
|title=Ahmad Tohari: The return of the people’s writer
|trans_title=
|language=
|url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/11/03/ahmad-tohari-the-return-people-s-writer.html
|last=Krismantari
|first=Ika
|date=3 November 2011
|accessdate=12 January 2012
|archivedate=2012-01-12
|archiveurl=https://www.webcitation.org/64dAu5NwZ?url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/12/18/a-vibrant-year-film-industry.html
|ref={{harvid|Krismantari 2011, Kurniasari 2011, A vibrant year}}
|dead-url=no
}}
* {{cite news
|work=The Jakarta Post
|title=A vibrant year for the film industry
|trans_title=
|language=
|url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/12/18/a-vibrant-year-film-industry.html
|last=Kurniasari
|first=Triwik
|date=18 December 2011
|accessdate=12 January 2012
|archivedate=2012-01-12
|archiveurl=https://www.webcitation.org/64dAu5NwZ?url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/12/18/a-vibrant-year-film-industry.html
|ref={{harvid|Kurniasari 2011, A vibrant year}}
|dead-url=no
}}
* {{cite news
|work=The Jakarta Post
|title=Ronggeng 2.0
|trans_title=
|language=
|url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/11/13/ronggeng-20.html
|last=Kurniasari
|first=Triwik
|date=13 November 2011
|accessdate=12 January 2012
|archivedate=2012-01-12
|archiveurl=https://www.webcitation.org/64dCwoIVF?url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/11/13/ronggeng-20.html
|ref={{harvid|Kurniasari 2011, Ronggeng 2.0}}
|dead-url=no
}}
* {{cite news
|url=http://www.variety.com/article/VR1118059731
|ref={{sfnRef|de Leon 2012, Indonesia introduces}}
|archiveurl=https://www.webcitation.org/6D6Brti3K?url=http://www.variety.com/article/VR1118059731/
|archivedate=2012-12-22
|title=Indonesia introduces Oscar to 'Dancer'
|accessdate=24 September 2012
|date=24 September 2012
|work=Variety
|publisher=Reed Business Information
|last=de Leon
|first=Sunshine Lichauco
|dead-url=no
}}
* {{cite news
|work=The Jakarta Post
|title=Ifa Isfansyah: The man behind ‘Sang Penari’
|trans_title=
|language=
|url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/11/22/ifa-isfansyah-the-man-behind-sang-penari.html
|last=Maryono
|first=Agus
|date=22 November 2011
|accessdate=12 January 2012
|archivedate=2012-01-12
|archiveurl=https://www.webcitation.org/64dCUuXFk?url=http://www.thejakartapost.com/news/2011/11/22/ifa-isfansyah-the-man-behind-sang-penari.html
|ref={{harvid|Maryono 2011, Ifa Isfansyah: The man}}
|dead-url=no
}}
* {{cite news
|work = Jakarta Globe
|title = Gripping Drama Shines Light on Indonesian Dark Past
|trans_title =
|language =
|url = http://www.thejakartaglobe.com/lifeandtimes/gripping-drama-shines-light-on-indonesian-dark-past/479888
|last = Sembiring
|first = Lebodalih
|date = 21 November 2011
|accessdate = 12 January 2012
|archivedate = 2012-01-12
|archiveurl = https://www.webcitation.org/64dMYuzL7?url=http://www.thejakartaglobe.com/lifeandtimes/gripping-drama-shines-light-on-indonesian-dark-past/479888
|ref = {{harvid|Sembiring 2011, Gripping Drama Shines}}
|dead-url = no
}}
* {{cite news
|work=Jakarta Globe
|title=Film: Dancing Through Indonesia’s Dark Days
|trans_title=
|language=
|url=http://www.thejakartaglobe.com/lifeandtimes/film-dancing-through-indonesias-dark-days/477138
|last=Siregar
|first=Lisa
|date=8 November 2011
|accessdate=12 January 2012
|archivedate=2012-01-12
|archiveurl=https://www.webcitation.org/64dFwktdb?url=http://www.thejakartaglobe.com/lifeandtimes/film-dancing-through-indonesias-dark-days/477138
|ref={{harvid|Siregar 2011, Film: Dancing through}}
|dead-url=no
}}
* {{Cite news|work=[[Kompas.com]]
|title=Oka Antara Bersaing dengan Tio Pakusadewo
|trans_title=Oka Antara Against Tio Pakusadewo
|language=Indonesian
|url=http://entertainment.kompas.com/read/2011/12/01/15275286/Oka.Antara.Bersaing.dengan.Tio.Pakusadewo
|last=Sofyan
|first=Eko Hendrawan
|date=1 December 2011
|accessdate=18 March 2012
|archivedate=2012-03-18
|archiveurl=https://www.webcitation.org/66FaxjtQ5?url=http://entertainment.kompas.com/read/2011/12/01/15275286/Oka.Antara.Bersaing.dengan.Tio.Pakusadewo
|ref={{SfnRef|Sofyan 2011, Oka Antara Bersaing}}
|dead-url=no
|editor-last=Sofyan
|editor-first=Eko Hendrawan
}}
* {{Cite news|work=[[Kompas.com]]
|title="Sang Penari", Potret Buram Pasca Tragedi
|trans_title="Sang Penari", Blurred Portrait after the Tragedy
|language=Indonesian
|url=http://oase.kompas.com/read/2011/11/05/21104215/.Sang.Penari.Potret.Buram.Pasca.Tragedi
|last=Subagyo
|first=Rz.
|date=5 November 2011
|accessdate=12 January 2012
|archivedate=2012-01-12
|archiveurl=https://www.webcitation.org/64dOQnlDV?url=http://oase.kompas.com/read/2011/11/05/21104215/.Sang.Penari.Potret.Buram.Pasca.Tragedi
|ref={{harvid|Subagyo 2011, "Sang Penari", Potret}}
|dead-url=no
}}
{{refend}}
 
== Pranala luar ==
* [http://www.21cineplex.com/sang-penari,movie,2634.htm Ulasan di Cineplex] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20111009043655/http://www.21cineplex.com/sang-penari,movie,2634.htm |date=2011-10-09 }}
* {{IMDb title|1989598|Sang Penari}}
 
{{start box}}
Baris 156 ⟶ 305:
{{end box}}
{{Film Terbaik (FFI)}}
{{film-indo-stubArtikel pilihan}}
 
[[Kategori:Film drama Indonesia]]
[[Kategori:Film Indonesia tahun 2011]]
[[Kategori:Film yang berdasarkan pada novel]]
[[Kategori:Film yang berdasarkan pada novel Indonesia]]
[[Kategori:Film MD Pictures]]
 
{{Link GA|en}}