Cineam, Tasikmalaya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- + ) |
Wagino Bot (bicara | kontrib) k →Pranala luar: Bot: Merapikan artikel, removed stub tag |
||
(14 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{dati3
|dati2=Kabupaten▼
|native_name =ᮎᮤᮔᮦᮃᮙ᮪
|nama dati2=Tasikmalaya▼
|native_name_lang=Sund
|provinsi =Jawa Barat▼
|penduduk=-▼
▲|dati2 =Kabupaten
|kelurahan=-▼
|nama
|coordinates ={{Coord|-7.390695|108.367978 |format=dms| display = title,inline}}
|kepadatan=- jiwa/km²▼
|pushpin_map =Kabupaten Tasikmalaya#Indonesia Jawa Barat#Indonesia Jawa#Indonesia
▲|provinsi=Jawa Barat
|luas =73,08
|luasref =<ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2022|website=dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=2023-02-02|format=Visual}}</ref>
|penduduktahun =[[2022]]
|pendudukref =<ref name="DUKCAPIL"/>
|nama camat =Drs. Asep Darisman
}}
'''Cineam''' ([[Aksara Sunda Baku|aksara Sunda]]: {{Sund|ᮎᮤᮔᮦᮃᮙ᮪}}) adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kabupaten Tasikmalaya]], [[Provinsi]] [[Jawa Barat]], [[Indonesia]].
== Sejarah ==
Kecamatan Cineam dibentuk oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada 1840, yang diperintah oleh seorang Rangga bernama Dirja dengan membawahi 7 Petinggi (''Akuwu''), yakni: Desa Cineam, Desa Garunggang (Rajadatu), Desa Situ Hapa (Rajadatu), Desa Cijulang,Desa Cikondang, Desa Ciherang (Karanglayung) dan Desa Gunung Jantra (Sirnajaya).
Pada 1860 sudah dikepalai oleh seorang Camat (Assisten Wedana) pertama yang bernama Resna, yang berada
Pada 1888 Onderdistrik Cineam termasuk kedalam wilayah Distrik Pasir Panjang yang terdiri dari 8 Petinggi yakni: Cineam, Garunggang, Ciherang Gunung, Cikondang, Cijulang, Gunung Jantra, Cisarua dan Citalahab.
Baris 22 ⟶ 31:
Berturut-turut pejabat Camat di Kecamatan Cineam adalah sebagai berikut:
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
B.
21.
22.
C.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
'''A. DALEM I
Kadaleman Nagara Tengah didirikan sekitar tahun 1583 M, yang menjadi Dalem I adalah ''RADEN ARIA PANDJI SUBRATA''. Pusat kadaleman berada sebelah timur Sungai Cihapitan di Kampung Nyengkod Desa Nagara Tengah Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya sekarang.
Batas Wilayahnya sebagai berikut
- Sebelah Barat
- Sebelah Selatan
- Sebelah Timur
- Sebelah Utara
Yang sekarang menjadi Kecamatan Cineam, Kecamatan Cimaragas, Kecamatan Langkap Lancar, Manonjaya dan sebagian wilayah yang ada di Kecamatan Cibeureum. Banyaknya Rumah atau Tugu se-kadaleman Nagara Tengah waktu itu sekitar 200 rumah.
'''Raden Aria Pandji Subrata''' (
'''1.
'''Raden Anggamalang '''adalah seorang Kyai yang pertama menyebarkan Agama Islam di wilayah Nagara Tengah. Terpilih menjadi Penghulu dan sebagai Hakim Leuwi Panereban. Sesudah meninggal dimakamkan di '''Pasir Abas '''sekarang Dusun Cikanyere dan Astananya di Dusun Darmasari (
'''2.
'''Raden Anggapraja '''adalah seorang Jaksa di Galuh, pindah menjadi Jaksa di Kadaleman GaraTengah, setelah Kadaleman Galuh dan Nagara Tengah disatukan.
Baris 160 ⟶ 169:
Peninggalan: '''Makam Raden Anggapraja'''
'''3.
'''Raden Sutadiwangsa ''' adalah seorang Bendahara Kadaleman khusus bagian ternak. Apabila ada rakyat yang Seba kepada Dalem berbentuk hewan seperti Kambing, Kerbau atau Sapi oleh Dalem terus diserahkan kepada Bendahara bagian ternak. Tempat Pemakamannya di '''Sumbang Situ''' Desa Nagara Tengah Kecamatan Cineam.
Baris 166 ⟶ 175:
Peninggalan: '''Makam Raden Sutadiwangsa'''
'''4.
'''Raden Tjandra Kusumah '''adalah seorang Sekretaris (
Binatang peliharaan tersebut mendiami sebuah pohon besar (
Peninggalan: '''Makam Raden Tjandra Kusumah'''
'''5.
'''Raden Sutapria '''berkelana ke luar daerah Kadaleman Nagara Tengah yaitu ke daerah '''Kawasen.''' Menikah dengan Putri Dalem Kawasen, membuat menara Mesjid Agung yang kemudian dipindahkan menjadi Munara Mesjid Agung Manonjaya sekarang.
Baris 180 ⟶ 189:
Pendopo Kadaleman, Mesjid Agung dan bangunan lainnya pada waktu itu tidak ada yang terbuat dari tembok tapi hanya dari kayu yang atapnya terdiri dari daun alang-alang, daun tepus yang dilapisi ijuk.
Budaya Kadaleman Nagara Tengah belum bisa untuk membuat tembok dan genting. Mesjid-mesjid banyak yang dibangun diseluruh wilayah Kadaleman. Pada waktu itu untuk menentukan hari yang dipakai sebagai Hari Raya Agama Islam, Penghulu Kyai Anggamalang menggunakan Hisab – Ruýat. Untuk menentukan hal-hal lain seperti menanam padi di huma (
Tahun Syaka dengan tahun Hijriah umumnya berbeda 1 hari. Umpamanya tahun Hijriah tanggal 15 maka tahun Syaka baru tanggal 14.
Baris 186 ⟶ 195:
Pada waktu itu untuk menyebarkan Agama Islam sulit sekali, karena wilayah Galuh termasuk Nagara Tengah baru pindah Agama dari luar ke Agama Islam. Untuk me’ma’murkan rakyat, Dalem Nagara Tengah memerintahkan untuk menanam padi, wijen, jagung, kapas dan yang lainnya.
Di Nagara Tengah sudah ada yang disebut Jaksa, akan tetapi Ilmu kejaksaannya belum ulung (
Tempat menghukum dilaksanakan di '''Leuwi Panareban Sungai Cikembang'''. Sekarang sekitar Jembatan Cikembang antara Cineam dan Manonjaya.
Baris 198 ⟶ 207:
Kemudian oleh Hakim ditanya akan mengaku mempunyai dosa atau tidak. Biasanya orang tersebut langsung mengaku, kalau sudah mengaku oleh Hakim disuruh menyelam kembali, apabila muncul kepermukaan air kulit muka dan pundaknya bersih kembali seperti semula.
Kalau orang yang dihukum tidak berdosa, biasanya disuruh menyelam sampai 3 kali (
Peninggalan. '''Astana Kyai Anggamalang'''
(
Hakim Kyai Anggamalang sebelum melaksanakan hukuman biasa berdoá dahulu kepada Yang Maha Kuasa (
Batu tempat duduk tadi disebut '''Batu Darma''' yang sekarang masih ada di pinggir Sungai Cikembang dibawah Jembatan Sungai Cikembang.
Peninggalan
Sasakala Cineam
Kyai / Penghulu / Hakim Leuwi Panareban (
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kemakmuran di wilayah Kadaleman Nagara Tengah tiap tahun terus meningkat.
Baris 232 ⟶ 241:
Dalem I '''Raden Aria Pandji Subrata '''meninggal, dimakamkan di sebelah utara Sungai Cihapitan dekat dengan pohon Gembor yang oleh masyarakat sekitar disebut '''Dalem Gembor.''' Sedangkan Isterinya dimakamkan di bukit pinggir Jalan antara Sindangrasa meuju Sungai Cihapitan yang dikenal dengan '''Nyi Raden Dalem Cempaka''' karena di dekat makamnya banyak terdapat pohon Cempaka. Kedua makam tersebut sekarang ada di Dusun Sindangrasa Desa Ciampanan Kecamatan Cineam.
Peninggalan: 1.
== B. DALEM II
Sesudah meninggal Dalem Ke I maka di Kadaleman Nagara Tengah diangkat Putra Dalem '''Raden Aria Pantji Kusumah''' sebagai Dalem Ke II. Dalem yang Ke 2 dalam usaha memakmurkan rakyat sekitarnya memerintahkan kepada bawahannya
supaya mempunyai pandai besi untuk membuat perkakas pertanian sekaligus untuk membuat perkakas perang.
Dalem mendatangkan peralatan untuk pandai besi dari Galuh (
Para petani yang berterimakasih kepada pandai besi yang akhirnya dikenal dengan sebutan '''Dalem Pananjung''' yang artinya seorang Dalem yang membuat nanjung (
Peninggalan: '''Makam Dalem Pananjung'''
Bukit bekas kediaman Puteri atau isteri Parekan tersebut yang sekarang dinamakan '''Gunung Putri''' yang berada di Kampung Nyengkod Desa Nagara Tengah Kecamatan Cineam.
Peninggalan
Olah Raga '''Ujungan''' merupakan olahraga seni beladiri yaitu Saling Hantam dengan perkakas sebuah rotan yang panjangnya 1 sikut yang sasarannya pada kepala, tetapi pada waktu latihan olahraga seni bela diri ujungan kepalanya memakai Tudung atau semacam topi yang terbuat dari kulit kerbau di dalamnya dilapisi sabut kelapa atau daun pisang yang sudah tua, maksudnya agar tidak terlalu sakit apabila mengenai kepala. Tutup kepala tersebut dinamakan '''Balakutak.'''
Tempat Olahraga Ujungan tersebut di sebuah Bukit yang disebut '''Gunung Hujung,'''sekarang berada di Kampung Nyengkod Desa Nagara Tengah Kecamatan Cineam. Rakyat harus bisa olahraga tersebut maksudnya untuk jaga diri kalau sewaktu-waktu ada peperangan.
Peninggalan
Hubungan dengan Kadaleman lain erat sekali baik
Agama Islam selain oleh Kyai Anggamalang juga di bantu oleh Kyai Kapi Ibrahim, Kyai Abdul Rokhaniah di bantu juga oleh Kyai Kapiyudin
Peninggalan
Di Komplek Kadaleman Nagara Tengah
Baris 271 ⟶ 280:
Pinggir Jalan Cihapitan Kampung Nyengkod Desa Nagara Tengah Kecamatan Cineam
Peninggalan
(
Di Komplek Kadaleman Nagara Tengah
Baris 279 ⟶ 288:
Pinggir Jalan Cihapitan Kampung Nyengkod Desa Nagara Tengah Kecamatan Cineam
Ada seorang Kyai yang lolos dari daerah Sumedang, tidak sepengetahuan Dalem Sumedang menuju ke Daerah Nagara Tengah, oleh Dalem Nagara Tengah di tempatkan di pinggir Sungai Cikembang pada Tegalan yang banyak pohon Haur (
Kyai tersebut mendirikan sebuah Pesantren. Banyak yang datang ke Pesantren tersebut untuk menjadi Santri. Nama Kyai itu dikenal '''Kyai Raga Sumingkir''', tidak disebut nama aslinya karena lolos dari daerah Sumedang. Raga nya Menyingkir supaya selamat dari
Sesudah meninggal dimakamkan di sebuah Bukit yang dikenal Makam Kyai Raga Sumingkir. Tempat tersebut termasuk daerah Dusun Sindangkarsa Desa Rajadatu Kecamatan Cineam.
Peninggalan
Supaya Jalanya Pemerintahan lebih lancar Dalem Raden Aria Pandji Kusumah mengangkat seorang '''Kepala Cutak''' setingkat Wedana yang ditempatkan di Janggala. Raden '''Pandji Wulung''' (
Kepala Cutak apabila di Kadaleman Sukakerta disebutnya '''Umbul'''.
Dalem yang ada di wilayah Galuh semuanya menerima surat dari '''Senopati Ing Alogo Sayidin Panotogomo Angabehi Sutawijaya Sultan Mataram''' maksudnya
1.
2.
Sultan Mataram kala itu membuat surat bukan hanya kepada Dalem yang ada di wilayah Galuh saja tapi semua Kadaleman yang ada di Tatar Sunda.
Sang Adipati Panaekan yang menjadi Dalem Galuh segera mengirim surat ke semua Dalem yang ada di wilayah Galuh dan tetangga Kadaleman seperti
Waktu itu menulis surat hanya pada daun lontar memakai pisau Janggut kemudian dimasukan kedalam 1 ruas bambu terus ditutup supaya tidak kena air apabila hujan. Ruas bambu pakai Tali Slendang seperti orang kalau mau menyadap aren. Tapi sudah ada juga yang ditulis pada kulit yang tipis dengan tinta gentur untuk alat tulisnya memakai lidi Aren yang biasa menyatu dengan ijuk, untuk menyimpanya masih ruas bambu. Pada waktu yang sudah ditentukan semua Dalem yang diundang sudah datang ke Galuh, terus bermusyawarah membahas hal surat dari Sultan Mataram dengan kesimpulan sebagai berikut
-
-
Oleh karena kemauan Sultan Mataram ditolak, tentu akan marah supaya tidak terjadi Peperangan di dalam Kadaleman masing-masing harus membuat Penjagaan. Kebetulan ada 1 Sungai yang akan dijadikan sebagai tempat penjagaan serangan Mataram yaitu '''Sungai Cijolang''', dan kalu perlu Jalan selatan pada sebrangan Sungai Citanduy dan Ciseel harus dijaga kemungkinan serangan Mataram ada yang memakai Jalan selatan yang datangnya ke '''Kawasen'''. Untuk Kadaleman Kawasen disarankan jangan ikut menjaga pada sebrangan Sungai Cijolang tapi jaga saja pada Sebrangan Sungai Citanduy dan Ciseel.
Baris 311 ⟶ 320:
Yang terpilih menjadi Pemimipin penjagaan di sebrangan Sungai Cijolang adalah '''Sang Adipati Panaekan '''Dalem Galuh. Sesudah musyawarah selesai semua Dalem kembali ke Kadalemannya masing-masing.
Sekembalinya dari musyawarah di Galuh, Dalem Nagara Tengah waktu itu '''Raden Aria Pandji Kusumah '''bermusyawarah di Kadaleman yang isinya “supaya menyiapkan rakyat sebagai Prajurit Perang yang banyaknya 40 orang lengkap dengan senjatanya / peralatannya seperti
Sampai pada waktu yang sudah ditentukan rakyat Nagara Tengah yang sebanyak 40 orang berangkat, dipimpin oleh '''Kapetengan Jagabaya '''menuju ke sebrangan Sungai Cijolang. Yang akan menjaga dari semua Kadaleman sudah berkumpul Sang Adipati Panaekan sebagai pimpinan sudah tiba. Yang akan menjaga oleh sang Adipati tempatnya dibagi-bagi serta
Prajurit Mataram cepat menyebrang Sungai Ciseel menuju Kadaleman. Kadalem Kawasen dikurung Prajurit Mataram, Punggawa cepat lapor ke Dalem bahwa seluruh Kadaleman telah terkepung sehingga Dalem Kawasen tidak bisa lolos. Meskipun Pasukan Kawasen sedikit Dalemnya nekad untuk tidak menyerah, mau melawan membela rakyat dan Negara. Dikarenakan waktu itu Prajurit Mataram terlalu banyak serta sudah tabah dalam peperangan akhirnya Dalem Kawasen kalah dan gugur. Sesudah menyerbu Kadaleman Kawasen terus prajurit Mataram menuju Kadaleman Galuh dengan maksud yang sama. Setelah sampai di Kadaleman Galuh terjadi juga peperangan. Menurut perkiraan Sang Adipati Panaekan yang menjadi pemimpin perang pasukan Galuh tidak akan kuat untuk melawan prajurit Mataram yang lebih lengkap peralatan perangnya. Oleh sang Adipati Panaekan semua pasukan Galuh yang terdiri dari
Pasukan Galuh dengan yang lainya lari menuju barat menyebrangi Sungai Cimuntur sedangkan Pasukan Nagara Tengah – Sukakerta menyebrangi Sungai Citanduy terus maju ke arah barat daya melewati daerah '''Batu Gajah''' yang sudah termasuk wilayah Nagara Tengah. Terus menuju barat sampai disebuah tempat dan beristirahat karena kecapean. Daerah tersebut sekarang dinamakan '''Lembur Goler''' sebelah barat Cimaragas dan Beber. Sejarah
Pasukan Nagara Tengah yang dipimpin oleh Kapetengan Jagabaya sudah sampai di Kadaleman terus lapor kepada Dalem bahwa semua yang kembali itu oleh Dalem Galuh yang menjadi Pimpinan perang disuruh untuk mundur sebab meskipun terus-terusan melawan tidak mungkin kuat karena pasukan Prajurit Mataram lebih banyak dan perkakas perang lebih lengkap. Diberitakan bahwa prajurit Mataram akan menjalankan serbuan-serbuan ke setiap Kadaleman malahan Kanjeng Dalem Galuh juga mau mengungsi '''(
Raden Aria Pandji Kusumah Dalem Nagara Tengah setelah mendengar laporan dari Kapetengan Jagabaya waktu itu juga terus memerintahkan supaya mengadakan persiapan untuk mengungsi. Besok semua harus meninggalkan Kadaleman karena kemungkinan prajurit Mataram segera menyerbu Kadaleman Nagara Tengah. Kira-kira sekitar menjelang pajar ada utusan dari Kepala Cutak Janggala melaporkan bahwa prajurit Mataram sudah memasuki wilayah Nagara Tengah, rakyat Janggala semuanya sudah mengungsi ke sebelah selatan Sungai Ciseel yang dipimpin oleh '''Mbah Jagadalu''', bekas mengungsi rakyat Janggala dinamakan '''Panyingkiran''' masuk wilayah Desa Jelegong Kecamatan Cidolog sekarang.
Baris 325 ⟶ 334:
Dalem Nagara Tengah terus memerintahkan supaya meninggalkan Kadaleman, waktu itu juga semua rakyat berangkat. Diperjalanan turun hujan yang sangat lebat sekali, tapi rakyat Nagara Tengah terus meneruskan perjalanan karena takut terkejar oleh prajurit Mataram. Sesampainya di Sungai Cikembang keadaaan air sungai meluap sekali tidak mungkin segera bisa disebrangi.
Penghulu bersama Kyai yang lainya beserta rakyat yang ikut mengungsi melaksanakan Shalat Hajat meskipun dalam keadaan hujan. Tidak lama kemudian hujan reda. Dari sebelah barat ada sebatang balok kayu besar kelihatanya terbawa arus air tersangkut pada pohon Loa yang sebelahnya lagi tersangkut rumpun bambu yang berada di pinggir Sungai Cikembang. Balok kayu tersebut (
Prajurit Mataram tidak lama kemudian sampai di Kadaleman Nagara Tengah tapi ternyata sudah tidak ada siapa-siapa. Prajurit Mataram terus menyusul rakyat Nagara Tengah sampai di pinggir Sungai Cikembang, lalu menyebrang menggunakan balok kayu bekas menyebrang rakyat Nagara Tengah secara berebut maksudnya supaya bisa nyebrang. Tapi caranya tidak seperti rakyat Nagara Tengah satu persatu melainkan secara bergerombol yang akhirnya balok kayu tersebut tidak kuat menahan dan tenggelam terbawa arus air. Prajurit Mataram sebagian besar terbawa arus dan hanya sebagian kecil yang selamat. . Rakyat Nagara Tengah sesudah menyebrangi Sungai Cikembang meneruskan perjalanan ke arah barat sampai pada suatu tempat yang disebut '''Lembur Tembong Gunung,''' disana beristirahat karena waktu sudah sore.
Baris 331 ⟶ 340:
Rakyat Nagara Tengah waktu istirahat banyak yang memegang telapak kaki dan jari-jarinya ternyata licin dan berbau amis lalu semua rakyat yang menyebrang menggunakan balok kayu tadi memegang kakinya ternyata sama, ternyata yang dipakai menyebrang di Sungai Cikembang oleh rakyat Nagara Tengah bukan balok kayu tapi seekor belut besar (''' Lubang ''').
Dalem Nagara Tengah waktu itu terus ikrar
Prajurit Mataram oleh orang Nagara Tengah disebut '''Bajo '''yaitu yang ngejarnya terus menerus. Rakyat Nagara Tengah ke esokan harinya maju ke arah selatan ke Daerah '''Harjawinangun '''dari situ terus ke arah barat disana ada hutan yang disebut '''leuweung Dungus.''' Semuanya istirahat di hutan tersebut sambil berdoa yang dipimpin oleh Kyai, tak lama kemudian datang segerombolan '''Menjangan (
Dalem Nagara Tengah mengungsi sampai ke perbatasan Galunggung (
Dalem Nagara Tengah meneruskan perjalanan mengungsinya belok sebelah utara masuk ke wilayah '''Tawang''', suatu waktu Dalem merasa kecapean terus beristirahat disuatu bangunan (''' Saung Huma '''), bangunan tersebut berada di tempat yang terbuka malahan berada di pinggir jalan. Dalem istirahat dan memerintahkan kepada Kyai untuk berdoa, setelah selesai berdoa datang segerombolan burung Perkutut (
Berdasarkan kejadian kejadian tersebut orang Nagara Tengah timbul 4 macam sumpah
- Satu
- Dua
- Tiga
- Empat
Sumpah tersebut hanya berlaku sampai 7 (
Prajurit Mataram kembali tapi yang menggantikanya belum datang, semua Dalem yang dikejar kejar ada kesempatan untuk bermusyawarah dan berkumpul di '''Ci Haur'''sekarang ada di daerah Panumbangan Ciamis. Sesudah bermusyawarah kesimpulannya semua Dalem bersepakat untuk takluk kepada Mataram maksudnya supaya rakyat tidak jadi korban peperangan dan menurut catatan '''Catur Rangga''' bahwa kita semua harus mengalami menjadi jajahan Mataram. Selanjutnya semua Dalem membuat surat terus mengutus seorang utusan untuk mengirimkan surat ke Sultan Mataram yang isinya menyatakan Takluk.
Sesudah sampai di Mataram terus yang menjadi utusan menemui Kanjeng Sultan sambil menyerahkan surat lalu diterima oleh Sultan dan dibaca oleh Sekretaris (
Nagara Tengah mengalami perang dengan Mataram pada akhir tahun '''1595 M '''dan dikejar kejar Mataram awal Tahun '''1596 M'''.
Dalem Nagara Tengah dikejar kejar oleh Mataram selama setengah Tahun lebih. Ketika semuanya kembali ke Kadaleman keadaan di Kadaleman sudah berbeda sekali dengan keadaan sebelum ditinggalkan. Bangunan yang ditinggalkan banyak yang rusak seperti
Dalem Galuh Sang Adipati Panaekan oleh Sultan Mataram diangkat menjadi Bupati – Wedana, sedangkan Dalem yang lainya disebut Bupati – Lurah. Hampir setiap bulan Dalem Nagara Tengah suka berburu Kijang yang tanduknya dikumpulkan untuk Caos Upeti ke Sultan Mataram. Waktu Dalem Nagara Tengah berburu Kijang ke sebelah barat '''Gunung Kakapa''' dekat Cipinaha (
'''Nyi Raden Gedeng Nagara''' Putri Dalem Nagara Tengah Raden Aria Pandji Kusumah mau mandi di tempat pemandian di pinggir Sungai Cipinaha sendirian. Mandinya memakai rupa-rupa alat pembersih (''' Pamesek ''') yang terbuat dari daun-daunan yang berbau wangi.
Baris 369 ⟶ 378:
Nyi Raden Gedeng Nagara tertarik oleh Dalem Sukakerta mempunyai nama asli ''' Entol Wiraha''', mereka akhirnya menikah. Dalem Sukakerta Tahun '''1598 M '''mempunyai putra yang bernama '''Wira Wangsa '''yang menjadi Dalem terakhir di Sukakerta sebelum pindah ke Sukapura.
Dalem Nagara Tengah terus memajukan perekonomian rakyat, pandai besi di Cidomas terus ditingkatkan. Dalem Nagara Tengah kalau berburu kijang biasanya ke sebelah barat Kadaleman. Ada sebuah hutan yang terkelilingi oleh Sungai Cihapitan dan Sungai Ciriri. Di dalam hutan tersebut ada seekor kijang jantan yang dinamakan '''si Wulung'''. Kijang tersebut menjadi pengasuh kijang-kijang yang lainya. kalau diburu atau di tombak tidak mempan dan bisa menghilang, kadang-kadang suka bersembunyi ke dalam Goa Batu Kapur yang ada di atas Sungai Cihapitan. Goa tersebut namanya Goa Wulung (
Daerah itu yang sekarang dinamakan '''Cineam''' tepatnya di Kampung Cineam Rt 15 Rw 05 Desa Cineam Kecamatan Cineam.
Baris 375 ⟶ 384:
Peninggalan. '''Pusaka Cineam'''
Leuwi Cineang (
(
Tanduk Kijang hasil buruan dari Cineang biasa di pakai oleh Dalem Nagara Tengah untuk membayar Caos Upeti pada Sultan Mataram. Hutan tempat berburu kijang Dalem dibuat '''Kebun Kijang''' diberi nama '''Hutan Wanalapa'''. Daerah itu disebelah utara Sungai Ciriri, di sebelah timur dan sebelah selatan Sungai Cihapitan, di sebelah barat dataran Sungai Cipinang, sekarang hutan tersebut jadi daerah Wanalapa, Cikanyere, Negla barat, dan Negla timur.
Baris 385 ⟶ 394:
Peninggalan. ''' Makam Dalem Citatah'''
'''Sultan Mataram Senopati Ing Alogo Sayidin Panotogomo Angabehi Sutawijaya '''Tahun '''1601 M '''diganti oleh '''Masjolang. '''Nagara Tengah masih tetap bawahan Mataram. Tahun 1602 M Kyai Anggamalang diganti oleh Kyai Kapi Ibrahim. Anggamalang masih tetap jadi Hakim Leuwi Panareban, kediamanya sebelah selatan leuwi Panareban yang di sebut Cidarma. Oleh karena di Nagara Tengah belum ada Jaksa yang Mahir perkara hukuman, masih tetap memakai Hakim Adat ditenggelamkan di leuwi Panareban. Penghulu Raden Kyai Kapi Ibrahim mempunyai putra 6
'''1.
'''2.
'''3.
'''4.
'''5.
'''6.
Penghulu dengan Kyai terus menyebarkan Agama Islam di daerah Kadaleman Nagara Tengah. Pada waktu itu kalau memerlukan Al’Quran sangat susah untuk mendapatkanya, harus mencari ke Cirebon, Banten, Demak, ada yang sampai ke Surabaya. Tahun '''1611 M''' Raden Aria Pandji Kusumah meninggal dimakamkan di Nagara Tengah dekat pusat Kadaleman (
Peninggalan: ''' Makam Raden Aria Pandji Kusumah (
'''C. Dalem III ''Raden Aria Kusumah'''''
Sebagai penggantinya adalah '''Raden Aria Kusumah (
Penyebaran Agama Islam oleh Penghulu dan Kyai dilaksanakan dengan menggunakan Seni Terbang, Angklung, dan Dog-dog. Sebagai alat penghibur anak-anak kalau digusaran dan sunatan, diramaikan supaya merasa gembira sehingga anak-anak yang belum digusaran atau di sunat menjadi tertarik.
Kegiatan olahraga ujungan masih terus dilaksanakan tempatnya di Gunung Hujung. Tiap tahun biasa memilih orang yang terkuat dari rakyat Kadaleman. Pandai besi di Sayung terus berjalan supaya petani mudah mendapatkan perkakas pertanian, pertukangan kayu supaya mudah mendapatkan perabotnya seperti
Untuk mejaga keamanan Negara Kadaleman Dalem mengangkat Jagabaya '''Dalem Paganjuran '''yang ditempatkan di sebelah selatan kedeiaman Kyai Raga Sumingkir. Dalem Paganjuran setelah meninggal dimakamkan di daerah yang sekarang bernama Kamung Sindang Karsa Desa Rajadatu Kecamatan Cineam.
Baris 417 ⟶ 426:
Untuk memajukan daerah Dalem Aria Kusumah mengangkat Kepala Cutak / Wedana yang disebut Dalem Sumur. Dinamai Dalem Sumur karena mempunyai Sumur yang airnya bersih sekali, meskipun kemarau panjang sumur tersebut tidak pernih kering. Rakyat banyak yang menggunakan Sumur tersebut.
Dalem Sumur mempunyai putra 7 yaitu
'''1.
'''2.
'''3.
'''4.
'''5.
'''6.
'''7.
'''Raden Puspa Santana (
Dalem Sumur setelah meninggal dimakamkan didaerah yang sekarang disebut Dusun Pusaka Mukti (
Peninggalan: '''Makam Dalem Sumur'''
Baris 441 ⟶ 450:
'''Tahun 1613 M''' Sultan Mataram diganti oleh '''Sultan Agung''', Nagara Tengah masih tetap jadi bawahan Kesultanan Mataram. Tiap tahun masih harus membayar Caos Upeti.
Pada waktu itu yang jadi bawahan Kesultanan Mataram ada sebagian yang keadaan Kadalemannya sengsara sekalipun hanya untuk membayar Caos Upeti. Tidak seperti Kadaleman Nagara Tengah yang subur makmur. Raden Aria Kusumah (
Peninggalan: '''Makam Raden Aria Kusumah (
Merupakan Dalem Terakhur di Kadaleman Nagara Tengah
Baris 449 ⟶ 458:
GARATENGAH
Menurut perintahnya dari Sang Adipati Panaekan yang menjadi
Untuk pusat Kadaleman akan di tempatkan di Nagara Tengah, maksudnya supaya ringan dalam membayar Caos Upeti kepada Kesultanan Mataram karena Galuh waktu itu perekonomiannya sedang ada kemunduran. Untuk membereskan segala hal kepada Sultan Mataram Sang Adipati Panaekan yang bertanggungjawab. Mendengar rencana Sang Adipati Panaekan orang Nagara Tengah merasa tidak enak sebab yang akan menjadi Dalem bukan orang Nagara Tengah tapi dari Galuh, sedangkan pusat Kadaleman akan di tempatkan di Nagara Tengah. Keadaan Kadaleman Nagara Tengah meskipun Dalem sudah meninggal keadaanya subur makmur repeh rapih serta aman (
Sang Adipati Panaekan berusaha supaya jangan terjadi berontak dengan saudara sampai ada kejadian yang menjadi korban jiwa.usahanya Sang Adipati Panaekan Rakyat bisa reda terus aman.
'''Tahun 1618 M '''Sang Adipati Panaekan pindah dari Galuh ke Nagara Tengah, mulai waktu itu Nagara Tengah disebut '''Garaterngah.''' Di Galuh tidak ada lagi Dalem, wilayah Kadaleman Garatengah jadi luas sebab Galuh disatukan dengan Nagara Tengah. Sang Adipati Panaekan masih tetap jadi Bupati Wedana sebagai Penasihat Dalem di Wilayah Galuh. Sang Adipati Panaekan mempunyai dua pengiring yaitu
'''1.
'''2.
Tempatnya disebuah bukit sebelah utara Sungai Cikembang. Sang Adipati mempunyai '''Pasanggrahan '''untuk tempat berhenti kalau mengadakan perjalanan dari Galuh ke Garatengah atau dari Garatengah ke Galuh. Kalau kita melihat dari pesanggrahan tersebut ke sebelah utara terlihat dari sebuah tempat yang sekarang disebut '''Panenjoan'''.
Baris 465 ⟶ 474:
Sebelah bawah Pesanggrahan ada semacam kolam kecil yang airnya jernih sekali meskipun kemarau panjang airnya tidak kering.
Sebelah selatan Sungai Cikembang, diatasnya ada sebuah rawa (
Sang Adipati Panaekan biasa suka berburu kijang sampai ke muara '''Sungai Cigerente'''l (
Kyai Anggamalang sesudah berhenti jadi Hakim Leuwi Panareban kediamanya tidak memilih pindah ke Garatengah tapi tetap di Cidarma. Sesudah meninggal dimakamkan pada sebuah bukit yang tanahnya merah yang disebut '''Pasir Abang.''' Di
Sebagai Catatan
-Tahun 1915 ke Kecamatan Cineam ada seorang '''Kalasir''' (
-Sejak itu Bukit (
Sang Adipati Panaekan mempunyai isteri 3 dan mempunyai putra 11, diantara isteri yang ada di daerah '''Kertabumi''' yaitu Kakanya '''Dalem Kertabumi.''' Oleh Sang Adipati Panaekan isteri yang di Kertabumi tidak kebagian waktu (
Pada suatu waktu Sang Adipati Panaekan kembali dari daerah Galuh menuju ke Garatengah sesampainya di Sungai Citanduy pada penyebrangan ada Dalem Kertabumi yang sengaja mencegat Sang Adipati Panaekan.
Baris 487 ⟶ 496:
Tahun 1625 Dalem Garatengah diganti oleh '''Raden Dipati Imbanagara'''. Dalem itu oleh Sultan Mataram ditunjuk dijadikan Bupati Wedana, jadi penasihat Dalem diwilayah Galuh menggantikan Sang Adipati Panaekan.
Dipati Imbanagara mempunyai isteri bernama '''Nyi Gedeng Adi Larang (
'''1.
'''2.
Dipati Imbanagara mendapat perintah dari Sultan Mataram untuk mengusir Kompeni / Belanda yang akan menjajah Pulau Jawa, yang markasnya di Yogyakarta. Dari Garatengah tidak dipinta prajurit, yang diperintah harus mengirimkan prajurit hanya dari '''Dalem Dipati Ukur.''' Tetapi dari Garatengah juga ada yang mau ikut berangkat ke medan perang yaitu '''Tumenggung Wirasuta''' (
Sesudah sampai pada waktu yang ditentukan yaitu Tahun 1628 Dalem Dipati Imbanagara disuruh untuk menyiapkan perbeklan dan dikirimkan ke daerah '''Tawang''' yang sekarang menjadi '''Kota Tasikmalaya. '''Kemudian pada Tahun 1629 mengirim kembali perbekalan tapi diperjalanan dirampok (
Sesudah Sultan Mataram (
Dalem Garatengah setuju lepas dari bawahan Sultan Mataram, kemauan Dipati Ukur supaya cepat-cepat mengadakan pemberontakan, tapi maksudnya sudah tercium dan ketahuan oleh Sultan Mataram bahwa Dipati Ukur dan Dipati Imbanagara malah mengajak Dalem Sumedang akan mengadakan pemberontakan pada Sultan Mataram. Sultan Mataram sangat marah kepada Dipati Ukur dan kepada Dipati Imbanagara, terus memerintahkan prajurit dan para ponggawanya supaya Dipati Imbanagara dihukum mati dipenggal lehernya dan kepalanya dibawa ke Mataram, sebab Dipati Imbanagara mau berontak ke Mataram.
Baris 513 ⟶ 522:
Utusan Mataram kabur tidak berani melawan orang Garatengah yang begitu banyak. Utusan Mataram setelah sampai terus melapor ke Sultan bahwa pekerjaanya telah dilaksanakan. Dipati Imbanagara ketemunya di daerah Galuh. Ditempat itu dibunuhnya, kepalanya dimasukan pada Endul, karena dari Galuh ke Mataram sangat jauh sudah barang tentu kepala Dipati Imbanagara akan bau, berdasarkan musyawarah utusan langsung saja dilemparkan ke Sungai Citanduy supaya jangan ketemu oleh rakyat Galuh dan orang Garatengah. Sebagai saksi ini saja Endul bekas membawa kepala Dipati Imbanagara yang masih ada rambut sedikit yang menempel pada darah sampai kering. Laporan utusan Mataram diterima oleh Sultan.
Kemudian setelah utusan Mataram pergi kepala Dipati Imbanagara yang di lemparkan ke Sungai Citanduy oleh orang yang biasa menyelam (
Sedangkan badan Dipati Imbanagara disimpan ditempat yang luas dan terbuka (
Daerah tersebut ada disebelah timur Kota Ciamis sekarang. Setelah Diapati Imbanagara meninggal sementara Pemerintahan di Kadaleman Garatengah dijalankan oleh Patih '''Raden Wiranagara'''. Pada waktu itu yang berhak untuk menggantikan Dalem Dipati Imbanagara adalah '''Mas Bongsar''' tapi usianya baru 13 tahun, sehingga diwakilkan kepada Patih.
Baris 521 ⟶ 530:
Patih Raden Wiranagara mempunyai maksud untuk menjadi Dalem, timbul kebencian pada Mas Bongsar yang mempunyai hak jadi Dalem menggantikan ayahnya.
Nyi Geseng Adi Larang ibunya Mas Bongsar sudah mengetahui bahwa putranya dibenci oleh Patih. Lalu menyuruh salah seorang pegawai Kadaleman supaya Mas Bongsar harus segera diungsikan dari Garatengah tapi tanpa sepengetahuan orang lain. Pada suatu waktu kebetulan cuaca cerah dan terang bulan Mas Bongsar oleh pegawai itu malam hari dibawa lolos ke suatu tempat yang disebut '''Lembur Pawindan''' dan dititipkan kepada seorang petani yang tinggi ilmunya (
Mas Bongsar harus diakui anak, namanya juga sementara harus diganti, serta dipinta untuk dididik Agama Islam dan menulis Tulisan Jawa. Semua keadaan di Kadaleman garatengah oleh pegawai tadi kepada petani tadi diterangkan supaya dimengerti dan petani itu harus bisa memegang segala rahasia. Mas Bongsar di Pawindan dididik berbagai macam ilmu jikalau dikemudian hari ada kemungkinan harus memimpin Kadaleman. Petani yang didiami Mas Bongsar, dia adalah orang Galuh yang masih keturunan Raden Galuh, keturunanya masih dekat dengan Dipati Imbanagara. Kurang lebih 3 tahun lamanya Mas Bongsar diungsikan ke Pawindan.
Baris 529 ⟶ 538:
Sebab dari bukti – bukti yang dikumpulkan kemudian, akhirnya Mataram menyadari kekeliruanya dan timbul penyesalan karena Dipati Imbanagara ternyata sama sekali tidak bersalah, dan menyadari bahwa Dipati Imbanagara menjadi korban pitnah yang tidak pernah dilakukanya.
Patih mendengar dari utusan Mataram bahwa Mas Bongsar akan di angkat jadi Dalem Garatengah merasa menyesal sekali sebab cita-cita ingin menjadi Dalem tidak akan terlaksana. Waktu itu oleh Patih dijawab, bahwa Mas Bongsar sudah 3 Tahun lamanya lolos dari Garatengah tidak tahu
Patih dan utusan dari Mataram terus menemui Ibu Mas Bongsar, menanyakan
Ibunya Mas Bongsar mendengar perkataan utusan Mataram kaget dengan rasa gembira bercampur dengan rasa takut. Gembira karena putranya mau diangkat jadi Dalem, sedangkan was-was nya takut putranya '''ditelaspati '''(
Mas Bongsar mendengar perkataan pegawai sebagai utusan Ibunya sama perasaan seperti Ibunya tadi, gembira bercampur rasa takut. Gembira karena akan diangkat jadi Dalem sedangkan rasa takut (
Mas Bongsar oleh utusan Mataram diberi tahu bahwa dia bakal diangkat oleh Sultan Mataram jadi dalem garatengah. Kemudian utusan Mataram memberi tugas kepada Patih, kepada Jagabaya Dalem Paganjuran serta kepada rakyat menitipkan Mas Bongsar untuk dijaga, karena takut ada yang menganiaya, siapa saja yang berani menganiaya kepada Mas Bongsar kata utusan Mataram bahwa Sultan Mataram akan menjatuhkan hukuman serta keluarga yang menganiaya bakal disuruh untuk pergi dari wilayah Garatengah ('''Ditudung '''). Sesudah beres memerintah, utusan Mataram kembali sesampainya di Mataram langsung melapor ke Sultan bahwa Mas Bongsar masih ada dalam keadaan hidup di Garatengah. Semua laporan utusan diterima oleh Sultan serta kemudian utusan Mataram disuruh berangkat kembali ke Garatengah maksudnya membri tahu kepada Mas Bongsar, Patih, dan Jagabaya dalem Paganjuran dan Ibunya bahwa Mas Bongsar harus ikut ke Mataram swekarang juga mau diangkat jadi Dalem. Ibunya menyiapkan persiapan perbekalan yang sekiranya cukup untuk dijalan sampai kembali ke Garatengah. Sampai waktu yang telah ditentuka Mas Bongsar, utusan Mataram, Patih, petani Pawindan, Jagabaya Dalem Paganjuran, berangkat menuju Mataram dengan membawa segala perbekalan yang disimpan pada tempat yang disebut '''Sumbul'''. Sampai di Mataram utusan melapor kepada Sultan bahwa Mas Bongsar sudah terbawa dan sampai.
Kanjeng Sultan Mataram sudah mengetahui Mas Bongsar sampai di Mataram terus
Raden Adipati Pandji Aria Jayanagara (
Kemudian mengadakan musyawarah di Kadaleman Garatengah
Kalau waktu itu banjar dijadikan pusat Kadaleman, yang mendiami rawa-rawa yang terkenal dengan nama '''Nyi Dewi Mayang Cinde''' akan mengakibatkan semua orang terjangkit penyakit Demam yang mendiami tempat itu. Oleh orang tua yang disebut Nyi Dewi Mayang Cinde itu
Mas Bongsar kemudian mencari tempat kesebelah utara Sungai Citanduy mencari tempat bekas pada waktu mengungsi. Diaerah tersebut beristirahat dan bermalam, tidak lama kemudian mendapat petunjuk dari yang Gaib bahwa harus menuju ke salah satu tempat yang disebut '''Barumay''' sebelah selatan '''Gunung Ardilaya''' sebelah utara Sungai Citanduy.
Baris 557 ⟶ 566:
'''GERET TENGAH'''
a. -Kadalemanya disebut
'''
'''
'''
'''
'''
b. -Kadalemanya disebut
Setelah Galuh disatukan dengan Nagaratengah dan Pusat Kadalemanya berada di Nagaratengah. Yang memimpin Kadaleman yaitu
'''1.
'''2.
'''3.
'''Tahun 1636 M.'''
c. -Kadalemanya disebut
Di Geret tengah setelah kepindahan Pusat Kedaleman ke Imbanagara suasananya menjadi sepi karena penghuninya banyak yang pindah dari tempat itu. Seperti diantaranya Raden Malangganata (
Kyai Kapi Ibrahim dan Kyai Kapiyudin serta Raden Anggawinata pindahnya ke daerah yang disebut Wanalapa sekarang.
Baris 595 ⟶ 604:
Kyai Kapiyudin membuat Pesantren disebelah utara Sungai Cihapitan. Setelah meninggal Kyai Kapiyudin dimakamkan di daerah '''Kembang Gadung''' Kampung Negla Desa Cijulang Kecamatan Cineam berdekatan dengan Makam Kyai Kapi Ibrahim.
Peninggalan
Putra penghulu Kyai Abdul Rokhaniah yang bernama '''Raden Subakerta''' dan Isterinya '''Nyi Raden Tiru''' setelah Ayahnya meninggal dari Geret Tengah pindah ke daerah yang disebut '''Babakan''' sekarang.
Baris 601 ⟶ 610:
Setelah meninggal Raden Subakerta dan Nyi Raden Tiru dimakamkan di '''Lebak Lipung''' masuk Dusun Kertaharja Desa Ciampanan Kecamatan Cineam sekarang.
Peninggalan
Peninggalan
Sedangkan saudara Raden Subakerta yang bernama '''Raden Subamanggala''' tidak ikut pindah ke babakan tapi pindah ke daerah '''Cisangkir''' wilayah Cibeureum.
Di Geret Tengah tidak ada ciri-ciri bekas Negara seperti Arca atau Tembok bekas Pendopo sebab bukan bekas Kerajaan. Tapi hanya bekas Kadaleman bangunanya tidak ad yang terbuat dari tembok tapi waktu itu membuat Kadaleman dari Kayu.
Setelah itu di Imbanagara yang memimpinya bukan Dalem lagi tetapi menjadi Bupati Galuh. Tanpa didampingi oleh Wali, peristiwa yang bersejarah itu dalam perkembangan Kabupaten Ciamis dengan wilayah kekuasaanya sekarang. Sehubungan dengan itu pula berdasarkan pertimbangan-pertimbangan lain Hari Jadi Kabupaten Ciamis jatuh pada Tanggal 12 Juni Tahun 1642.
Tahun 1815 adalah masa pemerintahan '''Bupati Wiradi Kusumah''' yang waktu itu pernah terjadi pemindahan
Sedangkan perubahan Nama Galuh menjadi Ciamis dilakukan pada Tahun 1916 oleh '''R.T.G. Sastrawinata '''yang pada waktu itu berkedudukan sebagai Bupati Galuh yang ke 16 dan memerintah sekitar Tahun 1914 – 1935.
== Pranala luar ==
▲Tahun : 2001
{{Kabupaten Tasikmalaya}}
{{Authority control}}
|